• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. dismenore

2.1.7. Bahaya Dismenore

Masih banyak perempuan yang menganggap nyeri haid sebagai hal biasa, mereka beranggapan 1 – 2 hari sakitnya akan hilang. Padahal nyeri haid hebat bisa menjadi tanda gejala endometriosis yang bisa mengakibatkan sulitnya punya keturunan.2,3,4

2.1.8. Penanganan.1,2,19,20

Pengobatan/ Medikamentosa.19,20

Pengobatan dismenore primer ditujukan untuk mengurangi nyeri panggul/ kram perut bawah dan gejala terkait (misalnya, sakit kepala, mual, muntah, flushing, diare) yang biasanya menyertai atau segera mendahului munculnya aliran menstruasi. Rasa sakit bisa muncul pada panggul dan kadang-kadang menjalar ke punggung dan paha. Sampai saat ini, farmakoterapi telah menjadi pengobatan yang paling handal dan efektif untuk mengatasi dismenore.

Karena hasil rasa sakit dari vasokonstriksi rahim, anoksia, dan kontraksi dimediasi oleh prostaglandin, mengurangi gejala-gejala sering dapat diperoleh dari penggunaan agen yang menghambat sintesis prostaglandin dan memiliki sifat anti-

memiliki mekanisme aksi yang berbeda dan dapat digunakan sebagai terapi ajuvan dalam kasus-kasus refrakter. Kurangnya respon terhadap NSAIDs dan kontrasepsi oral (atau kombinasi) dapat meningkatkan kemungkinan tipe dismenore sekunder.

19,20

Terapi lain untuk dismenore telah diusulkan, tetapi sebagian besar tidak diperhatikan. Ini termasuk tiamin, vitamin E, omega-3 asam lemak, magnesium, akupunktur, akupresur, berbagai obat-obatan herbal, nitrogliserin transdermal, kalsium channel blocker, beta-adrenergik agonis, antileukotrienes, dan stimulasi saraf transkutan listrik (TENS) unit .19

Penggunaan topikal panas terus menerus pada tingkat rendah mungkin bermanfaat untuk beberapa pasien. Pengobatan dismenore sekunder melibatkan koreksi penyebab organik yang mendasari. Langkah-langkah spesifik (medis atau bedah) mungkin diperlukan untuk mengobati patologi pelvis (misalnya, endometriosis) dan untuk memperbaiki dismenore terkait. Penggunaan berkala agen analgesik sebagai terapi tambahan mungkin bermanfaat. 19,20

Pembedahan

• Pembedahan umumnya tidak diindikasikan untuk pasien dengan dismenore primer.

19,20

• Pada pasien dengan dismenore sekunder, pengobatan patologi yang mendasari mungkin memerlukan intervensi bedah.

Dalam kasus dismenore, laparoskopi presacral neurectomy (PSN) atau ablasi saraf uterosakral (LUNA) terbukti efektif pada beberapa pasien selama 12 bulan setelah pengobatan.

Konsultasi.

Pada pasien dengan gejala refrakter, pendekatan multidisiplin dapat diindikasikan. Penderita dapat menjalani konsultasi di prakter dokter sehubungan dengan keluhannya dan bertujuan untuk mendapatkan informasi lebih jelas sehingga strategi penanganan terhadap keluhan penderita akan lebih baik.1,19

Diet.

Diet vegetarian rendah lemak dan minyak ikan suplemen telah dilaporkan dapat mengurangi nyeri haid pada beberapa perempuan. Menghindari minum kopi dan merokok juga disarankan untuk memperkecil resiko terjadinya dismenore. Penderita disarankan mengatur pola diet seimbang, jika memungkinkan berkonsultasi dengan ahli gizi. 1,19,20

2.2 Pengetahuan.

2.2.1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari “tahu” yang terjadi melalui proses sensoris khususnya mata dan telinga terhadap obyek tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku terbuka (Overt

Menurut Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologi, tingkatan pengetahuan dalam domain kognitif dibagi atas 6 tingkatan, antara lain :

1. Tahu (Know)

21,22

Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari dapat digunakan kata kerja antara lain : menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.

2. Memahami (Comprehension)

Kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. 3. Aplikasi (Application)

Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi dalam hal ini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum- hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4. Analisis (Analysis)

Diartikan suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis dapat

dilihat dari pemakaian kata kerja : dapat menggambarkan, membedakan, memilah, mengelompokkan, dan sebagainya.

5. Sintesis (Synthesis)

Kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu keseluruhan yang baru. Artinya kemampuan perancangan atau memformulasi sesuatu yang baru dengan formula yang sebelumnya.

6. Evaluasi (Evaluation)

Tingkat pengetahuan ini menjabarkan kemampuan seseorang dalam melakukan penilaian terhadap suatu objek dengan khasanah pengetahuan dan kriteria- kriteria sendiri atau kaidah/ kriteria yang telah ada.

Seseorang dikategorikan memiliki tingkatan pengetahuan menurut Bloom

sebagai berikut :

- Tingkat rendah : bila hanya mampu menguasai materi/ penguasaan maupun pemahaman di bawah dari 40%.

- Tingkat sedang : 40- 60 % dari total skoring

2.3. Remaja.

2.3.1 Definisi Remaja

Menurut Papalia dan Olds (2001), masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun. Menurut Adams & Gullota (dalam Aaro, 1997), masa remaja meliputi usia antara 11 hingga 20 tahun. Sedangkan Hurlock (1990) membagi masa remaja menjadi masa remaja awal (13 hingga 16 atau 17 tahun) dan masa remaja akhir (16 atau 17 tahun hingga 18 tahun). Masa remaja awal dan akhir dibedakan oleh Hurlock karena pada masa remaja akhir individu telah mencapai transisi perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa. 23,24

2.4. Motivasi

2.4.1 Definisi Motivasi

Secara umum, motivasi artinya mendorong untuk berbuat atau beraksi. Menurut Nancy Stevenson (2001), “Motivasi adalah semua hal verbal, fisik, atau psikologis yang membuat seseorang melakukan sesuatu sebagai respon. Menurut

Sarwono, S. W. (2000), “Motivasi menunjuk pada proses gerakan, termasuk situasi yang mendorong yang timbul dalam diri individu, tingkah laku yang ditimbulkan oleh situasi tersebut merupakan tujuan atau akhir daripada gerakan atau perbuatan.

Motivasi itu ada atau terjadi karena adanya kebutuhan seseorang yang harus dipenuhi untuk segera beraktifitas mencapai tujuan. Motivasi merupakan tenaga

24

Dokumen terkait