• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

C. Balanced Scorecard

1. Konsep Balanced Scorecard

Balanced scorecard adalah suatu pendekatan untuk mengukur kinerja yang akan menilai kinerja keuangan dan kinerja bukan keuangan.

Pemikiran dari Balanced Scorecard adalah mengukur kinerja serta target perusahaan dari empat sudut berbeda. Selama ini ukuran itu secara formal

hanya untuk keuangan (finance) seperti menggunakan “Balanced Sheet” dan “Income Statement” atau dengan menghitung rasio-rasio keuangan seperti rasio likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas perusahaan.

Pada konsep Balanced scorecard tidak hanya aspek keuangan (finance) saja yang menjadi tolak ukur kinerja perusahaan. Ada tiga sudut pengukuran lain yang juga diperhitungkan aspek tersebut yaitu, Customer,

Menurut Kaplan dan Norton (1996) Balanced Scorecard terdiri dari 2 kata, yaitu:

a. Scorecard

Yaitu kartu yang digunakan untuk mencatat skor hasil kinerja seseorang

yang nantinya digunakan untuk membandingkan dengan hasil kinerja

yang sesungguhnya.

b. Balanced

Menunjukkan bahwa kinerja personel atau karyawan diukur secara

seimbang dan dipandang dari 2 aspek yaitu keuangan dan non

keuangan, jangka pendek dan jangka panjang dan dari segi intern

maupun ekstern.

Dari definisi tersebut pengertian sederhana dari Balanced Scorecard

adalah kartu skor yang digunakan untuk mengukur kinerja dengan

memperhatikan keseimbangan antara sisi keuangan dan non keuangan,

jangka panjang dan jangkapendek.

Balanced scorecard merupakan suatu kerangka kerja, suatu bahasa yang mengkomunikasikan visi, misi, dan strategi kepada seluruh karyawan

tentang kunci penentu sukses saat ini dan masa datang. Selain itu,

Balanced Scorecard juga menekankan bahwa pengukuran kinerja keuangan maupun non keuangan tersebut haruslah merupakan bagian dari

sistem informasi seluruh karyawan baik manajemen tingkat atas maupun

tingkat bawah. Balanced scorecard menekankan bahwa semua ukuran finansial dan non finansial harus menjadi bagian sistem informasi untuk

para pekerja di semua tingkat perusahaan. Balanced scorecard berbeda dengan sistem pengukuran kinerja tradisional yang hanya bertumpu pada

ukuran kinerja semata.

Menurut Kaplan dan Norton langkah-langkah Balanced scorecard

meliputi empat proses manajemen baru. Pendekatan ini

mengkombinasikan antara tujuan strategi jangka panjang dan peristiwa

jangka pendek. Keempat prosestersebut adalah :

a. Menerjemahkan visi, misi dan strategi perusahaan.

Untuk menentukan ukuran kinerja, visi organisasi dijabarkan dalam

tujuan dan sasaran. Visi adalah gambaran kondisi yang akan

diwujudkan oleh perusahaan di masa datang. Tujuan juga menjadi salah

satu landasan bagi perumusan strategi untuk mewujudkannya. Dalam

proses perencanaan strategik dengan ukuran pencapaiannya.

b. Mengkomunikasikan dan mengaitkan berbagai tujuan dan ukuran

strategis

Balanced scorecard memperlihatkan kepada tiap karyawan apa yang dilakukan perusahaan untuk mencapai apa yang menjadi keinginan para

pemegang saham dan konsumen, karena oleh tujuan tersebut

dibutuhkan kinerja karyawan yang baik.

c. Merencanakan, menetapkan sasaran, menyelaraskan berbagai inisiatif

strategis

Rencana bisnis memungkinkan organisasi mengintegrasikan antara

sebagai dasar untuk mengalokasikan sumber daya dan mengatur mana

yang lebih penting untuk diprioritaskan, akan menggerakkan kearah

tujuan jangka panjang perusahaan secara menyeluruh.

d. Meningkatkan umpan balik dan pembelajaran strategis

Proses keempat ini akan memberikan strategic learning kepada perusahaan. Dengan Balanced scorecard sebagai pusat sistem perusahaan, maka perusahaan melakukan monitoring terhadap apa yang

telah dihasilkan perusahaan dalam jangka pendek.

2. Perspektif dalam Balanced Scorecard

Balanced Scorecard menunjukkan adanya pengukuran kinerja yang menggabungkan antara pengukuran keuangan dan non keuangan (Kaplan,

1996:47). Ada empat perspektif kinerja bisnis yang diukur dalam Balanced Scorecard, yaitu:

a. Perspektif keuangan (Financial Perspective)

Aspek keuangan menunjukkan apakah perencanaan, implementasi dan

pelaksanaan dari strategi memberikan perbaikan yang mendasar.

Pengukuran kinerja keuangan mempertimbangkan adanya tahapan dari

siklus kehidupan bisnis, yaitu:

1) Growth (bertumbuh) : tahapan awal siklus kehidupan perusahaan dimana perusahaan memiliki potensi pertumbuhan terbaik. Disini

manajemen terikat dengan komitmen untuk mengembangkan suatu

produk/jasa dan fasilitas produksi, menambah kemampuan operasi,

akan mendukung hubungan global, serta membina dan

mengembangkan hubungan dengan pelanggan.

2) Sustain (bertahan) : tahapan kedua dimana perusahaan masih melakukan investasi dan reinvestasi dengan mengisyaratkan tingkat

pengembalian terbaik. Pada tahap ini, perusahaan mencoba

mempertahankan pangsa pasar yang ada, bahkan

mengembangkannya jika memungkinkan.

3) Harvest (menuai) : Tahapan ketiga dimana perusahaan benar-benar menuai hasil investasi ditahap-tahap sebelumnya. Tidak ada lagi

investasi besar, baik ekspansi pembangunan kemampuan baru,

kecuali pengeluaran untuk pemeliharaan dan perbaikan.

b. Perspektif Pelanggan

Dalam perspektif ini perhatian perusahaan harus ditujukan pada

kemampuan internal untuk peningkatan kinerja produk, inovasi dan

teknologi dengan memahami selera pasar. Dalam perspektif ini peran

riset pasar sangat besar. Suatu produk atau jasa harus bernilai bagi

pelanggan atau potensial pelanggan, artinya memberikan manfaat yang

lebih besar dan apa yang dikorbankan pelanggan untuk

Perspektif pelanggan memiliki dua kelompok pengukuran, yaitu:

1) Core measurement group, yang memiliki beberapa komponen pengukuran, yaitu:

a) Pangsa Pasar (market share):

pangsa pasar ini menggambarkan proporsi bisnis yang dijual oleh

sebuah unit bisnis di pasar tertentu. Hal itu diungkapkan dalam

bentuk jumlah pelanggan, uang yang dibelanjakan atau volume

satuan yang terjual.

b) Retensi Pelanggan (Customer Retention) :

menunjukkan tingkat dimana perusahaan dapat mempertahankan

hubungan dengan pelanggan. Pengukuran dapat dilakukan dengan

mengetahui besarnya presentase pertumbuhan bisnis dengan

pelanggan yang ada saat ini.

c) Akuisisi Pelanggan (Customer Acquisition) :

pengukuran ini menunjukkan tingkat dimana suatu unit bisnis

mampu menarik pelanggan baru memenangkan bisnis baru.

Akuisisi ini dapat diukur dengan membandingkan banyaknya

jumlah pelanggan baru di segmen yang ada.

d) Kepuasan Pelanggan (Customer Satisfaction) :

pengukuran ini berfungsi untuk mengukur tingkat kepuasan

2) Customer Value Proportion yang merupakan pemicu kinerja yang terdapat pada Core value proportion didasarkan pada atribut sebagai berikut:

a) Product/service attributes yang meliputi fungsi produk atau jasa, harga dan kualitas. Perusahaan harus mengidentifikasikan apa

yang diinginkan pelanggan atas produk atau jasa yang

ditawarkan.

b) Customer relationship adalah strategi dimana perusahaan mengadakan pendekatan agar perasaan pelanggan merasa puas

atau produk atau jasa yang ditawarkan perusahaan.

c) Image and reputation membangun image dan reputasi dapat dilakukan melalui iklan dan menjaga kualitas seperti yang

dijanjikan.

c. Perspektif Proses Bisnis Internal

Dalam perspektif ini, perusahaan melakukan pengukuran terhadap

semua aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan baik manajer maupun

karyawan untuk menciptakan suatu produk yang dapat memberikan

kepuasan tertentu bagi pelanggan dan juga para pemegang saham.

Dalam hal ini perusahaan berfokus pada tiga proses bisnis utama yaitu:

1) Proses inovasi

Dalam proses penciptaan nilai tambah bagi pelanggan, proses

inovasi merupakan salah satu kritikal proses, dimana efisiensi dan

mendorong terjadinya efisiensi biaya pada proses penciptaan nilai

tambah bagi pelanggan.

2) Proses Operasi

Pada proses operasi yang dilakukan oleh masing-masing organisasi

bisnis, lebih menitikberatkan pada efisiensi proses, konsistensi, dan

ketepatan waktu dari barang dan jasa yang diberikan kepada

pelanggan.

3) Pelayanan Purna Jual

Pengukuran ini menjadi bagian yang cukup penting dalam proses bisnis

internal, karena pelayanan purna jual ini akan berpengaruh terhadap

tingkat kepuasan pelanggan.

d. Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran

Perspektif ini menyediakan infrastruktur bagi tercapainya ketiga

perspektif sebelumnya, dan untuk menghasilkan pertumbuhan dan

perbaikan jangka panjang. Penting bagi suatu badan usaha saat

melakukan investasi tidak hanya pada peralatan untuk menghasilkan

produk/jasa, tetapi juga melakukan investasi pada infrastruktur, yaitu:

sumber daya manusia, sistem dan prosedur.

Tolak ukur kinerja keuangan, pelanggan, dan proses bisnis internal

dapat mengungkapkan kesenjangan yang besar antara kemampuan yang

ada dari manusia, sistem, dan prosedur. Untuk memperkecil

dalam bentuk reskilling karyawan, yaitu: meningkatkan kemampuan

sistem dan teknologi informasi, serta menata ulang prosedur yang ada.

Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan mencakup 3 prinsip

kapabilitas yang terkait dengan kondisi intemal perusahaan, yaitu:

1) Kapabilitas pekerja.

Kapabilitas pekerja adalah merupakan bagian kontribusi pekerja

pada perusahaan. Sehubungan dengan kapabilitas pekerja, ada 3 hal

yang harus diperhatikan oleh manajemen:

a) Kepuasan pekerja.

Kepuasan pekerja merupakan prakondisi untuk meningkatkan

produktivitas, tanggungjawab, kualitas, dan pelayanan kepada

konsumen. Unsur yang dapat diukur dalam kepuasan pekerja

adalah keterlibatan pekerja dalam mengambil keputusan,

pengakuan, akses untuk mendapatkan informasi, dorongan untuk

bekerja kreatif, dan menggunakan inisiatif, serta dukungan dari

atasan.

b) Retensi pekerja.

Retensi pekerja adalah kemampuan imtuk mempertahankan

pekerja terbaik dalam perusahaan. Di mana kita mengetahui

pekerja merupakan investasi jangka panjang bagi perusahaan.

Jadi, keluamya seorang pekerja yang bukan karena keinginan

perusahaan. Retensi pekerja diukur dengan persentase turnover di perusahaan.

c. Produktivitas pekerja.

Produktivitas pekerja merupakan hasil dari pengaruh keseluruhan

dari peningkatan keahlian dan moral, inovasi, proses internal, dan

kepuasan pelanggan. Tujuannya adalah untuk menghubungkan

output yang dihasilkan oleh pekerja dengan jumlah pekerja yang

seharusnya untuk menghasilkan output tersebut.

2) Kapabilitas sistem informasi.

Adapun yang menjadi tolak ukur untuk kapabilitas sistem informasi

adalah tingkat ketersediaan informasi, tingkat ketepatan informasi

yang tersedia, serta jangka waktu untuk memperoleh informasi yang

dibutuhkan.

3) Iklim organisasi yang mendorong timbulnya motivasi, dan

pemberdayaan adalah penting untuk menciptakan pekerja yang

berinisiatif. Adapun yang menjadi tolak ukur hal tersebut di atas

adalah jumlah saran yang diberikan pekerja.

Sedangkan menurut Mahsun (2006), keempat perspektif yang digunakan

untuk mengukur kinerja menggunakan model BSC adalah sebagai berikut:

a. Perspektif Finansial

Perspektif ini melihat kinerja dari sudut pandang profitabilitas

ketercapaian target keuangan, sehingga didasarkan atas sales growth,

b. Perspektif Pelanggan

Perspektif pelanggan merupakan faktor-faktor seperti customer satisfaction, customer retention, customer profitability, dan market share.

c. Perspektif Proses Internal

Perspektif ini mengidentifikasi faktor kritis dalam proses internal

organisasi dengan berfokus pada pengembangan proses baru yang

menjadi kebutuhan pelanggan.

d. Perspektif Inovasi dan Pembelajaran

Perspektif ini menggunakan faktor-faktor yang berhubungan dengan

teknologi, pengembangan pegawai, sistem dan prosedur, dan faktor lain

yang perlu diperbaharui.

3. Keunggulan Balanced Scorecard

Dalam perkembangannya BSC telah banyak membantu perusahaan

untuk sukses mencapai tujuannya. BSC memiliki beberapa keunggulan

yang tidak dimiliki sistem strategi manajemen tradisional. Strategi

manajemen tradisional hanya mengukur kinerja organisasi dari sisi

keuangan saja dan lebih menitik beratkan pengukuran pada hal-hal yang

bersifat tangible, namun perkembangan bisnis menuntut untuk mengubah pandangan bahwa hal-hal intangible juga berperan dalam kemajuan organisasi.

BSC menjawab kebutuhan tersebut melalui sistem manajemen strategi

kontemporer, yang terdiri dari empat perspektif yaitu: keuangan,

pelanggan, proses bisnis internal serta pembelajaran dan pertumbuhan.

Keunggulan pendekatan BSC dalam sistem perencanaan strategis

(Mulyadi, 2001:18) adalah mampu menghasilkan rencana strategis, yang

memiliki karakteristik sebagai berikut (1) komprehensif, (2) koheren,

(3)seimbang dan (4) terukur

4. Cara Pengukuran dalam Balanced Scorecard

Ada dua ukuran yang perlu ditetapkan untuk mengukur keberhasilan

pencapaian sasaran strategik, yaitu: ukuran hasil dan ukuran pemacu

kinerja. Ukuran hasil merupakan ukuran yang menunjukkan tingkat

keberhasilan pencapaian sasaran strategik, sedangkan ukuran pemacu

kinerja merupakan ukuran yang menyebabkan hasil yang dicapai.

Cara pengukuran dalam Balanced Scorecard adalah mengukur secara seimbang antara perspektif yang satu dengan perspektif yang lainnya

5. Kerangka pemikiran

Adapun kerangka pemikirannya sebagai berikut:

Gambar I. Model BSC untuk Quasy Non Profit Organizations (Mahsun, 2006: 166)

BSC dapat diadopsi dan diadaptasikan pada pure nonprofit organizations

maupun quasy non profit organizations. Implementasi BSC sebagai alat pengukuran kinerja tetap harus berpedoman pada tujuan organisasi. Pada

jenis quasy non profit organizations, tujuan organisasinya adalah kepuasan pelanggan dan meningkatnya profitabilitas. Dengan demikian, BSC dapat

dimodifikasi dengan menenpatkan perspektif finansial dan pelanggan

sejajar pada puncak dan diikuti oleh perspektif proses internal dan

selanjutnya perspektif pertumbuhan dan pembelajaran. Hal ini berarti

bahwa sasaran utama organisasi adalah tercapainya target-target keuangan

dan kepuasan pelanggan yang dipicu oleh kinerja yang baik dari perspektif

proses internal dan pertumbuhan pembelajaran (Mahsun, 2006:166).

Perspektif Finansial Perspektif Pelanggan

Perspektif Proses Internal

Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran

28

BAB III

Dokumen terkait