• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.1. DESAIN PENELITIAN

Penelitian dilakukan secara studi eksperimental.

3.2. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN

Penelitian dilakukan di poliklinik Paru RS Dr. Moewardi Surakarta pada bulan Juni 2010 sampai bulan Agustus 2010.

3.3. POPULASI

Pasien yang datang ke poliklinik Paru RS Dr. Moewardi Surakarta dengan asma.

3.4. PEMILIHAN SAMPEL

Sampel pasien asma stabil (tidak dalam eksaserbasi akut) dengan tingkat kontrol asma terkontrol sebagian dan asma tidak terkontrol diambil di poliklinik Paru RS Dr. Moewardi Surakarta sesuai klasifikasi tingkat kontrol dari GINA. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara consecutive sa mpling yaitu pengumpulan sampel dilakukan berurutan sampai jumlah sampel terpenuhi, sesuai perhitungan rumus.

Perkiraan besar sampel

Besar sampel ditentukan dengan rumus sebagai berikut :

(Za+Zb).Sd 2

n = d

commit to user

Bagian Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FK UNS / RSUD Dr.Moewardi, 2011 20

a = tingkat kemaknaan : 0,05 ; Za = 1,960

b = kekuatan / power : 0,80 ; Zb = 0,842

Sd = simpang baku = 2,64 (dari pustaka)

d = selisih nilai yang bermakna = 1,056

n = 21

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut populasi tiap kelompok minimal 21 orang, maka

n total = 42 orang, terdiri dari kelompok asma terkontrol sebagian 21 orang dan asma

tidak terkontrol 21 orang.

3.5. CIRI – CIRI SAMPEL

Kriteria penerimaan

· Asma stabil (tidak dalam serangan).

· Usia 15 – 70 tahun.

· Gizi normal.

· Gizi lebih.

· Obese.

· Bersedia ikut dalam penelitian dan menandatangani lembar persetujuan.

Kriteria penolakan

· Asma terkontrol.

· Asma disertai infeksi pernapasan akut (ISNA, bronkopneumonia, abses paru, empiema) maupun infeksi saluran napas kronik (tuberkulosis dan bronkiektasis).

· Riwayat penyakit paru kronik selain asma (PPOK, tumor paru).

· Asma dengan penyakit jantung.

· Perokok.

commit to user

Bagian Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FK UNS / RSUD Dr.Moewardi, 2011 21

· Asma dengan penyakit metabolik (diabetes melitus, tiroiditis).

· Klinis gangguan gastrointestinalis.

· Pemakaian antasida dan laksantif.

· Anemia.

· Azotemia.

· Intoleransi terhadap magnesium hidroksida dan alumunium hidroksida.

Kriteria diskontinyu

· Responden tidak terlacak lagi saat follow up penelitian.

· Responden mengundurkan diri dari penelitian.

· Timbul efek samping terhadap magnesium hidroksida dan alumunium

hidroksida.

3.6. DEFINISI VARIABEL OPERASIONAL

1. Umur : selisih hari kelahiran dengan ulang tahun terakhir pada saat penelitian dimulai.

2. Jenis kelamin : laki-laki dan perempuan.

3. Asma : kelainan inflamasi kronik saluran napas yang hiperesponsif, menyebabkan aliran udara terbatas dan obtruksi oleh karena sumbatan mukus, inflamasi meluas, dan bronkokonstriksi.23,41 Diagnosis ditegakkan oleh dokter spesialis paru.

4. Eksaserbasi akut : merupakan serangan sesak napas dalam pemeriksaan terdapat mengi, penggunaan otot bantu napas, frekuensi napas dan denyut jantung meningkat, pengukuran arus puncak ekspirasi (APE) ditemukan penurunan fungsi paru.18

5. Asma stabil : tidak dijumpai tanda dan gejala serangan eksaserbasi akut dalam dua minggu terakhir sampai pasien mengikuti penelitian.

6. Arus puncak ekspirasi : jumlah aliran udara maksimal yang dapat dicapai saat ekspirasi paksa dalam waktu tertentu yang dilakukan dengan menggunakan peak flow meter.42

commit to user

Bagian Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FK UNS / RSUD Dr.Moewardi, 2011 22 4. Asthma control test (ACT) : sebuah kuesioner yang dikeluarkan oleh American Lung

Association tahun 2004 untuk menilai tingkat kontrol asma.43

5. Asma terkontrol : penilaian tingkat kontrol asma didapatkan dari kuesioner ACT dengan skor 25.43

6. Asma terkontrol sebagian : penilaian tingkat kontrol asma didapatkan dari kuesioner ACT dengan skor 20-24.43

7. Asma tidak terkontrol : penilaian tingkat kontrol asma didapatkan dari kuesioner ACT dengan skor kurang atau sama dengan 19.43

8. Magnesium merupakan atom bernomor 12 dengan massa atom 24,32 Da, merupakan

kation keempat terbesar yang berlimpah dalam tubuh manusia dan kedua terbesar di cairan ekstraselular.29

9. Dosis pemberian magnesium oral :

Magnesium oral menggunakan antasida sirup ( setiap 5 ml mengandung magnesium hidroksida 200 mg, alumunium hidroksida 200 mg), dosis 3 x 5 ml (pagi, siang dan malam).

10.Gizi normal (18,5-23,5 kg/m2), gizi lebih (IMT >23,5 kg/m2), obese (IMT >30 kg/m2).

BB

Rumus : IMT =

TB(m)2

11.Anemia bila Hb kurang atau sama dengan 10 gr %.

12.Azotemia bila terjadi peningkatan kadar BUN (lebih dari 50 mg/dl) dan atau serum kreatinin (lebih dari 1,2 mg/dl).

13.Penyakit jantung : kelainan fungsi jantung baik akut maupun kronik atas pemeriksaan dokter spesialis jantung.

14.Gangguan gastrointestinal : saat responden datang untuk ikut penelitian tidak menderita gangguan gatrointestinal (dispepsi, gastritis, gastroenteritis) baik akut maupun kronik atas pemeriksaan dokter spesialis penyakit dalam.

15.Perokok : orang yang merokok lebih dari 100 sigaret sepanjang hidupnya dan saat ini masih merokok atau telah berhenti kurang dari dari 1 tahun.44

commit to user

Bagian Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FK UNS / RSUD Dr.Moewardi, 2011 23 16.Nilai normal magnesium intrasel eritrosit sama dengan 4,44 – 7,10 mg/dl.45

3.7. CARA KERJA PENELITIAN

Subjek penelitian adalah pasien asma di poli Paru RS Dr. Moewardi Surakarta diminta persetujuan penelitian. Diagnosis tingkat kontrol asma ditegakkan dengan memakai kuisener Asthma Control Test (ACT) sesuai rekomendasi dari GINA ( Global Initiative for Asthma ). Semua pasien yang periksa di poli paru dengan asma stabil (pemeriksaan fisik dan APE) kemudian dilakukan penilaian tingkat kontrol dengan mengisi kuisener dari ACT. Pasien yang memenuhi kriteria asma terkontrol sebagian dan asma tidak terkontrol diambil sebagai sampel. Pasien mendapat terapi standar untuk asma yaitu inhalasi kortikosteroid (budesonide) 400 – 800 µgr setiap hari dan inhalasi

b2 agonis (salbutamol) dengan dosis 200 µgr sekali semprot sesuai kebutuhan. Selesai penilaian tingkat kontrol dilakukan pengambilan sampel darah vena dan dilakukan pemeriksaan magnesium intrasel eritrosit. Lima hari kemudian pasien diambil kembali sampel darah vena dan dilakukan pemeriksaan magnesium intrasel eritrosit ulang. Kemudian pasien diberikan tambahan terapi magnesium oral dalam bentuk sediaan antasida sirup (magnesium hidroksida 200 mg dan alumunium hidroksida 200 mg) 3 x 5 ml/hari selama 5 hari kemudian diambil sampel darah vena kembali dan diperiksa magnesium intrasel eritrosit.

3.8. TEKNIK PEMERIKSAAN

Prosedur pengambilan contoh darah dengan spuit disposible 10 cc diambil darah vena sebanyak 7 ml kemudian dimasukkan ke dalam tabung vacuette I yang berisi EDTA sebanyak 2 ml darah untuk menghitung jumlah sel. Tabung vascuetteke II sebanyak 2 ml darah berisi litium heparin untuk determinasi kation magnesium plasma dan eritrosit dan tabung ke III tabung polipropilen yang berisi HNO3 2mol/L sebanyak 1,5 ml tanpa antikoagulan untuk analisis magnesium whole blood, dimasukkan darah

commit to user

Bagian Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FK UNS / RSUD Dr.Moewardi, 2011 24 sebanyak 3 ml dilakukan pengocokan agar tercampur merata antara darah dengan cairan asam nitrat (HNO3).46

Hematokrit (Hct) dihitung dengan menggunakan mikrokapiler disentrifus selama 5 menit 25000 kali gravitasi. Kalkulasi magnesium eritrosit diekspresikan dengan mikrogram pergram Hb (mg/gr Hb) atau nanogram per 106 sel. Penilaian secara metode indirek: konsentrasi magnesium di whole blood – {konsentrasi di plasma X ( 1- Hct dalam desimal)}, per gram Hb atau per jumlah eritrosit.46

Alat yang digunakan Cobas Mira spektrofotometri tipe 50/60 Hz 850 VA. Serial no 25-1459. Alat ini kalibrasikan setahun 2 kali sesuai standar.

3.9. ANALISA DATA

Analisa data dilakukan dengan memakai SPSS 10 untuk melihat perbedaan antar variabel menggunakan uji t maupun alternatifnya.47

Ukuran nilai statistik :48 Batas kemaknaan

- nilai p > 0,05 : tidak bermakna - nilai p < 0,05 : berbeda makna

commit to user

Bagian Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FK UNS / RSUD Dr.Moewardi, 2011 25 Penderita asma rawat jalan

Umur 18-70 tahun

Tidak merokok Anamnesis

Pemeriksaan fisis Pemeriksaan APE Diagnosis

Asma stabil (GINA)

Penjelasan Penawaran

Persetujuan (inform concent)

Tidak setuju ikut penelitian

Eksklusi

Setuju ikut penelitian Memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi

Penilaian tingkat kontrol dengan ACT

Asma terkontrol sebagian Asma tidak terkontrol

Kadar Mg eritrosit Kadar Mg eritrosit Analisis statistik Kadar Mg eritrosit Magnesium oral Kadar Mg eritrosit Analisis statistik Analisis statistik Kadar Mg eritrosit Kadar Mg eritrosit Analisis statistik Analisis statistik Tidak memenuhi kriteria inklusi 3.10. ALUR PENELITIAN Analisis statistik Analisis statistik

commit to user

Bagian Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FK UNS / RSUD Dr.Moewardi, 2011 26

BAB IV

Dokumen terkait