• Tidak ada hasil yang ditemukan

BALANCES AND TRANSACTIONS WITH RELATED PARTIES

ESTIMATES AND ASSUMPTIONS

30. BALANCES AND TRANSACTIONS WITH RELATED PARTIES

Dalam kegiatan usahanya, Kelompok Usaha melakukan beberapa transaksi dengan pihak-pihak berelasi yang dilakukan pada tingkat harga dan persyaratan tertentu.

The Group, in its regular business, has transactions with related parties which are conducted in certain prices and terms.

Rincian saldo yang timbul dari transaksi dengan pihak-pihak berelasi di atas adalah sebagai berikut:

Details of balances arising from transactions with related parties are as follows:

2016 2015

Aset Assets

Piutang lain-lain Other receivables

Pihak berelasi lainnya Other related parties

PT Tandikek Asri Lestari 11.054.892 12.751.722 PT Tandikek Asri Lestari

PT Synergi Infrastruktur PT Synergi Infrastruktur

Indonesia 3.594.482 5.270.376 Indonesia

PT Gunung Berkat Utama 1.816.714 - PT Gunung Berkat Utama

Jumlah 16.466.088 18.022.098 Total

Persentase terhadap jumlah aset Percentage to

konsolidasian 9,13% 9,38% consolidated total assets

Liabilitas Liabilities

Hutang lain-lain Other payables

Pihak berelasi Related party

PT Tandikek Asri Lestari - 233.793 PT Tandikek Asri Lestari

Jumlah - 233.793 Total

Persentase terhadap jumlah Percentage to

PT Adikarsa Alam Resources PT Adikarsa Alam Resources

a. Piutang Pihak Berelasi a. Related Parties Receivable

Berdasarkan Perjanjian Kerjasama antara PT Tandikek Asri Lestari (TAL) dan Perusahaan pada tanggal 11 Desember 2014 apabila salah satu ketentuan yang disepakati tidak terpenuhi, maka Perusahaan berhak meminta pengembalian atas uang muka yang telah dibayarkan dan pihak TAL bersedia mengembalikan uang muka investasi kepada pihak Perusahaan. Pada tanggal 25 Februari 2015, Perusahaan dan TAL menetapkan bahwa kondisi yang dinyatakan dalam perjanjian tidak terpenuhi, sehingga kedua belah pihak sepakat mengakhiri perjanjian dan TAL wajib mengembalikan uang muka investasi kepada Perusahaan.

Based on the Cooperation Agreement between PT Tandikek Asri Lestari (TAL) and the Company on December 11, 2014 when one of the agreed conditions are not met, then the Company reserves the right to request the refund of an advance that had been paid and the TAL is willing to return the advance payment investment to the Company. On February 25, 2015, the Company and TAL establishes that the conditions stated in the agreement are not met, so that both sides agreed to terminate the agreement and TAL obliged to return the advance payment to the Company's investments.

Piutang dari TAL merupakan pengembalian uang muka investasi yang dibatalkan (lihat Catatan 9). Pada tahun 2016 dan 2015, Perusahaan telah menerima pembayaran piutang tersebut masing- masing sebesar Rp 21.956.471.389 (setara dengan $AS 1.652.696) dan Rp 9.210.000.000 (setara dengan $AS 667.633) dari piutang awal TAL sebesar Rp 185.120.000.000 (setara dengan $AS 13.419.355).

Receivables from TAL is an advance refund a canceled investment (see Note 9). On 2016 and 2015, the Company has received that receivable payment from TAL amounted to

Rp 21,956,471,389 (equivalent with

US$ 1,652,696) and Rp 9,210,000,000 (equivalent with US$ 667,633) from initial

receivables of TAL amounted Rp

185,120,000,000 (equivalent with

US$ 13,419,355).

PT Synergi Infrastruktur Indonesia PT Synergi Infrastruktur Indonesia

a. Piutang Pihak Berelasi a. Related Parties Receivable

Berdasarkan perjanjian utang pada tanggal 6 Februari 2015, Perusahaan menyetujui untuk

memberikan pinjaman sebesar Rp 72.704.838.300 kepada PT Synergi Infrastruktur Indonesia untuk tujuan mendukung kegiatan operasional dan bisnis Perusahaan. Pinjaman ini tidak dikenakan bunga dan akan jatuh tempo pada tanggal 6 Februari 2016.

Based on the loan agreement dated February 6, 2015, the Company agreed to provide a loan of Rp 72,704,838,300 to PT Synergi Infrastructure Indonesia for the purpose of supporting the operations and business of the Company. This loan bears no interest and will mature on February 6, 2016.

Berdasarkan pengalihan piutang (Cessie), PT Synergi Infrastruktur Indonesia (SII) telah melakukan pengalihan piutang dari PT SII kepada PT Gunung Berkat Utama (PT GBRU) sebesar of Rp 24.409.370.600

Based on the transfer of receivables (Cessie), PT Synergy Indonesia Infrastructure (SII) has transferred the receivables from PT SII to PT Gunung Berkat Utama (PT GBRU) amounting of Rp 24,409,370,600

Jatuh tempo sisa piutang SII sejumlah Rp 48.295.467.700 telah diperpanjang sampai dengan 6 Februari 2017 berdasarkan addendum perjanjian, sampai dengan tanggal Laporan

Auditor Independen masih dalam proses

perpanjangan.

The maturity of remaining receivables from SII amounting to Rp 48,295,467,700 has been extended up to February 6, 2017 by addendum agreement, until the date of Independent Auditor's Report still on lengthening process.

Dewan Komisaris dan Direksi Perusahaan merupakan personil manajemen kunci. Kompensasi yang dibayar atau terutang pada Dewan Komisaris dan Direksi Kelompok Usaha atas jasa adalah sebagai berikut:

The Boards of Commissioners and Directors of the Company are considered as key management personnel. The compensation paid or payable to the Group’s Boards of Commissioners and Directors for services is as follows:

Pada tanggal 31 Desember 2016 dan 2015, kompensasi yang dibayar atau terutang pada manajemen kunci, yang seluruhnya merupakan imbalan kerja jangka pendek masing-masing adalah sebesar $AS 781.562 and $AS 587.067, persentase terhadap jumlah beban terkait masing-masing adalah sebesar 27% dan 24%.

As of December 31, 2016 and 2015, the compensation paid or payable to key management, all of which represent short-term employee benefits amounted to $AS 781,562 and US$ 587,064, percentage to total related expense of 27% and 24%, respectively.

31. INSTRUMEN KEUANGAN 31. FINANCIAL INSTRUMENTS

Kecuali untuk uang jaminan, kas yang dibatasi penggunaannya, piutang lain-lain, dan utang lain-lain, manajemen menganggap bahwa jumlah tercatat aset keuangan konsolidasian dan liabilitas keuangan yang diakui di dalam laporan posisi keuangan konsolidasi mendekati nilai wajarnya karena jangka waktu yang singkat atas instrumen keuangan tersebut.

Except for refundable deposits, restricted cash, other receivables and other payables, the management considers that the carrying amounts of the financial assets and financial liabilities recognized in the consolidated statement of financial position approximate their fair values due to short-term maturities of these financial instruments.

Perbandingan antara jumlah tercatat dan nilai wajar dari Kelompok Usaha atas uang jaminan, kas yang dibatasi penggunaannya utang jangka panjang dan utang sewa pembiayaan pada tanggal 31 Desember 2016 dan 2015 adalah sebagai berikut:

The comparison between the carrying amount and fair value of the Group’s refundable deposit, restricted cash long-term bank loans and obligations under finance leases as of December 31, 2016 and 2015 is as follows:

2016 2015

Jumlah tercatat / Nilai wajar / Jumlah tercatat / Nilai wajar /

Carrying amount Fair value Carrying amount Fair value

Liabilitas

Keuangan Financial Liabilities

Utang bank

jangka panjang 68.770.185 72.583.622 54.600.000 61.825.239 Long-term bank loans

Utang sewa Obligation under finance

pembiayaan 7.649.786 7.521.443 17.481.569 18.152.882 lease

Jumlah Total

Liabilitas Financial

Keuangan 76.419.971 80.105.065 72.081.569 79.978.121 Liabilities

Nilai wajar dari liabilitas keuangan tersebut diperkirakan sebagai nilai sekarang dari seluruh arus kas masa depan yang didiskontokan menggunakan tingkat bunga saat ini untuk instrumen dengan persyaratan yang sama, risiko kredit dan jatuh tempo yang sama.

The fair value of the above financial liabilities is estimated as the present value of all future cash flows discounted using the current rate for instrument on similar terms, credit risk and remaining maturities.

Nilai wajar uang jaminan dan kas yang dibatasi penggunaannya diasumsikan sama dengan jumlah tercatatnya karena tidak memiliki jangka waktu pembayaran tetap meskipun tidak diharapkan akan ditagihkan dalam waktu 12 bulan setelah periode pelaporan.

The fair value of refundable deposits and restricted cash are assumed to be equal to its carrying amount because it has no fixed repayment terms although it is not expected to be collected within 12 months after the reporting period.

Kelompok Usaha tidak memiliki aset keuangan dan liabilitas keuangan yang diukur pada nilai wajar pada tanggal 31 Desember 2016 dan 2015.

The Group has no financial assets and financial liabilities which are measured at fair value as at December 31, 2016 and 2015.

32. MANAJEMEN TERHADAP RISIKO KEUANGAN 32. MANAGEMENT OF FINANCIAL RISK

Kelompok Usaha memiliki beberapa eksposur risiko terhadap instrumen keuangan dalam bentuk risiko kredit, risiko likuiditas dan risiko pasar.

The Group, from its financial instruments, is exposed on certain financial risks such as credit risk, liquidity risk and market risk.

Kebijakan manajemen terhadap risiko keuangan dimaksudkan untuk meminimalisir potensi dan dampak keuangan merugikan yang mungkin timbul dari risiko-risiko tersebut.

Berikut ini adalah ikhtisar tujuan dan kebijakan manajemen risiko keuangan Kelompok Usaha:

Financial risk management is designed to minimize the potential and adverse financial effects which might arise from such risks.

The Group’s financial risk management objectives and policies are summarized as follows:

a. Risiko Kredit a. Credit risk

Risiko kredit adalah risiko di mana salah satu pihak atas instrumen keuangan akan gagal memenuhi liabilitasnya dan menyebabkan pihak lain mengalami kerugian keuangan.

Credit risk is the risk when one party to a financial instrument will fail to discharge an obligation and cause the other party to incur a financial loss.

Risiko kredit yang dihadapi oleh Kelompok Usaha berasal dari kredit yang diberikan kepada pelanggan yang untuk saat ini cenderung terbatas. Untuk mengurangi risiko ini, Kelompok Usaha berusaha untuk memastikan pendapatan jasa dilakukan dengan menyeleksi pelanggan- pelanggan yang memiliki kondisi keuangan yang kuat serta reputasi yang baik. Sebagai tambahan, saldo piutang dipantau secara terus menerus untuk mengurangi kemungkinan piutang yang tidak tertagih (lihat Catatan 6 dan 7).

Credit risk faced by the Group arising from the credit granted to its customers is currently very limited. Nevertheless, to mitigate this risk, the Group tries to ensure that service revenues are made selecting customers with strong financial condition and good reputation. Moreover, receivable balances are monitored on an ongoing basis to reduce the exposure to bad debts (see Notes 6 and 7).

Kelompok Usaha juga menghadapi risiko kredit yang berasal dari penempatan dana di bank dalam bentuk rekening lancar dan kas yang dibatasi penggunaanya. Untuk mengatasi risiko ini, Kelompok Usaha memiliki kebijakan untuk menempatkan dananya hanya di bank-bank yang mempunyai reputasi yang baik (lihat Catatan 4 dan 11).

The Group is also exposed to credit risk arising from the funds placed by the Group in banks in the form of current account and restricted cash. To mitigate this risk, the Group has a policy to place its funds only in banks that have good reputation (see Note 4 and 11).

a. Risiko Kredit (lanjutan) a. Credit risk (continued)

Piutang usaha dari PT Baswara Sinarmulia (BSM) telah jatuh tempo. Namun RBA dan BSM melakukan kesepakatan penyelesaian utang pada tanggal 7 Januari 2016, dimana BSM sepakat untuk melunasi utang kepada RBA secara bertahap, mulai tahun 2016. BSM membayar cicilan hutangnya untuk tahun 2016. Perusahaan telah menempatkan kas dalam lembaga keuangan yang teratur dan terkemuka. Piutang usaha RBA terkonsentrasi ke satu pelanggan, yaitu PT Berau Coal Energy Tbk. Manajemen berkeyakinan bahwa tidak terdapat risiko kredit yang signifikan terkait dengan konsentrasi pelanggan ini karena PT Berau Coal Energy Tbk dianggap sebagai pihak yang layak kredit dengan eksposur minimal atas kerugian penurunan nilai.

Trade receivable from PT Baswara Sinarmulia (BSM) already past due. However, RBA and BSM entered into debt settlement agreement on January 7, 2016, where BSM agreed to settle debts to RBA through installment, starting in 2016. BSM already paid its debt installment for 2016.

The Company has placed its cash with financial institutions which are regulated and reputable. RBA’s trade receivables and are concentrated to one customer, which is PT Berau Coal Energy Tbk. The management believes that there is no significant credit risk with regard to this customer concentration because

PT Berau Coal Energy Tbk is considered as a credit worthy party with minimal exposure of impairment loss.

Risiko kredit dari aset keuangan lainnya dianggap tidak signifikan.

Credit risk from other financial assets is not considered significant.

Risiko Mata Uang Foreign Currency Risk

Kelompok Usaha melakukan transaksi bisnis dalam beberapa mata uang asing dan karena itu terkena risiko mata uang asing. Kelompok Usaha tidak memiliki kebijakan mata uang asing lindung nilai. Namun manajemen memonitor eksposur mata uang asing dan akan mempertimbangkan lindung nilai risiko mata uang asing yang signifikan harus diperlukan.

The Group transacts business in some foreign currencies and therefore is exposed to foreign exchange risk. The Group does not have a foreign currency hedging policy. However management monitors foreign exchange exposure and will consider hedging significant foreign exchange risk should the need arises. Tabel berikut ini menunjukan sensitivitas

kemungkinan perubahan tingkat pertukaran mata uang berdasarkan mata uang fungsional Perusahaan dan entitas anak, jika mata uang fungsional adalah Dolar Amerika Serikat, maka mata uang tersebut akan menguat/melemah terhadap mata uang asing, dengan asumsi variabel lain konstan, dampak terhadap laba setelah beban pajak penghasilan adalah sebagai berikut:

The following table demonstrates the sensitivity to a reasonably possible change in currency exchange rate based on the functional currency of the Company and its subsidiaries, if the functional currency is the United States Dollar, then the currency will strengthen/weaken against foreign currencies, assuming other variables constant, the impact on profit after income tax expense is as follows:

Dampak

terhadap laba

setelah beban

Tingkat pajak penghasilan /

Sentisitivitas / Effect on income

Sensitivy after income

Rate tax expense

31 Desember 2016 December 31, 2016 Rupiah 2% (242.247 ) Rupiah Euro 3% 42 Euro 31 Desember 2015 December 31, 2015 Rupiah 4% (556.198 ) Rupiah Euro 3% 47 Euro

b. Risiko Pasar (lanjutan) b. Market Risk (continued)

Risiko Mata Uang (lanjutan) Foreign Currency Risk (continued)

Menurut pendapat manajemen, analisis sensitivitas adalah menunjukkan pengungkapan risiko mata uang asing yang timbul pada akhir tahun namun tidak mencerminkan pengungkapan selama tahun berjalan.

In management's opinion, the sensitivity analysis is unrepresentative of the inherent foreign exchange risk as the year-end exposure does not reflect the exposure during the year.

Risiko Suku Bunga Interest Rate Risk

Risiko suku bunga adalah risiko di mana arus kas masa datang dari suatu instrumen keuangan akan berfluktuasi akibat perubahan suku bunga pasar. Eksposur atas risiko ini terutama terkait dengan utang bank (lihat Catatan 16 dan 20). Pada tanggal 31 Desember 2016 dan 2015, masing-masing saldo utang bank Kelompok Usaha mencerminkan sekitar 64% dan 53% dari jumlah liabilitas.

Interest rate risk is the risk that future cash flows of a financial instrument will fluctuate because of changes in market interest rates. Its exposure to this risk is primarily associated with bank loan (see Note 16 and 20). On December 31, 2016 and 2015, respectively reflecting the Group's bank loan balance of about 64% and 53% of total liabilities.

Pada tanggal laporan posisi keuangan konsolidasian, jika suku bunga melemah/menguat sebesar 100 basis poin dengan semua variabel lainnya dianggap

konstan, maka laba rugi Grup akan

melemah/menguat sebesar $AS 1.101.962 pada tahun 2016, yang timbul terutama sebagai akibat dari melemah/menguatnya beban bunga pada bunga pinjaman mengambang.

At the consolidated statement of financial position date, if interest rates had been 100 basis points lower/higher with all variables held constant, the Company’s profit and loss would have been $AS 1,101,962 lower/higher in 2016, arising mainly as a result of lower/higher interest expense on floating loan.

Kebijakan Kelompok Usaha adalah untuk meminimalkan eksposur suku bunga atas pinjaman yang digunakan untuk ekspansi usaha dan kebutuhan modal kerja. Untuk mencapai hal tersebut Perusahaan secara teratur menilai dan memantau saldo kas dengan mengacu pada rencana bisnis dan operasi sehari-hari.

The Group's policy is to minimize interest rate exposure on loans used for business expansion and working capital requirements. To achieve this, the Company regularly assess and monitor cash balances with reference to the business plans and daily operations.

c. Risiko Likuiditas c. Liquidity Risk

Risiko likuiditas adalah risiko di mana Kelompok Usaha akan mengalami kesulitan dalam memperoleh dana guna memenuhi komitmennya atas instrumen keuangan.

Liquidity risk is the risk when the Group will encounter difficulty in raising funds to meet its commitments associated with financial instruments.

Pengelolaan terhadap risiko likuiditas dilakukan dengan cara menjaga profil jatuh tempo antara aset dan liabilitas keuangan, penerimaan tagihan yang tepat waktu, manajemen kas yang mencakup proyeksi dan realisasi arus kas hingga beberapa periode ke depan serta memastikan ketersediaan pendanaan melalui komitmen fasilitas kredit.

Liquidity risk is managed through

maintaining/synchronizing the maturity profile between financial assets and liabilities, on- time receivable collection, cash management which covers cash flow projection and realization in the subsequent periods and ensure the availability of financing through committed credit facilities.

c. Risiko Likuiditas (lanjutan) c. Liquidity Risk (continued)

Tabel di bawah merangkum profil jatuh tempo liabilitas keuangan Kelompok Usaha berdasarkan pembayaran kontraktual yang tidak didiskontokan pada tanggal 31 Desember 2016 dan 2015.

The table below summarizes the maturity profile of the Group’s financial liabilities based on contractual undiscounted payments as of December 31, 2016 and 2015.

2016

Lebih dari

Kurang dari 2 tahun /

1 tahun / Less 1 – 2 tahun / More than Bunga / Jumlah /

than 1 year 1 – 2 years 2 years Interest Total

Utang bank Short-term

jangka pendek 1.100.000 - - - 1.100.000 bank loan

Trade

Utang usaha - payables -

pihak ketiga 13.377.675 - - - 13.377.675 third parties

Utang lain-lain 464.005 - 4.251.269 - 4.715.274 Other payables

Beban masih harus Accrued

dibayar 672.376 - - - 672.376 expenses

Utang bank Long-term

jangka panjang 7.175.822 20.655.716 40.938.647 - 68.770.185 bank loans

Obligation

Utang sewa under finance

pembiayaan 7.473.476 379.190 - (202.880) 7.649.786 lease

Jumlah 20.263.354 21.034.906 45.189.906 (202.880) 96.285.296 Total

2015

Lebih dari

Kurang dari 2 tahun /

1 tahun / Less 1 – 2 tahun / More than Bunga / Jumlah /

than 1 year 1 – 2 years 2 years Interest Total

Utang bank Short-term

jangka pendek 7.225.239 - - - 7.225.239 bank loan

Trade

Utang usaha - payables -

pihak ketiga 7.902.380 - - - 7.902.380 third parties

Utang lain-lain 541.765 - - - 541.765 Other payables

Beban masih harus Accrued

dibayar 3.155.983 - - - 3.155.983 expenses

Utang bank Long-term

jangka panjang 54.600.000 - - - 54.600.000 bank loans

Obligation

Utang sewa under finance

pembiayaan 13.114.949 4.863.024 178.169 (674.573) 17.481.569 lease

Segmen usaha dilaporkan dengan cara yang sesuai dengan pelaporan internal yang dipersiapkan untuk pembuat keputusan operasional. Pembuat keputusan operasi adalah pihak yang bertanggung jawab untuk mengalokasikan sumber daya dan menilai kinerja segmen operasi.

Operating segments are reported in a manner consistent with the internal reporting provided to the chief operating decision maker. The chief operating decision maker is responsible for allocating resources and assessing performance of the operating segments.

Pendapatan, beban, hasil usaha, aset dan liabilitas segmen termasuk item-item yang dapat diatribusikan secara langsung kepada suatu segmen serta hal-hal yang dapat dialokasikan dengan dasar yang memadai untuk segmen tersebut. Segmen ditentukan sebelum saldo dan transaksi antar Kelompok Usaha dieliminasi sebagai bagian dari proses konsolidasi.

Segment revenue, expenses, results, assets and liabilities include items directly attributable to a segment as well as those that can be allocated on a reasonable basis to that segment. They are determined before intragroup balances and intra- group transactions are eliminated.

Pada tanggal 31 Desember 2016 dan 2015, Kelompok Usaha mengklasifikasikan pendapatan, beban, hasil usaha, aset dan liabilitasnya ke dalam satu segmen, yaitu segmen jasa penambangan pada 31 Desember 2016 dan 2015; sehingga tidak disajikan catatan tersendiri mengenai informasi segmen.

As of December 31, 2016 and 2015, the Group classifies its revenue, expenses, results, assets and liabilities under one segment, namely mining service as of December 31, 2016 and 2015; therefore, no separate disclosure regarding segment information is presented.

34. PERJANJIAN DAN IKATAN PENTING 34. SIGNIFICANT AGREEMENTS AND

COMMITMENTS

Entitas Anak Subsidiaries

DS DS

a. Undang-undang Pertambangan No. 4/2009 a. Mining Law No. 4/2009

Pada tanggal 16 Desember 2008, Dewan Perwakilan Rakyat menyetujui Undang-Undang Pertambangan Mineral dan Batubara yang baru (“Undang-Undang Pertambangan”), yang telah disahkan oleh Presiden pada tanggal 12 Januari 2009 dan menjadi UU No. 4/2009. Sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang Pertambanga tersebut, seluruh entitas anak yang bergerak di bidang penambangan batubara telah memperoleh Izin Usaha Pertambangan (“IUP”).

On December 16, 2008, the House of Representatives passed a new Law on Minerals and Coal Mining, which received the assent of the President on January 12, 2009, becoming Law No. 4/2009 (the “Mining Law”). In accordance with the Mining Law, all subsidiaries engaged in coal mining have obtained a Mining Business Permit (“IUP”).

Pada tanggal 1 Februari 2010, Presiden Republik Indonesia menandatangani dua peraturan pelaksanaan untuk Undang-Undang Pertambangan tersebut, yaitu PP No. 22/2010 dan No. 23/2010.

On February 1, 2010, the President of the Republic of Indonesia signed two implementing regulations for the Mining Law, i.e. GR No. 22/2010 and GR No. 23/2010. PP No. 22/2010 mengatur tentang pembentukan

area pertambangan di Indonesia. PP No. 23/2010 menjelaskan lebih detil beragam tipe perizinan pertambangan yang ada sesuai dengan yang diatur dalam Undang-Undang Pertambangan ini, dan menjelaskan syarat dan kondisi dasar yang harus dipenuhi oleh pihak yang mengajukan maupun pihak berwenang yang mengeluarkan izin pertambangan.

GR No. 22/2010 deals with the establishment of mining areas in Indonesia. GR No. 23/2010

Dokumen terkait