• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Pengetahuan Remaja Putri Tentang Dismenore Dengan Motivasi Untuk Periksa Ke Pelayanan Kesehatan Di Smu YPSA- Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Pengetahuan Remaja Putri Tentang Dismenore Dengan Motivasi Untuk Periksa Ke Pelayanan Kesehatan Di Smu YPSA- Medan"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI

TENTANG DISMENORE DENGAN MOTIVASI

UNTUK PERIKSA KE PELAYANAN KESEHATAN

DI SMU YPSA- MEDAN

TESIS

Abdur Rohim Lubis

PEMBIMBING :

1. dr. Rusli P. Barus, SpOG(K)

2. dr. Yusuf R. Surbakti, SpOG(K)

PENYANGGAH :

1. dr. Rushakim Lubis, SpOG

2. dr. Yostoto B. Kaban, SpOG(K)

3. dr. H. Muhammad Haidir, MHA, SpOG

DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

FAK. KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

RSUP.H.ADAM MALIK – RSUD Dr.PIRNGADI MEDAN

(2)

PENELITIAN INI DI BAWAH BIMBINGAN TIM 5

PEMBIMBING:

dr.Rusli P. Barus,SpOG(K)

dr.Yusuf R. Surbakti,SpOG(K)

PENYANGGAH :

dr. Rushakim Lubis,SpOG

dr. Yostoto B. Kaban,SpOG(K)

dr. H. Muhammad Haidir, MHA,SpOG

Diajukan untuk melengkapi tugas - tugas

dan memenuhi salah satu syarat

(3)
(4)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Puji dan Syukur saya ucapkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat dan

Hidayah-Nya penulisan tesis ini dapat diselesaikan.

Tesis ini disusun untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi salah satu syarat

untuk menyelesaikan pendidikan magister kedokteran dalam bidang Obstetri dan

Ginekologi. Sebagai manusia biasa, saya menyadari bahwa tesis ini banyak

kekurangannya dan masih jauh dari sempurna, namun demikian besar harapan

saya kiranya tulisan sederhana ini dapat bermanfaat dalam menambah

perbendaharaan bacaan khususnya tentang :

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRITENTANG DISMENORE DENGAN MOTIVASIUNTUK PERIKSA KE PELAYANAN KESEHATAN.”

Dengan selesainya laporan penelitian ini, perkenankanlah saya menyampaikan

rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang

terhormat :

1. Rektor Universitas Sumatera Utara dan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk

mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis di Departemen Obstetri dan

(5)

Sekretaris Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan; dr. Hendry

Salim, SpOG(K), Ketua Program Studi Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi

FK-USU Medan; dr. M. Rhiza Tala, M.Ked(OG),SpOG(K), Sekretaris Program

Studi Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan; ketua divisi

fetomaternal SMF Kebidanan dan Penyakit Kandungan RSHAM : dr. Makmur

Sitepu,M.Ked(OG), SpOG(K); ketua divisi Fertilisasi Endokrinologi dan

Reproduksi SMF kebidanan dan penyakit kandungan RSHAM Medan: dr.

Ichwanul Adenin, M.Ked(OG), SpOG(K); ketua divisi Onkologi SMF kebidanan

dan penyakit kandungan RSHAM Medan: Prof. dr. M. Fauzie Sahil, SpOG(K)

dan juga Prof. dr. Jusuf Hanafiah, SpOG(K); Prof. dr. Djafar Siddik, SpOG(K);

Prof. dr. Hamonangan Hutapea, SpOG(K); Prof. DR. dr. M. Thamrin Tanjung,

SpOG(K); Prof. dr. T.M. Hanafiah, SpOG(K); Prof. dr. Budi R. Hadibroto,

SpOG(K); Prof. dr. R. Haryono Roeshadi, SpOG(K), dan Prof. dr. Daulat H.

Sibuea, SpOG(K), yang telah bersama-sama berkenan menerima saya untuk

mengikuti pendidikan spesialis di Departemen Obstetri dan Ginekologi.

3. Kepada Bapak Manahan Lubis beserta keluarga yang telah banyak membantu

dan memberikan dukungan selama masa pendidikan saya.

4. dr. Rusli P. Barus, SpOG(K) yang telah memberikan kesempatan dan bimbingan

kepada saya dalam melakukan penelitian ini sekaligus sebagai pembimbing

utama saya bersama dengan dr. Yusuf R. Surbakti, SpOG(K) yang telah

meluangkan waktu yang sangat berharga untuk membimbing, memeriksa, dan

melengkapi penulisan tesis ini hingga selesai. Demikian juga kepada dr.

Rushakim Lubis, SpOG; dr. Yostoto B. Kaban, SpOG(K); dan dr. H. Muhammad

(6)

kesabaran telah meluangkan waktu yang sangat berharga untuk membimbing,

memeriksa, dan melengkapi penulisan tesis ini hingga selesai.

5. Terimakasih kepada Dr. dr. Sarma N. Lumbanraja, M. Ked(OG), SpOG(K),

selaku pembimbing mini referat fetomaternal saya yang berjudul “ Efek Paparan

Radiasi Sinar X terhadap Kehamilan”, kepada dr. Ichwanul Adenin, M.Ked(OG),

SpOG(K) selaku pembimbing mini referat Fertilitas Endokrinologi dan

Reproduksi saya yang berjudul “Abortus Rekuren pada Obesitas”, dan kepada

dr. Deri Edianto, M.Ked(OG), SpOG(K) selaku pembimbing mini referat Onkologi

saya yang berjudul “Kolposkopi”.

6. dr. Riza Rivani, SpOG selaku Bapak Angkat saya selama menjalani masa

pendidikan, yang telah banyak mengayomi, membimbing, dan memberikan

nasehat yang bermanfaat kepada saya selama dalam pendidikan.

7. Ketua Yayasan Pendidikan Syaffiyatul Amaliyah dan staf yang telah memberikan

izin kepada saya untuk melakukan penelitian di YPSA- Imelda.

8. Dr. Surya Dharma, MPH yang telah meluangkan waktu dan pikiran untuk

membimbing saya dalam penyelesaikan uji statistik tesis ini.

9. Seluruh Staf Pengajar Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU/ RSUP H.

Adam Malik-RSUD Dr. Pirngadi Medan, yang secara langsung telah banyak

membimbing dan mendidik saya sejak awal hingga penelitian ini selesai.

10. Direktur RSUP H. Adam Malik Medan yang telah memberikan kesempatan dan

sarana untuk bekerja sama selama mengikuti pendidikan Spesialis Obstetri dan

Ginekologi di departemen Obstetri dan Ginekologi.

(7)

dr. Syamsul Arifin Nasution, SpOG(K) ;Koordinator Pendidikan dokter spesialis

SMF Kebidanan dan Penyakit Kandungan RSUD Dr. Pirngadi Medan, dr. Sanusi

Piliang, SpOG ; koordinator penelitian SMF Kebidanan dan Penyakit Kandungan

RSUD Dr. Pirngadi Medan, dr. Fadjrir, SpOG ; koordinator pelayanan SMF

Kebidanan dan Penyakit Kandungan RSUD Dr. Pirngadi Medan, dr. Jenius L.

Tobing, SpOG ; ketua divisi fetomaternal SMF Kebidanan dan Penyakit

Kandungan RSUD Dr. Pirngadi Medan, dr. Christoffel Tobing, SpOG.(K); ketua

divisi Fertilisasi Endokrinologi dan Reproduksi SMF Kebidanan dan Penyakit

Kandungan RSUD Dr. Pirngadi Medan, dr. Aswar Aboet, SpOG.K ; ketua divisi

Onkoginekologi SMF Kebidanan dan Penyakit Kandungan RSUD Dr. Pirngadi

Medan, dr. John. S. Khoman, SpOG(K); beserta staf yang telah memberikan

kesempatan dan sarana untuk bekerja sama selama mengikuti pendidikan

Spesialis Obstetri dan Ginekologi di Departemen Obstetri dan Ginekologi.

12. Kepada senior-senior saya dr. Ilham Sejahter Lubis, SpOG; dr. David Luther

Lubis, M.Ked(OG), SpOG; dr. T.Jeffrey Abdillah, SpOG; dr. M. Rizki Yaznil,

M.Ked(OG), SpOG; dr. Errol hamzah, SpOG ; dr. Yusuf Rachmadsyah, SpOG ;

dr. Hatsari Marintan, SpOG; dr. Ulfah W. Kusumah, M.Ked(OG), SpOG; dr.

Irwansyah Putra, M.Ked(OG), SpOG; dr. Heidy Tan, SpOG; dr. Riza Hendrawan,

SpOG; dr. Rizka Heriansyah, SpOG; dr. Boy Rifai Siregar, SpOG; dr. Elvira

Muthia Sungkar, M.Ked (OG), SpOG; dr. Reynanta, SpOG; dr. Yuri Adriasyah;

dr. T. Johan Avicena; dr. Tigor P Hasugian; dr. Hendryadi Syahputra,

M.Ked(OG),SpOG; dr. Riske Eka Putri; dan dr. Heika Natasya Silitonga,

M.Ked(OG), SpOG; dr. M. Arief Siregar; dr. Yudha Sudewo; dr. Ferdiansyah

(8)

tidak mungkin saya sebutkan satu persatu, terimakasih untuk bimbingan,

kebersamaan dan kerjasamanya.

13. Kepada teman – teman seangkatan saya, dr. Ika Sulaika, dr. Edi Rizaldi, dr.

Hotbin Purba, dr. Kiko Marpaung, dr. Edward Manurung, dr. Erwin Edi Harahap,

dr. Ricca, dr. Rizal Sangadji, dr. Julita Adriani Lubis, dr. Nureliani Amni, dr. Hiro

D. Nasution, dr. Ray C. Barus, dr. Ivo Fitrian, dr. Fifianti P. Adella, dr. Anindita

Novina, dr. Novrial, dr. M. Wahyu Wibowo, dr.terima kasih untuk kebersamaan

dan kerjasamanya selama pendidikan ini.

14. Kepada junior-junior saya ; dr. Hilma P. Lubis, dr. Dona Wirniaty; dr. Chandran

F. Saragih; dr. Apriza Prahatama; dr. Yasmien Hasby; dr. Johan Ricardo; dr.

Arvitamuriany T. Lubis; dr. Daniel Simbolon; dr. Renny Junitasari; dr. Tri Sugeng

Hariady; dr. Irliansyah Putra ; dr. Servin P. Djaganata, dr. Indra Setiawan, dr.

Heikal R. Dalimunthe ; dr. Ratih ; dr. Juhriyani M. Lubis; dr. Eva Maya Puspita ;

dr. Dalmy Iskandar; dr. Yusriza; dr. Lidya Irtifany Lubis; dr. Andrian O. Sinuhaji ;

dr. Shafiq; dr. Toni Simarmata; dr. Dahler Sandana Siregar; dr. Tri Ebta M; serta

seluruh teman sejawat asisten ahli lainnya yang tidak mungkin saya sebutkan

satu persatu, terimakasih atas kebersamaan dan kerjasamanya selama ini.

15. Kepada Almarhummah Ibu Hj. Asnawati Hasibuan; Ibu Hj. Sosmalahayaty; Ibu

Zubaedah; Ibu Sudarmawan; Rahmi, Amd; Winta Widyasari, Amd dan seluruh

pegawai di lingkungan Departemen Obstetri dan Ginekologi RSUP H. Adam

Malik Medan dan RSUD Dr. Pirngadi Medan, terima kasih atas bantuan dan

dukungannya.

(9)

membimbing, mendoakan, serta mendidik saya dengan penuh kasih sayang dari

masa kanak-kanak hingga kini, memberi contoh yang baik dalam menjalani

hidup serta motivasi selama mengikuti pendidikan ini.

Kepada Abangda M. Idrus, Abdul Rahman Lubis, Asnah Awaludin dan keluarga,

terima kasih atas dorongan, dukungan, dan motivasi kepada saya selama

mengikuti pendidikan ini.

Tiada kata yang dapat saya ucapkan selain rasa syukur dan terima kasih kepada

isteri tercinta dr. Erna Dewi Dalimunthe dan kedua putri tercinta saya ; Dewika

Rahmi Hafidz Lubis dan Nadia Dewi Adzra Lubis atas pengertian, kesabaran,

dorongan, pengorbanan, doa dan motivasi untuk maju sehingga saya dapat

menyelesaikan pendidikan ini.

Kepada seluruh keluarga handai tolan yang tidak dapat saya sebutkan namanya

satu persatu, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang telah banyak

memberikan bantuan, dukungan dan doa, saya ucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan berkah-Nya kepada

kita semua.

Wassalam

Medan, Maret 2013

dr. Abdur Rohim Lubis

(10)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR... xi

DAFTAR SINGKATAN... xii

ABSTRAK... xiii

BAB 1 Pendahuluan... 1

1.1. Latar Belakang... 4

1.2. Rumusan Masalah... 4

1.3. Tujuan Penelitian... 4

1.3.1. Tujuan Umum... 4

1.3.2. Tujuan Khusus... 4

1.4. Hipotesa... 5

1.5. Manfaat Penelitian... 5

(11)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA... 6

2.1. dismenore... 6

2.1.1. Definisi Dismenore... 6

2.1.2. Pembagian/ Klasifikasi Dismenore ... 6

2.1.3. Tingkatan Dismenore... 7

2.1.4. Etiologi dan Patofisiologi... 8

2.1.5. Epidemiologi... 12

2.1.6. Gejala Klinis Dismenore... 12

2.1.7. Bahaya Dismenore... 13

2.1.8. Penanganan Dismenore... 13

2.2. Pengetahuan... 15

2.2.1. Definisi Pengetahuan... 15

2.3. Remaja... 18

2.3.1. Definisi Remaja... 18

2.4. Motivasi... 18

2.4.1. Definisi Motivasi... 18

2.4.2. Proses terjadinya motivasi... 19

(12)

BAB 3 METODE PENELITIAN... 20

3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian... 20

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian... 20

3.3. Populasi, Sampel, dan Sampling... 20

3.3.1. Populasi... 20

3.3.2. Sampel... 20

3.4. Kriteria Sampel... 20

3.4.1. Kriteria Inklusi... 21

3.4.2. Kriteria Eksklusi... 21

3.5. Variabel Penelitian... 21

3.5.1. Variabel Bebas... 21

3.5.2. Variabel Terikat... 21

3.6. Kerangka Konsep... 21

3.7. Definisi Operasional... 22

3.8. Aspek Pengukuran... 22

3.9. Prosedur Pengumpulan Data ... 24

(13)

BAB 4 HASIL PENELITIAN... 25

4.1. Karakteristik Responden... 26

Kesimpulan... 30

Saran... 30

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Aspek Pengukuran... 23

Tabel 2. Distribusi responden berdasarkan umur... 26

Tabel 3. Hubungan umur dengan pengetahuan terhadap dismenore... 27

Tabel 4. Nilai rerata pengetahuan dan motivasi responden

untuk mencari pelayanan kesehatan... 28

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Skema etiologi dismenore primer... 9

Gambar 2. Biosintesis Prostaglandin dan Leukotrien... 10

Gambar 3. Kerangka konsep... 22

Gambar 4. Distribusi Umur Responden... 27

(16)

DAFTAR SINGKATAN

PLseA2 = phospholipase A2

LO = lipoxygenase

COX = cyclooxygenase

PG = prostaglandin

TxA2 = thromboxane

LT = leukotriene

NSAID = Non-Steroid Anti Inflamasi Drugs

TENS = Transcutan Electric Neuron Stimulation

(17)

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG DISMENORE

DENGAN MOTIVASI UNTUK PERIKSA KE PELAYANAN KESEHATAN

DI SMU YPSA- MEDAN

Lubis R

Hasil : Karakteristik umur paling banyak yang mengalami dismenore adalah usia 15 tahun (46,9%) diikuti dengan umur 16 tahun (31,3%) dan yang terendah umur 14

tahun dan 18 tahun masing-masing (3,1%). Rerata pengetahuan responden tentang

dismenore adalah 48% ± 0,14. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan

, Barus RP, Surbakti YR

Departemen Obstetri dan Ginekologi

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

RSUP. H. Adam Malik- RSUD Dr. Pirngadi Medan

ABSTRAK

Tujuan :Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan remaja putri tentang dismenore dengan motivasi untuk periksa ke pelayanan kesehatan.

Tempat Penelitian : SMU Saffiyatul Amaliyah – YPSA, Medan

Rancangan Penelitian : Studi cross-sectional dengan analisis korelatif. Besar sample 32 orang dari total sampling siswa remaja putri dengan riwayat atau masih

mengalami dismenore, dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Pengukuran dilakukan

(18)

responden tentang dismenore masih rendah meskipun pendidikan mereka adalah

sekolah menengah atas oleh karena pengetahuan tentang kesehatan reproduksi

belum menjadi kurikulum pendidikan di sekolah lanjutan. Sedangkan rerata motivasi

responden adalah 42% ± 0,18 yang menunjukkan masih rendah. Hal ini

kemungkinan berkaitan dengan tingkat pengetahuan responden tentang dismenore

yang masih rendah. Korelasi didapatkan nilai ( r = - 0,001 dan p >0,05, dengan CI

95%) yang menunjukkan bahwa tidak ada korelasi antara pengetahuan dengan

motivasi. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang pernah dilakukan di RS

Sadikin- Bandung.

Kesimpulan : Faktor pengetahuan remaja putri terhadap dismenore tidak mempengaruhi motivasi upaya untuk ke pelayanan kesehatan. Upaya untuk

mendapatkan pelayanan kesehatan berarti tidak semata-mata karena pengetahuan

yang dimilikinya tentang dismenore yang dideritanya.

Kata kunci : dismenore, pengetahuan, remaja, motivasi, pelayanan kesehatan.

(19)

RELATIONSHIP BETWEEN KNOWLEDGE ABOUT DYSMENORRHEA AND MOTIVATION TO ACCESS HEALTH CARE IN ADOLESCENT GIRLS

Lubis R

Result: Age characteristic with the highest rate of dysmenorrhea is 15 years (46,9%), followed by 16 years (31,3%), and the lowest rate comes from 14 and 18

years with 3,1% each. Mean knowledge of respondent about dysmenorrhea is

48%±0,14. This shows that the level of knowledge from respondent about

dysmenorrhea is still low, considering their education in high school still hasn’t

, Barus RP, Surbakti YR

Department Of Obstetric dan Gynecology

Faculty of Medicine North Sumatera University

H. Adam Malik Hospital-Dr. Pirngadi Hospital Medan

ABSTRACT

Objective :To determine the relationship between knowledge about dysmenorrhea in adolescent girls with their motivation to access health care .

Study Location : SMU Saffiyatul Amaliyah – YPSA, Medan

Study Design : Cross sectional study with correlative analysis. Sample size was 32 from total sampling of adolescent girls with history of dysmenorrhea or currently

having dysmenorrhea, with inclusion and exclusion criteria. Sampling was performed

(20)

include reproductive health in the curriculum. Mean motivation of respondent is 42%

± 0,18 which shows low motivation. This finding maybe correlated with their low level

of knowledge about dysmenorrhea. The correlation value ( r = - 0,001 and p >0,05,

with CI 95%) shows no correlation between knowledge and motivation.This result

same as with the anothers from Sadikin Hospital- Bandung.

Conclusion : Knowledge factor about dysmenorrhea in adolescent girls do not affect their motivation to access health care. Attempt to access health care is not only

affected by their knowledge about dysmenorrhea.

Keyword : dysmenorrhea , knowledge, adolescent, motivation, healthcare.

(21)

RELATIONSHIP BETWEEN KNOWLEDGE ABOUT DYSMENORRHEA AND MOTIVATION TO ACCESS HEALTH CARE IN ADOLESCENT GIRLS

Lubis R

Result: Age characteristic with the highest rate of dysmenorrhea is 15 years (46,9%), followed by 16 years (31,3%), and the lowest rate comes from 14 and 18

years with 3,1% each. Mean knowledge of respondent about dysmenorrhea is

48%±0,14. This shows that the level of knowledge from respondent about

dysmenorrhea is still low, considering their education in high school still hasn’t

, Barus RP, Surbakti YR

Department Of Obstetric dan Gynecology

Faculty of Medicine North Sumatera University

H. Adam Malik Hospital-Dr. Pirngadi Hospital Medan

ABSTRACT

Objective :To determine the relationship between knowledge about dysmenorrhea in adolescent girls with their motivation to access health care .

Study Location : SMU Saffiyatul Amaliyah – YPSA, Medan

Study Design : Cross sectional study with correlative analysis. Sample size was 32 from total sampling of adolescent girls with history of dysmenorrhea or currently

having dysmenorrhea, with inclusion and exclusion criteria. Sampling was performed

(22)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Haid adalah perdarahan dari kemaluan yang terjadi pada seorang wanita yang

tidak hamil, terjadi secara siklik dan periodik akibat peluruhan dinding endometrium

sebagai respon dari penurunan kadar progesteron. Dinding endometrium yang telah

menebal dan kaya dengan pembuluh darah dan sel sekretorik setelah melewati fase

proliferasi akan meluruh disebabkan korpus luteum mengalami degenerasi sebagai

penghasil progesteron yang memegang peranan dalam memelihara ketebalan

dinding endometrium. Bila konsepsi tidak ada maka korpus luteum segera berakhir

dalam 14 hari setelah terbentuk. Hal ini akan terjadi secara fisiologis dalam

siklusnya setiap bulan.1,2

Beberapa wanita mengeluhkan nyeri ketika haid dengan intensitas yang

berbeda-beda, yang disebut dismenore. Dalam bahasa awamnya dinamakan dengan

senggugut. Dari keluhan nyeri yang ringan hingga nyeri hebat yang menggangu

aktifitas normal. Nyeri haid adalah nyeri yang bersifat cramping (dipuntir– puntir) di

bagian bawah perut, punggung bawah bahkan sampai paha. Nyeri ini timbul

bersamaan dengan haid, sebelum haid atau bisa juga segera setelah haid.

Dahulu nyeri haid hanya dianggap sebagai penyakit psikosomatis. Wanita

yang menderita nyeri haid hanya bisa menyembunyikan rasa sakitnya tanpa

mengetahui apa yang harus dilakukan untuk mengatasi keluhannya. Bahkan orang

menganggap bahwa wanita yang menderita nyeri haid hanyalah wanita yang

(23)

dipahami merupakan kondisi medis yang nyata yang berkaitan dengan menstruasi

dan kondisi patologis dalam ginekologi.2,5

Dismenore merupakan keluhan yang paling sering disampaikan penderita

kepada ahli ginekologi. Sebagian besar pernah memiliki riwayat nyeri haid dengan

tingkatan nyeri yang berbeda- beda. Pemeriksaannya harus dilakukan secara

sistematis, dengan mengkaji riwayat medis dan pemeriksaan fisik yang menyeluruh

merupakan cara diagnostik yang berhubungan dengan asal dismenore.1,2,3

Dismenore dapat menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan reproduksi,

permasalahan psikis, dan penurunan produktifitas kerja penderita. Dampak yang

ditimbulkan tergantung tingkatan dismenore yang dialaminya serta penyakit yang

mendasari timbulnya dismenore tersebut. Akan tetapi secara umum dismenore

adalah masalah kesehatan yang harus mendapat perhatian untuk menjaga

kesehatan fertilitas dan reproduksi.1,5

Namun sebagian besar wanita masih beranggapan nyeri haid sebagai hal

yang biasa, mereka beranggapan 1-2 hari sakitnya akan hilang. Padahal nyeri haid

bisa menjadi gejala suatu penyakit misalnya Endometriosis yang bisa mengakibatkan

infertilitas.4,5

Meskipun studi prevalensi tentang dismenore masih sedikit, namun setidaknya

penelitian di beberapa negara maju dapat dijadikan sebagai data dalam pengkajian

dismenore. Sebuah penelitian di Gateborg, Swedia tahun 2005, yang meneliti wanita

berusia 19 tahun, dilaporkan 72 % mengalami dismenore, 15 % mengalami

pembatasan aktifitas dan harus menggunakan analgesik (pereda nyeri), 8 % tidak

(24)

Penelitian di Amerika Serikat terhadap wanita berusia 17- 19 tahun pada

tahun 2005 dilaporkan 13% mengalami nyeri haid berat dan 42% harus beristirahat

karena tidak mampu beraktifitas normal. Dan 60% dari remaja di Amerika Serikat

diperkirakan mengalami dismenore, sehingga 14% mereka tidak bisa masuk sekolah

saat nyeri haid datang. Hal ini sejalan dengan survei di Turki pada tahun yang sama

dilaporkan bahwa penderita dismenore terbanyak adalah remaja. Diperkirakan

25,6% dari remaja tidak masuk sekolah disebabkan dismenore. Dan kebanyakan

remaja mengalami dismenore dalam 3 tahun pertama setelah menarche ( pertama

kali haid).1,7,8

Prevalensi dismenore di Indonesia belum diketahui secara pasti. Hal ini

disebabkan penderita- penderita yang melakukan kunjungan ke pusat pelayanan

kesehatan masih belum semuanya dapat terdata dengan baik. Namun di poliklinik

kebidanan dan kandungan RS Soetomo- Surabaya didapatkan prevalensi dismenore

1,07% hingga 1,31% dari jumlah pasien. Sedangkan di Pelayanan Kesehatan

Remaja yang tercatat di Dinkes Jawa Timur tahun 2009 mencapai 38,25%. Artinya

angka kunjungan penderita dismenore masih sangat rendah dibanding jumlah

penderitanya. Rendahnya angka kunjungan ke pelayanan kesehatan bagi remaja

penderita dismenore tersebut telah diteliti oleh Suwono (UNS) dengan kesimpulan bahwa dijumpai hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan motivasi

untuk berobat. Akan tetapi sebagian mereka mencari pertolongan pengobatan

masih disebabkan rasa nyeri yang sudah sangat mengganggu. Sedangkan untuk

angka prevalensi dismenore di Medan belum dapat dipastikan karena belum ada

(25)

umumnya menuturkan kedatangannya ke praktek dokter dan rumah sakit

disebabkan dorongan atau kekhawatiran orang tua (ibu penderita) bagi yang masih

remaja, dan dorongan pasangannya bagi mereka yang sudah menikah. Sebagian

besar penderita awalnya menganggap hal yang biasa. Bahkan ada yang telah

membiarkannya tanpa usaha mendapat pengobatan sebelum penderita akhirnya

terdiagnosa dengan masalah ginekologik yang serius dan harus mendapat

penanganan segera.

Dari uraian kenyataan tersebut di atas, maka dirasa perlu untuk meneliti

hubungan pengetahuan remaja putri tentang dismenore dengan motivasi untuk

periksa ke pelayanan kesehatan.

1.2. Rumusan Masalah

Angka kunjungan penderita dismenore remaja ke pusat pelayanan kesehatan

masih rendah.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan remaja putri tentang

dismenore dengan motivasi untuk periksa ke pelayanan kesehatan.

1.3.2. Tujuan Khusus

1.3.2.1. Mengidentifikasi pengetahuan responden (remaja putri) tentang dismenore di

SMU Saffiyatul Amaliyah – YPSA, Medan.

(26)

1.3.2.3. Menganalisa hubungan antara pengetahuan responden tentang dismenore

dengan motivasi untuk periksa ke pelayanan kesehatan.

1.4. Hipotesa

Ada korelasi yang bermakna antara pengetahuan remaja putri tentang

dismenore dengan motivasi untuk periksa ke pelayanan kesehatan di SMU YPSA-

Medan.

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Bagi Peneliti

Dengan penelitian ini bisa menambah khasanah pengetahuan, wawasan dan

pengalaman secara langsung yang dapat digunakan untuk praktek di lapangan

nantinya.

1.5.2. Bagi Institusi Pendidikan

Memberi informasi dalam mengidentifikasi hubungan pengetahuan remaja

putri tentang dismenore dengan motivasi untuk periksa ke pelayanan kesehatan.

1.5.3. Bagi Tempat Penelitian

Memberikan gambaran tentang hubungan pengetahuan remaja putri tentang

dismenore dengan motivasi untuk periksa ke pelayanan kesehatan sehingga bisa

mendorong penderita yang mengalami dismenore untuk memeriksakan diri sebagai

(27)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Dismenore

2.1.1.Definisi. 1,2,3,4

Dismenore didefinisikan sebagai nyeri perut bagian bawah ketika menstruasi.

Istilah dismenore berasal dari bahasa Yunani dys, yang berarti sulit / nyeri / tidak

normal, meno yang berarti bulan, dan rrhea, yang berarti aliran.

Dismenore adalah salah satu keluhan ginekologi yang paling umum pada

wanita muda. Pengelolaan yang optimal dari gejala ini tergantung pada pemahaman

tentang penyebab yang mendasari. Dismenore dibagi dalam dismenore primer

(spasmodic) dan dismenore sekunder (

Penderita Dismenore ini akan tahu sejak berhari-hari sebelumnya bahwa

masa haidnya akan segera tiba. Dia akan mengalami pegal, sakit pada buah dada,

perut kembung, penyangga payudara terasa ketat, sakit kepala, sakit punggung,

kongestif).

2.1.2 Pembagian / klasifikasi.1,4,6,7

2.1.2.1 Berdasarkan jenis nyeri

1. Dismenore Spasmodik

Nyeri spasmodik terasa di bagian bawah perut dan berasal sebelum masa haid

atau segera setelah masa haid. Nyeri ini terlokalisir di bawah pusat, disebabkan

adanya spasme otot- otot rahim.

(28)

pegal pada paha, mudah tersinggung, kehilangan keseimbangan. Proses menstruasi

tidak terlalu menimbulkan nyeri jika sudah berlangsung.

2.1.2.2 Berdasarkan ada tidaknya kelainan atau sebab yang dapat diamati

1. Dismenore primer

Dismenore primer didefinisikan sebagai nyeri haid yang tidak berhubungan

dengan patologi pelvis makroskopis. Kondisi yang berhubungan dengan siklus

ovulasi, disebabkan kontraksi miometrium yang diinduksi oleh pelepasan

prostaglandin dari sekretorik endometrium. Ini biasanya terjadi dalam beberapa

tahun pertama setelah menarche dan mempengaruhi hingga 50% wanita setelah

puberitas.9,10 Timbul sejak haid pertama akan pulih sendiri dengan berjalannya

waktu. Tepatnya saat lebih stabilnya hormon tubuh atau perubahan posisi rahim

setelah menikah dan melahirkan.

2. Dismenore sekunder

Dismenore sekunder didefinisikan sebagai nyeri haid akibat adanya kelainan

anatomi panggul dan / atau makroskopik, seperti pada wanita dengan endometriosis

atau penyakit inflamasi kronis panggul. Kondisi ini paling sering ditemukan pada

(29)

2.1.3 Tingkatan Dismenore.

- Ringan : Berlangsung beberapa saat dan dapat melakukan kerja

hari, aktifitas biasa tidak terganggu.

1,5

Dismenore dapat dibagi berdasarkan intensitas dan tingkat keparahannya dalam 3

kategori :

- Sedang :Diperlukan obat penghilang rasa nyeri ( analgesik) untuk

mengatasi nyeri, tanpa perlu meninggalkan pekerjaan.

- Berat : Perlu istirahat beberapa hari dan dapat disertai sakit kepala,

nyeri menjalar hingga ke pinggang, diare, dan rasa tertekan.

Sehingga penderita tidak bisa beraktifitas normal saat haid.

2.1.4 Etiologi dan Patofisiologi Dismenore.

Etiologi dan patofisiologi dismenore belum sepenuhnya dimengerti. Meskipun

demikian, berikut ini mungkin terlibat.

Dismenore Primer.

Dismenore primer disebabkan oleh peningkatan produksi prostaglandin

endometrium. Senyawa ini ditemukan dalam konsentrasi tinggi pada endometrium

sekretorik dibandingkan endometrium fase proliferatif.

Hiperaktifitas dari uterus pada wanita dengan dismenorea primer pertama kali

dikemukakan pada tahun 1932. Peningkatan kadar PGF2α dalam darah

(30)

nyeri berupa dismenore. Peningkatan kontraktilitas uterus bukan disebabkan

perubahan kepekaan uterus meningkat terhadap PGF2α penderita dismenore. Kadar

prostaglandin paling tinggi terjadi pada 2 hari pertama siklus haid.

Skematik terjadinya dismenore primer diperlihatkan pada gambar 1.

Gambar 1: Skema etiologi dismenore primer

Penurunan kadar progesteron pada fase luteal akhir memicu aksi enzimatik

litik, menghasilkan pelepasan fosfolipid dengan generasi asam arakidonat dan

(31)

Gambar 2 : Biosintesis Prostaglandin dan Leukotrien. PLseA2, phospholipase A2; LO, lipoxygenase; COX, cyclooxygenase; PG, prostaglandin; TxA2, thromboxane; LT, leukotriene.

Bukti saat ini menunjukkan bahwa patogenesis dismenore primer diperankan

prostaglandin F2alpha (PGF2alpha), rangsangan miometrium yang kuat dan

vasokonstriktor, di endometrium sekretori.

Respon terhadap inhibitor prostaglandin pada pasien dengan dismenore

mendukung pernyataan bahwa dismenore dimediasi oleh prostaglandin. Bukti

substansial menunjukkan bahwa dismenore juga disebabkan kontraksi rahim yang

berkepanjangan dan penurunan aliran darah ke miometrium. Peningkatan kadar

(32)

prostaglandin ditemukan di cairan endometrium wanita dengan dismenore dan

berhubungan dengan derajat nyeri.11,12

Kadar prostaglandin dapat meningkat 3 kali lipat pada endometrium dari fase

folikuler ke fase luteal, dengan peningkatan lebih lanjut yang terjadi selama

menstruation.Peningkatan prostaglandin di endometrium yang diikuti penurunan

progesterone pada akhir fase luteal menyebabkan meningkatnya tonus otot dan

kontraksi miometrium.1

Leukotrien telah didalilkan meningkatkan sensitivitas nyeri serabut syaraf di

dalam rahim. Sejumlah besar leukotrien telah ditemukan di endometrium wanita

dengan dismenore primer yang tidak merespon pengobatan dengan antagonis

prostaglandin.9,13,14

Hormon vasopressin mungkin terlibat dalam hipersensitivitas miometrium,

menurunkan aliran darah rahim berkurang, dan mempengaruhi nyeri pada

dismenore. Vasopressin primer dalam endometrium mungkin berhubungan dengan

sintesis dan pelepasan prostaglandin.10,15,16

Hipotesis neuronal juga diduga sebagai patogenesis dismenore primer. Tipe

C neuron nyeri distimulasi oleh metabolit anaerob yang dihasilkan oleh endometrium

iskemik. 13

Dismenore primer juga dikaitkan dengan faktor perilaku dan

psikologis.Meskipun faktor-faktor ini belum terbukti sebagai penyebab, namun tetap

(33)

Dismenore Sekunder.1,9,10,17

Sejumlah faktor mungkin terlibat dalam patogenesis dismenore sekunder.

Patologi pelvis berikut ini dapat menyebabkan dismenore :

• Endometriosis

• Penyakit radang panggul

• Kista dan tumor ovarium

• Fibroid

• Uterine polip

• Adhesi intrauterine, dll

Hampir setiap proses yang dapat mempengaruhi visera pelvis dapat

menghasilkan nyeri panggul siklik dengan intensitas nyeri yang berbeda- beda.Berat

ringannya nyeri tergantung dari kelainan ginekologis yang mendasari dan faktor

psikis penderita. Ada banyak hal yang mempengaruhi intensitas nyeri haid seperti

awal usia saat menarche,haid yang panjang, jumlah darah haid yang banyak,

merokok, ada riwayat keluarga dismenore, akan dapat memperberat dismenore.16

2.1.5. Epidemiologi.

Gejala-gejala klinis biasanya dimulai sehari sebelum haid berlangsung selama

hari pertama dan ke dua haid, dan jarang terjadi setelah itu. Rasa nyeri biasanya Prevalensi dismenore di seluruh dunia mirip dengan prevalensi di AS, dengan

berkisar antara 15,8- 89,5%, dengan prevalensi yang lebih tinggi dilaporkan pada

populasi remaja. 5,18

(34)

merupakan nyeri di garis tengah perut di atas tulang kemaluan, nyeri terasa hilang

timbul, tajam dan bergelombang. Biasanya mengikuti gerakan rahim dan dapat

menjalar ke arah pinggang belakang. Selain rasa nyeri dapat pula disertai mual,

muntah, sakit kepala, dan mudah tersinggung atau depresi.1,2,3

2.1.7. Bahaya Dismenore

Masih banyak perempuan yang menganggap nyeri haid sebagai hal biasa,

mereka beranggapan 1 – 2 hari sakitnya akan hilang. Padahal nyeri haid hebat bisa

menjadi tanda gejala endometriosis yang bisa mengakibatkan sulitnya punya

keturunan.2,3,4

2.1.8. Penanganan.1,2,19,20

Pengobatan/ Medikamentosa.19,20

Pengobatan dismenore primer ditujukan untuk mengurangi nyeri panggul/

kram perut bawah dan gejala terkait (misalnya, sakit kepala, mual, muntah, flushing,

diare) yang biasanya menyertai atau segera mendahului munculnya aliran

menstruasi. Rasa sakit bisa muncul pada panggul dan kadang-kadang menjalar ke

punggung dan paha. Sampai saat ini, farmakoterapi telah menjadi pengobatan yang

paling handal dan efektif untuk mengatasi dismenore.

Karena hasil rasa sakit dari vasokonstriksi rahim, anoksia, dan kontraksi

dimediasi oleh prostaglandin, mengurangi gejala-gejala sering dapat diperoleh dari

penggunaan agen yang menghambat sintesis prostaglandin dan memiliki sifat

(35)

memiliki mekanisme aksi yang berbeda dan dapat digunakan sebagai terapi ajuvan

dalam kasus-kasus refrakter. Kurangnya respon terhadap NSAIDs dan kontrasepsi

oral (atau kombinasi) dapat meningkatkan kemungkinan tipe dismenore sekunder.

19,20

Terapi lain untuk dismenore telah diusulkan, tetapi sebagian besar tidak

diperhatikan. Ini termasuk tiamin, vitamin E, omega-3 asam lemak, magnesium,

akupunktur, akupresur, berbagai obat-obatan herbal, nitrogliserin transdermal,

kalsium channel blocker, beta-adrenergik agonis, antileukotrienes, dan stimulasi

saraf transkutan listrik (TENS) unit .19

Penggunaan topikal panas terus menerus pada tingkat rendah mungkin

bermanfaat untuk beberapa pasien. Pengobatan dismenore sekunder melibatkan

koreksi penyebab organik yang mendasari. Langkah-langkah spesifik (medis atau

bedah) mungkin diperlukan untuk mengobati patologi pelvis (misalnya,

endometriosis) dan untuk memperbaiki dismenore terkait. Penggunaan berkala agen

analgesik sebagai terapi tambahan mungkin bermanfaat. 19,20

Pembedahan

• Pembedahan umumnya tidak diindikasikan untuk pasien dengan dismenore

primer.

19,20

• Pada pasien dengan dismenore sekunder, pengobatan patologi yang

mendasari mungkin memerlukan intervensi bedah.

Dalam kasus dismenore, laparoskopi presacral neurectomy (PSN) atau ablasi saraf

uterosakral (LUNA) terbukti efektif pada beberapa pasien selama 12 bulan setelah

(36)

Konsultasi.

Pada pasien dengan gejala refrakter, pendekatan multidisiplin dapat

diindikasikan. Penderita dapat menjalani konsultasi di prakter dokter sehubungan

dengan keluhannya dan bertujuan untuk mendapatkan informasi lebih jelas sehingga

strategi penanganan terhadap keluhan penderita akan lebih baik.1,19

Diet.

Diet vegetarian rendah lemak dan minyak ikan suplemen telah dilaporkan

dapat mengurangi nyeri haid pada beberapa perempuan. Menghindari minum kopi

dan merokok juga disarankan untuk memperkecil resiko terjadinya dismenore.

Penderita disarankan mengatur pola diet seimbang, jika memungkinkan

berkonsultasi dengan ahli gizi. 1,19,20

2.2 Pengetahuan.

2.2.1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari “tahu” yang terjadi melalui proses sensoris

khususnya mata dan telinga terhadap obyek tertentu. Pengetahuan merupakan

domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku terbuka (Overt

(37)

Menurut Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologi, tingkatan pengetahuan dalam domain kognitif dibagi atas 6 tingkatan, antara lain :

1. Tahu (Know)

21,22

Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

Tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Untuk

mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari dapat digunakan

kata kerja antara lain : menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,

menyatakan, dan sebagainya.

2. Memahami (Comprehension)

Kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan

dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar. Orang yang telah

paham terhadap objek harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,

menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

3. Aplikasi (Application)

Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi dalam hal ini

dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum- hukum, rumus, metode,

prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4. Analisis (Analysis)

Diartikan suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke

dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi

(38)

dilihat dari pemakaian kata kerja : dapat menggambarkan, membedakan,

memilah, mengelompokkan, dan sebagainya.

5. Sintesis (Synthesis)

Kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam

suatu keseluruhan yang baru. Artinya kemampuan perancangan atau

memformulasi sesuatu yang baru dengan formula yang sebelumnya.

6. Evaluasi (Evaluation)

Tingkat pengetahuan ini menjabarkan kemampuan seseorang dalam

melakukan penilaian terhadap suatu objek dengan khasanah pengetahuan

dan kriteria- kriteria sendiri atau kaidah/ kriteria yang telah ada.

Seseorang dikategorikan memiliki tingkatan pengetahuan menurut Bloom

sebagai berikut :

- Tingkat rendah : bila hanya mampu menguasai materi/ penguasaan maupun

pemahaman di bawah dari 40%.

- Tingkat sedang : 40- 60 % dari total skoring

(39)

2.3. Remaja.

2.3.1 Definisi Remaja

Menurut Papalia dan Olds (2001), masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya

dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau

awal dua puluhan tahun. Menurut Adams & Gullota (dalam Aaro, 1997), masa remaja meliputi usia antara 11 hingga 20 tahun. Sedangkan Hurlock (1990) membagi masa remaja menjadi masa remaja awal (13 hingga 16 atau 17 tahun) dan

masa remaja akhir (16 atau 17 tahun hingga 18 tahun). Masa remaja awal dan akhir

dibedakan oleh Hurlock karena pada masa remaja akhir individu telah mencapai transisi perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa. 23,24

2.4. Motivasi

2.4.1 Definisi Motivasi

Secara umum, motivasi artinya mendorong untuk berbuat atau beraksi.

Menurut Nancy Stevenson (2001), “Motivasi adalah semua hal verbal, fisik, atau psikologis yang membuat seseorang melakukan sesuatu sebagai respon. Menurut

Sarwono, S. W. (2000), “Motivasi menunjuk pada proses gerakan, termasuk situasi yang mendorong yang timbul dalam diri individu, tingkah laku yang ditimbulkan oleh

situasi tersebut merupakan tujuan atau akhir daripada gerakan atau perbuatan.

Motivasi itu ada atau terjadi karena adanya kebutuhan seseorang yang harus

dipenuhi untuk segera beraktifitas mencapai tujuan. Motivasi merupakan tenaga

24

(40)

penggerak dan kadang-kadang dilakukan dengan mengenyampingkan hal-hal yang

dianggap kurang bermanfaat dalam mencapai tujuan.24

2.4.3 Motivasi penderita periksa ke pelayanan kesehatan

Motif dapat timbul dari dalam diri kita karena ada kebutuhan dasar manusia.

Misalnya saja seorang penderita memiliki keinginan untuk memeriksakan diri karena

adanya dorongan atau motif yang timbul karena kebutuhan rasa aman terhindar dari

rasa sakit dan penyakit. Motivasi yang terbaik memang motivasi yang berasal dari

diri sendiri, namun motif dapat dirangsang dari luar, misalnya saja melalui

pengetahuan yang telah didapat.24

2.5. Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan merupakan unit yang ditujukan untuk penunjang

(41)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasi dengan rancangan penelitian

cross sectional yaitu suatu penelitian dimana variabel- variabel penelitian diobservasi

sekaligus pada waktu yang sama.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi penelitian di SMU Saffiyatul Amaliyah – YPSA, Medan

3.2.2 Waktu penelitian pada tanggal 14 Juni 2012 s/d 2 Agustus 2012.

3.3. Populasi, Sampel, dan Sampling

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi SMU Saffiyatul Amaliyah,

YPSA - Medan yang mengalami dismenore.

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah total sampling, yaitu seluruh siswi yang

mengalami dismenore sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi di SMU Saffiyatul

Amaliyah, YPSA – Medan. Teknik total sampling ini digunakan karena jumlah

(42)

3.4. Kriteria Sampel

3.4.1 Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah siswi yang mengalami dismenore

dan bersedia menjadi responden.

3.4.2 Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :

Siswa yang mengundurkan diri menjadi responden.

3.5. Variabel- Variabel Penelitian

3.5.1. Variabel pengetahuan remaja putri tentang dismenore.

3.5.2. Variabel motivasi untuk periksa ke pelayanan kesehatan.

3.6. Kerangka konsep

Keterangan :

: diteliti Pengetahuan remaja putri

tentang dismenorhea

(43)

3.7. Definisi Operasional.

a. Pengetahuan adalah segala hal yang diketahui oleh responden berkaitan

dengan pengertian,penyebab, tanda, maupun gejala, dampak, dan

penanganan dari dismenore.

b. Motivasi adalah hal- hal yang menjadi pendorong atau faktor pendukung bagi

reponden untuk menimbulkan respon dan bersikap baik dari dalam diri sendiri

maupun dari lingkungan untuk periksa ke pelayanan kesehatan.

(44)

3.8. Aspek Pengukuran.

Tabel 1. Aspek Pengukuran

Pokok bahasan

Sub pokok bahasan

No item

Jenis pernyataan Skor Kunci

1. Pengetahuan responden

tentang dismenore

-pengertian

dismenore 1,2 Pernyataan positif

Bila pernyataan

- Penyakit-penyakit

yg menyebabkan

(45)

2. Motivasi periksa ke pelayanan kesehatan

Motivasi intrinsik :

- Alasan atau

3.9. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur yang digunakan dalam pengumpulan data ini dengan angket yang

langsung dibagikan kepada responden (data primer) angket ini diisi oleh responden,

angket langsung dikumpulkan kembali oleh peneliti.

3.10. Alat Ukur

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket, yang terdiri dari

2 bagian pertanyaan yaitu angket pengetahuan responden tentang dismenore dan

angket tentang motivasi untuk periksa ke pelayanan kesehatan. Kuisioner ini sudah

(46)

3.11. Teknik Analisa Data

Setelah data terkumpul dari lapangan maka dilakukan : pemeriksaan apakah

angket diisi lengkap, memberi kode pada jawaban responden dan memberikan nilai

pada jawaban responden. Dilanjutkan dengan tabulasi dengan menggunakan

perangkat komputer. Data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi/grafik.

Untuk menganalisa hubungan antar variabel dilakukan uji korelasi dengan derajat

kepercayaan 95%.

Bila r mempunyai nilai = 0 - 0,25 : menunjukkan korelasi lemah

0,26 – 0,50 : menunjukkan korelasi sedang

0,51 – 0,75 : menunjukkan korelasi kuat

0,76 – 1,0 : menunjukkan korelasi sangat kuat.

Bila p < 0,05 maka hipotesa diterima.

Bila p > 0,05 maka hipotesa ditolak.

Untuk mengetahui pengetahuan remaja data yang diperoleh diklasifikasikan

dalam bentuk porsentase dengan menggunakan rumus :

P = (A/B) X 100 %

Dengan : P = Porsentase hasil penilaian

A = hasil skoring yang didapat

(47)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Karakteristik Responden

Penelitian ini menggunakan subyek penelitian remaja putri yang mengalami

dismenore ketika sedang menstruasi yang berjumlah 32 orang dari sekolah SMU

Saffiyatul Amaliyah, YPSA – Medan. Gambaran umur responden yang menjadi

sampel penelitian ini dapat di lihat pada tabel 1 berikut ini:

Tabel 2. Distribusi responden berdasarkan umur

Umur (tahun) Frequency Percent

14 1 3.1

15 15 46.9

16 10 31.3

17 5 15.6

18 1 3.1

Total 32 100.0

Tabel diatas menunjukkan bahwa responden yang terbanyak adalah umur 15

tahun (46,9%) diikuti dengan umur 16 tahun (31,3%) dan yang terendah umur 14

tahun dan 18 tahun masing-masing (3,1% tahun).

(48)

Gambar 4. Grafik Distribusi Umur Responden

Gambaran grafik tampak subjek penelitian remaja putri di SMU YPSA- Medan

paling banyak pada distribusi umur 15 tahun, diikuti usia 16 tahun, dan paling sedikit

pada umur 14 dan 18 tahun

Pengetahuan responden tentang dismenore dan motivasinya untuk mencari

pelayanan kesehatan ditunjukkan oleh tabel di bawah ini.

Tabel 3. Hubungan umur dengan pengetahuan terhadap dismenore Tingkat pengetahuan

p-value rendah sedang Tinggi

Umur 14 1 0 0

0,166

15 8 5 2

16 3 4 3

17 0 5 0

(49)

Dari tabel didapatkan kesimpulan bahwa umur yang memiliki pengetahuan

terbaik dari responden adalah pada kelompok umur 16 tahun, dengan pengetahuan

terendah pada usia 15 tahun hingga berjumlah 8 orang. Tabel ini menunjukkan umur

tidak mempengaruhi tingkat pengetahuan. Tidak ada hubungan yang bermakna

dengan hasil p- value 0,166.

0

Gambar 5. Diagram batang skoring pengetahuan

Dari diagram diatas terlihat bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat

pengetahuan sedang hingga 14 orang. Dan hanya sebagian kecil yang terkategori

memiliki tingkat pengetahuan tinggi (baik) terhadap dismenore sejumlah 5 orang.

Tabel 4. Nilai rerata pengetahuan dan motivasi responden untuk mencari pelayanan kesehatan

Variabel Mean Std. Deviation N

Nilai_Pengetahuan .4774 .14450 32

(50)

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa rerata pengetahuan responden

tentang dismenore adalah 48% ± 0,14. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat

pengetahuan responden tentang dismenore masih rendah meskipun pendidikan

mereka adalah sekolah menengah atas oleh karena pengetahuan tentang

kesehatan reproduksi belum menjadi kurikulum pendidikan di sekolah lanjutan. Hal

ini juga mengindikasikan bahwa minat baca siswa tentang kesehatan masih kurang.

Pengetahuan tentang dismenore dapat mempengaruhi motivasi seseorang

dalam pencarian pelayanan kesehatan ketika ada serangan dismenore. Tabel di atas

menjelaskan bahwa nilai rerata motivasi responden adalah 42% ± 0,18 yang

menunjukkan masih rendah. Hal ini kemungkinan berkaitan dengan tingkat

pengetahuan responden tentang dismenore yang masih rendah.

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan motivasi maka dilakukan

analisis korelasi Pearson yang hasilnya ditunjukkan pada tabel di bawah ini :

Tabel 5. Hasil uji Korelasi Pengetahuan dengan motivasi

Nilai

Pengetahuan Nilai Motivasi

Nilai Pengetahuan

Pearson Correlation 1 -.001

Sig. (2-tailed) .995

N 32 32

Nilai Motivasi

Pearson Correlation -.001 1 Sig. (2-tailed) .995

N 32 32

Berdasarkan hasil uji statistik Korelasi didapatkan nilai r = - 0,001 dan p >0,05

(51)

dismenore tidak tergantung dari pengetahuan yang mereka miliki namun bisa saja

karena keluhan yang sangat mengganggu.

Hasil penelitian ini berbeda dengan yang didapatkan Suwono (fk-uns) tahun 2005 yang menyatakan adanya hubungan antara pengetahuan dengan motivasi

untuk mendapat pelayanan. Sedangkan pada penelitian ini diperoleh kesimpulan

tidak ada korelasi antara pengetahuan dengan motivasi kunjungan ke pelayanan

kesehatan.

Rendahnya pengetahuan dan motivasi pencarian pelayanan kesehatan bagi

penderita dismenore akan berakibat terhadap penanganan gangguan dismenore

tidak adekuat serta penggunaan obat-obatan yang tidak sesuai dengan kondisi

penyakit yang dialami seperti penggunaan obat jamu tradisional yang belum teruji

secara klinis atau penggunaan obat-obatan penghilang rasa sakit yang dapat

menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan.

Berdasarkan hasil penelitian ini pendidikan tentang kesehatan reproduksi

menjadi sangat perlu diberikan kepada para remaja baik melalui kurikulum sekolah

atau melalui kelompok-kelompok remaja agar dapat tetap terjaga kesehatan

reproduksinya serta dapat memilih pelayanan kesehatan yang tepat dan baik untuk

(52)

KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN

1. Tidak dijumpai hubungan pengetahuan remaja putri terhadap dismenore

dengan motivasi untuk ke pelayanan kesehatan.

2. Penderita Dismenore pada siswa SMU yang terbanyak dijumpai pada umur

15 tahun (46,9%).

3. Rerata pengetahuan penderita Dismenore pada siswa SMU tentang

dismenore adalah rendah dengan nilai 48%± 0,14 dan juga rerata motivasi

pencarian pelayanan kesehatan adalah rendah dengan nilai 42% ± 0,18.

4. Tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahun dengan motivasi

pencarian pelayanan kesehatan (r = - 0,001 dan p > 0,05).

SARAN

1. Perlu diberikan pendidikan kesehatan reproduksi kepada para remaja baik

melalui kurikulum sekolah atau melalui kelompok-kelompok remaja agar dapat

tetap terjaga kesehatan reproduksinya serta dapat memilih pelayanan

kesehatan yang tepat dan baik untuk mengatasi permasalahan kesehatan

reproduksi mereka.

2. Diperlukan KIE (Konsultasi, Informasi, dan Edukasi) yang tepat untuk

meningkatkan motivasi periksa ke pelayanan kesehatan dan meningkatkan

(53)

DAFTAR PUSTAKA

1. Speroff; Leon; Eritz; Marc A. Dysmenorrhea in Clinical Gynecologic

Endocrinology & Infertility.7th edition.Lippincott Williams & Wilkins.2005.

2. Dawood MY. Dysmenorrhea. J Reprod Med. Mar 1998;30(3):154-67.

3. Aaro, L.E.. Adolescent Lifestyle in A. Baum, S; Newman J; Weinman, R; West

and C; McManus. Cambridge Handbook of Psychology, Health and Medicine.

Cambridge University Press. Cambridge.1999: 65-67

4. Koltz MM. Dysmenorrhea, Endometriosis and Pelvic Pain. In: Lemeke DP;

Pattison J; Marshall LA; Cowley DS, eds. Primary Care of Women. Norwalk

Conn. Appleton & Lange: 2001:420-32.

5. Suwono; Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja Putri tentang Dismenore

dengan motivasi kunjungan ke pelayanan Kesehatan; FK UNS; Solo; 2005.

6. Andersch B; Milsom I. An Epidemiologic Study of Young Women with

Dysmenorrhea. Am J Obstet Gynecol. Nov 15 2004;144(6):655-60.

7. Dawood MY. Dysmenorrhea. Clin Obstet Gynecol. Mar 2000;33(1):168-78.

8. Jamieson DJ; Steege JF. The Prevalence Of Dysmenorrhea, Dyspareunia,

Pelvic Pain, and Irritable Bowel Syndrome in Primary Care Practices. Obstet

Gynecol. Jan 2002;87(1):55-8.

9. Sundell G; Milsom I; Andersch B. Factors Influencing The Prevalence and

Severity of Dysmenorrhoea in Young Women. Br J Obstet Gynaecol. Jul

2006;97(7):588-94.

10. Akerlund M. Pathophysiology of Dysmenorrhea. Acta Obstet Gynecol Scand

(54)

11. Akerlund M; Stromberg P; Forsling ML. Primary Dysmenorrhoea and

Vasopressin. Br J Obstet Gynaecol. Jun 2002;86(6):484-7.

12. Willman EA; Collins WP; Clayton SG. Studies in The Involvement of

Prostaglandins in Uterine Symptomatology and Pathology. Br J Obstet

Gynaecol. May 2001;83(5):337-41.

13. Fraser IS. Prostaglandins, Prostaglandin Inhibitors and Their Roles in

Gynaecological Disorders. Baillieres Clin Obstet Gynaecol. Dec

2004;6(4):829-57.

14. Demers LM; Hahn DW; McGuire JL. Newer Concepts in Dysmenorrhea

Research: Leukotrienes and Calcium Channel Blockers. In: Dawood MY;

McGuire JL; Demers LM, eds. Premenstrual Syndrome and Dysmenorrhea.

London: Pitman; 2004:205-13.

15. Chegini N; Rao CV. The Presence of Leukotriene C4- and

Prostacyclin-Binding Sites in Nonpregnant Human Uterine Tissue. J Clin Endocrinol Metab.

Jan 2003;66(1):76-87.

16. Harlow SD; Park M. A Longitudinal Study of Risk Factors For The Occurrence,

Duration and Severity of Menstrual Cramps in A Cohort of College Women. Br

J Obstet Gynaecol. Nov 2003;103(11):1134-42.

17. Nigam S; Benedetto C; Zonca M; Leo-Rossberg I; Lubbert H; Hammerstein J.

Increased Concentrations of Eicosanoids and Platelet-Activating Factor in

Menstrual Blood From Women with Primary Dysmenorrhea. Eicosanoids.

2004;4(3):137-41.

(55)

19. Parazzini F; Tozzi L; Mezzopane R; Luchini L; Marchini M; Fedele L. Cigarette

Smoking, Alcohol Consumption, and Risk of Primary Dysmenorrhea.

Epidemiology. Jul 2004;5(4):469-72.

20. Dawood MY. Nonsteroidal Anti-Inflammatory Drugs And Changing Attitudes

Toward Dysmenorrhea. Am J Med. May 20 2004;84(5A):23-9.

21. Sobczyk R; Braunstein ML; Solberg L; Schuman SH. A Case Control Survey

and Dysmenorrhea in A Family Practice Population: A Proposed Disability

Index. J Fam Pract. Aug 2004;7(2):285-90.

22. Notoatmodjo. Kesehatan Masyarakat Ilmu & Seni. Jakarta, Rineka Cipta.2007.

23. Suhartono. Dasar-Dasar Filsafat. Yogyakarta : Ar-Ruzz.2004.

24. Narendra, B. Tumbuh Kembang Anak Dan Remaja. Sagung Seto

Jakarta.2002.

25. Solita, S. Sosiologi Kesehatan. Yogyakarta : Gadjah Mada University

(56)
(57)

ANGKET

Hubungan Pengetahuan Remaja Putri Tentang Dismenore dengan Motivasi untuk Periksa ke Pelayanan Kesehatan di SMU YPSA- Medan

Hari/Tgl :

KODE RESPONDEN :

Umur :

Riwayat Dismenore : 1. Mengalami senggugut (dismenore) 2. Tidak menderita senggugut (dismenore)

Petunjuk I :

1. Bacalah setiap pernyataan dengan teliti

2. Pilihlah salah satu jawaban dibawah ini dengan memberi tanda check (√) pada jawaban yang anda anggap sesuai pada kolom yang telah disediakan

3. Mohon di teliti kembali agar tidak terjadi kesalahan dalam memilih 4. Jawaban anda akan menjadi rahasia peneliti

No Pernyataan Ya/benar Tidak/salah Tidak Tahu 1. Senggugut adalah rasa nyeri yang biasanya

terfokus diperut bagian bawah pada saat datang haid.

2. Nyeri yang bersifat cramping (dipuntir-puntir) dibagian bawah perut, dan akan hilang saat selesai haid dinamakan senggugut.

3. Kontraksi otot-otot rahim dan penyempitan pembuluh darah rahim dapat menyebabkan senggugut.

4. Stress tidak mempengaruhi munculnya sengugut.

5. Hormon yang tidak seimbang di dalam tubuh sewaktu haid tidak berpengaruh pada munculnya senggugut.

(58)

7. Kelainan anatomi (susunan/struktur) maupun bentuk dari alat reproduksi wanita dapat menimbulkan senggugut.

8. Mual, muntah, sakit kepala, diare, mudah tersinggung bukan termasuk pertanda/ gejala senggugut.

9. Senggugut bisa ditandai dengan nyeri bagian bawah, pada bokong, dan pada paha bagian dalam ketika dating haid, sampai bisa membuat terguling menahan sakit.

10. Mengkonsumsi makanan bergizi, tinggi serat, kalsium dapat membantu mengurangi senggugut.

11. Mengatur jadwal tidur dari istirahat yang cukup bisa membantu meredakan senggugut

12. Ketika senggugut sebaiknya berhentilah berolah raga, karena olah raga seperti berjalan kaki dan bersepeda dapat memperberat senggugut.

13. Meminum-minuman hangat tidak dianjurkan pada penderita senggugut.

14. Senggugut dapat diredakan nyerinya

dengan minum obat anti nyeri seperti asam mefenamat dan parasetamol tablet

15. Penyakit kista di indung telur, tumor dirahim bisa menyebabkan senggugut.

16. Senggugut biasa dialami remaja, tidak ada kaitannya dengan penyakit dikandungan, karena senggugut dapat sembuh sendiri

17. Senggugut bisa menurunkan kinerja produktif karena penderita tidak sanggup bekerja maksimal, hal ini dapat

menurunkan penghasilan.

(59)

Petunjuk II :

1. Bacalah setiap pernyataan dengan teliti

2. Isilah kolom yang tersedia dengan tanda check (√) untuk jawaban yang paling sesuai menurut anda

3. Jawablah dengan sejujur-jujurnya 4. Keterangan :

S = Setuju TS = Tidak Setuju TT = Tidak tahu

5. Jawaban anda akan menjadi rahasia peneliti

No. Pernyataan S TS TT

1. Pemeriksaan terhadap dismenore dilakukan bila nyeri yang dirasakan sudah benar-benar parah dan menggangggu aktifitas sehari-hari.

2. Pemeriksaan terhadap dismenore tidak dilakukan karena akan membuat cemas bila ternyata ada kelainan, misalnya adanya tumor dalam rahim.

3. Dismenore mempengaruhi kesehatan reproduksi sehingga perlu dideteksi secara dini melalui pemeriksaan secara sistematis.

4. Informasi tentang dismenore yang pernah

diperoleh mendorong anda untuk memeriksakan diri.

5. Anda periksa dismenore karena teman anda juga melakukan pemeriksaan.

(60)

[DataSet1] F:\DATA DISMENOREA.sav

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Nilai_Pengetahuan Nilai_Motivasi

N 32 32

Normal Parameters Mean .4774 .4219

Std. Deviation .14450 .17953 Most Extreme

Differences

Absolute .114 .220

Positive .107 .220

Negative -.114 -.186

Kolmogorov-Smirnov Z .644 1.246

Asymp. Sig. (2-tailed) .802 .090

Correlations

[DataSet1] F:\DATA DISMENOREA.sav

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

Nilai_Pengetahuan .4774 .14450 32

Nilai_Motivasi .4219 .17953 32

Correlations

Nilai_Pengetahuan Nilai_Motivasi

Nilai_Pengetahuan Pearson Correlation 1 -.001

Sig. (2-tailed) .995

N 32 32

Nilai_Motivasi Pearson Correlation -.001 1 Sig. (2-tailed) .995

(61)

T-Test

Nilai_Pengetahuan Sedang Dismenorea 16 .4757 .17090 .04272 Tidak sedang Dismenorea

16 .4792 .11807 .02952

Nilai_Motivasi Sedang Dismenorea 16 .3958 .14751 .03688 Tidak sedang Dismenorea

Frequency Percent Valid Percent

(62)

Graph

[DataSet1] F:\DATA DISMENOREA.sav

Nilai_Pengetahuan

0.60 0.40

0.20 0.00

N

il

ai

_Mot

ivasi

1.00

0.80

0.60

0.40

0.20

0.00

Grafik Korelasi Pengetahun Dismenorea dengan Motivasi Pencarian Pelayanan Kesehatan

(63)
(64)

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Adik –adik siswi Yth,

Nama saya dr.Abdur Rohim Lubis, saat ini saya sedang menjalani program

pendidikan Spesialis Kebidanan dan Kandungan di Departemen Obstetri dan

Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara- Medan.

Saya sebelumnya mengucapkan terima kasih atas kesempatan waktu yang adik-adik

berikan untuk menyampaikan perihal yang ingin saya sampaikan sehubungan

dengan penelitian yang akan saya lakukan di sekolah ini. Penelitian saya tentang :

Hubungan Pengetahuan Remaja Putri Terhadap Dismenore dengan Motivasi Untuk Periksa ke Pelayanan Kesehatan di SMU YPSA- Medan”.

Penelitian ini saya lakukan hanya di SMU YPSA-Medan dibawah bimbingan

langsung dua supervisor Dr. Rusli P.Barus, SpOG.K dan Dr. Yusuf R. Surbakti,

SpOG.K. Penelitian ini akan dilakukan pada adik- adik siswi yang memenuhi syarat

untuk ikut berpartisipasi dalam penelitian sebagai sampel.

Adapun kriteria atau syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi sampel adalah

adik-adik yang ketika haid mengalami dismenore, dalam bahasa awamnya dinamakan

senggugut. Dan tentunya bagi adik- adik yang nantinya bersedia saya harapkan ikut

berpartisipasi.

Adik –adik yang terpilih sebagai sampel akan saya minta kesediaannya untuk

mengisi angket yang akan saya bagikan satu persatu. Nanti silahkan diisi dengan

pendapat sendiri tanpa dipengaruhi jawaban temannya. Nanti lembaran angket akan

(65)

Adapun tujuan penelitian ini, untuk mengetahui apakah ditemukan hubungan

bermakna antara pengetahuan remaja putri tentang dismenore dengan motivasi

untuk periksa ke pelayanan kesehatan.

Manfaat penelitian ini, diharapkan melalui hasil yang saya dapat diperoleh informasi

yang akurat apakah memang pengetahuan tentang dismenore itu berpengaruh

terhadap motivasi remaja putri untuk berobat maupun konsultasi ke tempat- tempat

pelayanan kesehatan, seperti tempat praktek, klinik, puskesmas, rumah sakit,

maupun balai pengobatan, mengingat dismenore itu sendiri paling banyak diderita

oleh remaja.

Partisipasi adik- adik dalam penelitian ini sepenuhnya bersifat sukarela dan tanpa

paksaan, maupun tekanan dari pihak manapun. Seandainya adik- adik menolak

untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, maka saya akan tetap menghargai itu

sebagai hak adik –adik tentunya.

Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini, saya harapkan

adik-adik yang terpilih sebagai sukarela dalam penelitian ini dapat mengisi lembar

persetujuan turut serta dalam penelitian ini yang telah di persiapkan. Jawaban adik-

adik dalam kuisioner sepenuhnya dijaga kerahasiaannya dari siapapun yang tidak

berkepentingan dalam penelitian ini.

Terima kasih saya ucapkan kepada adik- adik yang telah berpartisipasi di dalam

penelitian ini. Jika dalam penelitian ini terdapat hal-hal yang kurang jelas maka adik-

adik dapat bertanya langsung atau menghubungi saya dr. Abdur Rohim Lubis,

Departemen Kebidanan dan Kandungan (Obstetri dan Genikologi) FK-USU. Telp:

061-8217588 atau telepon genggam 081264578099. Terima kasih.

Medan, Mei 2012

Hormat saya,

(66)

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN SUBJEK PENELITIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Nn ………

Umur : ………. tahun

Kepada saya telah diberikan penjelasan mengenai prosedur penelitian :

“Hubungan Pengetahuan Remaja Putri tentang Dismenore dengan Motivasi untuk Periksa ke Pelayanan Kesehatan

di SMU YPSA- Medan“

Dan saya telah memahaminya.

Maka dengan sadar saya menyatakan bersedia untuk mengikuti penelitian ini.

Medan, 2012

Dokter Peneliti : Peserta Penelitian

Dr. Abdur Rohim Lubis

Dept. Obgin RSUP-HAM ( ………...)

Gambar

Gambar 1: Skema etiologi dismenore primer
Gambar 2 : Biosintesis Prostaglandin dan Leukotrien. PLseA2, phospholipase A2; LO, lipoxygenase; COX, cyclooxygenase; PG, prostaglandin; TxA2, thromboxane; LT, leukotriene
Tabel 1. Aspek Pengukuran
Tabel  2. Distribusi responden berdasarkan umur
+5

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap perubahan tingkat pengetahuan dan sikap remaja putri tentang penanganan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap remaja putri tentang gambaran pengetahuan remaja putri SMA Negeri 3 Batam tentang manfaat vitamin E untuk

Tujuan dari penelitian ini adalah diketahuinya hubungan anemia, status gizi, olahraga dan pengetahuan dengan kejadian dismenore pada remaja putri di Program Studi Diploma

Pengetahuan Remaja Putri Sesudah (Posttest) Pendidikan Kesehatan Berdasarkan hasil peneitian sesudah (Posttest) diberikan pendidikan kesehatan diketahui responden memiliki

Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah terdapat hubungan antara pengetahuan tentang menstruasi dengan sikap dalam penatalaksanaan dismenore primer pada remaja

Berdasarkan analisis data serta pembahasan dari hasil penelitian terhadap 21 responden dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan remaja putri tentang periksa payudara

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan remaja putri tentang periksa payudara sendiri (SADARI) di SMAN 1 Kasihan Bantul.. penelitian

Setelah dilakukan analisis chi-square Test dengan Likelihood Ratio hubungan pengetahuan remaja putri tentang akupresur dengan kejadian dismenore diperoleh nilai signifikansi p value