• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian dilakukan pada pasien asma stabil di poliklinik paru RSUD Dr. Moewardi Surakarta mulai bulan Juni sampai dengan Agustus 2010. Subjek penelitian dibagi dalam dua kelompok yaitu asma terkontrol sebagian dan asma tidak terkontrol sesuai penilaian tingkat kontrol asma dengan kuesioner ACT. Setiap pasien dilakukan pemeriksaan magnesium intrasel eritrosit dengan metode indirek sebanyak tiga kali pemeriksaan dengan rentang waktu antar pemeriksaan 5 hari. Setelah pemeriksaan magnesium kedua pasien yang mengalami hipomagnesium mendapat terapi magnesium hidroksida oral selama 5 hari kemudian diperiksa ulang magnesium. Penelitian untuk tiap masing-masing sampel berlangsung selama 10 hari dan tidak ada laporan efek samping pemberian magnesium oral. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kadar magnesium intrasel eritrosit pada kelompok penelitian pasien asma tidak terkontrol dan asma terkontrol sebagian dengan dan tanpa pemberian magnesium oral.

A. Karakteristik subjek penelitian

Subjek penelitian sejumlah 42 orang terdiri dari 15 orang laki-laki (35,7%) dan 27 perempuan (64,3%). Kelompok penelitian terdiri dari 21 orang asma terkontrol sebagian dan 21 orang asma tidak terkontrol. Kelompok asma terkontrol sebagian terdiri dari 13 perempuan (61,9%), 8 laki-laki (38,1%) dan asma tidak terkontrol terdiri dari 14 perempuan (66,7%) dan 7 laki-laki (33,3%). Rerata umur kelompok asma terkontrol sebagian 43,57 tahun dan kelompok asma tidak terkontrol 43,10 tahun. Rerata kadar Hb kelompok asma terkontrol sebagian 13,16 gr% dan kelompok asma tidak terkontrol 13,27 gr%. Rerata IMT asma terkontrol sebagian 24,99 dan kelompok asma tidak terkontrol 24,34. Hasil tersebut tercantum pada tabel 5 dan 6.

commit to user

Bagian Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FK UNS / RSUD Dr.Moewardi, 2011 27 Tabel 5. Perbedaan jenis kelamin kedua kelompok pasien asma.

NO VARIABEL Terkontrol Sebagian Tidak Terkontrol ANALISIS

n % n % Hasil p

1 JENIS KELAMIN 21 100 21 100

Laki-laki 8 38,1 7 33,3 X2=0,104 0,747

Perempuan 13 61,9 14 66,7

Dilakukan dengan uji Chi Kuadrat (X2).

Tabel 6. Perbedaan Rerata Umur, Hb dan IMT kedua kelompok pasien asma.

NO VARIABEL Terkontrol Sebagian Tidak Terkontrol ANALISIS

Rerata SD Rerata SD Hasil p

1 Umur (tahun) 43,57 12,71 43,10 12,25 t=0,124 0.902

2 Hb 13,16 1,43 13,27 1,79 t=-0,271 0,787

3 IMT 24,99 5,46 24,34 4,99 Z=-0,390 0,689

Membandingkan variabel numerik kedua kelompok penelitian dengan menggunakan Uji t tidak berpasangan atau uji alternatif (Uji Mann Whitney).

Kelompok asma terkontrol sebagian dan asma tidak terkontrol berdasarkan jenis kelamin, umur, Hb dan IMT secara statistik didapatkan tidak berbeda bermakna. Kedua kelompok penelitian tersebut menggunakan inhalasi dosis terukur steroid (budesonide) dengan dosis 400 – 800 µgr setiap hari dan inhalasi β2 agonis (salbutamol) 200 µgr bila perlu.

B. Proporsi hipomagnesium pada kedua kelompok penelitian

Hasil pemeriksaan magnesium sebelum terapi magnesium diberikan, yang mengalami hipomagnesium pada kelompok asma terkontrol sebagian sebanyak 9 orang (42,9%) dan pada kelompok asma tidak terkontrol sebanyak 13 orang (61,9%) terlihat pada tabel 7.

commit to user

Bagian Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FK UNS / RSUD Dr.Moewardi, 2011 28 Tabel 7. Perbandingan proporsi yang mengalami hipomagnesium dan yang tidak

mengalami hipomagnesium pada kedua kelompok pasien asma.

VARIABEL Terkontrol Sebagian Tidak Terkontrol ANALISIS

n % n % X2 p

Kadar Magnesium (Mg) pra-terapi 21 100 21 100

Mg ≤ 4,44 (Hipomagnesium) 9 42,9 13 61,9 0,859 0,354

Mg > 4,44 12 57.1 8 38.1

Dilakukan dengan uji Chi Kuadrat (X2).

Hasil perhitungan statistik tidak terdapat perbedaan proporsi pasien yang mengalami hipomagnesium dan yang tidak mengalami hipomagnesium antara kedua kelompok pasien asma, dengan nilai p=0,354 (>0,05).

C. Kadar magnesium pada kedua kelompok penelitian

Hasil pemeriksaan magnesium I (hari ke-0) didapatkan rerata kadar magnesium pada kelompok asma terkontrol sebagian 4,29 ± 0,32 mg/dl dengan nilai kadar terendah 3,84 mg/dl dan tertinggi 4,11 mg/dl sedangkan rerata kadar magnesium asma tidak terkontrol 4,24 ± 0,27 mg/dl dengan nilai kadar terendah 3,77 mg/dl dan tertinggi 4,23 mg/dl. Pemeriksaan magnesium II (hari ke-5) didapatkan rerata kadar magnesium pada kelompok asma terkontrol sebagian 4,28 ± 0,29 mg/dl dengan nilai kadar terendah 3,78 mg/dl dan tertinggi 4,21 mg/dl sedangkan rerata kadar magnesium asma tidak terkontrol 4,22 ± 0,27 mg/dl dengan nilai kadar terendah 3,82 mg/dl dan tertinggi 4,24 mg/dl. Pemeriksaan magnesium III (hari ke-10) didapatkan rerata kadar magnesium pada kelompok asma terkontrol sebagian 4,43 ± 0,14 mg/dl dengan nilai kadar terendah 4,19 mg/dl dan tertinggi 4,61 mg/dl sedangkan rerata kadar magnesium asma tidak terkontrol 4,38 ± 0,11 mg/dl dengan nilai kadar terendah 4,22 mg/dl dan tertinggi 4,57 mg/dl. Rerata kadar magnesium dapat dilihat pada tabel 8 dan perhitungan statistik terlihat pada tabel 9.

commit to user

Bagian Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FK UNS / RSUD Dr.Moewardi, 2011 29 Tabel 8. Rerata kadar magnesium (Mg) kedua kelompok pasien asma.

No Variabel Asma Terkontrol Sebagian Asma Tidak terkontrol n Rerata SD Min Maks n Rerata SD Min Maks

1 Mg I 21 4,29 0,32 3.84 4.11 21 4,24 0,27 3.77 4.23

2 Mg II 21 4,28 0,29 3.78 4.21 21 4,22 0,27 3.82 4.24

3 Mg III 9 4,43 0,14 4.19 4.61 12 4,38 0,11 4.22 4.57

Data Primer, 2010. Menggambarkan jumlah subjek penelitian (n), rerata kadar magnesium dan standar deviasi (SD) dengan tiga kali pengukuran pada masing-masing kelompok penelitian.

Tabel 9. Perbedaan rerata kadar magnesium (Mg) I, II dan III kedua kelompok pasien asma.

NO VARIABEL Terkontrol Sebagian Tidak Terkontrol ANALISIS

n Rerata SD n Rerata SD Hasil P

1 Magnesium I 21 4,29 0,32 21 4,24 0,27 Z=-0,390 0.696

2 Magnesium II 21 4,28 0,29 21 4,22 0,27 Z=-0,440 0,660

3 Magnesium III 9 4,43 0,14 12 4,38 0,11 t=0,924 0,367

Membandingkan variabel numerik kedua kelompok penelitian dengan menggunakan Uji t tidak berpasangan bila memenuhi syarat atau uji alternatif (Uji Mann Whitney).

Diantara pemeriksaan magnesium I dan II pasien tidak mendapat terapi magnesium. Setelah pemeriksaan magnesium II baik kelompok asma terkontrol sebagian maupun asma tidak terkontrol yang mengalami hipomagnesium diberikan terapi magnesium hidroksida (antasida sirup) 600 mg/hari selama 5 hari kemudian dilakukan pemeriksaan magnesium III. Perhitungan statistik didapatkan tidak ada perbedaan bermakna antara kedua kelompok penelitian tersebut baik pemeriksaan magnesium I, II maupun III.

commit to user

Bagian Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FK UNS / RSUD Dr.Moewardi, 2011 30

D. Perbedaan rerata pengukuran Mg I, II, dan III pada asama terkontrol sebagian

Hasil pemeriksaan magnesium pada kelompok asma terkontrol sebagian didapatkan rerata kadar magnesium I adalah 4,29 ± 0,32 mg/dl (n=21) dan rerata kadar magnesium II adalah 4,28 ± 0,29 mg/dl (n=21). Frekuensi pasien pada kelompok asma terkontrol sebagian yang mengalami hipomagnesium adalah 9 orang sehingga terapi magnesium diberikan pada kelompok ini hanya pada 9 orang tersebut. Hasil rerata kadar magnesium I adalah 3,95 ± 0,09 (n=9), rerata kadar magnesium II adalah 3,97 ± 0,13 (n=9) dan rerata kadar magnesium III adalah 4,43 ± 0,14 (n=9) seperti terlihat pada tabel 10 dan grafik 1.

Tabel 10. Perbedaan Rerata Kadar antara pengukuran Magnesium I, II dan III darah pada kelompok pasien Asma Terkontrol Sebagian.

No Variabel Rerata SD Rerata SD t p

1 Mg I – Mg II (n=21) 4,29 0,31 4,28 0,29 0,703 0,490

2 Mg I – Mg III (n=9) 3,95 0.09 4,43 0,14 -20,39 0,000

3 Mg II – Mg III (n=9) 3.97 0,13 4,43 0,14 -20,13 0,000

Membandingkan variabel numerik dalam setiap kelompok penelitian dengan

menggunakan Uji t berpasangan bila memenuhi syarat atau uji alternatif (Uji Wilcoxon). Perbedaan rerata kadar magnesium I dan II (n=21) secara stastitik tidak ada perbedaan secara bermakna (p=0,490). Sedangkan perbedaan rerata kadar magnesium I dan III (n=9) maupun rerata kadar magnesium II dan III (n=9) terdapat perbedaan yang bermakna (p=0,000).

commit to user

Bagian Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FK UNS / RSUD Dr.Moewardi, 2011 31 Grafik 1. Peningkatan rerata kadar magnesium pada kelompok asma terkontrol

sebagian (n=9).

E. Perbedaan rerata pengukuran Mg I, II, dan III pada asam tidak terkontrol.

Hasil pemeriksaan magnesium pada kelompok asma tidak terkontrol didapatkan rerata kadar magnesium I adalah 4,24 ± 0,27 mg/dl (n=21) dan rerata kadar magnesium II adalah 4,22 ± 0,27 mg/dl (n=21). Frekuensi pasien pada kelompok asma tidak terkontrol yang mengalami hipomagnesium adalah 12 orang sehingga terapi magnesium diberikan pada kelompok ini hanya pada 12 orang tersebut. Hasil rerata kadar magnesium I adalah 4,03 ± 0,14 mg/dl (n=12), rerata kadar magnesium II adalah 4,01 ± 0,12 mg/dl (n=12) dan rerata kadar magnesium III adalah 4,38 ± 0,11 mg/dl (n=12) seperti terlihat pada tabel 11 dan grafik 2.

3,95 3,97 4,43 3,7 3,8 3,9 4 4,1 4,2 4,3 4,4 4,5

commit to user

Bagian Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FK UNS / RSUD Dr.Moewardi, 2011 32 Tabel 11. Perbedaan Rerata Kadar antara pengukuran Magnesium I, II dan III darah

pada kelompok pasien Asma Tidak Terkontrol.

No Variabel Rerata SD Rerata SD t p

1 Mg I – Mg II (n=21) 4,24 0,27 4,22 0,27 1,254 0,224

2 Mg I – Mg III (n=12) 4,03 0,14 4,38 0,11 -11,66 0,000

3 Mg II – Mg III (n=12) 4,01 0,12 4,38 0,11 -13,67 0,000

Membandingkan variabel numerik dalam setiap kelompok penelitian dengan menggunakan Uji t berpasangan bila memenuhi syarat atau uji alternatif (Uji Wilcoxon). Perbedaan rerata kadar magnesium I dan II (n=21) secara stastitik tidak ada perbedaan secara bermakna (p=0,224). Sedangkan perbedaan rerata kadar magnesium I dan III (n=12) maupun rerata kadar magnesium II dan III (n=12) terdapat perbedaan yang bermakna (p=0,000).

Grafik 2. Peningkatan rerata kadar magnesium pada kelompok asma tidak terkontrol (n=12). 4,03 4,01 4,38 3,8 3,9 4 4,1 4,2 4,3 4,4 4,5

commit to user

Bagian Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FK UNS / RSUD Dr.Moewardi, 2011 33

BAB V PEMBAHASAN

Asma adalah suatu inflamasi kronik saluran napas dengan beberapa elemen seluler memegang peranan penting. Inflamasi kronik ini bersama-sama dengan hiperresponsif saluran napas menimbulkan episode wheezing, sesak napas, rasa berat di dada dan batuk yang berulang terutama malam dan dini hari. Obstruksi saluran napas yang terjadi bersifat reversibel baik secara spontan atau pemberian terapi.23 Fantidis dkk tahun 1995 pertama kali melaporkan kadar Mg yang rendah di polimorfonuklear (PMN) pasien asma dibandingkan dengan kontrol.dikutip dari 49 Selain itu magnesium menyebabkan perubahan kapasitas volume paksa dan atau volume ekspirasi paksa detik pertama.20 Homeostasis Mg tergantung asupan diet. Sistem regulasi Mg pada fungsi mobilisasi tulang dan sirkulasi tidak diketahui. Beberapa faktor yang menyebabkan berubahnya rasio Mg intraseluler dan ekstraseluler antara lain asidosis, iskemi, stimulasi reseptor alfa dan beta yang menyebabkan Mg keluar dari sel. Hipomagnesemia ringan tidak menyebabkan kelainan patofisiologik yang bermakna, tetapi jika memberat akan tampak eksitabilitas neuromuskuler seperti tremor, twitching, seizures, tetani dan kelelahan otot termasuk otot pernapasan.27

Penelitian ini merupakan studi eksperimental karena kelompok penelitian baik asma terkontrol sebagian maupun asma tidak terkontrol diambil sampel darah vena tiga kali dengan jarak tiap pemeriksaan lima hari. Seluruh sampel yang mengalami hipmagnesium diberikan terapi magnesium oral dan dilihat peningkatan kadar magnesium intrasel eritrosit setelah terapi. Berdasarkan perhitungan statistik jumlah n per kelompok asma sebesar 21 orang sehingga total seluruh sampel dua kelompok penelitian sebesar 42 orang. Kedua kelompok ini lama pemakaian β2 agonis dan steroid

inhalasi lebih dari 1 bulan. Penulis tidak melakukan pemeriksaan kadar kortisol dan salbutamol darah.

commit to user

Bagian Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FK UNS / RSUD Dr.Moewardi, 2011 34

A. Karakteriksik subjek penelitian

Seluruh subjek sebanyak 42 orang terdiri dari 15 orang laki-laki dan 27 perempuan. Perhitungan statistik tidak ada perbedaan bermakna untuk jenis kelamin antar kelompok penelitian. Pasien asma yang didapatkan lebih banyak perempuan 27 orang. Hasil ini sesuai dengan laporan Thomson dkk.50 di Amerika Serikat menemukan asma lebih tinggi pada perempuan seiring prevelensi asma meningkat dari 31 sampai 55 per 1000 populasi dan bahkan kecenderungan akan meningkat di dunia. Penelitian oleh Harsono tahun 2004 RS Persahabatan Jakarta juga didapatkan perempuan lebih banyak (70,9%) dibanding laki-laki.56 Umur yang diikutsertakan dalam penelitian termuda 17 tahun dan tertua 67 tahun secara statistik tidak ada perbedaan bermakna.

Seluruh sampel tidak ada yang menderita anemia, pemeriksaan kadar hemoglobin (Hb) pada kedua kelompok penelitian tidak ada perbedaan bermakna (p=0,787), sehingga diasumsikan sirkulasi darah khususnya intrasel eritrosit tidak ada perbedaan antara kedua kelompok. Magnesium terutama sebagai kation intraselular, lebih dari 99% terdapat dalam ruang intraselular. Kadar Mg intraseluler dapat rendah walaupun kadar Mg ekstraseluler normal.27

Indeks masa tubuh antara kelompok asma terkontrol sebagian dan asma tidak terkontrol tidak ada perbedaan bermakna (p= 0,689). Thomson dkk.50 menemukan meningkatnya obese pada perempuan lebih besar sejalan dengan peningkatan jumlah asma pada perempuan. Camargo dkk.dikutip dari 51 terdapat hubungan antara asma dengan IMT yang obese lebih banyak ditemukan pada perempuan dewasa. Chen dkk. dikutip dari 51 menemukan hubungan asma dengan obese pada perempuan tetapi tidak terdapat pada laki-laki. Perempuan dengan IMT ≥ 30 kg/m2

akan mendapatkan risiko 2,7 kali medapatkan asma dibandingkan dengan IMT perempuan antara 20 kg/m2 sampai dengan 22,4 kg/m2.52

Pasien yang obese lebih sering mendapatkan gejala serangan asma akut berat dan

menggunakan inhasi β-agonis lebih banyak dibandingkan dengan IMT yang lain. Kelompok asma obese mungkin tidak melibatkan hiperesponsif bronkial atau obstruksi saluran napas reversibel tetapi oleh karena refleks dispneadengan kelebihan berat badan

commit to user

Bagian Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FK UNS / RSUD Dr.Moewardi, 2011 35 sering menyebabkan salah menegakkan diagnosis.50 Platts dan Mills.dikutip dari 53 mengatakan hubungan antara asma dengan IMT obese dan mengi mungkin disebabkan kurang bernapas dalam menyebabkan penurunan / berkurangnya diameter otot bronkial sehingga saluran napas sempit. Korelasi asma dengan obese mungkin disebabkan karena diet misal asupan rendah anti oksidan., efek samping kortikosteroid oral, menolak melakukan olah raga dengan alasan untuk mencegah serangan asma karena olah raga. Hubungan asma dengan dengan perempuan mempunyai efek kausal yang kuat dan relevan disebabkan hormon estrogen. Hormon estrogen mempunyai implikasi faktor risiko terhadap asma perempuan dewasa dan mungkin mempunyai kontribusi terhadap prevelensi asma yang tinggi pada perempuan. Pendapat spekulasi dari Platts, estrogen mempunyai efek terhadap asma mungkin karena perempuan bertambah gemuk dan obesiti berhubungan dengan kadar estrogen yang tinggi pada perempuan premenopause.53

B. Proporsi hipomagnesium pada kedua kelompok penelitian

Pemeriksaan magnesium eritrosit pada penelitian ini menggunakan metode indirek. Deuster dkk.46 melaporkan metode indirek dan direk dapat digunakan untuk analisis magnesium eritrosit dengan menggunkan HNO3 untuk melisiskan eritrosit. Dibandingkan dengan metode direk, indirek lebih reproduksbel, reliabel, akurat dan waktu yang singkat. Batas magnesium normal pada penelitian ini diambil dengan batas terendah sebesar 4,44 mg/dl dan tertinggi 7,10 mg/dl.45

Hasil pemeriksaan yang didapatkan pada kedua kelompok penelitian yang mengalami hipomagnesium pada kelompok asma terkontrol sebagian sebanyak 9 orang (42,9%) dan pada kelompok asma tidak terkontrol sebanyak 13 orang (61,9%). Alamoudi dkk.54 melaporkan hasil penelitian kadar magnesium serum pada 93 pasien asma stabil didapatkan 25 orang (26,9%) mengalami hipomagnesium. Hasil penelitian lain oleh Darjani dkk.55 memperlihatkan 40,5% pasien dengan asma stabil mengalami penurunan kadar magnesium serum. Hasil penelitian ini didapatkan proporsi hipomagnesium lebih tinggi dibandingkan penelitian tersebut kemungkinan karena

commit to user

Bagian Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FK UNS / RSUD Dr.Moewardi, 2011 36 penelitian ini melakukan pemeriksaan magnesium intrasel eritrosit. Seperti telah disebutkan dalam tinjauan pustaka bahwa pemeriksaan magnesium serum dilaporkan mempunyai spesifitas tinggi namun sensitivitas rendah serta penurunan magnesium intraseluler dapat terjadi meskipun dari pemeriksaan serum normal.31

C. Perbedaan kadar magnesium antar kelompok penelitian

Rerata kadar magnesium I pada kelompok asma terkontrol sebagian 4,29 ± 0,32 mg/dl sedangkan rerata kadar magnesium I asma tidak terkontrol 4,24 ± 0,27 mg/dl. Rerata kadar magnesium II pada kelompok asma terkontrol sebagian 4,28 ± 0,29 mg/dl sedangkan rerata kadar magnesium II asma tidak terkontrol 4,22 ± 0,27 mg/dl. Rerata kadar magnesium III pada kelompok asma terkontrol sebagian 4,43 ± 0,14 mg/dl sedangkan rerata kadar magnesium III asma tidak terkontrol 4,38 ± 0,11 mg/dl. Secara statistik tidak ada perbedaan bermakna pada kadar magnesium I, II dan III antara kedua kelompok penelitian. Penulis belum menemukan penelitian sebelumnya yang melaporkan perbedaan kadar magnesium baik serum maupun intasel eritrosit pada tingkat kontrol asma. Penelitian yang dilakukan Harsono56 melaporkan kadar magnesium intasel eritrosit antara 30 orang asma stabil (persisten ringan, sedang dan berat) dan 30 orang asma intermiten tidak didapatkan perbedaan bermakna (p=0,772).

Emelyanov dkk.40 mengemukakan magnesium diperlukan untuk regulasi tonus

bronkomotor dan asupan yang rendah magnesium berhubungan dengan hiperesposif saluran napas.

Hasil penelitian ini walaupun tidak berbeda bermakna tetapi kadar magnesium I, II dan III asma tidak terkontrol lebih rendah dibandingkan dengan kadar magnesium I, II dan III asma terkontrol sebagian. Belum ada penjelasaan mengapa konsentrasi magnesium rendah pada asma stabil terutama asma tidak terkontrol namun kadar magnesium yang rendah dapat sebagai pemicu eksaserbasi akut atau berhubungan dengan peningkatan pasien rawat, Alamoudi dkk.5 mengatakan kadar magnesium yang rendah akan meyebabkan peningkatan hipereaktiviti dan hiperesponsif saluran napas. Bronkokonstriksi pada asma dengan eksaserbasi akut mungkin terjadi melalui

commit to user

Bagian Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FK UNS / RSUD Dr.Moewardi, 2011 37 peningkatan produksi asetilkolin pada ujung syaraf kolinergik atau melalui peningkatan pelepasan histamin dari mast sel atau melalui peningkatan kalsium masuk ke dalam sel otot polos jalan napas.

D. Perbedaan kadar magnesium tanpa dan dengan pemberian magnesium oral

Pemeriksaan magnesium intasel eritrosit pada kelompok asma terkontrol sebagian rerata kadar magnesium I adalah 4,29 ± 0,32 mg/dl (n=21) dan rerata kadar magnesium II adalah 4,28 ± 0,29 mg/dl (n=21). Frekuensi pasien pada kelompok asma terkontrol sebagian yang mengalami hipomagnesium adalah 9 orang sehingga terapi magnesium diberikan pada kelompok ini hanya pada 9 orang tersebut. Hasil rerata kadar magnesium I adalah 3,95 ± 0,09 (n=9), rerata kadar magnesium II adalah 3,97 ± 0,13 (n=9) dan rerata kadar magnesium III adalah 4,43 ± 0,14 (n=9). Perbedaan rerata kadar magnesium I dan II (n=21) secara stastitik tidak ada perbedaan bermakna (p=0,490). Perbedaan rerata kadar magnesium I dan III (n=9) maupun rerata kadar magnesium II dan III (n=9) terdapat perbedaan yang bermakna (p=0,000). Pemeriksaan magnesium pada kelompok asma tidak terkontrol rerata kadar magnesium I adalah 4,24 ± 0,27 mg/dl (n=21) dan rerata kadar magnesium II adalah 4,22 ± 0,27 mg/dl (n=21). Frekuensi pasien kelompok asma tidak terkontrol yang mengalami hipomagnesium adalah 12 orang sehingga terapi magnesium diberikan pada kelompok ini hanya pada 12 orang tersebut. Rerata kadar magnesium I adalah 4,03 ± 0,14 (n=12), rerata kadar magnesium II adalah 4,01 ± 0,12 (n=12) dan rerata kadar magnesium III adalah 4,38 ± 0,11 (n=12). Perbedaan rerata kadar magnesium I dan II (n=21) secara stastitik tidak ada perbedaan secara bermakna. Perbedaan rerata kadar magnesium I dan III (n=12) maupun rerata kadar magnesium II dan III (n=12) terdapat perbedaan yang bermakna (p=0,000).

Hasil pemeriksaan magnesium I dan II pada kedua kelompok penelitian tanpa pemberian terapi magnesium hidroksida (antasida) tidak ada perbedaan bermakna, hal tersebut menunjukkan tidak ada perbedaan kondisi pasien pada kedua kelompok penelitian selama tanpa pemberian magnesium. Hasil pemeriksaan magnesium III pada kedua kelompok penelitian setelah pemberian terapi magnesium hidroksida (antasida)

commit to user

Bagian Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FK UNS / RSUD Dr.Moewardi, 2011 38 dibandingkan pemeriksaan magnesium I dan II (tanpa terapi magnesium) terdapat perbedaan bermakna. Hasil tersebut seusai dengan Davenport dkk.57 melakukan percobaan pada binatang sapi yang diberikan terapi magnesium hidroksida oral selama 3 hari terjadi peningkatan kadar magnesium serum secara bermakna (p<0,01). Ghahiri dkk.58 melaporkan penelitian pada 68 pasien preeklampsia ringan yang mendapat terapi magnesium oral 2 gram, setelah 3 jam dilakukan pemeriksaan ulang kadar magnesium terjadi peningkatan secara bermakna.

Rerata kadar magnesium III pada penelitian ini baik kelompok asma terkontrol sebagian maupun asma tidak terkontrol walupun terdapat perbedaan bermakna dengan rerata kadar magnesium I dan II tetapi secara keseluruhan rerata masih dibawah nilai normal hal ini mungkin disebabkan karena pemakaian β agonis dan steroid yang tidak

terpantau dalam waktu 5 hari selama pembeian terapi magnesium oral. Keadaan ini mungkin disebabkan selama penelitian tidak ada pemantauan saat pasien di rumah selama 5 hari terapi magnesium oral apakah terjadi eksaserbasi dan menggunakan obat anti asma tidak sesuai standar serta pengawasan diet untuk menjamin asupan magnesium, berbeda bila pasien tersebut dirawat dan dapat terus dipantau keadaannya.

Defisiensi magnesium diketahui meningkatkan konsentrasi kalsium intraselular, meningkatkan jumlah peroksida lipid, meningkatkan sekresi histamin dan meningkat kan sitokin inflamasi (IL-1, IL-6).. magnesium juga menghambat transmisi kolinergik, keadaan ini mungkin menjekaskan mengapa defisiesi magnesium intraselular berhubungan dengan inflamasi saluran napas dan hipereaktiviti saluran napas.5 Saat terjadi bronkokonstriksi magnesium dipaksa keluar dari ruang intraselular yang digunakan sebagai penghambat kanal kalsium alamiah, menyebabkan kontraksi otot polos aluran napas. Selain itu juga radikal bebas seperti hidrogen peroksida dan histamin dilepaskan oloh sel-sel inflamasi secara langsung dalam reaksi enzimatik. Hidrogen peroksida dapat sebagai pemicu secara tidak langsung ke eritrosit (merusak Na+/Mg2+ Atpase antiport) menyebabkan bertambah banyak magnesium keluar dari ruang intraselular.7,34

commit to user

Bagian Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FK UNS / RSUD Dr.Moewardi, 2011 39

BAB VI

Dokumen terkait