• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian bertujuan untuk (1) mengidentifikasi dan menganalisis pendapat masyarakat tentang keberadaan dan pemanfaatan tanaman meniran sebagai tanaman obat, (2) mengidentifikasi dan menganalisis karakter morfologi yang dapat digunakan sebagai kriteria seleksi produksi biomassa dan kandungan flavonoid yang tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa eksplorasi meniran di Kabupaten Bangkalan dan Gresik mendapatkan 13 aksesi yang terdiri dari 6 meniran hijau (Phyllanthus niruriL.) asal Bangkalan, 6 meniran hijau (Phyllanthus niruriL.) asal Gresik dan 1 meniran merah (Phyllanthus urinaria L.) asal Bangkalan. Masyarakat telah mengenal dan memanfaatkan tanaman meniran sebagai obat diuretik, obat penurun panas, sakit gigi dan perawatan setelah persalinan. Diameter batang, jumlah cabang, bobot basah total dan jumlah daun berpengaruh langsung dan dapat dijadikan sebagai karakter untuk seleksi terhadap produksi biomassa kering. Dari 6 karakter yang diamati, tidak satupun karakter yang dapat digunakan sebagai karakter seleksi terhadap kandungan flavonoid. Aksesi meniran hijau (Phyllanthus niruri L.) asal Bangkalan (A6) dan asal Gresik (A7) dipilih sebagai aksesi berpotensi mempunyai produksi biomassa tinggi. Sedangkan meniran merah (Phyllanthus urinaria L.) asal Bangkalan (A13) dipilih sebagai aksesi berpotensi mempunyai kandungan flavonoid tinggi.

Kata kunci : eksplorasi, flavonoid, seleksi, aksesi, karakter

Abstract

The objectives of this research were (1) to identify and analyze public opinion which is the existence and used of plant Phyllanthusas medicinal plants (2) to identify and analyze the morphological characters that can be used as selection criteria of biomass production and its high flavonoid. The results of the research show that Phyllanthus exploration in Bangkalan and Gresik acquire 13 accessions including 6 green meniran (Phyllanthus niruriL.) from Bangkalan, 6 green meniran (Phyllanthus niruri L.) from Gresik and 1 red meniran (Phyllanthus urinaria L.) from Bangkalan. The community has been known and used this plant as drugs for diuretic, febrifuge, toothache and treatment after childbirth. Stem diameter, number of branches, total wet weight and number of leaves were direct influences and can be used as characters for selection the production of dry biomass. The six characters were observed but neither of them ca be use as a selection character for the flavonoid. Accession green meniran (Phyllanthus niruri L.) from Bangkalan (A6) and from Gresik (A7) were selected as the accession potentially had high biomass production. The red meniran (Phyllanthus urinaria L.) from Bangkalan (A13) was selected as the accession potentially had high flavonoid .

24

Pendahuluan

Meniran telah digunakan secara turun temurun dalam menyembuhkan berbagai penyakit di Indonesia. Pengobatan penyakit malaria, sariawan, diare sampai nyeri ginjal banyak menggunakan herba meniran. Pemanfaatan meniran untuk mengobati demam dan sebagai peluruh air seni (diuretik) banyak dilakukan di Thailand. Dalam pengobatan tradisional India, meniran digunakan untuk pengobatan penyakit kuning (jaundice), diabetes, gangguan pada kulit dan gangguan menstruasi (Soerjaniet al. 1987; Heyne 1987; Sulaksana dan Jayusman 2004). Efek pengobatan yang dimiliki oleh tanaman ini antara lain disebabkan oleh adanya senyawa bioaktif seperti flavonoid, lignan, alkaloid, triterpenoid, tanin dan asam lemak yang terkandung di dalamnya.

Eksplorasi terhadap tanaman obat unggulan telah dilakukan oleh Pusat Studi Biofarmaka bekerjasama dengan BPOM terhadap daerah sentra produksi tanaman obat di Indonesia. Jawa Timur termasuk dalam daerah sentra tanaman obat mengingat kapasitas daerah dalam menghasilkan komoditas tanaman obat yang termasuk dalam kelompok unggulan.

Eksplorasi terhadap tanaman meniran yang tumbuh secara liar di alam dilakukan untuk mendapatkan data yang berhubungan dengan kondisi agrobiofisik dan sampel tanaman di lapangan. Data ini dapat digunakan sebagai data pembanding untuk menyusun kegiatan budidaya pada tahapan selanjutnya. Ghulamahdi (2003) menyatakan bahwa untuk berproduksi tinggi maka budidaya tanaman obat harus dilakukan di tempat yang lingkungannya cocok untuk kebutuhan spesies tersebut. Adapun kondisi lingkungan yang diperlukan untuk masing-masing spesies dapat dilihat dari tempat asal spesies tersebut ditemukan. Pengetahuan mengenai taksonomi berupa pengelompokan jenis spesies dalam famili akan sangat membantu cara perbaikan dan budidaya spesies tersebut. Hal ini yang mendasari penyusunan perbaikan cara pembiakan, budidaya, peningkatan produksi per satuan luas dan peningkatan kandungaan bioaktif tanaman.

Langkah awal dalam kegiatan pemuliaan untuk perbaikan genetik adalah memiliki koleksi plasma nutfah dengan keragaman genetik yang tinggi. Belum ada informasi yang lengkap tentang data karakterisasi dan hubungan kekerabatan antar aksesi meniran yang ada di alam maupun yang telah dibudidayakan .

25

Karakterisasi dilakukan untuk mendapatkan data sifat atau karakter morfo- agronomis (deskripsi morfologi dasar) dari aksesi plasma nutfah. Dari data karakterisasi dapat dibedakan dengan cepat dan mudah fenotipe dari setiap aksesi dan jumlah aksesi yang sebenarnya untuk menghindari adanya duplikasi dalam rangka mengurangi biaya pemeliharaan koleksi.

Pada tanaman meniran, produksi biomassa dan kandungan bioaktif merupakan faktor penting yang menentukan produktivitas tanaman meniran sebagai tanaman obat secara keseluruhan. Untuk meningkatkan produktivitas meniran perlu diketahui komponen pertumbuhan yang dapat digunakaan sebagai kriteria seleksi dengan cara memilih karakter yang memberikan kontribusi besar terhadap produksi biomassa dan kandungan bioaktifnya. Pengetahuan mengenai korelasi antar komponen pertumbuhan, produksi biomassa dan kandungan bioaktif sangat diperlukan untuk menentukan kriteria seleksi tidak langsung terhadap produksi biomassa dan kandungan bioaktifnya. Hubungan yang dinyatakan dengan korelasi sederhana seringkali mengakibatkan diperolehnya informasi yang semu disebabkan adanya interaksi yang akan menutup pola hubungan yang sebenarnya.

Analisis lintas (path analysis) dapat digunakan untuk mengatasi masalah dimana masing-masing sifat yang dikorelasikan dengan produksi biomassa maupun dengan produksi bioaktif dapat diuraikan menjadi pengaruh langsung dan tidak langsung. Penggunaan analisis korelasi dan sidik lintas untuk mempelajari keeratan hubungan antar komponen pertumbuhan, komponen hasil dan hasil serta untuk pengembangan kriteria seleksi telah banyak dilakukan. Martono et al. (2010) menggunakan analisis korelasi dan analisis lintas untuk mempelajari keeratan hubungan antara komponen pertumbuhan dengan produksi terna dan asiatikosida pada pegagan. Ganefiantiet al. (2006) pada tanaman cabe, Mursito (2003), Wirnaset al. (2006) pada kedelai, Nasution (2008) pada tanaman nenas dan Sinaga (2008) pada tanaman manggis.

Hubungan kekerabatan antar aksesi dapat memberikan informasi tentang ciri khas karakter dari tiap kelompok aksesi yang terbentuk. Informasi ini dapat digunakan sebagai rekomendasi untuk menentukan aksesi potensial yang dapat dikembangkan lebih lanjut. Penelitian yang mempelajari seberapa kuat hubungan

26

antara karakter morfologi meniran belum terungkap. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengidentifikasi dan menganalisis pendapat masyarakat tentang keberadaan dan pemanfaatan tanaman meniran sebagai tanaman obat, (2) mengidentifikasi dan menganalisis karakter morfologi yang dapat digunakan sebagai kriteria seleksi produksi biomassa dan kandungan flavonoid yang tinggi.

Bahan dan Metode

Tempat dan Waktu Penelitian

Eksplorasi dilakukan pada bulan September 2006 sampai dengan Januari 2007 di dua lokasi di Propinsi Jawa Timur yaitu Kabupaten Bangkalan dan Kabupaten Gresik. Pada setiap kabupaten diambil tiga kecamatan dan selanjutnya dipilih enam desa berdasarkan ketinggian tempat dan tipe lahan yang berbeda (Tabel 1).

Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah enam aksesi meniran hijau asal Bangkalan, enam aksesi meniran hijau asala Gresik dan satu aksesi meniran merah asal Bangkalan, satu set bahan kimia untuk analisis tanah, dan analisis kandungan bioaktif tanaman. Alat-alat yang digunakan meliputi peralatan survei lapangan, data primer dan sekunder, peralatan analisis tanah dan peralatan analisis kandungan bioaktif tanaman.

Metode Penelitian

Penelitian menggunakan metode eksplorasi (survei) yaitu dengan cara mengamati morfologi meniran di lapangan, pengamatan anatomi di laboratorium dan analisis kandungan bioaktif di laboratorium. Tanaman yang dijadikan sampel adalah tanaman yang telah memasuki fase generatif yang ditandai dengan adanya bunga dan buah. Selama kegiatan eksplorasi berlangsung dilakukan kegiatan pengambilan data dari penduduk setempat dalam bentuk kuisioner. Penentuan responden dilakukan secara acak di tempat pengambilan sampel tanaman. Masing-masing titik diambil 10

27

orang responden sehingga secara keseluruhan terdapat 120 orang responden. Data dan informasi yang dibutuhkan meliputi :

1. Data primer berupa data tanaman, lingkungan dan data kuisioner, diperoleh melalui penelitian lapangan berupa inventarisasi dan identifikasi aksesi meniran dan pendapat setiap responden dengan menggunakan kuisioner yang telah dipersiapkan dan wawancara mendalam terhadap setiap responden untuk pertanyaan yang memerlukaan keterangan yang lebih luas.

2. Data sekunder, diperoleh dari berbagai sumber antara lain Instansi pemerintah daerah seperti Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Perkebunan, Biro Pusat Statistik, Badan Meteorologi dan Geofisika, dan bahan pustaka lainnya yang mendukung penelitian.

Pelaksanaan

Kegiatan dimulai dengan cara menentukan lokasi Kabupaten Bangkalan dan Gresik secara sengaja. Setiap tempat yang dijadikan titik pengamatan ditemukan minimal 10 tanaman meniran per kuadran (50 cm x 50 cm). Dilakukan pengamatan dan pengambilan sampel tanaman, sampel tanah dan pengisian kuisioner.

Pengamatan

1. Pengumpulan data berupa pendapat masyarakat dilakukan secara langsung di lapangan.

2. Pengamatan terhadap kartakter morfologi tanaman meliputi :

(1). Tinggi tanaman (cm) diukur dari pangkal batang sampai ujung pucuk tanaman.

(2). Jumlah daun majemuk, dihitung apabila daun telah membuka sempurna (3). Jumlah cabang, dihitung cabang yang terbentuk dari batang utama, maupun

dari cabang primer.

(4). Diameter batang (mm), dilakukan pengukuran panjang diameter pada sisi tengah batang dengan menggunakan jangka sorong digital.

(5). Produksi biomassa basah total (g), didapat dengan cara menimbang dengan timbangan neraca analitik seluruh tanaman.

(6). Produksi biomassa kering total (g), didapat dengan cara menimbang dengan timbangan neraca analitik seluruh bagian tanaman yang telah dioven pada suhu 105oC selama 24 jam.

30

Hasil dan Pembahasan

Eksplorasi

Berdasarkan kapasitas daerah dalam menghasilkan komoditas tanaman obat yang termasuk dalam kelompok unggulan, Jawa Timur termasuk daerah sentra tanaman obat di Indonesia.

Tabel 1 Daftar aksesi meniran beserta asal-usulnya yang diperoleh dari hasil eksplorasi di Kabupaten Bangkalan dan Gresik Propinsi Jawa Timur.

Jenis meniran Nomor aksesi Asal-usul Lokasi (kabupaten) Habitat Ketinggian tempat (m dpl) Meniran hijau

A1 Bangkalan Kebun naungan mangga

18 A2 Bangkalan Tegalan terbuka 86 A3 Bangkalan Tegalan terbuka 57 A4 Bangkalan Tegalan terbuka 72 A5 Bangkalan Pekarangan terbuka 74 A6 Bangkalan Pekarangan terbuka 27

A7 Gresik Tegalan terbuka 5

A8 Gresik Tegalan terbuka 1

A9 Gresik Kebun naungan

mangga

2

A10 Gresik Kebun naungan

mangga, pisang

4

A11 Gresik Kebun naungan

pisang

13

A12 Gresik Tegalan terbuka 10

Meniran merah

A13 Bangkalan Tegalan terbuka 27

Dari observasi pada 13 titik pengamatan didapatkan 12 aksesi meniran hijau asal Bangkalan dan Gresik dan 1 aksesi meniran merah asal Bangkalan.

Keadaan Umum Propinsi Jawa Timur

Propinsi Jawa Timur terletak pada 110o54 BT sampai 115o57 BT 5o371 LS sampai 8o48 LS. Sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah timur

31

berbatasan dengan Laut Bali dan Selat Bali, sebelah barat berbatasan dengan Propinsi Jawa Tengah dan sebelah selatan berbatasaan dengan Samudera Hindia.

Berdasarkan karakteristik tinggi tempat diatas permukaan laut (dpl), Jawa Timur terbagi atas 3 kelompok wilayah yaitu :

1. 0–500 m dpl meliputi 83% dari luas wilayah dan morfologinya relatif datar.

2. 500 – 1000 m dpl meliputi sekitar 11% dari luas wilayah dengan morfologi

berbukit dan bergunung-gunung.

3. 1000 m dpl meliputi sekitar 6% dari luas wilayah dengan morfologi terjal. Berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Ferguson, 52% wilayah mempunyai iklim tipe D. Keadaan suhu maksimum rata-rata mencapai 33oC sedangkan suhu minimum rata-rata mencapai 22oC. Keadaan curah hujan pertahun mempunyai karakteristik sebagai berikut :

1. Kurang dari 1750 mm per tahun meliputi 35.54% wilayah

2. 1750 sampai dengan 2000 mm per tahun meliputi 44.00% wilayah 3. Lebih dari 2000 mm per tahun meliputi 20.46%

Kabupaten Bangkalan

Kabupaten Bangkalan terletak diantara koordinat 6o51’39’’–7o11’39’’

Lintang Selatan dan 112o40’06’’– 113o08’04’’ Bujur Timur mempunyai luas areal kurang lebih sebesar 126 014 km2terdiri dari 18 kecamatan yaitu Kecamatan Kamal, Labang, Kwanyar, Modung, Blega, Konang, Galis, Tanah Merah, Tragah, Socah, Bangkalan, Burneh, Arosbaya, Geger, Kokop, Tanjung Bumi, Sepulu dan Klampis.

Kabupaten Bangkalan berada pada ketinggian 2–100 m di atas permukaan laut. Wilayah yang terketak di pesisir pantai, seperti Kecamatan Sepulu, Bangkalan, Socah, Kamal, Modung, Kwanyar, Arosbaya, Klampis, Tanjung Bumi, Labang dan Kecamatan Burneh mempunyai ketinggian antara 2–10 m di atas permukaan laut. Sedangkan wilayah yang terletak di bagian tengah mempunyai ketinggian antara 19– 100 m di atas permukaan laut, tertinggi adalah kecematan Geger dengan ketinggian 100 m diatas permukaan laut.

32

Gambar 9 Peta Kabupaten Bangkalan dan letak lokasi pengambilan sampel (Sumber : Bangkalan dalam Angka, 2008).

Tanah di Kabupaten Bangkalan sebagian besar memiliki kemiringan 2–15 % yaitu sekitar 50.45% atau 63 002 hektar dan kemiringan 0–2 % sekitar 45.43% atau 56 738 hektar. Apabila dilihat dari tekstur tanahnya maka sebagian besar bertekstur sedang yaitu seluas 116 267 hektar atau sekitar 93.10%. Berdasarkan kedalaman spektip tanahnya maka persentase terbesar adalah tanah yang kedalamannya 90 cm yaitu sekitar 64 131 hektar atau 51.35%. Tata guna lahan daerah Kabupaten Bangkalan terbagi menjadi dua yaitu : lahan basah yang meliputi sawah, waduk rawa dan tambak dan lahan kering yang terdiri dari pemukiman, tegalan, kebun, hutan dan lain- lain.

33

Tabel 2 Keadaan iklim, kadar air tanah dan keasaman tanah pada setiap lokasi pengambilan sampel di Kabupaten Bangkalan

No. Aksesi

Iklim Kadar air tanah

(%) Keasaman tanah (pH H20) Suhu (oC) Kelembaban (%) Intensitas cahaya (fc) A1 28 56 185 6.64 8.30 A2 31 32 872 2.78 7.73 A3 32 36 984 2.48 7.97 A4 34 31 875 12.17 8.22 A5 32 39 500 3.28 8.10 A6 31 45 545 30.88 8.00 A13 31 45 650 30.25 8.00

Keterangan : A1-A6= meniran hijau asal Bangkalan, A13 : meniran merah asal Bangkalan, suhu dan kelembaban : diukur pada waktu pengambilan sampel, kadar air tanah dan pH H20 :

hasil analisis di Laboratorium fisikadan kimia tanah Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan IPB.

Kabupaten Bangkalan mempunyai iklim tipe Monsoon dengan dua musim yaitu hujan yang berlangsung antara bulan Nopember–April dan Kemarau antara bulan Mei–Oktober. Kondisi topografi, disamping angin Monsoon sangat mempengaruhi besarnya curah hujan, semakin tinggi letaknya di atas permukaan laut semakin besar pula curah hujannya bila dibandingkan dengan daerah dataran. Bagian tengah berupa perbukitan dan gunung, curah hujannya jauh lebih besar daripada curah hujan di dataran yang merupakan pantai, baik di bagian utara maupun di bagian selatan. Di daerah perbukitan curah hujan bahkan > 2000 mm per tahun yang memberikan kontribusi yang besar terhadap resapan air kedalam tanah. Sedangkan di daerah pantai curah hujan berkisar antara 500–1000 mm per tahun.

Kabupaten Gresik

Kabupaten Gresik berada antara 7o dan 8oLintang Selatan dan antara 112o dan 113o Bujur Timur. Sebagian besar wilayahnya merupakan dataran rendah dengan ketinggian antara 0-12 meter di atas permukaan laut kecuali sebagian kecil di bagian utara (Kecamatan Panceng) mempunyai ketinggian sampai 25 meter di atas permukaan laut.

34

Tabel 3 Keadaan iklim, kadar air tanah dan keasaman tanah pada setiap lokasi pengambilan sampel di Kabupaten Gresik

Lokasi Aksesi

Iklim Kadar air tanah

(%) Keasaman tanah (pH H20) Suhu (oC) Kelembaban (%) Intensitas cahaya (fc) A7 30 52 811 7.73 8.19 A8 31 45 855 13.97 8.04 A9 33 42 145 11.43 7.77 A10 31 45 155 35.07 7.88 A11 32 42 150 12.22 7.99 A12 32 39 600 24.16 8.17

Keterangan : A7-A12 : meniran hijau asal Gresik, Suhu dan Kelembaban : diukur pada waktu pengambilan sampel, kadar air tanah dan pH H20 : hasil analisis di Laboratorium fisika

dan kimia tanah Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan IPB.

Bagian Utara Kabupaten Gresik dibatasi oleh Laut Jawa, bagian Timur dibatasi oleh Selat Madura dan Kota Surabaya, bagian Selatan berbatasan dengan Kabupaten Sidoarjo dan Kabupaten Mojokerto, sementara bagian Barat berbatasan dengan Kabupaten Lamongan.

Sebagian besar tanah di wilayah Kabupaten Gresik terdiri dari jenis Aluvial, Grumusol, Mediteran Merah dan Litosol. Curah hujan di Kabupaten Gresik adalah relatif rendah, yaitu rata-rata 2000 mm per tahun sehingga hampir setiap tahun mengalami musim kering yang panjang.