• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.4.1 Pengertian bahan tambahan pangan

Definisi Bahan Tambahan Pangan (BTP) berdasarkan Permenkes No. 722/Menkes/Per/IX/88 yaitu bahan yang ditambahkan dan dicampurkan untuk maksud`teknologi pada pembuatan, pengolahan, penyiapan, perlakukan, pengepakan, pengemasan, penyimpanan atau pengangkutan makanan untuk menghasilkan suatu komponen atau mempengaruhi sifat khas makanan tersebut.

Menurut Anwar (2004) bahan tambahan makanan digunakan untuk mendapatkan pengaruh tertentu seperti: untuk memperbaiki tekstur, rasa, penampilan, dan memperpanjang daya simpan Demikian pula Nurjanah et al. (1992), menyatakan keberadaan BTP sebatas membantu membuat makanan nampak lebih berkualitas, lebih menarik, rasa dan tekstur makanan lebih sempurna, yang kesemuanya sangat membantu proses pengolahannya. Zat-zat tersebut digunakan dalam jumlah sedikit, dapat bergizi maupun tidak, namun

manfaatnya terkadang sangat menakjubkan. Secara rinci golongan bahan tambahan makanan dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Golongan bahan tambahan makanan

No. Golongan Contoh jenis bahan

1. Antioksidan Butil hidroksianisol (BHA), butil hidroksitoluen

(BHT), asam askorbat, propil galat, tokoferol.

2. Antikempal Aluminium silikat, magnesium karbonat,

trimagnesium fosfat

3. Pengatur keasaman Amonium hidroksida, asam asetat, asam klorida,

asam laktat, asam sitrat

4. Pemanis Siklamat, sakarin, aspartam

5. Pemutih dan

pematang tepung

Asam askorbat, aseton peroksida, kalium bromat 6. Pengemulsi,

pemantap, pengental

Agar, alginat, gelatin, gum arab, lesitin, karboksimetilselulosa, polisorbat

7. Pengawet Asam benzoat, asam propionat, asam sorbat, kalium

metabisulfit, natrium nitrit.

8. Pengeras Aluminium amonium sulfat, kalsium glukonat,

kalsium karbonat, kalsium klorida.

9. Pewarna Karamel, beta-karoten, klorofil, kurkumin, biru

berlian, eritrosin, indigotin, kuning FCF, ponceau 4R.

10. Penyedap, penguat

rasa

Asam butirat, asam kaproat, benzaldehida, metil salisilat, asam L-glutamat, asam inosinat.

11. Sekuestran Asam fosfat, asam sitrat, kalium tripolifosfat.

Sumber : Permenkes No. 722/Menkes/Per/IX/88

Menurut Anwar (2004) penggunaan bahan tambahan makanan yang melebihi batas yang telah ditetapkan atau diluar daftar yang telah ditetapkan dapat merugikan atau membahayakan kesehatan. Demikian pula menurut Warta Konsumen (1990), BTP merupakan senyawa kimia yang dapat memberikan pengaruh negatif bagi kesehatan manusia apabila digunakan secara berlebih seperti: kanker, reaksi alergi, hiperaktif, dan asma.

2.4.2 Kebijakan bahan tambahan pangan

Ada sebanyak 7 (tujuh) peraturan yang menyangkut penggunaan bahan tambahan pangan termasuk produk perikanan yang terdiri dari 3 (tiga) Undang-

Undang, 1 (satu) Peraturan Pemerintah, dan 3 (tiga) Keputusan Menteri. Nama peraturan dan pasal-pasal maupun ayat yang terkait dengan bahan tambahan pangan dari setiap peraturan tersebut disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Peraturan dan pasal-pasal yang terkait dengan bahan tambahan pangan

No Peraturan Pasal dan ayat terkait Bahan Tambahan Pangan

(BTP) 1. Undang-Undang RI

No.31 Tahun 2004 tentang Perikanan

Pasal 23

(1) setiap orang dilarang menggunakan bahan

baku, bahan tambahan makanan, bahan penolong, dan/atau alat yang membahayakan kesehatan manusia dan/atau lingkungan dalam melaksanakan penanganan dan pengolahan ikan

(2) pemerintah menetapkan bahan baku, bahan

tambahan makanan, bahan penolong, dan/atau alat yang membahayakan kesehatan manusia dan/atau lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

Pasal 91

Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan bahan baku, bahan tambahan makanan, bahan penolong, dan/atau alat yang membahayakan kesehatan manusia dan/atau lingkungan dalam melaksanakan penanganan dan pengolahan ikan sebagaimana dimaksud dalam pasal 23 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling banyak Rp 1.500.000.000,-

2. UU RI No. 7 Tahun

1996 tentang Pangan

Pasal 10

(1) setiap orang yang memproduksi pangan

untuk diedarkan dilarang menggunakan bahan apapun sebagai bahan tambahan pangan yang dinyatakan terlarang atau melampaui ambang batas maksimal yang ditetapkan

(2) pemerintah menetapkan lebih lanjut bahan

yang dilarang dan atau dapat digunakan sebagai bahan tambahan pangan yang dinyatakan terlarang atau melampaui ambang batas maksimal yang ditetapkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

Pasal 55

Barang siapa dengan sengaja menggunakan bahan yang dilarang digunakan sebagai bahan tambahan pangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan atau denda paling

banyak Rp 600.000.000,-

Barang siapa karena kelalaiannya menggunakan bahan yang dilarang digunakan sebagai bahan tambahan pangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan atau denda paling banyak Rp 120.000.000,- 3. Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen Pasal 4

Hak konsumen diantaranya adalah

a. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan

keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa

b. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan

jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa

Pasal 7

Kewajiban pelaku usaha diantaranya adalah

a. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan

usahanya

b. Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang

diproduksi dan/atau diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku

Pasal 8

(1) pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan barang dan/atau jasa yang diantaranya: tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan

4. Peraturan Pemerintah

No. 28 Tahun 2004 tentang Keamanan Pangan, Gizi, dan Mutu Pangan

Pasal 11

(1) Setiap orang yang memproduksi pangan untuk diedarkan, dilarang menggunakan bahan apapun sebagai bahan tambahan pangan yang dinyatakan terlarang.

(2) Bahan yang dinyatakan terlarang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Kepala Badan.

Pasal 12

(1) Setiap orang yang memproduksi pangan dengan menggunakan bahan tambahan pangan untuk diedarkan wajib menggunakan bahan tambahan pangan yang diizinkan.

(2) Nama dan golongan bahan tambahan pangan yang diizinkan, tujuan penggunaan dan batas maksimal penggunaannya menurut jenis pangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Kepala Badan.

(1) Bahan yang akan digunakan sebagai bahan tambahan pangan tetapi belum diketahui dampaknya bagi kesehatan manusia, wajib terlebih dahulu diperiksa keamanannya, dan dapat digunakan dalam kegiatan atau proses produksi pangan untuk diedarkan setelah memperoleh persetujuan Kepala Badan.

(2) Persyaratan dan tata cara memperoleh persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Kepala Badan

5. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 722/Menkes/Per/IX/88 tentang Bahan Tambahan Makanan Pasal 2

(1) bahan tambahan makanan yang diizinkan

dalam makanan dengan batas maksimum penggunaannya ditetapkan seperti tercantum dalam Lampiran I yang tidak terpisahkan dari peraturan ini

Pasal 3

(1)Bahan tambahan yg dilarang digunakan

sebagai bahan tambahan yang ditetapkan seperti tercantum dalam Lampiran II (9 bahan tambahan yang dilarang termasuk Formalin) yang tidak terpisahkan dari peraturan ini

Pasal 4

(1) Bahan yang dimaksud dalam pasal 3 ayat (1)

dinyatakan sebagai bahan berbahaya bila digunakan pada makanan

(2) Makanan yang mengandung bahan yang

disebut pada Pasal 3 dinyatakan sebagai makanan berbahaya

Pasal 19

Dilarang memproduksi, mengimport, mengedarkan atau menggunakan bahan tambahan makanan yang dimaksud pada pasal 3 sebagai bahan tambahan makanan

Pasal 28

Dengan tidak mengurangi ketentuan dalam KUHP, pelanggaran terhadap pasal 19 dan 20 dapat dikenakan sanksi berdasarkan pasal 2 ayat (1) Ordonansi Bahan-bahan berbahaya

6. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. KEP.01/MEN/2002 tentang Sistem Manajemen Mutu Terpadu Hasil Perikanan Pasal 5

(1) Bahan tambahan makanan hanya boleh

digunakan bila secara teknologi diperlukan

(2) Jenis dan batas maksimum penggunaan

bahan tambahan makanan yang diperbolehkan dalam pengolahan ikan harus sesuai dengan peraturan perundangan-undangan yang berlaku dan ditetapkan oleh Menteri Kesehatan

7. Peraturan Bersama Menteri Pertanian RI dan Menteri Kesehatan RI 31/Kpts/UM/1/1975- 32/T/Kab/B.U./75 tentang Pembinaan Mutu Hasil Perikanan

Pasal 3

(1) Bahan pembantu dan bahan tambahan

disengaja yang digunakan dalam penanganan dan pengolahan harus memenuhi persyaratan standar mutu yang ditetapkan untuk setiap kategori

(2) Penggunaan bahan tambahan disengaja

khususnya yang berasal dari bahan kimia, harus sesuai dengan peraturan tentang bahan tambahan disengaja yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan RI 8. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan RI No. Per.01/Men/2007 tentang Pengendalian Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan

Pasal 3

Pengendalian terhadap sistem jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan harus sesuai dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:

a Didasarkan pada analisis risiko

b Pelaku usaha turut bertanggung jawab

didalam memberikan jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan

c Menerapkan prinsip ketertelusuran bagi

pelaku usaha

d Menggunakan metode yang sesuai standar

nasional dan internasional

e Dilakukan oleh pengawas mutu yang ditunjuk

oleh otoritas kompeten dan difasilitasi sarana yang memadai

f Transparan dan bebas dari konflik

Pasal 4

Penanggung jawab utama pelaksanaan sistem jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan dibebankan kepada Ditjen P2HP selaku otoritas Kompeten di lingkungan Departemen Kelautan dan Perikanan

Pasal 12

(1)Pengendalian diatur dalam suatu sistem

pengendalian manajemen mutu terpadu (PMMT) yang terdiri dari prosedur pengendalian, prosedur pengesahan dan sertifikasi pada tahapan produksi primer, pengolahan, dan distribusi

Pasal 21

(1)Unit usaha yang berdasarkan hasil

pengendalian dinyatakan telah memenuhi persyaratan sistem jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan dapat diberikan sertifikat

Pasal 22

(1) untuk mendukung efektifitas pengendalian dan peningkatan jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan dilakukan monitoring terhadap residu obat, bahan kimia, bahan biologi, pakan,

kontaminan, mikrobiologi, organoleptik, biotoksin, dan histamin

9 Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan RI No. Kep.01/Men/2007

tentang Persyaratan Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan pada Proses Produksi, Pengolahan dan Distribusi

Bab II E.1

Penanggung jawab penanganan ikan di kapal penangkap dan pengangkut ikan harus bertanggung jawab dalam menerapkan cara penanganan ikan yang baik

Bab V A

Pelaku usaha perikanan pada tahap pengolahan:

1. Harus memenuhi persyaratan umum hygiene

sesuai dengan peraturan yang berlaku

2. Harus mengadopsi dan menerapkan

persyaratan sebagai berikut:

aSesuai dengan kriteria mikrobiologi, kimia, dan

fisik untuk hasil perikanan

bProsedur yang diperlukan untuk mencapai

target yang ditetapkan oleh peraturan ini

cSesuai dengan persyaratan pengendalian suhu

pada hasil perikanan

dMenjaga rantai dingin hasil perikanan

ePengambilan contoh dan pengujian

Bab V E.1

Setiap unit pengolahan wajib menerapkan sistem jaminan keamanan hasil perikanan berdasarkan konsepsi yang diverifikasi oleh inspektur dari otoritas kompeten

Bab VI 5.b

Pelaku usaha distribusi hasil perikanan harus mendokumentasikan sistem manajemen keamanan pangannya yang mencakup GHdP yang diterapkan

Dokumen terkait