• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN TEORETIK

A. Tinjauan Teoretik

2. Bakat

a. Pengertian Bakat

Bakat adalah kemampuan bawaan yang merupakan potensi terkait dengan struktur otak yang masih perlu dikembangkan atau dilatih untuk mencapai suatu kecakapan, pengetahuan dan keterampilan khusus (Munandar,1985: 17; Semiawan,1997: 11). Bakat merupakan kemampuan alamiah yang dimiliki seseorang untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan, baik secara umum maupun khusus.

Bakat bukanlah merupakan sifat tunggal, melainkan merupakan sekelompok sifat yang secara bertingkat membentuk bakat. Bakat baru muncul bila ada kesempatan untuk berkembang atau dikembangkan. b. Penggolongan Bakat

Bakat digolongkan menjadi dua yaitu: 1) Bakat umum

Bakat umum adalah potensi yang bersifat umum berkenaan dengan kemampuan intelektual seseorang. Bakat umum biasa diistilahkan dengan gifted. Seseorang yang memiliki bakat umum memiliki kemampuan intelegensi di atas rata-rata( ber-IQ 12 atau lebih). 2) Bakat khusus atau talent

Bakat khusus atau talent adalah kemampuan bawaan sejak lahir yang potensial dalam bidang tertentu, misalnya memiliki bakat khusus dalam bidang seni, olahraga, dan lain-lain.

Conny Semiawan dan Utami Munandar (Mulyaningtyas dan Yusup,2007 : 11), mengungkapkan penggolongan bakat khusus, yaitu:

a) Bakat akademik khusus, adalah bakat dalam bidang angka, logika bahasa, dan lain-lain.

b) Bakat kreatif-produktif, adalah bakat untuk menciptakan suatu penemuan baru yang belum ada sebelumnya.

d) Bakat kinestetik/ psikomotorik, misalnya bakat dalam bulu tangkis, basket, sepak bola, dan lain-lain.

e) Bakat sosial, misalnya mahir dalam bernegoisasi, mahir dalam menawarkan produk, mahir dalam kepemimpinan, mahir dalam berpendapat, dan mahir mencari relasi atau koneksi.

Menemukan bakat sendiri tidak mudah dilakukan, bahkan memerlukan bantuan seorang ahli untuk menemukan bakat. Seseorang dapat mengetahui kemampuan manusia dalam berbagai bidang yang telah dicapainya dengan melalui tes/ pengujian bakat. Tes bakat memperkirakan kemampuan seseorang untuk mempelajari suatu keterampilan tertentu dan hal-hal yang dapat dicapainya sesudah diberi pelatihan. Pengujian bakat tersebut meliputi bidang-bidang sebagai berikut: (Mulyaningtyas dan Yusup; 2007 : 7)

(1) Verbal, untuk melihat kemampuan seseorang dalam berpikir, memahami ide dan konsep, serta memecahkan masalah dalam bentuk kata-kata.

(2) Numerik, untuk melihat seberapa baik seseorang dalam berpikir, memahami ide dan konsep, serta memecahkan masalah dalam bentuk angka-angka.

(3) Skolastik, untuk melihat kemampuan berpikir verbal dan numerikal seseorang dalam menyelesaikan tugas mata pelajaran/akademik. Biasanya pengujian ini dipakai untuk menyelekasi siswa berbakat (gifted children) dan siswa yang akan melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi.

(4) Abstrak, untuk mengetahui seberapa baik dan mudah seseorang memecahkan masalah dengan menggunakan diagram, pola, dan rancangan yang disajikan dalam materi ukuran, bentuk dan posisi.

(5) Relasi Ruang, untuk mengetahui seberapa baik seseorang dapat memvisualkan, mengamati, dan membentuk gambaran mental dari objek-objek dengan melihat pola dua dimensi dan berpikir dalam tiga dimensi.

(6) Mekanik, untuk mengetahui seberapa mudah seseorang memahami prinsip-prinsip umum ilmu pengetahuan alam dan seberapa baik seseorang mengerti tata kerja dalam perkakas sederhana, mesin, dan peralatan lainnya.

(7) Kecepatan Dan Ketelitian Klerikal, untuk mengetahui seberapa cepat dan teliti seseorang dalam menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan pencatatan.

(8) Kemampuan Bahasa Indonesia, untuk mengetahui seberapa baik pengertian dan keterampilan ejaan seseorang, seberapa banyak kosakata yang dikuasai, dan seberapa tinggi kelancaran serta kepekaan seseorang dalam berbahasa Indonesia.

(9) Kemampuan Bahasa Asing, untuk mengetahui seberapa baik kemampuan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis seseorang dalam berbahasa asing.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi bakat 1) Bakat umum

Plomin (1989) berpendapat bahwa bakat umum yang merupakan kemampuan intelegensi seseorang ditentukan oleh 50% genetik (faktor bawaan) dan 50% lingkungan. Dengan kata lain, keadaan lingkungan dapat mempengaruhi tingkat intelektual seseorang yang dapat menentukan peningkatan prestasi sekolah dan perolehan keterampilan yang dibutuhkan untuk bekerja. Jadi faktor lingkungan, seperti orang tua, sangat berpengaruh dalam pemunculan bakat seseorang, tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa seseorang yang memiliki kemudahan sarana, prasarana yang lengkap, dan bimbingan belajar yang baik akan sukses dimasa yang

akan datang. Mereka seringkali menanggapinya sebagai hal yang wajar sehingga mereka tidak berusaha untuk mengembangkan motivasinya demi mencapai sesuatu.

2) Bakat khusus

Mulyaningtyas dan Yusup, (2007 : 40), mengelompokkan faktor yang mempengaruhi bakat khusus menjadi dua, yaitu:

a) Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu. Faktor internal meliputi: (1) minat, (2) motif berprestasi, (3) keberanian mengambil resiko, (4) keuletan dalam menghadapi tantangan, dan (5) daya juang dalam mengatasi kesulitan yang timbul.

b) Faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari lingkungan tempat individu tumbuh dan berkembang. Faktor eksternal meliputi: (1) kesempatan yang maksimal untuk mengembangkan diri, (2) sarana dan prasarana, (3) dukungan dan dorongan orang tua/ keluarga, (4) lingkungan tempat tinggal, dan (5) pola asuh orang tua.

Berdasar dari uraian di atas, bakat merupakan kemampuan bawaan yang merupakan potensi terkait dengan struktur otak yang masih perlu dikembangkan atau dilatih untuk mencapai suatu kecakapan, pengetahuan dan keterampilan khusus (Munandar,1985: 17; Semiawan,1997: 11). Bakat dapat digolongkan menjadi dua yaitu bakat umum dan bakat khusus. Seseorang dapat mengetahui kemampuan manusia dalam berbagai bidang

yang telah dicapainya dengan melalui tes/ pengujian bakat. Pengujian bakat tersebut meliputi bidang verbal, numerik, skolastik, abstrak, relasi ruang, mekanik, kecepatan dan ketelitian klerikal, kemampuan bahasa asing, dan kemampuan bahasa Indonesia.

d. Hubungan Bakat Dengan Cita-Cita Siswa

Bakat merupakan kemampuan bawaan yang merupakan potensi terkait dengan struktur otak yang masih perlu dikembangkan atau dilatih untuk mencapai suatu kecakapan, pengetahuan dan keterampilan khusus (Munandar,1985: 17; Semiawan,1997: 11). Dengan mengetahui bakat yang dimiliki, seseorang dapat mengarahkan dirinya untuk mencapai apa yang diinginkannya. Hal ini menunjukkan bahwa bakat cenderung dapat mempengaruhi cita-cita siswa di masa depan. Jika tingkat bakat yang dimiliki siswa semakin tinggi, maka tingkat cita-cita yang dimiliki siswa juga semakin tinggi. Sedangkan, jika tingkat bakat yang dimiliki siswa semakin rendah, maka tingkat cita-cita yang dimiliki siswa juga semakin rendah. Misalnya, siswa memiliki bakat dalam seni melukis. Jika siswa ini semakin melatih dirinya untuk melukis, maka bakat yang dimilikinya juga semakin tinggi. Sehingga, semakin tinggi pula cita-citanya untuk menjadi seorang pelukis. Sebaliknya, jika siswa ini kurang melatih dirinya untuk melukis, maka bakat yang dimilikinya juga semakin rendah. Sehingga, semakin rendah pula cita-citanya untuk menjadi seorang pelukis.

3. Status Sekolah

Dokumen terkait