• Tidak ada hasil yang ditemukan

Setiap bidang ilmu mempunyai tatabahasanya sendiri yakni seperangkat peraturan yang erat kaitannya dengan berbagai alat indera dalam hubungannya dengan penggunaan media. Bahasa yang digunakan oleh wartawan dinamakan bahasa pers atau bahasa jurnalistik, bahasa pers adalah salah satu ragam bahasa yang didasarkan pada bahasa baku, serta memperhatikan kaidah-kaidah tata bahasa dan ejaan yang benar, meski demikian bahasa jurnalistik tetap mengikuti perkembangan dalam masyarakat.41 Sarwoko juga berpendapat bahwa bahasa Indonesia Jurnalistik tidaklah berbeda dengan bahasa Indonesia baku, yang membedakan antara keduanya hanyalah penggunaannya, karena digunakan sebagai media penyampaian informasi, bahasa yang digunakan media massa memiliki kekhasan tersendiri dibandingkan dengan bahasa yang digunakan untuk keperluan lain.42

Bahasa jurnalistik disebut juga sebagai bahasa koran, bahasa jurnalistik dipengaruhi oleh kemampuan yang dimiliki oleh wartawan dan kebiasaan berbahasa yang dianut oleh insitusi media, selain itu bahasa jurnalistik juga dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut:43

40

Sedia Willing Barus, Jurnalistik Petunjuk Teknis Menulis Berita, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2010), hlm. 148.

41

Rosihan Anwar, Bahasa Jurnalistik dan Komposisi, (Yogyakarta: Penerbit Media Abadi, Cet. Kelima, 2004), hlm. 3.

42

Tri Adi Sarwoko, Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik. (Yogyakarta: CV ANDI OFFSET, Edisi 1, 2007), hlm. 1-2.

43

Syarifudin Yunus, Jurnalistik Terapan, (Bogor: Ghalia Indonesia, Cet. Pertama, 2010), hlm. 80.

1) Karena adanya keterbatasan ruang dan waktu yang dimiliki oleh wartawan dalam menulis berita. Bahasa jurnalistik dapat membantu wartawan untuk menulis berita tanpa meninggalkan unsur-unsur pokok dalam berita tersebut.

2) Karena mobilitas pembaca yang tinggi sehingga menjadikan kepentingan pembaca media menjadi terbatas, banyak pembaca hanya sekedar memperoleh informasi semata, tanpa mau membaca berita seluruhnya. Dengan demikian, bahasa jurnalistik yang lebih lugas dan informatif harus menjadi acuan, khususnya dalam penyajian head line atau lead berita. 3) Karena pembaca bersifat universal sehingga bahasa jurnalistik

harus mudah dibaca oleh setiap orang dengan latar belakang pendidikan dan tingkat intelektual yang minimal.

Bahasa dalam media cetak ibarat roh atau nyawa. Tanpa bahasa, media cetak tidak akan bermakna apa-apa. Dalam UU Pokok Pers nomor 40 tahun 1999, wartawan memiliki kebiasaan dalam bebahasa. Akan tetapi, karena keterbatasan media cetak, jurnalistik harus mempunyai ciri- ciri, antara lain:44

1) Singkat, artinya bahasa jurnalistik harus menghindari penjelasan yang panjang dan bertel-tele.

2) Padat, artinya bahasa jurnalistik yang singkat itu sudah mampu menyampaikan informasi yang lengkap. Semua yang diperlukan pembaca sudah tertampung di dalamnya. Menerapkan prinsip 5W+1H, pembuangan kata-kata adalah mubazir dan lebih baik menerapkan ekonomi kata.

3) Lugas, artinya bahasa jurnalistik mampu menyampaikan pengertia atau makna informasi secara langsung, dengan menghindari bahasa yang berbunga-bunga.

44

Eni Setiati, Ragam Jurnalistik Baru dalam pemberitaan, (Yogyakarta: Penerbit ANDI, Edisi 1, 2005), hlm. 88.

4) Menarik, artinya menggunakan pilihan kata yang masih hidup, tumbuh, dan berkembang. Hindari kata-kata yang sudah mati (tak pernah lagi digunakan dalam masyarakat)

5) Jelas, artinya informasi yang disampaikan jurnalis dengan mudah dapat dipahami oleh khalayak umum (pembaca). Struktur kalimatnya tidak menimbulkan penyimpangan atau pengertian makna yang berbeda, menghindari ungkapan bersayap atau bermakna ganda (ambigu). Oleh karena itu, sepantasnya bahasa jurnalistk menggunakan kata-kata bermakna denotatif (makna sebenarnya)

Ciri-ciri bahasa jurnalistik secara terperinci juga dipaparkan oleh Suhaimin dan Ruli Nasrullah, terdapat 17 ciri utama bahasa jurnalistik yang berlaku untuk semua media berkala (cetak dan online), yakni:45

1) Sederhana

Sederhana berarti selalu mengutamakan dan memilh kata atau kalimat yang paling banyak diketahui maknanya oleh khalayak pembaca yang sangat heterogen, baik dilihat dari tigkat intelektualitasnya maupun karakteristik demografis dan psikografisnya.

2) Singkat

Singkat berarti langsung kepada pokok masalah (to the point), tidak bertele-tele, tiadk berputa-putar sehingga tidak memboroskan waktu pembaca.

3) Padat

Padat dalam bahasa jurnalistik berarti sarat informasi, kalimat yang singkat tidak berarti memuat banyak informasi sedangkan kalimat yang padat pasti mengandung banyak informasi.

45

Suhaemin dan Ruli Nasrullah, Bahasa Jurnalistik, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, Cetakan 1, 2009), hlm. 11-17.

4) Lugas

Lugas berarti tegas, tidak ambigu, sekaligus menghidari eufemisme atau penghalusan kata dan kalimat yang membingungkan khalayak pembaca sehingga terjadi perbedaan persepsi dan kesalahan konklusi.

5) Jelas

Jelas berarti mudah ditangkap maksudnya, tidak baur dan kabur. Jelas susunan kata atau kalimat sesuai dengan kaidah SPOK, jelas sasaran dan maksudnya.

6) Jernih

Jernih berarti bening, tembus pandang, transparan, jujur, tulus, tidak menyembunyikan sesuatu yang lain yang bersifat negatif seperti prasangka atau fitnah.

7) Menarik

Menarik artinya mampu membangkitkan minat dan perhatian khalayak pembaca, memicu selera baca. Bahasa jurnalistik berpijak pada prinsip: menarik, benar, dan baku.

8) Demokratis

Salah satu ciri yang paling menonjol dari bahasa jurnalistik adalah demokratis. Demokratis berarti bahasa jurnalistik tidak mengenal tingkatan, pangkat, kasta baik dari penulis maupun pembaca.

9) Populis

Populis berarti setiap kata, istilah, atau kalimat apapun yang terdapat dalam karya-karya jurnalistik harus akrab di telinga, di mata, dan di benak pikiran khalayak pembaca.

10)Logis

Logis berarti apa pun yang terdapat dalam kata, istilah, kalimat, atau paragraf jurnalistik harus dapat diterima dan tidak bertentangan dengan kala sehat. Bahasa jurnalistik harus dapat

diterima dan sekaligus mencerminkan nalar dan sesuai dengan fakta.

11) Gramatikal

Bahasa jurnalistik harus mengikuti tata bahasa baku artinya bahasa resmi sesuai dengan ketentuan tata bahasa serta pedoman ejaan yang disempurnakan berikut pedoman pembentukan istilah yang menyertainya.

12)Menghindarkan kata tutur

Kata tutur ialah kata yang biasanya digunakan dalam percakapan sehari-hari secara informal. Kata tutur menekankan pada pengertian, sama sekali tidak memperhatikan masalah struktur dan tata bahasa.

13)Menghindarkan kata dan istilah asing

Berita ditulis untuk dibaca atau didengar. Pembaca atau pendengar harus mengetahui arti dan makna setiap kata yang dibaca atau didengar. Berita atau laporan yang banyak diselipi kata-kata asing, selain tidak informatif dan komunikasi juga membingungkan.

14)Pilihan kata (diksi) yang tepat

Pilihan kata atau diksi yang tidak tepat dalam setiap kata jurnalistik, bisa menimbulkan akibat fatal, diksi digunakan untuk mengungkapkan suatu ide atau gagasan tetapi juga gaya bahasa dan pengungkapan.

15)Mengutamakan kalimat aktif

Kalimat aktif lebih mudah dipahami dan lebih disukai oleh khalayak pembaca daripada kalimat pasif. Kalimat aktif lebih mempermudah pengertian dan memperjelas pemahaman. Kalimat pasif sering menyesatkan pengertian dan mengaburkan pemahaman.

16)Menghindari kata atau istilah teknis

Karena ditujukan untuk pembaca umum, maka bahasa jurnalistik harus sederhana, mudah dipahami, ringan dibaca. Istilah teknis hanya berlaku untuk kelompok atau komunitas tertentu yang bersifat homogen.

17)Tunduk kepada kaidah etika

Salah satu tujuan utama pers adalah edukasi, mendidik. Fungsi ini harus tercermin pada materi isi berita, laporan, gambar dan artikel-artikelnya, melainkan juga harus tampak pada bahasanya.

Eni Setiati memaparkan ciri-ciri bahasa jurnalistik yang dilihat dari segi penulisannya, seperti singkat, padat, lugas, menarik dan jelas. Suhaemin dan Nasrullah menjelaskan secara rinci, selain ciri-ciri bahasa jurnalistik yang dilihat dari segi penulisannya, bahasa jurnalistik perlu mengutamakan penyajian tulisan dengan menggunakan pola kalimat berjenis aktif, dapat dilihat pada ciri-ciri point ke-15. Kalimat aktif dalam penyajian berita terbukti lebih mudah dipahami dan lebih disukai pembaca, serta dapat memperjelas pemahaman pembaca.

Di samping itu, karena sifat pembacanya umum, penggunaan kata/istilah teknis perlu diperhatikan, karena pada dasarnya kata/istilah yang umum disajikan agar pembaca dapat memahami. Bahasa jurnalistik juga harus tunduk dan patuh pada kaidah dan etika bahasa Indonesia yang baku, penggunaan bahasa yang sesuai dengan kaidah dan etika yang baku tentu akan menjadikan perusahan penerbitan media lebih profesional dan memiliki reputasi kuat di masyarakat.

Dokumen terkait