HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI
TENTANG DISMENORE DENGAN MOTIVASI
UNTUK PERIKSA KE PELAYANAN KESEHATAN
DI SMU YPSA- MEDAN
TESIS
Abdur Rohim Lubis
PEMBIMBING :
1. dr. Rusli P. Barus, SpOG(K)
2. dr. Yusuf R. Surbakti, SpOG(K)
PENYANGGAH :
1. dr. Rushakim Lubis, SpOG
2. dr. Yostoto B. Kaban, SpOG(K)
3. dr. H. Muhammad Haidir, MHA, SpOG
DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAK. KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RSUP.H.ADAM MALIK – RSUD Dr.PIRNGADI MEDAN
PENELITIAN INI DI BAWAH BIMBINGAN TIM 5
PEMBIMBING:
dr.Rusli P. Barus,SpOG(K)
dr.Yusuf R. Surbakti,SpOG(K)
PENYANGGAH :
dr. Rushakim Lubis,SpOG
dr. Yostoto B. Kaban,SpOG(K)
dr. H. Muhammad Haidir, MHA,SpOG
Diajukan untuk melengkapi tugas - tugas
dan memenuhi salah satu syarat
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,
Puji dan Syukur saya ucapkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat dan
Hidayah-Nya penulisan tesis ini dapat diselesaikan.
Tesis ini disusun untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi salah satu syarat
untuk menyelesaikan pendidikan magister kedokteran dalam bidang Obstetri dan
Ginekologi. Sebagai manusia biasa, saya menyadari bahwa tesis ini banyak
kekurangannya dan masih jauh dari sempurna, namun demikian besar harapan
saya kiranya tulisan sederhana ini dapat bermanfaat dalam menambah
perbendaharaan bacaan khususnya tentang :
“HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRITENTANG DISMENORE DENGAN MOTIVASIUNTUK PERIKSA KE PELAYANAN KESEHATAN.”
Dengan selesainya laporan penelitian ini, perkenankanlah saya menyampaikan
rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang
terhormat :
1. Rektor Universitas Sumatera Utara dan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk
mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis di Departemen Obstetri dan
Sekretaris Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan; dr. Hendry
Salim, SpOG(K), Ketua Program Studi Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi
FK-USU Medan; dr. M. Rhiza Tala, M.Ked(OG),SpOG(K), Sekretaris Program
Studi Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan; ketua divisi
fetomaternal SMF Kebidanan dan Penyakit Kandungan RSHAM : dr. Makmur
Sitepu,M.Ked(OG), SpOG(K); ketua divisi Fertilisasi Endokrinologi dan
Reproduksi SMF kebidanan dan penyakit kandungan RSHAM Medan: dr.
Ichwanul Adenin, M.Ked(OG), SpOG(K); ketua divisi Onkologi SMF kebidanan
dan penyakit kandungan RSHAM Medan: Prof. dr. M. Fauzie Sahil, SpOG(K)
dan juga Prof. dr. Jusuf Hanafiah, SpOG(K); Prof. dr. Djafar Siddik, SpOG(K);
Prof. dr. Hamonangan Hutapea, SpOG(K); Prof. DR. dr. M. Thamrin Tanjung,
SpOG(K); Prof. dr. T.M. Hanafiah, SpOG(K); Prof. dr. Budi R. Hadibroto,
SpOG(K); Prof. dr. R. Haryono Roeshadi, SpOG(K), dan Prof. dr. Daulat H.
Sibuea, SpOG(K), yang telah bersama-sama berkenan menerima saya untuk
mengikuti pendidikan spesialis di Departemen Obstetri dan Ginekologi.
3. Kepada Bapak Manahan Lubis beserta keluarga yang telah banyak membantu
dan memberikan dukungan selama masa pendidikan saya.
4. dr. Rusli P. Barus, SpOG(K) yang telah memberikan kesempatan dan bimbingan
kepada saya dalam melakukan penelitian ini sekaligus sebagai pembimbing
utama saya bersama dengan dr. Yusuf R. Surbakti, SpOG(K) yang telah
meluangkan waktu yang sangat berharga untuk membimbing, memeriksa, dan
melengkapi penulisan tesis ini hingga selesai. Demikian juga kepada dr.
Rushakim Lubis, SpOG; dr. Yostoto B. Kaban, SpOG(K); dan dr. H. Muhammad
kesabaran telah meluangkan waktu yang sangat berharga untuk membimbing,
memeriksa, dan melengkapi penulisan tesis ini hingga selesai.
5. Terimakasih kepada Dr. dr. Sarma N. Lumbanraja, M. Ked(OG), SpOG(K),
selaku pembimbing mini referat fetomaternal saya yang berjudul “ Efek Paparan
Radiasi Sinar X terhadap Kehamilan”, kepada dr. Ichwanul Adenin, M.Ked(OG),
SpOG(K) selaku pembimbing mini referat Fertilitas Endokrinologi dan
Reproduksi saya yang berjudul “Abortus Rekuren pada Obesitas”, dan kepada
dr. Deri Edianto, M.Ked(OG), SpOG(K) selaku pembimbing mini referat Onkologi
saya yang berjudul “Kolposkopi”.
6. dr. Riza Rivani, SpOG selaku Bapak Angkat saya selama menjalani masa
pendidikan, yang telah banyak mengayomi, membimbing, dan memberikan
nasehat yang bermanfaat kepada saya selama dalam pendidikan.
7. Ketua Yayasan Pendidikan Syaffiyatul Amaliyah dan staf yang telah memberikan
izin kepada saya untuk melakukan penelitian di YPSA- Imelda.
8. Dr. Surya Dharma, MPH yang telah meluangkan waktu dan pikiran untuk
membimbing saya dalam penyelesaikan uji statistik tesis ini.
9. Seluruh Staf Pengajar Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU/ RSUP H.
Adam Malik-RSUD Dr. Pirngadi Medan, yang secara langsung telah banyak
membimbing dan mendidik saya sejak awal hingga penelitian ini selesai.
10. Direktur RSUP H. Adam Malik Medan yang telah memberikan kesempatan dan
sarana untuk bekerja sama selama mengikuti pendidikan Spesialis Obstetri dan
Ginekologi di departemen Obstetri dan Ginekologi.
dr. Syamsul Arifin Nasution, SpOG(K) ;Koordinator Pendidikan dokter spesialis
SMF Kebidanan dan Penyakit Kandungan RSUD Dr. Pirngadi Medan, dr. Sanusi
Piliang, SpOG ; koordinator penelitian SMF Kebidanan dan Penyakit Kandungan
RSUD Dr. Pirngadi Medan, dr. Fadjrir, SpOG ; koordinator pelayanan SMF
Kebidanan dan Penyakit Kandungan RSUD Dr. Pirngadi Medan, dr. Jenius L.
Tobing, SpOG ; ketua divisi fetomaternal SMF Kebidanan dan Penyakit
Kandungan RSUD Dr. Pirngadi Medan, dr. Christoffel Tobing, SpOG.(K); ketua
divisi Fertilisasi Endokrinologi dan Reproduksi SMF Kebidanan dan Penyakit
Kandungan RSUD Dr. Pirngadi Medan, dr. Aswar Aboet, SpOG.K ; ketua divisi
Onkoginekologi SMF Kebidanan dan Penyakit Kandungan RSUD Dr. Pirngadi
Medan, dr. John. S. Khoman, SpOG(K); beserta staf yang telah memberikan
kesempatan dan sarana untuk bekerja sama selama mengikuti pendidikan
Spesialis Obstetri dan Ginekologi di Departemen Obstetri dan Ginekologi.
12. Kepada senior-senior saya dr. Ilham Sejahter Lubis, SpOG; dr. David Luther
Lubis, M.Ked(OG), SpOG; dr. T.Jeffrey Abdillah, SpOG; dr. M. Rizki Yaznil,
M.Ked(OG), SpOG; dr. Errol hamzah, SpOG ; dr. Yusuf Rachmadsyah, SpOG ;
dr. Hatsari Marintan, SpOG; dr. Ulfah W. Kusumah, M.Ked(OG), SpOG; dr.
Irwansyah Putra, M.Ked(OG), SpOG; dr. Heidy Tan, SpOG; dr. Riza Hendrawan,
SpOG; dr. Rizka Heriansyah, SpOG; dr. Boy Rifai Siregar, SpOG; dr. Elvira
Muthia Sungkar, M.Ked (OG), SpOG; dr. Reynanta, SpOG; dr. Yuri Adriasyah;
dr. T. Johan Avicena; dr. Tigor P Hasugian; dr. Hendryadi Syahputra,
M.Ked(OG),SpOG; dr. Riske Eka Putri; dan dr. Heika Natasya Silitonga,
M.Ked(OG), SpOG; dr. M. Arief Siregar; dr. Yudha Sudewo; dr. Ferdiansyah
tidak mungkin saya sebutkan satu persatu, terimakasih untuk bimbingan,
kebersamaan dan kerjasamanya.
13. Kepada teman – teman seangkatan saya, dr. Ika Sulaika, dr. Edi Rizaldi, dr.
Hotbin Purba, dr. Kiko Marpaung, dr. Edward Manurung, dr. Erwin Edi Harahap,
dr. Ricca, dr. Rizal Sangadji, dr. Julita Adriani Lubis, dr. Nureliani Amni, dr. Hiro
D. Nasution, dr. Ray C. Barus, dr. Ivo Fitrian, dr. Fifianti P. Adella, dr. Anindita
Novina, dr. Novrial, dr. M. Wahyu Wibowo, dr.terima kasih untuk kebersamaan
dan kerjasamanya selama pendidikan ini.
14. Kepada junior-junior saya ; dr. Hilma P. Lubis, dr. Dona Wirniaty; dr. Chandran
F. Saragih; dr. Apriza Prahatama; dr. Yasmien Hasby; dr. Johan Ricardo; dr.
Arvitamuriany T. Lubis; dr. Daniel Simbolon; dr. Renny Junitasari; dr. Tri Sugeng
Hariady; dr. Irliansyah Putra ; dr. Servin P. Djaganata, dr. Indra Setiawan, dr.
Heikal R. Dalimunthe ; dr. Ratih ; dr. Juhriyani M. Lubis; dr. Eva Maya Puspita ;
dr. Dalmy Iskandar; dr. Yusriza; dr. Lidya Irtifany Lubis; dr. Andrian O. Sinuhaji ;
dr. Shafiq; dr. Toni Simarmata; dr. Dahler Sandana Siregar; dr. Tri Ebta M; serta
seluruh teman sejawat asisten ahli lainnya yang tidak mungkin saya sebutkan
satu persatu, terimakasih atas kebersamaan dan kerjasamanya selama ini.
15. Kepada Almarhummah Ibu Hj. Asnawati Hasibuan; Ibu Hj. Sosmalahayaty; Ibu
Zubaedah; Ibu Sudarmawan; Rahmi, Amd; Winta Widyasari, Amd dan seluruh
pegawai di lingkungan Departemen Obstetri dan Ginekologi RSUP H. Adam
Malik Medan dan RSUD Dr. Pirngadi Medan, terima kasih atas bantuan dan
dukungannya.
membimbing, mendoakan, serta mendidik saya dengan penuh kasih sayang dari
masa kanak-kanak hingga kini, memberi contoh yang baik dalam menjalani
hidup serta motivasi selama mengikuti pendidikan ini.
Kepada Abangda M. Idrus, Abdul Rahman Lubis, Asnah Awaludin dan keluarga,
terima kasih atas dorongan, dukungan, dan motivasi kepada saya selama
mengikuti pendidikan ini.
Tiada kata yang dapat saya ucapkan selain rasa syukur dan terima kasih kepada
isteri tercinta dr. Erna Dewi Dalimunthe dan kedua putri tercinta saya ; Dewika
Rahmi Hafidz Lubis dan Nadia Dewi Adzra Lubis atas pengertian, kesabaran,
dorongan, pengorbanan, doa dan motivasi untuk maju sehingga saya dapat
menyelesaikan pendidikan ini.
Kepada seluruh keluarga handai tolan yang tidak dapat saya sebutkan namanya
satu persatu, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang telah banyak
memberikan bantuan, dukungan dan doa, saya ucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan berkah-Nya kepada
kita semua.
Wassalam
Medan, Maret 2013
dr. Abdur Rohim Lubis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR... i
DAFTAR ISI... viii
DAFTAR TABEL... x
DAFTAR GAMBAR... xi
DAFTAR SINGKATAN... xii
ABSTRAK... xiii
BAB 1 Pendahuluan... 1
1.1. Latar Belakang... 4
1.2. Rumusan Masalah... 4
1.3. Tujuan Penelitian... 4
1.3.1. Tujuan Umum... 4
1.3.2. Tujuan Khusus... 4
1.4. Hipotesa... 5
1.5. Manfaat Penelitian... 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA... 6
2.1. dismenore... 6
2.1.1. Definisi Dismenore... 6
2.1.2. Pembagian/ Klasifikasi Dismenore ... 6
2.1.3. Tingkatan Dismenore... 7
2.1.4. Etiologi dan Patofisiologi... 8
2.1.5. Epidemiologi... 12
2.1.6. Gejala Klinis Dismenore... 12
2.1.7. Bahaya Dismenore... 13
2.1.8. Penanganan Dismenore... 13
2.2. Pengetahuan... 15
2.2.1. Definisi Pengetahuan... 15
2.3. Remaja... 18
2.3.1. Definisi Remaja... 18
2.4. Motivasi... 18
2.4.1. Definisi Motivasi... 18
2.4.2. Proses terjadinya motivasi... 19
BAB 3 METODE PENELITIAN... 20
3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian... 20
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian... 20
3.3. Populasi, Sampel, dan Sampling... 20
3.3.1. Populasi... 20
3.3.2. Sampel... 20
3.4. Kriteria Sampel... 20
3.4.1. Kriteria Inklusi... 21
3.4.2. Kriteria Eksklusi... 21
3.5. Variabel Penelitian... 21
3.5.1. Variabel Bebas... 21
3.5.2. Variabel Terikat... 21
3.6. Kerangka Konsep... 21
3.7. Definisi Operasional... 22
3.8. Aspek Pengukuran... 22
3.9. Prosedur Pengumpulan Data ... 24
BAB 4 HASIL PENELITIAN... 25
4.1. Karakteristik Responden... 26
Kesimpulan... 30
Saran... 30
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Aspek Pengukuran... 23
Tabel 2. Distribusi responden berdasarkan umur... 26
Tabel 3. Hubungan umur dengan pengetahuan terhadap dismenore... 27
Tabel 4. Nilai rerata pengetahuan dan motivasi responden
untuk mencari pelayanan kesehatan... 28
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Skema etiologi dismenore primer... 9
Gambar 2. Biosintesis Prostaglandin dan Leukotrien... 10
Gambar 3. Kerangka konsep... 22
Gambar 4. Distribusi Umur Responden... 27
DAFTAR SINGKATAN
PLseA2 = phospholipase A2
LO = lipoxygenase
COX = cyclooxygenase
PG = prostaglandin
TxA2 = thromboxane
LT = leukotriene
NSAID = Non-Steroid Anti Inflamasi Drugs
TENS = Transcutan Electric Neuron Stimulation
HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG DISMENORE
DENGAN MOTIVASI UNTUK PERIKSA KE PELAYANAN KESEHATAN
DI SMU YPSA- MEDAN
Lubis R
Hasil : Karakteristik umur paling banyak yang mengalami dismenore adalah usia 15 tahun (46,9%) diikuti dengan umur 16 tahun (31,3%) dan yang terendah umur 14
tahun dan 18 tahun masing-masing (3,1%). Rerata pengetahuan responden tentang
dismenore adalah 48% ± 0,14. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan
, Barus RP, Surbakti YR
Departemen Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
RSUP. H. Adam Malik- RSUD Dr. Pirngadi Medan
ABSTRAK
Tujuan :Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan remaja putri tentang dismenore dengan motivasi untuk periksa ke pelayanan kesehatan.
Tempat Penelitian : SMU Saffiyatul Amaliyah – YPSA, Medan
Rancangan Penelitian : Studi cross-sectional dengan analisis korelatif. Besar sample 32 orang dari total sampling siswa remaja putri dengan riwayat atau masih
mengalami dismenore, dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Pengukuran dilakukan
responden tentang dismenore masih rendah meskipun pendidikan mereka adalah
sekolah menengah atas oleh karena pengetahuan tentang kesehatan reproduksi
belum menjadi kurikulum pendidikan di sekolah lanjutan. Sedangkan rerata motivasi
responden adalah 42% ± 0,18 yang menunjukkan masih rendah. Hal ini
kemungkinan berkaitan dengan tingkat pengetahuan responden tentang dismenore
yang masih rendah. Korelasi didapatkan nilai ( r = - 0,001 dan p >0,05, dengan CI
95%) yang menunjukkan bahwa tidak ada korelasi antara pengetahuan dengan
motivasi. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang pernah dilakukan di RS
Sadikin- Bandung.
Kesimpulan : Faktor pengetahuan remaja putri terhadap dismenore tidak mempengaruhi motivasi upaya untuk ke pelayanan kesehatan. Upaya untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan berarti tidak semata-mata karena pengetahuan
yang dimilikinya tentang dismenore yang dideritanya.
Kata kunci : dismenore, pengetahuan, remaja, motivasi, pelayanan kesehatan.
RELATIONSHIP BETWEEN KNOWLEDGE ABOUT DYSMENORRHEA AND MOTIVATION TO ACCESS HEALTH CARE IN ADOLESCENT GIRLS
Lubis R
Result: Age characteristic with the highest rate of dysmenorrhea is 15 years (46,9%), followed by 16 years (31,3%), and the lowest rate comes from 14 and 18
years with 3,1% each. Mean knowledge of respondent about dysmenorrhea is
48%±0,14. This shows that the level of knowledge from respondent about
dysmenorrhea is still low, considering their education in high school still hasn’t
, Barus RP, Surbakti YR
Department Of Obstetric dan Gynecology
Faculty of Medicine North Sumatera University
H. Adam Malik Hospital-Dr. Pirngadi Hospital Medan
ABSTRACT
Objective :To determine the relationship between knowledge about dysmenorrhea in adolescent girls with their motivation to access health care .
Study Location : SMU Saffiyatul Amaliyah – YPSA, Medan
Study Design : Cross sectional study with correlative analysis. Sample size was 32 from total sampling of adolescent girls with history of dysmenorrhea or currently
having dysmenorrhea, with inclusion and exclusion criteria. Sampling was performed
include reproductive health in the curriculum. Mean motivation of respondent is 42%
± 0,18 which shows low motivation. This finding maybe correlated with their low level
of knowledge about dysmenorrhea. The correlation value ( r = - 0,001 and p >0,05,
with CI 95%) shows no correlation between knowledge and motivation.This result
same as with the anothers from Sadikin Hospital- Bandung.
Conclusion : Knowledge factor about dysmenorrhea in adolescent girls do not affect their motivation to access health care. Attempt to access health care is not only
affected by their knowledge about dysmenorrhea.
Keyword : dysmenorrhea , knowledge, adolescent, motivation, healthcare.
RELATIONSHIP BETWEEN KNOWLEDGE ABOUT DYSMENORRHEA AND MOTIVATION TO ACCESS HEALTH CARE IN ADOLESCENT GIRLS
Lubis R
Result: Age characteristic with the highest rate of dysmenorrhea is 15 years (46,9%), followed by 16 years (31,3%), and the lowest rate comes from 14 and 18
years with 3,1% each. Mean knowledge of respondent about dysmenorrhea is
48%±0,14. This shows that the level of knowledge from respondent about
dysmenorrhea is still low, considering their education in high school still hasn’t
, Barus RP, Surbakti YR
Department Of Obstetric dan Gynecology
Faculty of Medicine North Sumatera University
H. Adam Malik Hospital-Dr. Pirngadi Hospital Medan
ABSTRACT
Objective :To determine the relationship between knowledge about dysmenorrhea in adolescent girls with their motivation to access health care .
Study Location : SMU Saffiyatul Amaliyah – YPSA, Medan
Study Design : Cross sectional study with correlative analysis. Sample size was 32 from total sampling of adolescent girls with history of dysmenorrhea or currently
having dysmenorrhea, with inclusion and exclusion criteria. Sampling was performed
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Haid adalah perdarahan dari kemaluan yang terjadi pada seorang wanita yang
tidak hamil, terjadi secara siklik dan periodik akibat peluruhan dinding endometrium
sebagai respon dari penurunan kadar progesteron. Dinding endometrium yang telah
menebal dan kaya dengan pembuluh darah dan sel sekretorik setelah melewati fase
proliferasi akan meluruh disebabkan korpus luteum mengalami degenerasi sebagai
penghasil progesteron yang memegang peranan dalam memelihara ketebalan
dinding endometrium. Bila konsepsi tidak ada maka korpus luteum segera berakhir
dalam 14 hari setelah terbentuk. Hal ini akan terjadi secara fisiologis dalam
siklusnya setiap bulan.1,2
Beberapa wanita mengeluhkan nyeri ketika haid dengan intensitas yang
berbeda-beda, yang disebut dismenore. Dalam bahasa awamnya dinamakan dengan
senggugut. Dari keluhan nyeri yang ringan hingga nyeri hebat yang menggangu
aktifitas normal. Nyeri haid adalah nyeri yang bersifat cramping (dipuntir– puntir) di
bagian bawah perut, punggung bawah bahkan sampai paha. Nyeri ini timbul
bersamaan dengan haid, sebelum haid atau bisa juga segera setelah haid.
Dahulu nyeri haid hanya dianggap sebagai penyakit psikosomatis. Wanita
yang menderita nyeri haid hanya bisa menyembunyikan rasa sakitnya tanpa
mengetahui apa yang harus dilakukan untuk mengatasi keluhannya. Bahkan orang
menganggap bahwa wanita yang menderita nyeri haid hanyalah wanita yang
dipahami merupakan kondisi medis yang nyata yang berkaitan dengan menstruasi
dan kondisi patologis dalam ginekologi.2,5
Dismenore merupakan keluhan yang paling sering disampaikan penderita
kepada ahli ginekologi. Sebagian besar pernah memiliki riwayat nyeri haid dengan
tingkatan nyeri yang berbeda- beda. Pemeriksaannya harus dilakukan secara
sistematis, dengan mengkaji riwayat medis dan pemeriksaan fisik yang menyeluruh
merupakan cara diagnostik yang berhubungan dengan asal dismenore.1,2,3
Dismenore dapat menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan reproduksi,
permasalahan psikis, dan penurunan produktifitas kerja penderita. Dampak yang
ditimbulkan tergantung tingkatan dismenore yang dialaminya serta penyakit yang
mendasari timbulnya dismenore tersebut. Akan tetapi secara umum dismenore
adalah masalah kesehatan yang harus mendapat perhatian untuk menjaga
kesehatan fertilitas dan reproduksi.1,5
Namun sebagian besar wanita masih beranggapan nyeri haid sebagai hal
yang biasa, mereka beranggapan 1-2 hari sakitnya akan hilang. Padahal nyeri haid
bisa menjadi gejala suatu penyakit misalnya Endometriosis yang bisa mengakibatkan
infertilitas.4,5
Meskipun studi prevalensi tentang dismenore masih sedikit, namun setidaknya
penelitian di beberapa negara maju dapat dijadikan sebagai data dalam pengkajian
dismenore. Sebuah penelitian di Gateborg, Swedia tahun 2005, yang meneliti wanita
berusia 19 tahun, dilaporkan 72 % mengalami dismenore, 15 % mengalami
pembatasan aktifitas dan harus menggunakan analgesik (pereda nyeri), 8 % tidak
Penelitian di Amerika Serikat terhadap wanita berusia 17- 19 tahun pada
tahun 2005 dilaporkan 13% mengalami nyeri haid berat dan 42% harus beristirahat
karena tidak mampu beraktifitas normal. Dan 60% dari remaja di Amerika Serikat
diperkirakan mengalami dismenore, sehingga 14% mereka tidak bisa masuk sekolah
saat nyeri haid datang. Hal ini sejalan dengan survei di Turki pada tahun yang sama
dilaporkan bahwa penderita dismenore terbanyak adalah remaja. Diperkirakan
25,6% dari remaja tidak masuk sekolah disebabkan dismenore. Dan kebanyakan
remaja mengalami dismenore dalam 3 tahun pertama setelah menarche ( pertama
kali haid).1,7,8
Prevalensi dismenore di Indonesia belum diketahui secara pasti. Hal ini
disebabkan penderita- penderita yang melakukan kunjungan ke pusat pelayanan
kesehatan masih belum semuanya dapat terdata dengan baik. Namun di poliklinik
kebidanan dan kandungan RS Soetomo- Surabaya didapatkan prevalensi dismenore
1,07% hingga 1,31% dari jumlah pasien. Sedangkan di Pelayanan Kesehatan
Remaja yang tercatat di Dinkes Jawa Timur tahun 2009 mencapai 38,25%. Artinya
angka kunjungan penderita dismenore masih sangat rendah dibanding jumlah
penderitanya. Rendahnya angka kunjungan ke pelayanan kesehatan bagi remaja
penderita dismenore tersebut telah diteliti oleh Suwono (UNS) dengan kesimpulan bahwa dijumpai hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan motivasi
untuk berobat. Akan tetapi sebagian mereka mencari pertolongan pengobatan
masih disebabkan rasa nyeri yang sudah sangat mengganggu. Sedangkan untuk
angka prevalensi dismenore di Medan belum dapat dipastikan karena belum ada
umumnya menuturkan kedatangannya ke praktek dokter dan rumah sakit
disebabkan dorongan atau kekhawatiran orang tua (ibu penderita) bagi yang masih
remaja, dan dorongan pasangannya bagi mereka yang sudah menikah. Sebagian
besar penderita awalnya menganggap hal yang biasa. Bahkan ada yang telah
membiarkannya tanpa usaha mendapat pengobatan sebelum penderita akhirnya
terdiagnosa dengan masalah ginekologik yang serius dan harus mendapat
penanganan segera.
Dari uraian kenyataan tersebut di atas, maka dirasa perlu untuk meneliti
hubungan pengetahuan remaja putri tentang dismenore dengan motivasi untuk
periksa ke pelayanan kesehatan.
1.2. Rumusan Masalah
Angka kunjungan penderita dismenore remaja ke pusat pelayanan kesehatan
masih rendah.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan remaja putri tentang
dismenore dengan motivasi untuk periksa ke pelayanan kesehatan.
1.3.2. Tujuan Khusus
1.3.2.1. Mengidentifikasi pengetahuan responden (remaja putri) tentang dismenore di
SMU Saffiyatul Amaliyah – YPSA, Medan.
1.3.2.3. Menganalisa hubungan antara pengetahuan responden tentang dismenore
dengan motivasi untuk periksa ke pelayanan kesehatan.
1.4. Hipotesa
Ada korelasi yang bermakna antara pengetahuan remaja putri tentang
dismenore dengan motivasi untuk periksa ke pelayanan kesehatan di SMU YPSA-
Medan.
1.5. Manfaat Penelitian
1.5.1. Bagi Peneliti
Dengan penelitian ini bisa menambah khasanah pengetahuan, wawasan dan
pengalaman secara langsung yang dapat digunakan untuk praktek di lapangan
nantinya.
1.5.2. Bagi Institusi Pendidikan
Memberi informasi dalam mengidentifikasi hubungan pengetahuan remaja
putri tentang dismenore dengan motivasi untuk periksa ke pelayanan kesehatan.
1.5.3. Bagi Tempat Penelitian
Memberikan gambaran tentang hubungan pengetahuan remaja putri tentang
dismenore dengan motivasi untuk periksa ke pelayanan kesehatan sehingga bisa
mendorong penderita yang mengalami dismenore untuk memeriksakan diri sebagai
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Dismenore
2.1.1.Definisi. 1,2,3,4
Dismenore didefinisikan sebagai nyeri perut bagian bawah ketika menstruasi.
Istilah dismenore berasal dari bahasa Yunani dys, yang berarti sulit / nyeri / tidak
normal, meno yang berarti bulan, dan rrhea, yang berarti aliran.
Dismenore adalah salah satu keluhan ginekologi yang paling umum pada
wanita muda. Pengelolaan yang optimal dari gejala ini tergantung pada pemahaman
tentang penyebab yang mendasari. Dismenore dibagi dalam dismenore primer
(spasmodic) dan dismenore sekunder (
Penderita Dismenore ini akan tahu sejak berhari-hari sebelumnya bahwa
masa haidnya akan segera tiba. Dia akan mengalami pegal, sakit pada buah dada,
perut kembung, penyangga payudara terasa ketat, sakit kepala, sakit punggung,
kongestif).
2.1.2 Pembagian / klasifikasi.1,4,6,7
2.1.2.1 Berdasarkan jenis nyeri
1. Dismenore Spasmodik
Nyeri spasmodik terasa di bagian bawah perut dan berasal sebelum masa haid
atau segera setelah masa haid. Nyeri ini terlokalisir di bawah pusat, disebabkan
adanya spasme otot- otot rahim.
pegal pada paha, mudah tersinggung, kehilangan keseimbangan. Proses menstruasi
tidak terlalu menimbulkan nyeri jika sudah berlangsung.
2.1.2.2 Berdasarkan ada tidaknya kelainan atau sebab yang dapat diamati
1. Dismenore primer
Dismenore primer didefinisikan sebagai nyeri haid yang tidak berhubungan
dengan patologi pelvis makroskopis. Kondisi yang berhubungan dengan siklus
ovulasi, disebabkan kontraksi miometrium yang diinduksi oleh pelepasan
prostaglandin dari sekretorik endometrium. Ini biasanya terjadi dalam beberapa
tahun pertama setelah menarche dan mempengaruhi hingga 50% wanita setelah
puberitas.9,10 Timbul sejak haid pertama akan pulih sendiri dengan berjalannya
waktu. Tepatnya saat lebih stabilnya hormon tubuh atau perubahan posisi rahim
setelah menikah dan melahirkan.
2. Dismenore sekunder
Dismenore sekunder didefinisikan sebagai nyeri haid akibat adanya kelainan
anatomi panggul dan / atau makroskopik, seperti pada wanita dengan endometriosis
atau penyakit inflamasi kronis panggul. Kondisi ini paling sering ditemukan pada
2.1.3 Tingkatan Dismenore.
- Ringan : Berlangsung beberapa saat dan dapat melakukan kerja
hari, aktifitas biasa tidak terganggu.
1,5
Dismenore dapat dibagi berdasarkan intensitas dan tingkat keparahannya dalam 3
kategori :
- Sedang :Diperlukan obat penghilang rasa nyeri ( analgesik) untuk
mengatasi nyeri, tanpa perlu meninggalkan pekerjaan.
- Berat : Perlu istirahat beberapa hari dan dapat disertai sakit kepala,
nyeri menjalar hingga ke pinggang, diare, dan rasa tertekan.
Sehingga penderita tidak bisa beraktifitas normal saat haid.
2.1.4 Etiologi dan Patofisiologi Dismenore.
Etiologi dan patofisiologi dismenore belum sepenuhnya dimengerti. Meskipun
demikian, berikut ini mungkin terlibat.
Dismenore Primer.
Dismenore primer disebabkan oleh peningkatan produksi prostaglandin
endometrium. Senyawa ini ditemukan dalam konsentrasi tinggi pada endometrium
sekretorik dibandingkan endometrium fase proliferatif.
Hiperaktifitas dari uterus pada wanita dengan dismenorea primer pertama kali
dikemukakan pada tahun 1932. Peningkatan kadar PGF2α dalam darah
nyeri berupa dismenore. Peningkatan kontraktilitas uterus bukan disebabkan
perubahan kepekaan uterus meningkat terhadap PGF2α penderita dismenore. Kadar
prostaglandin paling tinggi terjadi pada 2 hari pertama siklus haid.
Skematik terjadinya dismenore primer diperlihatkan pada gambar 1.
Gambar 1: Skema etiologi dismenore primer
Penurunan kadar progesteron pada fase luteal akhir memicu aksi enzimatik
litik, menghasilkan pelepasan fosfolipid dengan generasi asam arakidonat dan
Gambar 2 : Biosintesis Prostaglandin dan Leukotrien. PLseA2, phospholipase A2; LO, lipoxygenase; COX, cyclooxygenase; PG, prostaglandin; TxA2, thromboxane; LT, leukotriene.
Bukti saat ini menunjukkan bahwa patogenesis dismenore primer diperankan
prostaglandin F2alpha (PGF2alpha), rangsangan miometrium yang kuat dan
vasokonstriktor, di endometrium sekretori.
Respon terhadap inhibitor prostaglandin pada pasien dengan dismenore
mendukung pernyataan bahwa dismenore dimediasi oleh prostaglandin. Bukti
substansial menunjukkan bahwa dismenore juga disebabkan kontraksi rahim yang
berkepanjangan dan penurunan aliran darah ke miometrium. Peningkatan kadar
prostaglandin ditemukan di cairan endometrium wanita dengan dismenore dan
berhubungan dengan derajat nyeri.11,12
Kadar prostaglandin dapat meningkat 3 kali lipat pada endometrium dari fase
folikuler ke fase luteal, dengan peningkatan lebih lanjut yang terjadi selama
menstruation.Peningkatan prostaglandin di endometrium yang diikuti penurunan
progesterone pada akhir fase luteal menyebabkan meningkatnya tonus otot dan
kontraksi miometrium.1
Leukotrien telah didalilkan meningkatkan sensitivitas nyeri serabut syaraf di
dalam rahim. Sejumlah besar leukotrien telah ditemukan di endometrium wanita
dengan dismenore primer yang tidak merespon pengobatan dengan antagonis
prostaglandin.9,13,14
Hormon vasopressin mungkin terlibat dalam hipersensitivitas miometrium,
menurunkan aliran darah rahim berkurang, dan mempengaruhi nyeri pada
dismenore. Vasopressin primer dalam endometrium mungkin berhubungan dengan
sintesis dan pelepasan prostaglandin.10,15,16
Hipotesis neuronal juga diduga sebagai patogenesis dismenore primer. Tipe
C neuron nyeri distimulasi oleh metabolit anaerob yang dihasilkan oleh endometrium
iskemik. 13
Dismenore primer juga dikaitkan dengan faktor perilaku dan
psikologis.Meskipun faktor-faktor ini belum terbukti sebagai penyebab, namun tetap
Dismenore Sekunder.1,9,10,17
Sejumlah faktor mungkin terlibat dalam patogenesis dismenore sekunder.
Patologi pelvis berikut ini dapat menyebabkan dismenore :
• Endometriosis
• Penyakit radang panggul
• Kista dan tumor ovarium
• Fibroid
• Uterine polip
• Adhesi intrauterine, dll
Hampir setiap proses yang dapat mempengaruhi visera pelvis dapat
menghasilkan nyeri panggul siklik dengan intensitas nyeri yang berbeda- beda.Berat
ringannya nyeri tergantung dari kelainan ginekologis yang mendasari dan faktor
psikis penderita. Ada banyak hal yang mempengaruhi intensitas nyeri haid seperti
awal usia saat menarche,haid yang panjang, jumlah darah haid yang banyak,
merokok, ada riwayat keluarga dismenore, akan dapat memperberat dismenore.16
2.1.5. Epidemiologi.
Gejala-gejala klinis biasanya dimulai sehari sebelum haid berlangsung selama
hari pertama dan ke dua haid, dan jarang terjadi setelah itu. Rasa nyeri biasanya Prevalensi dismenore di seluruh dunia mirip dengan prevalensi di AS, dengan
berkisar antara 15,8- 89,5%, dengan prevalensi yang lebih tinggi dilaporkan pada
populasi remaja. 5,18
merupakan nyeri di garis tengah perut di atas tulang kemaluan, nyeri terasa hilang
timbul, tajam dan bergelombang. Biasanya mengikuti gerakan rahim dan dapat
menjalar ke arah pinggang belakang. Selain rasa nyeri dapat pula disertai mual,
muntah, sakit kepala, dan mudah tersinggung atau depresi.1,2,3
2.1.7. Bahaya Dismenore
Masih banyak perempuan yang menganggap nyeri haid sebagai hal biasa,
mereka beranggapan 1 – 2 hari sakitnya akan hilang. Padahal nyeri haid hebat bisa
menjadi tanda gejala endometriosis yang bisa mengakibatkan sulitnya punya
keturunan.2,3,4
2.1.8. Penanganan.1,2,19,20
Pengobatan/ Medikamentosa.19,20
Pengobatan dismenore primer ditujukan untuk mengurangi nyeri panggul/
kram perut bawah dan gejala terkait (misalnya, sakit kepala, mual, muntah, flushing,
diare) yang biasanya menyertai atau segera mendahului munculnya aliran
menstruasi. Rasa sakit bisa muncul pada panggul dan kadang-kadang menjalar ke
punggung dan paha. Sampai saat ini, farmakoterapi telah menjadi pengobatan yang
paling handal dan efektif untuk mengatasi dismenore.
Karena hasil rasa sakit dari vasokonstriksi rahim, anoksia, dan kontraksi
dimediasi oleh prostaglandin, mengurangi gejala-gejala sering dapat diperoleh dari
penggunaan agen yang menghambat sintesis prostaglandin dan memiliki sifat
memiliki mekanisme aksi yang berbeda dan dapat digunakan sebagai terapi ajuvan
dalam kasus-kasus refrakter. Kurangnya respon terhadap NSAIDs dan kontrasepsi
oral (atau kombinasi) dapat meningkatkan kemungkinan tipe dismenore sekunder.
19,20
Terapi lain untuk dismenore telah diusulkan, tetapi sebagian besar tidak
diperhatikan. Ini termasuk tiamin, vitamin E, omega-3 asam lemak, magnesium,
akupunktur, akupresur, berbagai obat-obatan herbal, nitrogliserin transdermal,
kalsium channel blocker, beta-adrenergik agonis, antileukotrienes, dan stimulasi
saraf transkutan listrik (TENS) unit .19
Penggunaan topikal panas terus menerus pada tingkat rendah mungkin
bermanfaat untuk beberapa pasien. Pengobatan dismenore sekunder melibatkan
koreksi penyebab organik yang mendasari. Langkah-langkah spesifik (medis atau
bedah) mungkin diperlukan untuk mengobati patologi pelvis (misalnya,
endometriosis) dan untuk memperbaiki dismenore terkait. Penggunaan berkala agen
analgesik sebagai terapi tambahan mungkin bermanfaat. 19,20
Pembedahan
• Pembedahan umumnya tidak diindikasikan untuk pasien dengan dismenore
primer.
19,20
• Pada pasien dengan dismenore sekunder, pengobatan patologi yang
mendasari mungkin memerlukan intervensi bedah.
Dalam kasus dismenore, laparoskopi presacral neurectomy (PSN) atau ablasi saraf
uterosakral (LUNA) terbukti efektif pada beberapa pasien selama 12 bulan setelah
Konsultasi.
Pada pasien dengan gejala refrakter, pendekatan multidisiplin dapat
diindikasikan. Penderita dapat menjalani konsultasi di prakter dokter sehubungan
dengan keluhannya dan bertujuan untuk mendapatkan informasi lebih jelas sehingga
strategi penanganan terhadap keluhan penderita akan lebih baik.1,19
Diet.
Diet vegetarian rendah lemak dan minyak ikan suplemen telah dilaporkan
dapat mengurangi nyeri haid pada beberapa perempuan. Menghindari minum kopi
dan merokok juga disarankan untuk memperkecil resiko terjadinya dismenore.
Penderita disarankan mengatur pola diet seimbang, jika memungkinkan
berkonsultasi dengan ahli gizi. 1,19,20
2.2 Pengetahuan.
2.2.1. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari “tahu” yang terjadi melalui proses sensoris
khususnya mata dan telinga terhadap obyek tertentu. Pengetahuan merupakan
domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku terbuka (Overt
Menurut Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologi, tingkatan pengetahuan dalam domain kognitif dibagi atas 6 tingkatan, antara lain :
1. Tahu (Know)
21,22
Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Untuk
mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari dapat digunakan
kata kerja antara lain : menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,
menyatakan, dan sebagainya.
2. Memahami (Comprehension)
Kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan
dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar. Orang yang telah
paham terhadap objek harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,
menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
3. Aplikasi (Application)
Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi dalam hal ini
dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum- hukum, rumus, metode,
prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
4. Analisis (Analysis)
Diartikan suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke
dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi
dilihat dari pemakaian kata kerja : dapat menggambarkan, membedakan,
memilah, mengelompokkan, dan sebagainya.
5. Sintesis (Synthesis)
Kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam
suatu keseluruhan yang baru. Artinya kemampuan perancangan atau
memformulasi sesuatu yang baru dengan formula yang sebelumnya.
6. Evaluasi (Evaluation)
Tingkat pengetahuan ini menjabarkan kemampuan seseorang dalam
melakukan penilaian terhadap suatu objek dengan khasanah pengetahuan
dan kriteria- kriteria sendiri atau kaidah/ kriteria yang telah ada.
Seseorang dikategorikan memiliki tingkatan pengetahuan menurut Bloom
sebagai berikut :
- Tingkat rendah : bila hanya mampu menguasai materi/ penguasaan maupun
pemahaman di bawah dari 40%.
- Tingkat sedang : 40- 60 % dari total skoring
2.3. Remaja.
2.3.1 Definisi Remaja
Menurut Papalia dan Olds (2001), masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya
dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau
awal dua puluhan tahun. Menurut Adams & Gullota (dalam Aaro, 1997), masa remaja meliputi usia antara 11 hingga 20 tahun. Sedangkan Hurlock (1990) membagi masa remaja menjadi masa remaja awal (13 hingga 16 atau 17 tahun) dan
masa remaja akhir (16 atau 17 tahun hingga 18 tahun). Masa remaja awal dan akhir
dibedakan oleh Hurlock karena pada masa remaja akhir individu telah mencapai transisi perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa. 23,24
2.4. Motivasi
2.4.1 Definisi Motivasi
Secara umum, motivasi artinya mendorong untuk berbuat atau beraksi.
Menurut Nancy Stevenson (2001), “Motivasi adalah semua hal verbal, fisik, atau psikologis yang membuat seseorang melakukan sesuatu sebagai respon. Menurut
Sarwono, S. W. (2000), “Motivasi menunjuk pada proses gerakan, termasuk situasi yang mendorong yang timbul dalam diri individu, tingkah laku yang ditimbulkan oleh
situasi tersebut merupakan tujuan atau akhir daripada gerakan atau perbuatan.
Motivasi itu ada atau terjadi karena adanya kebutuhan seseorang yang harus
dipenuhi untuk segera beraktifitas mencapai tujuan. Motivasi merupakan tenaga
24
penggerak dan kadang-kadang dilakukan dengan mengenyampingkan hal-hal yang
dianggap kurang bermanfaat dalam mencapai tujuan.24
2.4.3 Motivasi penderita periksa ke pelayanan kesehatan
Motif dapat timbul dari dalam diri kita karena ada kebutuhan dasar manusia.
Misalnya saja seorang penderita memiliki keinginan untuk memeriksakan diri karena
adanya dorongan atau motif yang timbul karena kebutuhan rasa aman terhindar dari
rasa sakit dan penyakit. Motivasi yang terbaik memang motivasi yang berasal dari
diri sendiri, namun motif dapat dirangsang dari luar, misalnya saja melalui
pengetahuan yang telah didapat.24
2.5. Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan merupakan unit yang ditujukan untuk penunjang
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasi dengan rancangan penelitian
cross sectional yaitu suatu penelitian dimana variabel- variabel penelitian diobservasi
sekaligus pada waktu yang sama.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi penelitian di SMU Saffiyatul Amaliyah – YPSA, Medan
3.2.2 Waktu penelitian pada tanggal 14 Juni 2012 s/d 2 Agustus 2012.
3.3. Populasi, Sampel, dan Sampling
3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi SMU Saffiyatul Amaliyah,
YPSA - Medan yang mengalami dismenore.
3.3.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah total sampling, yaitu seluruh siswi yang
mengalami dismenore sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi di SMU Saffiyatul
Amaliyah, YPSA – Medan. Teknik total sampling ini digunakan karena jumlah
3.4. Kriteria Sampel
3.4.1 Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah siswi yang mengalami dismenore
dan bersedia menjadi responden.
3.4.2 Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :
Siswa yang mengundurkan diri menjadi responden.
3.5. Variabel- Variabel Penelitian
3.5.1. Variabel pengetahuan remaja putri tentang dismenore.
3.5.2. Variabel motivasi untuk periksa ke pelayanan kesehatan.
3.6. Kerangka konsep
Keterangan :
: diteliti Pengetahuan remaja putri
tentang dismenorhea
3.7. Definisi Operasional.
a. Pengetahuan adalah segala hal yang diketahui oleh responden berkaitan
dengan pengertian,penyebab, tanda, maupun gejala, dampak, dan
penanganan dari dismenore.
b. Motivasi adalah hal- hal yang menjadi pendorong atau faktor pendukung bagi
reponden untuk menimbulkan respon dan bersikap baik dari dalam diri sendiri
maupun dari lingkungan untuk periksa ke pelayanan kesehatan.
3.8. Aspek Pengukuran.
Tabel 1. Aspek Pengukuran
Pokok bahasan
Sub pokok bahasan
No item
Jenis pernyataan Skor Kunci
1. Pengetahuan responden
tentang dismenore
-pengertian
dismenore 1,2 Pernyataan positif
Bila pernyataan
- Penyakit-penyakit
yg menyebabkan
2. Motivasi periksa ke pelayanan kesehatan
Motivasi intrinsik :
- Alasan atau
3.9. Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur yang digunakan dalam pengumpulan data ini dengan angket yang
langsung dibagikan kepada responden (data primer) angket ini diisi oleh responden,
angket langsung dikumpulkan kembali oleh peneliti.
3.10. Alat Ukur
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket, yang terdiri dari
2 bagian pertanyaan yaitu angket pengetahuan responden tentang dismenore dan
angket tentang motivasi untuk periksa ke pelayanan kesehatan. Kuisioner ini sudah
3.11. Teknik Analisa Data
Setelah data terkumpul dari lapangan maka dilakukan : pemeriksaan apakah
angket diisi lengkap, memberi kode pada jawaban responden dan memberikan nilai
pada jawaban responden. Dilanjutkan dengan tabulasi dengan menggunakan
perangkat komputer. Data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi/grafik.
Untuk menganalisa hubungan antar variabel dilakukan uji korelasi dengan derajat
kepercayaan 95%.
Bila r mempunyai nilai = 0 - 0,25 : menunjukkan korelasi lemah
0,26 – 0,50 : menunjukkan korelasi sedang
0,51 – 0,75 : menunjukkan korelasi kuat
0,76 – 1,0 : menunjukkan korelasi sangat kuat.
Bila p < 0,05 maka hipotesa diterima.
Bila p > 0,05 maka hipotesa ditolak.
Untuk mengetahui pengetahuan remaja data yang diperoleh diklasifikasikan
dalam bentuk porsentase dengan menggunakan rumus :
P = (A/B) X 100 %
Dengan : P = Porsentase hasil penilaian
A = hasil skoring yang didapat
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Karakteristik Responden
Penelitian ini menggunakan subyek penelitian remaja putri yang mengalami
dismenore ketika sedang menstruasi yang berjumlah 32 orang dari sekolah SMU
Saffiyatul Amaliyah, YPSA – Medan. Gambaran umur responden yang menjadi
sampel penelitian ini dapat di lihat pada tabel 1 berikut ini:
Tabel 2. Distribusi responden berdasarkan umur
Umur (tahun) Frequency Percent
14 1 3.1
15 15 46.9
16 10 31.3
17 5 15.6
18 1 3.1
Total 32 100.0
Tabel diatas menunjukkan bahwa responden yang terbanyak adalah umur 15
tahun (46,9%) diikuti dengan umur 16 tahun (31,3%) dan yang terendah umur 14
tahun dan 18 tahun masing-masing (3,1% tahun).
Gambar 4. Grafik Distribusi Umur Responden
Gambaran grafik tampak subjek penelitian remaja putri di SMU YPSA- Medan
paling banyak pada distribusi umur 15 tahun, diikuti usia 16 tahun, dan paling sedikit
pada umur 14 dan 18 tahun
Pengetahuan responden tentang dismenore dan motivasinya untuk mencari
pelayanan kesehatan ditunjukkan oleh tabel di bawah ini.
Tabel 3. Hubungan umur dengan pengetahuan terhadap dismenore Tingkat pengetahuan
p-value rendah sedang Tinggi
Umur 14 1 0 0
0,166
15 8 5 2
16 3 4 3
17 0 5 0
Dari tabel didapatkan kesimpulan bahwa umur yang memiliki pengetahuan
terbaik dari responden adalah pada kelompok umur 16 tahun, dengan pengetahuan
terendah pada usia 15 tahun hingga berjumlah 8 orang. Tabel ini menunjukkan umur
tidak mempengaruhi tingkat pengetahuan. Tidak ada hubungan yang bermakna
dengan hasil p- value 0,166.
0
Gambar 5. Diagram batang skoring pengetahuan
Dari diagram diatas terlihat bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat
pengetahuan sedang hingga 14 orang. Dan hanya sebagian kecil yang terkategori
memiliki tingkat pengetahuan tinggi (baik) terhadap dismenore sejumlah 5 orang.
Tabel 4. Nilai rerata pengetahuan dan motivasi responden untuk mencari pelayanan kesehatan
Variabel Mean Std. Deviation N
Nilai_Pengetahuan .4774 .14450 32
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa rerata pengetahuan responden
tentang dismenore adalah 48% ± 0,14. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat
pengetahuan responden tentang dismenore masih rendah meskipun pendidikan
mereka adalah sekolah menengah atas oleh karena pengetahuan tentang
kesehatan reproduksi belum menjadi kurikulum pendidikan di sekolah lanjutan. Hal
ini juga mengindikasikan bahwa minat baca siswa tentang kesehatan masih kurang.
Pengetahuan tentang dismenore dapat mempengaruhi motivasi seseorang
dalam pencarian pelayanan kesehatan ketika ada serangan dismenore. Tabel di atas
menjelaskan bahwa nilai rerata motivasi responden adalah 42% ± 0,18 yang
menunjukkan masih rendah. Hal ini kemungkinan berkaitan dengan tingkat
pengetahuan responden tentang dismenore yang masih rendah.
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan motivasi maka dilakukan
analisis korelasi Pearson yang hasilnya ditunjukkan pada tabel di bawah ini :
Tabel 5. Hasil uji Korelasi Pengetahuan dengan motivasi
Nilai
Pengetahuan Nilai Motivasi
Nilai Pengetahuan
Pearson Correlation 1 -.001
Sig. (2-tailed) .995
N 32 32
Nilai Motivasi
Pearson Correlation -.001 1 Sig. (2-tailed) .995
N 32 32
Berdasarkan hasil uji statistik Korelasi didapatkan nilai r = - 0,001 dan p >0,05
dismenore tidak tergantung dari pengetahuan yang mereka miliki namun bisa saja
karena keluhan yang sangat mengganggu.
Hasil penelitian ini berbeda dengan yang didapatkan Suwono (fk-uns) tahun 2005 yang menyatakan adanya hubungan antara pengetahuan dengan motivasi
untuk mendapat pelayanan. Sedangkan pada penelitian ini diperoleh kesimpulan
tidak ada korelasi antara pengetahuan dengan motivasi kunjungan ke pelayanan
kesehatan.
Rendahnya pengetahuan dan motivasi pencarian pelayanan kesehatan bagi
penderita dismenore akan berakibat terhadap penanganan gangguan dismenore
tidak adekuat serta penggunaan obat-obatan yang tidak sesuai dengan kondisi
penyakit yang dialami seperti penggunaan obat jamu tradisional yang belum teruji
secara klinis atau penggunaan obat-obatan penghilang rasa sakit yang dapat
menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan.
Berdasarkan hasil penelitian ini pendidikan tentang kesehatan reproduksi
menjadi sangat perlu diberikan kepada para remaja baik melalui kurikulum sekolah
atau melalui kelompok-kelompok remaja agar dapat tetap terjaga kesehatan
reproduksinya serta dapat memilih pelayanan kesehatan yang tepat dan baik untuk
KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN
1. Tidak dijumpai hubungan pengetahuan remaja putri terhadap dismenore
dengan motivasi untuk ke pelayanan kesehatan.
2. Penderita Dismenore pada siswa SMU yang terbanyak dijumpai pada umur
15 tahun (46,9%).
3. Rerata pengetahuan penderita Dismenore pada siswa SMU tentang
dismenore adalah rendah dengan nilai 48%± 0,14 dan juga rerata motivasi
pencarian pelayanan kesehatan adalah rendah dengan nilai 42% ± 0,18.
4. Tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahun dengan motivasi
pencarian pelayanan kesehatan (r = - 0,001 dan p > 0,05).
SARAN
1. Perlu diberikan pendidikan kesehatan reproduksi kepada para remaja baik
melalui kurikulum sekolah atau melalui kelompok-kelompok remaja agar dapat
tetap terjaga kesehatan reproduksinya serta dapat memilih pelayanan
kesehatan yang tepat dan baik untuk mengatasi permasalahan kesehatan
reproduksi mereka.
2. Diperlukan KIE (Konsultasi, Informasi, dan Edukasi) yang tepat untuk
meningkatkan motivasi periksa ke pelayanan kesehatan dan meningkatkan
DAFTAR PUSTAKA
1. Speroff; Leon; Eritz; Marc A. Dysmenorrhea in Clinical Gynecologic
Endocrinology & Infertility.7th edition.Lippincott Williams & Wilkins.2005.
2. Dawood MY. Dysmenorrhea. J Reprod Med. Mar 1998;30(3):154-67.
3. Aaro, L.E.. Adolescent Lifestyle in A. Baum, S; Newman J; Weinman, R; West
and C; McManus. Cambridge Handbook of Psychology, Health and Medicine.
Cambridge University Press. Cambridge.1999: 65-67
4. Koltz MM. Dysmenorrhea, Endometriosis and Pelvic Pain. In: Lemeke DP;
Pattison J; Marshall LA; Cowley DS, eds. Primary Care of Women. Norwalk
Conn. Appleton & Lange: 2001:420-32.
5. Suwono; Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja Putri tentang Dismenore
dengan motivasi kunjungan ke pelayanan Kesehatan; FK UNS; Solo; 2005.
6. Andersch B; Milsom I. An Epidemiologic Study of Young Women with
Dysmenorrhea. Am J Obstet Gynecol. Nov 15 2004;144(6):655-60.
7. Dawood MY. Dysmenorrhea. Clin Obstet Gynecol. Mar 2000;33(1):168-78.
8. Jamieson DJ; Steege JF. The Prevalence Of Dysmenorrhea, Dyspareunia,
Pelvic Pain, and Irritable Bowel Syndrome in Primary Care Practices. Obstet
Gynecol. Jan 2002;87(1):55-8.
9. Sundell G; Milsom I; Andersch B. Factors Influencing The Prevalence and
Severity of Dysmenorrhoea in Young Women. Br J Obstet Gynaecol. Jul
2006;97(7):588-94.
10. Akerlund M. Pathophysiology of Dysmenorrhea. Acta Obstet Gynecol Scand
11. Akerlund M; Stromberg P; Forsling ML. Primary Dysmenorrhoea and
Vasopressin. Br J Obstet Gynaecol. Jun 2002;86(6):484-7.
12. Willman EA; Collins WP; Clayton SG. Studies in The Involvement of
Prostaglandins in Uterine Symptomatology and Pathology. Br J Obstet
Gynaecol. May 2001;83(5):337-41.
13. Fraser IS. Prostaglandins, Prostaglandin Inhibitors and Their Roles in
Gynaecological Disorders. Baillieres Clin Obstet Gynaecol. Dec
2004;6(4):829-57.
14. Demers LM; Hahn DW; McGuire JL. Newer Concepts in Dysmenorrhea
Research: Leukotrienes and Calcium Channel Blockers. In: Dawood MY;
McGuire JL; Demers LM, eds. Premenstrual Syndrome and Dysmenorrhea.
London: Pitman; 2004:205-13.
15. Chegini N; Rao CV. The Presence of Leukotriene C4- and
Prostacyclin-Binding Sites in Nonpregnant Human Uterine Tissue. J Clin Endocrinol Metab.
Jan 2003;66(1):76-87.
16. Harlow SD; Park M. A Longitudinal Study of Risk Factors For The Occurrence,
Duration and Severity of Menstrual Cramps in A Cohort of College Women. Br
J Obstet Gynaecol. Nov 2003;103(11):1134-42.
17. Nigam S; Benedetto C; Zonca M; Leo-Rossberg I; Lubbert H; Hammerstein J.
Increased Concentrations of Eicosanoids and Platelet-Activating Factor in
Menstrual Blood From Women with Primary Dysmenorrhea. Eicosanoids.
2004;4(3):137-41.
19. Parazzini F; Tozzi L; Mezzopane R; Luchini L; Marchini M; Fedele L. Cigarette
Smoking, Alcohol Consumption, and Risk of Primary Dysmenorrhea.
Epidemiology. Jul 2004;5(4):469-72.
20. Dawood MY. Nonsteroidal Anti-Inflammatory Drugs And Changing Attitudes
Toward Dysmenorrhea. Am J Med. May 20 2004;84(5A):23-9.
21. Sobczyk R; Braunstein ML; Solberg L; Schuman SH. A Case Control Survey
and Dysmenorrhea in A Family Practice Population: A Proposed Disability
Index. J Fam Pract. Aug 2004;7(2):285-90.
22. Notoatmodjo. Kesehatan Masyarakat Ilmu & Seni. Jakarta, Rineka Cipta.2007.
23. Suhartono. Dasar-Dasar Filsafat. Yogyakarta : Ar-Ruzz.2004.
24. Narendra, B. Tumbuh Kembang Anak Dan Remaja. Sagung Seto
Jakarta.2002.
25. Solita, S. Sosiologi Kesehatan. Yogyakarta : Gadjah Mada University
ANGKET
Hubungan Pengetahuan Remaja Putri Tentang Dismenore dengan Motivasi untuk Periksa ke Pelayanan Kesehatan di SMU YPSA- Medan
Hari/Tgl :
KODE RESPONDEN :
Umur :
Riwayat Dismenore : 1. Mengalami senggugut (dismenore) 2. Tidak menderita senggugut (dismenore)
Petunjuk I :
1. Bacalah setiap pernyataan dengan teliti
2. Pilihlah salah satu jawaban dibawah ini dengan memberi tanda check (√) pada jawaban yang anda anggap sesuai pada kolom yang telah disediakan
3. Mohon di teliti kembali agar tidak terjadi kesalahan dalam memilih 4. Jawaban anda akan menjadi rahasia peneliti
No Pernyataan Ya/benar Tidak/salah Tidak Tahu 1. Senggugut adalah rasa nyeri yang biasanya
terfokus diperut bagian bawah pada saat datang haid.
2. Nyeri yang bersifat cramping (dipuntir-puntir) dibagian bawah perut, dan akan hilang saat selesai haid dinamakan senggugut.
3. Kontraksi otot-otot rahim dan penyempitan pembuluh darah rahim dapat menyebabkan senggugut.
4. Stress tidak mempengaruhi munculnya sengugut.
5. Hormon yang tidak seimbang di dalam tubuh sewaktu haid tidak berpengaruh pada munculnya senggugut.
7. Kelainan anatomi (susunan/struktur) maupun bentuk dari alat reproduksi wanita dapat menimbulkan senggugut.
8. Mual, muntah, sakit kepala, diare, mudah tersinggung bukan termasuk pertanda/ gejala senggugut.
9. Senggugut bisa ditandai dengan nyeri bagian bawah, pada bokong, dan pada paha bagian dalam ketika dating haid, sampai bisa membuat terguling menahan sakit.
10. Mengkonsumsi makanan bergizi, tinggi serat, kalsium dapat membantu mengurangi senggugut.
11. Mengatur jadwal tidur dari istirahat yang cukup bisa membantu meredakan senggugut
12. Ketika senggugut sebaiknya berhentilah berolah raga, karena olah raga seperti berjalan kaki dan bersepeda dapat memperberat senggugut.
13. Meminum-minuman hangat tidak dianjurkan pada penderita senggugut.
14. Senggugut dapat diredakan nyerinya
dengan minum obat anti nyeri seperti asam mefenamat dan parasetamol tablet
15. Penyakit kista di indung telur, tumor dirahim bisa menyebabkan senggugut.
16. Senggugut biasa dialami remaja, tidak ada kaitannya dengan penyakit dikandungan, karena senggugut dapat sembuh sendiri
17. Senggugut bisa menurunkan kinerja produktif karena penderita tidak sanggup bekerja maksimal, hal ini dapat
menurunkan penghasilan.
Petunjuk II :
1. Bacalah setiap pernyataan dengan teliti
2. Isilah kolom yang tersedia dengan tanda check (√) untuk jawaban yang paling sesuai menurut anda
3. Jawablah dengan sejujur-jujurnya 4. Keterangan :
S = Setuju TS = Tidak Setuju TT = Tidak tahu
5. Jawaban anda akan menjadi rahasia peneliti
No. Pernyataan S TS TT
1. Pemeriksaan terhadap dismenore dilakukan bila nyeri yang dirasakan sudah benar-benar parah dan menggangggu aktifitas sehari-hari.
2. Pemeriksaan terhadap dismenore tidak dilakukan karena akan membuat cemas bila ternyata ada kelainan, misalnya adanya tumor dalam rahim.
3. Dismenore mempengaruhi kesehatan reproduksi sehingga perlu dideteksi secara dini melalui pemeriksaan secara sistematis.
4. Informasi tentang dismenore yang pernah
diperoleh mendorong anda untuk memeriksakan diri.
5. Anda periksa dismenore karena teman anda juga melakukan pemeriksaan.
[DataSet1] F:\DATA DISMENOREA.sav
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Nilai_Pengetahuan Nilai_Motivasi
N 32 32
Normal Parameters Mean .4774 .4219
Std. Deviation .14450 .17953 Most Extreme
Differences
Absolute .114 .220
Positive .107 .220
Negative -.114 -.186
Kolmogorov-Smirnov Z .644 1.246
Asymp. Sig. (2-tailed) .802 .090
Correlations
[DataSet1] F:\DATA DISMENOREA.sav
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
Nilai_Pengetahuan .4774 .14450 32
Nilai_Motivasi .4219 .17953 32
Correlations
Nilai_Pengetahuan Nilai_Motivasi
Nilai_Pengetahuan Pearson Correlation 1 -.001
Sig. (2-tailed) .995
N 32 32
Nilai_Motivasi Pearson Correlation -.001 1 Sig. (2-tailed) .995
T-Test
Nilai_Pengetahuan Sedang Dismenorea 16 .4757 .17090 .04272 Tidak sedang Dismenorea
16 .4792 .11807 .02952
Nilai_Motivasi Sedang Dismenorea 16 .3958 .14751 .03688 Tidak sedang Dismenorea
Frequency Percent Valid Percent
Graph
[DataSet1] F:\DATA DISMENOREA.sav
Nilai_Pengetahuan
0.60 0.40
0.20 0.00
N
il
ai
_Mot
ivasi
1.00
0.80
0.60
0.40
0.20
0.00
Grafik Korelasi Pengetahun Dismenorea dengan Motivasi Pencarian Pelayanan Kesehatan
LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN
Adik –adik siswi Yth,
Nama saya dr.Abdur Rohim Lubis, saat ini saya sedang menjalani program
pendidikan Spesialis Kebidanan dan Kandungan di Departemen Obstetri dan
Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara- Medan.
Saya sebelumnya mengucapkan terima kasih atas kesempatan waktu yang adik-adik
berikan untuk menyampaikan perihal yang ingin saya sampaikan sehubungan
dengan penelitian yang akan saya lakukan di sekolah ini. Penelitian saya tentang :
“ Hubungan Pengetahuan Remaja Putri Terhadap Dismenore dengan Motivasi Untuk Periksa ke Pelayanan Kesehatan di SMU YPSA- Medan”.
Penelitian ini saya lakukan hanya di SMU YPSA-Medan dibawah bimbingan
langsung dua supervisor Dr. Rusli P.Barus, SpOG.K dan Dr. Yusuf R. Surbakti,
SpOG.K. Penelitian ini akan dilakukan pada adik- adik siswi yang memenuhi syarat
untuk ikut berpartisipasi dalam penelitian sebagai sampel.
Adapun kriteria atau syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi sampel adalah
adik-adik yang ketika haid mengalami dismenore, dalam bahasa awamnya dinamakan
senggugut. Dan tentunya bagi adik- adik yang nantinya bersedia saya harapkan ikut
berpartisipasi.
Adik –adik yang terpilih sebagai sampel akan saya minta kesediaannya untuk
mengisi angket yang akan saya bagikan satu persatu. Nanti silahkan diisi dengan
pendapat sendiri tanpa dipengaruhi jawaban temannya. Nanti lembaran angket akan
Adapun tujuan penelitian ini, untuk mengetahui apakah ditemukan hubungan
bermakna antara pengetahuan remaja putri tentang dismenore dengan motivasi
untuk periksa ke pelayanan kesehatan.
Manfaat penelitian ini, diharapkan melalui hasil yang saya dapat diperoleh informasi
yang akurat apakah memang pengetahuan tentang dismenore itu berpengaruh
terhadap motivasi remaja putri untuk berobat maupun konsultasi ke tempat- tempat
pelayanan kesehatan, seperti tempat praktek, klinik, puskesmas, rumah sakit,
maupun balai pengobatan, mengingat dismenore itu sendiri paling banyak diderita
oleh remaja.
Partisipasi adik- adik dalam penelitian ini sepenuhnya bersifat sukarela dan tanpa
paksaan, maupun tekanan dari pihak manapun. Seandainya adik- adik menolak
untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, maka saya akan tetap menghargai itu
sebagai hak adik –adik tentunya.
Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini, saya harapkan
adik-adik yang terpilih sebagai sukarela dalam penelitian ini dapat mengisi lembar
persetujuan turut serta dalam penelitian ini yang telah di persiapkan. Jawaban adik-
adik dalam kuisioner sepenuhnya dijaga kerahasiaannya dari siapapun yang tidak
berkepentingan dalam penelitian ini.
Terima kasih saya ucapkan kepada adik- adik yang telah berpartisipasi di dalam
penelitian ini. Jika dalam penelitian ini terdapat hal-hal yang kurang jelas maka adik-
adik dapat bertanya langsung atau menghubungi saya dr. Abdur Rohim Lubis,
Departemen Kebidanan dan Kandungan (Obstetri dan Genikologi) FK-USU. Telp:
061-8217588 atau telepon genggam 081264578099. Terima kasih.
Medan, Mei 2012
Hormat saya,
LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN SUBJEK PENELITIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Nn ………
Umur : ………. tahun
Kepada saya telah diberikan penjelasan mengenai prosedur penelitian :
“Hubungan Pengetahuan Remaja Putri tentang Dismenore dengan Motivasi untuk Periksa ke Pelayanan Kesehatan
di SMU YPSA- Medan“
Dan saya telah memahaminya.
Maka dengan sadar saya menyatakan bersedia untuk mengikuti penelitian ini.
Medan, 2012
Dokter Peneliti : Peserta Penelitian
Dr. Abdur Rohim Lubis
Dept. Obgin RSUP-HAM ( ………...)