• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

C. Bakteri

Bakteri merupakan organisme uniseluler yang relatif sederhana karena materi genetiknya tidak diselimuti oleh selaput membran inti. Bakteri memiliki bentuk dan ukuran yang beragam. Umumnya sel bakteri memiliki diameter 0,2-2 µm dan panjang 2-8 µm (Radji, 2009).

Menurut Irianto (2013), bentuk bakteri bermacam-macam yaitu sebagai berikut.

1. Bakteri berbentuk bulat (bola)

Bakteri berbentuk bulat atau bola dinamakan coccus, dapat dibedakan atas:

a. Monococcus, yaitu bakteri berbentuk bola tunggal.

b. Diplococcus, yaitu bakteri berbentuk bola yang bergandengan dua-dua.

c. Sarcina, yaitu bakteri berbentuk bola yang berkelompok empat-empat sehingga bentuknya mirip kubus.

d. Streptococcus, yaitu bakteri bentuk bola yang berkelompok memanjang membentuk rantai.

e. Staphylococcus, yaitu bakteri berbentuk bola yang berkoloni membentuk sekelompok sel tidak teratur sehingga bentuknya mirip gumpalan buah anggur.

2. Bakteri berbentuk batang

Bakteri berbentuk batang dinamakan bacillus. Bentuk bacillus dapat pula dibedakan atas:

a. Basil tunggal, yaitu bakteri yang hanya berbentuk satu batang tunggal

b. Diplobasil, yaitu bakteri berbentuk batang yang bergandengan dua-dua.

c. Streptobasil, yaitu bakteri berbentuk batang yang bergandengan memanjang membentuk rantai

3. Bakteri berbentuk melilit

Bakteri berbentuk melilit yang dinamakan spirillum atau spiral. Ada tiga macam bentuk spiral, yaitu sebagai berikut.

a. Spiral, yaitu golongan bakteri yang bentuknya seperti spiral, misalnya Spirillum.

b. Vibrio atau bentuk koma yang dianggap sebagai bentuk spiral tak sempurna

c. Spirochaeta, yaitu golongan bakteri berbentuk spiral yang bersifat lentur. Pada saat bergerak, tubuhnya memanjang dan mengerut.

Bakteri dapat digolongkan ke dalam dua kelompok berdasarkan perbedaan struktur dinding selnya. Cara yang digunakan untuk mengelompokkan bakteri berdasarkan struktur dinding selnya adalah pewarnaan/pengecatan gram. Struktur dinding sel akan menentukan respon pewarnaan. Pengelompokan bakteri menurut pewarnaan gram ada dua, yaitu: a. Gram positif

Dinding sel gram positif kaku dan tersusun atas 90% peptidoglikan. Beberapa bakteri gram positif juga mengandung asam teikoat. Salah satu fungsi asam teikoat adalah mengikat Ca2+ dan Mg2+ kemudian ditransfer ke dalam sel. Hasil pengecatan gram positif adalah bakteri berwarna ungu.

b. Gram negatif

Dinding sel gram negatif tersusun atas lapisan peptidoglikan yang tipis. Sebagian besar dinding sel gram negatif terusun atas membran luar (outer membrane). Membran luar gram negatif terdiri dari lipoprotein, fosfolipid, dan polisakarida, dan lipopolisakarida. Hasil pengecatan gram negatif adalah bakteri berwarna merah (Madigan dkk., 2015).

1. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pertumbuhan Bakteri

Menurut Pratiwi (2008), ada beberapa faktor yang memengaruhi pertumbuhan bakteri. Faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan bakteri antara lain:

a. Temperatur

Temperatur memengaruhi aktivitas enzim. Apabila temperatur terlalu tinggi, maka enzim akan rusak karena terjadi denaturasi protein. Apabila temperatur terlalu rendah, maka kinerja enzim akan lambat bahkan berhenti. Bakteri memiliki temperatur optimal untuk tumbuh. Berdasarkan temperatur, bakteri dikelompokkan ke dalam empat kelompok yaitu:

1) Psikrofil, temperatur maksimal 15-20°C, optimal 0°-15°C.

2) Psikrofil fakultatif/psikotrof. temperatur maksimal 30°C, optimal 20°-30°C.

3) Mesofil, temperatur optimal 20°-45°C, maksimal 45°C. 4) Termofil, temperatur optimal 55° -65 °C, maksimal 100°C. b. pH

pH merupakan indikasi konsentrasi ion hidrogen. Berdasarkan pH, bakteri dapat dibedakan dalam empat kelompok, yaitu:

1) Asidofil, tumbuh pada pH 1,0-5,5 2) Neutrofil, tumbuh pada pH 5,5-8,0 3) Alkalofil, tumbuh pada pH 8,5-11,5 4) Alkalofil ekstrem, tumbuh pada pH ≥10

c. Tekanan osmosis

Bakteri membutuhkan air untuk pertumbuhannya. Air masuk ke dalam sel bakteri dengan cara osmosis. Apabila sel bakteri berada dalam larutan hipertonik, air akan keluar dari dalam sel sehingga

menyebabkan plasmolisis pada bakteri. Beberapa bakteri dapat bertahan hidup pada lingkungan hipertonik dengan kadar garam yang tinggi. Bakteri ini disebut halofil.

d. Oksigen

Berdasarkan kebutuhan oksigen, bakteri dikelompokkan ke dalam aerob dan anaerob. Bakteri aerob dan anaerob dikelompokkan ke dalam empat kelompok, yaitu:

1) Obligat aerob: O2 sebagai syarat utama metabolisme, tumbuh pada permukaan media.

2) Obligat anaerob: tidak mentoleransi adanya O2, tumbuh pada dasar media.

3) Anaerob fakultatif: menggunakan O2 sebagai pernapasan, sebagian besar berkumpul di permukaan media.

4) Mikroaerofil: tumbuh baik dengan kadar O2 kurang dari 20%. e. Nutrisi

Nutrisi dibutuhkan untuk pembentukan energi. Nutrisi dikelompokkan ke dalam dua kelompok yaitu mikroelemen (dibutuhkan dalam jumlah banyak) dan makroelemen (dibutuhkan dalam jumlah sedikit). Mikroelemen meliputi mangan (Mn), zinc (Zn), kobalt (Co), molibneum (Mo), nikel (Ni), dan tembaga (Cu). Makroelemen antara lain karbon (C), oksigen (O), hydrogen (H), nitrogen (N), sulfur (S), fosfor (P), kalium (K), magnesium (Mg), kalsium (Ca), besi (Fe).

f. Media kultur

Media kultur merupakan bahan nutrisi yang digunakan untuk menumbuhkan bakteri di laboratorium. Media kultur yang digunakan harus disesuaikan dengan habitat asli dari bakteri tersebut agar dapat tumbuh dengan baik.

2. Deskripsi Bakteri Staphylococcus aureus a. Klasifikasi Bakteri Staphyloccus aureus

Menurut Global Biodiversity Information Facility (GBIF), klasifikasi Staphylococcus aureus adalah sebagai berikut:

Kingdom : Bacteria Phyllum : Firmicutes Classis : Bacilli Ordo : Bacillales Familia : Staphylococcaceae Genus : Staphylococcus

Spesies : Staphylococcus aureus

b. Morfologi

Bakteri Staphylococcus aureus memiliki koloni mikroskopik menyerupai buah anggur (gambar 2.2.). Bakteri ini diberi nama aureus (berarti emas, seperti matahari) karena menghasilkan pigmen berwarna kuning emas. Bakteri ini bersifat anaerob fakultatif (Radji, 2009).

Menurut Brooks dkk. (1996), genus Staphylococcus usia kultur 24 jam bersifat gram positif kuat sedangkan pada biakan yang lebih tua (usia kultur lebih dari 24 jam), banyak sel menjadi gram negatif. S. aureus tidak bergerak dan tidak membentuk spora. Bakteri ini tumbuh optimal pada suhu 37°C. Koloni pada media padat berbentuk bundar, halus, menonjol, dan berkilau. S. aureus termasuk koagulase positif. Artinya bakteri tersebut menggunakan enzim katalase untuk menguraikan hidrogen peroksida (H2O2) menjadi air dan oksigen sehingga menghasilkan gelembung-gelembung (Sears dkk., 2011).

Gambar 2.2. Staphylococcus aureus (Garthh, 2011)

c. Habitat

Staphylococcus aureus hidup di kulit, kelenjar kulit, dan selaput lendir, bisul, dan luka (Irianto, 2013). Tubuh manusia merupakan habitat normal S. aureus. Bakteri ini tidak banyak terdapat dalam lingkungan bebas kecuali berpindah saat kontak dengan manusia (Anonim3, 2014).

d. Penyakit yang disebabkan Staphylococcus aureus

Staphylococcus aureus menyebabkan berbagai macam jenis infeksi pada manusia, antara lain: infeksi pada kulit seperti impetigo, dan bisul; serta infeksi yang lebih serius seperti: pneumonia, mastitis (infeksi pada payudara), blefaritis (infeksi tepi kelopak mata); dan infeksi pada saluran urin. S. aureus juga menyebabkan infeksi kronis seperti osteomielitis (infeksi tulang dan otot), dan endokarditis (infeksi katup jantung). S. aureus merupakan salah satu penyebab utama infeksi nosokomial akibat luka tindakan operasi dan pemakaian alat-alat perlengkapan perawatan di rumah sakit. S. aureus juga dapat menyebabkan keracunan makanan akibat enterotoksin yang dihasilkannya dan menyebabkan sindrom renjat toksik (toxic shock syndrome) (Radji, 2009).

Dokumen terkait