• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berdasarkan kapasitas daerah dalam menghasilkan komoditas tanaman obat yang termasuk dalam kelompok unggulan, Jawa Timur termasuk daerah sentra tanaman obat di Indonesia.

Tabel 1 Daftar aksesi meniran beserta asal-usulnya yang diperoleh dari hasil eksplorasi di Kabupaten Bangkalan dan Gresik Propinsi Jawa Timur.

Jenis meniran Nomor aksesi Asal-usul Lokasi (kabupaten) Habitat Ketinggian tempat (m dpl) Meniran hijau

A1 Bangkalan Kebun naungan

mangga

18

A2 Bangkalan Tegalan terbuka 86

A3 Bangkalan Tegalan terbuka 57

A4 Bangkalan Tegalan terbuka 72

A5 Bangkalan Pekarangan terbuka 74

A6 Bangkalan Pekarangan terbuka 27

A7 Gresik Tegalan terbuka 5

A8 Gresik Tegalan terbuka 1

A9 Gresik Kebun naungan

mangga

2

A10 Gresik Kebun naungan

mangga, pisang

4

A11 Gresik Kebun naungan

pisang

13

A12 Gresik Tegalan terbuka 10

Meniran merah

A13 Bangkalan Tegalan terbuka 27

Dari observasi pada 13 titik pengamatan didapatkan 12 aksesi meniran hijau asal Bangkalan dan Gresik dan 1 aksesi meniran merah asal Bangkalan.

Keadaan Umum Propinsi Jawa Timur

Propinsi Jawa Timur terletak pada 110o54 BT sampai 115o57 BT 5o371 LS sampai 8o48 LS. Sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah timur

✓✔

berbatasan dengan Laut Bali dan Selat Bali, sebelah barat berbatasan dengan Propinsi Jawa Tengah dan sebelah selatan berbatasaan dengan Samudera Hindia.

Berdasarkan karakteristik tinggi tempat diatas permukaan laut (dpl), Jawa Timur terbagi atas 3 kelompok wilayah yaitu :

1. 0–500 m dpl meliputi 83% dari luas wilayah dan morfologinya relatif datar. 2. 500 – 1000 m dpl meliputi sekitar 11% dari luas wilayah dengan morfologi

berbukit dan bergunung-gunung.

3. 1000 m dpl meliputi sekitar 6% dari luas wilayah dengan morfologi terjal. Berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Ferguson, 52% wilayah mempunyai iklim tipe D. Keadaan suhu maksimum rata-rata mencapai 33oC sedangkan suhu minimum rata-rata mencapai 22oC. Keadaan curah hujan pertahun mempunyai karakteristik sebagai berikut :

1. Kurang dari 1750 mm per tahun meliputi 35.54% wilayah

2. 1750 sampai dengan 2000 mm per tahun meliputi 44.00% wilayah 3. Lebih dari 2000 mm per tahun meliputi 20.46%

Kabupaten Bangkalan

Kabupaten Bangkalan terletak diantara koordinat 6o51’39’’–7o11’39’’ Lintang Selatan dan 112o40’06’’– 113o08’04’’ Bujur Timur mempunyai luas areal kurang lebih sebesar 126 014 km2terdiri dari 18 kecamatan yaitu Kecamatan Kamal, Labang, Kwanyar, Modung, Blega, Konang, Galis, Tanah Merah, Tragah, Socah, Bangkalan, Burneh, Arosbaya, Geger, Kokop, Tanjung Bumi, Sepulu dan Klampis.

Kabupaten Bangkalan berada pada ketinggian 2–100 m di atas permukaan laut. Wilayah yang terketak di pesisir pantai, seperti Kecamatan Sepulu, Bangkalan, Socah, Kamal, Modung, Kwanyar, Arosbaya, Klampis, Tanjung Bumi, Labang dan Kecamatan Burneh mempunyai ketinggian antara 2–10 m di atas permukaan laut. Sedangkan wilayah yang terletak di bagian tengah mempunyai ketinggian antara 19– 100 m di atas permukaan laut, tertinggi adalah kecematan Geger dengan ketinggian 100 m diatas permukaan laut.

✕✖

Gambar 9 Peta Kabupaten Bangkalan dan letak lokasi pengambilan sampel (Sumber : Bangkalan dalam Angka, 2008).

Tanah di Kabupaten Bangkalan sebagian besar memiliki kemiringan 2–15 % yaitu sekitar 50.45% atau 63 002 hektar dan kemiringan 0–2 % sekitar 45.43% atau 56 738 hektar. Apabila dilihat dari tekstur tanahnya maka sebagian besar bertekstur sedang yaitu seluas 116 267 hektar atau sekitar 93.10%. Berdasarkan kedalaman spektip tanahnya maka persentase terbesar adalah tanah yang kedalamannya 90 cm yaitu sekitar 64 131 hektar atau 51.35%. Tata guna lahan daerah Kabupaten Bangkalan terbagi menjadi dua yaitu : lahan basah yang meliputi sawah, waduk rawa dan tambak dan lahan kering yang terdiri dari pemukiman, tegalan, kebun, hutan dan lain- lain.

✗✗

Tabel 2 Keadaan iklim, kadar air tanah dan keasaman tanah pada setiap lokasi pengambilan sampel di Kabupaten Bangkalan

No. Aksesi

Iklim Kadar air tanah

(%) Keasaman tanah (pH H20) Suhu (oC) Kelembaban (%) Intensitas cahaya (fc) A1 28 56 185 6.64 8.30 A2 31 32 872 2.78 7.73 A3 32 36 984 2.48 7.97 A4 34 31 875 12.17 8.22 A5 32 39 500 3.28 8.10 A6 31 45 545 30.88 8.00 A13 31 45 650 30.25 8.00

Keterangan : A1-A6= meniran hijau asal Bangkalan, A13 : meniran merah asal Bangkalan, suhu dan kelembaban : diukur pada waktu pengambilan sampel, kadar air tanah dan pH H20 :

hasil analisis di Laboratorium fisikadan kimia tanah Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan IPB.

Kabupaten Bangkalan mempunyai iklim tipe Monsoon dengan dua musim yaitu hujan yang berlangsung antara bulan Nopember–April dan Kemarau antara bulan Mei–Oktober. Kondisi topografi, disamping angin Monsoon sangat mempengaruhi besarnya curah hujan, semakin tinggi letaknya di atas permukaan laut semakin besar pula curah hujannya bila dibandingkan dengan daerah dataran. Bagian tengah berupa perbukitan dan gunung, curah hujannya jauh lebih besar daripada curah hujan di dataran yang merupakan pantai, baik di bagian utara maupun di bagian selatan. Di daerah perbukitan curah hujan bahkan > 2000 mm per tahun yang memberikan kontribusi yang besar terhadap resapan air kedalam tanah. Sedangkan di daerah pantai curah hujan berkisar antara 500–1000 mm per tahun. Kabupaten Gresik

Kabupaten Gresik berada antara 7o dan 8oLintang Selatan dan antara 112o dan 113o Bujur Timur. Sebagian besar wilayahnya merupakan dataran rendah dengan ketinggian antara 0-12 meter di atas permukaan laut kecuali sebagian kecil di bagian utara (Kecamatan Panceng) mempunyai ketinggian sampai 25 meter di atas permukaan laut.

✘✙

Tabel 3 Keadaan iklim, kadar air tanah dan keasaman tanah pada setiap lokasi pengambilan sampel di Kabupaten Gresik

Lokasi Aksesi

Iklim Kadar air tanah

(%) Keasaman tanah (pH H20) Suhu (oC) Kelembaban (%) Intensitas cahaya (fc) A7 30 52 811 7.73 8.19 A8 31 45 855 13.97 8.04 A9 33 42 145 11.43 7.77 A10 31 45 155 35.07 7.88 A11 32 42 150 12.22 7.99 A12 32 39 600 24.16 8.17

Keterangan : A7-A12 : meniran hijau asal Gresik, Suhu dan Kelembaban : diukur pada waktu pengambilan sampel, kadar air tanah dan pH H20 : hasil analisis di Laboratorium fisika

dan kimia tanah Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan IPB.

Bagian Utara Kabupaten Gresik dibatasi oleh Laut Jawa, bagian Timur dibatasi oleh Selat Madura dan Kota Surabaya, bagian Selatan berbatasan dengan Kabupaten Sidoarjo dan Kabupaten Mojokerto, sementara bagian Barat berbatasan dengan Kabupaten Lamongan.

Sebagian besar tanah di wilayah Kabupaten Gresik terdiri dari jenis Aluvial, Grumusol, Mediteran Merah dan Litosol. Curah hujan di Kabupaten Gresik adalah relatif rendah, yaitu rata-rata 2000 mm per tahun sehingga hampir setiap tahun mengalami musim kering yang panjang.

✚✛

Gambar 10 Peta Kabupaten Gresik dan letak lokasi pengambilan sampel (Sumber : Gresik dalam Angka, 2008).

Berdasarkan ciri-ciri fisik tanahnya, Kabupaten Gresik dapat dibagi menjadi 4 (empat) bagian yaitu:

1. Kabupaten Gresik Bagian Utara meliputi wilayah Panceng, Ujung Pangkah, Sidayu, Bungah, Dukun, Manyar adalah bagian dari daerah pegunungan Kapur Utara yang memiliki tanah relatif kurang subur (wilayah Kecamatan Panceng). Sebagian dari daerah ini adalah daerah hilir aliran Bengawan Solo yang bermuara di pantai Utara Kabupaten Gresik (Kecamatan Ujung pangkah). Daerah hilir Bengawan solo tersebut sangat potensial karena mampu menciptakan lahan yang cocok untuk permukiman maupun usaha pertambakan. Potensi bahan-bahan galian di wilayah ini cukup potensial

A9

A7

✜6

terutama dengan adanya beberapa jenis bahan galian golongan C. Kondisi tanah tidak termasuk Pulau Bawean

2. Kabupaten Gresik Bagian Tengah meliputi wilayah : Duduk Sampeyan, Balong Panggang, Benjeng, Cerme, Gresik, Kebomas merupakan kawasan dengan tanah relatif subur. Wilayah ini mempunyai sungai-sungai kecil antara lain Kali Lamong, Kali Corong, Kali Manyar sehingga di bagian tengah wilayah ini merupakan daerah yang cocok untuk pertanian dan pertambakan.

3. Kabupaten Gresik Bagian Selatan meliputi Menganti, Kedamean, Driyorejo dan Wringin Anom adalah merupakan sebagian dataran rendah yang cukup subur dan sebagian merupakan daerah bukit-bukit (Gunung Kendeng). Potensi bahan-bahan galian di wilayah ini diduga cukup potensial terutama dengan adanya beberapa jenis bahan galian golongan C, bahan galian yang bukan strategis dan juga bukan vital seperti batu kapur, posphat, dolomit, batu bintang, tanah liat, pasir dan bahan galian lainnya. Sebagian dari bahan golongan C ini telah diusahakan dengan baik, dan sebagian lainnya masih dalam taraf eksplorasi.

4. Kabupaten Gresik Wilayah Kepulauan Bawean dan pulau kecil sekitarnya yang meliputi wilayah Kecamatan Sangkapura dan Tambak berpusat di Sangkapura.

Pengetahuan dan Pemanfaatan Tanaman Meniran Sebagai Tanaman Obat Berdasarkan data hasil survei (Tabel 4) diketahui bahwa sebagian besar (81.67%) masyarakat di Kabupaten Bangkalan dan Gresik sudah mengenal dan memanfaatkan tanaman meniran, hanya 18.33% yang belum mengenal dan mengetahui manfaat tanaman meniran sebagai tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat.

✢✣

Tabel 4 Uraian deskripsi informasi masyarakat tentang tanaman meniran

No. Informasi Masyarakat Jawaban Jumlah

(frekuensi) (%)

1. Mengenal tanaman meniran Mengenal 98 (81.67)

Tidak mengenal 22 (18.33)

2. Nama yang diketahui Meneran, memeniran 50 (41.67)

Meniran 48 (40)

3. Mengambil tanaman Dari alam 98 (81.67)

Budidaya 0 (0%)

4. Bagian yang digunakan untuk pengobatan

Seluruh tanaman 98 (81.67)

Daun 56 (46.67)

5. Cara memanen tanaman Mencabut seluruh bagian

tanaman 98 (81.67)

Memetik daun 56 (46.67)

6. Penyakit yang diobati Susah buang air kecil 75(62.50)

Sakit gigi 45(37.50)

Panas karena demam 65(54.17) Perawatan persalinan 25(20.83)

Perbedaan dalam menyebutkan nama tanaman hanya disebabkan kebiasaan dalam pengucapan yang berbeda dimana di Kabupaten Bangkalan dikenal sebagai meneran atau memeniran, sedangkan di Gresik mengenal dengan sebutan meniran. Masyarakat yang mengenal meniran di dua kabupaten (81.67%), sebagian besar masih mengambil tanaman meniran dari alam dan belum ditemukan masyarakat yang membudidayakannya. Yang menarik (hasil wawancara mendalam) masyarakat

✤8

telah mengetahui siklus hidup tanaman meniran sehingga mereka mengambil dengan cara rotasi atau bergiliran antara tempat satu dengan tempat lainnya.

Masyarakat menggunakan dua cara pengambilan tanaman. Pengambilan seluruh bagian tanaman dengan cara mencabut seluruh bagian tanaman dari bagian akar hingga bagian ujung daun (81.67%). Sedangkan 46.67 % menggunakan hanya bagian daun saja dengan cara memetik sejumlah daun yang akan digunakan untuk mengobati penyakit.

Beberapa penyakit biasa diobati dengan menggunakan tanaman meniran. Untuk penyakit susah buang air kecil dan panas karena demam biasanya masyarakat merebus seluruh bagian tanaman dari akar hingga pucuk tanaman. Air rebusan diminum sampai gejala berkurang. Selain itu untuk sakit gigi dan penyembuhan sehabis persalinan menggunakan daun meniran yang dicampur dengan beberapa tanaman obat lainnya.

Hasil survei menunjukkan bahwa tanaman meniran sudah dikenal dan dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar dimana tanaman meniran berada sebagai tanaman obat. Pengetahuan tentang manfaat tanaman didapat secara turun temurun dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sangat mendukung untuk menjadikan tanaman meniran menjadi tanaman obat yang dapat dibudidayakan di masyarakat mengingat keberadaannya akan punah apabila dilakukan pengambilan secara terus menerus tanpa ada kegiatan pembudidayaan tanaman.

Korelasi fenotipik dan sidik lintas keragaman morfologi 13 aksesi meniran Aksesi meniran menunjukkan variasi yang besar dalam beberapa karakter morfologi. Pada Tabel 5 dapat dilihat rata-rata tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang, bobot basah total, bobot kering total dan kandungan flavonoid 13 aksesi meniran.

Uji korelasi antar karakter dilakukan terhadap tujuh karakter komponen pertumbuhan, produksi biomassa dan kandungan flavonoid yang diduga saling berkorelasi. Koefien korelasi antar karakter ditunjukkan pada Tabel 6.

Dari Tabel 6 terlihat bahwa tinggi tanaman (X1), jumlah daun (X2), jumlah cabang (X3), diameter batang (X4) dan bobot basah total (X5) mempunyai korelasi positif sangat nyata terhadap bobot kering total, masing-masing dengan nilai r1y =

✥9

0.85, r2y = 0.86, r3y = 0.64, r4y = 0.89 dan r5y = 0.90. Hal ini menunjukkan bahwa apabila terjadi peningkatan nilai pada karakter tersebut maka produksi biomassa kering akan meningkat.

Tabel 5 Rata-rata tinggi tanaman, jumlah daun majemuk, jumlah cabang, bobot basah total, bobot kering total dan kandungan flavonoid 13 aksesi meniran

Aksesi TT (cm) JD JC DB (mm) BBT (g) BKT (g) Flavonoid 1. 37.80 66.00 16.40 4.20 19.30 2.90 3.00 2. 48.20 85.60 18.40 5.10 20.30 3.20 2.00 3. 34.60 64.80 15.20 4.80 19.40 2.70 2.00 4. 29.90 65.60 14.20 3.20 18.32 2.30 3.00 5. 29.40 66.60 14.80 3.60 18.32 2.30 2.00 6. 60.20 104.2 20.20 6.40 21.50 4.30 3.00 7. 64.60 102.2 20.50 6.40 21.00 4.20 3.00 8. 50.80 72.60 20.60 4.60 19.80 2.80 1.00 9. 51.00 68.40 20.90 3.60 19.20 2.60 2.00 10. 61.80 104.4 18.40 6.40 20.80 3.50 2.00 11. 60.20 104.8 20.20 6.40 20.20 3.20 1.00 12. 60.20 100.8 15.20 6.20 20.50 3.20 2.00 13. 20.20 58.20 13.40 2.60 16.20 2.00 3.00

Keterangan : Aksesi 1-6 : meniran hijau asal Bangkalan, Aksesi 7-12 : meniran hijau asal Gresik, Aksesi 13 : meniran merah asal Bangkalan, TT : tinggi tanaman (cm), JD : jumlah daun, JC : jumlah cabang, DB : diameter batang (mm), BBT : bobot basah total (g), BKT : bobot kering total (g), analisis fitokimia flavonoid dengan kriteria : 3 = kuat, 2 = sedang, 1 = lemah.

Tabel 6 Koefisien korelasi antar pasangan karakter 13 aksesi meniran

Karakter TT JD JC DB BBT Flavonoid BKT TT 1 0.900** 0.779** 0.897** 0.909** -0.3007 0.847** JD 1 0.541 0.945** 0.835** -0.165 0.859** JC 1 0.549 0.685* -0.363 0.644* DB 1 0.913** -0.238 0.886** BBT 1 -0.203 0.903** Flavonoid 1 0.108 BKT 1

Keterangan : TT : tinggi tanaman (cm), JD : jumlah daun, JC : jumlah cabang, DB : diameter batang (mm), BBT : bobot basah total (g), BKT : bobot kering total (g) analisis fitokimia flavonoid dengan kriteria 3 = kuat, 2 = sedang, 1 = lemah.

✦0

Produksi biomassa kering yang tinggi disebabkan karena pertambahan tinggi tanaman yang diikuti dengan semakin banyak cabang, semakin banyak daun dan semakin besar diameter batang sehingga menghasilkan produksi biomassa basah yang tinggi. Produksi biomassa basah yang tinggi mengakibatkan bertambahnya produksi biomassa kering. Hasil ini didukung oleh data hasil korelasi antar pasangan karakter yang menunjukkan bahwa karakter tinggi tanaman berkorelasi positif sangat nyata terhadap jumlah daun, jumlah cabang, diameter batang dan bobot basah total. Karakter jumlah daun berkorelasi positif sangat nyata terhadap diameter batang dan bobot basah total. Karakter diameter batang berkorelasi positif sangat nyata dengan bobot basah total. Sedangkan karakter kandungan flavonoid berkorelasi negatif tidak berbeda nyata pada semua karakter yang lain.

Analisis lintas karakter morfologi dan kandungan flavonoid terhadap produksi biomassa kering

Dalam analisis korelasi diasumsikan bahwa selain kedua karakter yang dipasangkan, yang lain dianggap konstan. Selain itu analisis korelasi tidak dapat digunakan untuk menggambarkan besarnya sumbangan dari suatu peubah terhadap peubah yang lain. Dengan analisis lintas masalah ini dapat diatasi karena masing- masing sifat yang dikorelasikan dengan hasil dapat diuraikan menjadi pengaruh langsung dan tidak langsung. Mursito (2003) menyatakan karena banyaknya peubah yang harus dipertimbangkan dalam matriks korelasi, maka kriteria seleksi tak langsung menjadi kompleks dan kurang menentu.

Kontribusi setiap karakter terhadap produksi biomassa kering baik langsung maupun tidak langsung dianalisis melalui analisis lintas. Dari Tabel 7 dan Gambar 11 dapat dilihat bahwa pengaruh langsung terbesar ditunjukkan oleh karakter diameter batang (C4 = 0.69, r4y = 0.89). Diameter batang memiliki pengaruh langsung yang kuat yang menentukan bobot kering total diikuti oleh karakter jumlah cabang (C3 = 0.41, r3y = 0.64), tinggi tanaman (C1 = -0.30, r1y = 0.85), bobot basah total (C5 = 0.26, r5y = 0.90) dan jumlah daun (C2 = 0.11, r2y =. 0.86).

Tinggi tanaman mempunyai hubungan langsung yang bernilai negatif. Jika koefisien korelasi bernilai positif tetapi pengaruh langsungnya negatif maka pengaruh tidak langsung menjadi penyebab korelasi. Dengan demikian semua variabel bebas harus diperhatikan dan diperhitungkan secara serempak.

✧★

Hasil analisis terhadap pengaruh tidak langsung menunjukkan bahwa karakter jumlah daun, jumlah cabang, diameter batang dan bobot basah total mempunyai pengaruh tidak langsung yang negatif, hanya karakter kandungan flavonoid yang menunjukkan pengaruh langsung yang positif. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan tinggi tanaman menyebabkan penurunan pada bobot kering total. Keadaan ini karena karakter tinggi tanaman pada waktu survei dilakukan sangat beragam karena umur tanaman yang diambil untuk sampel sangat bervarisi dengan rentang yang lebar. Karakter kandungan flavonoid tidak dapat digunakan karena analisis sidik terhadap kandungan flavonoid menunjukkan koefisien korelasi yang tidak berbeda nyata.

Tabel 7 Pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung beberapa karakter morfologi, kandungan flavonoid terhadap bobot kering total (BKT)

Peubah bebas yang dibakukan Pengaruh langsung (Ci)

Pengaruh tidak langsung melalui peubah Pengaruh total (rxy) Z1 Z2 Z3 Z4 Z5 Z6 TT Z1 -0.30 - -0.27 -0.23 -0.27 -0.27 0.09 0.85 JD Z2 0.11 0.10 - 0.06 0.10 0.09 -0.02 0.86 JC Z3 0.41 0.32 0.22 - 0.23 0.28 -0.15 0.64 DB Z4 0.69 0.62 0.65 0.38 - 0.63 -0.16 0.89 BBT Z5 0.26 0.24 0.22 0.18 0.24 - -0.05 0.90 Flavo* Z6 0.40 -0.12 -0.07 -0.15 -0.10 -0.08 - 0.11

Keterangan : TT : tinggi tanaman (cm), JD : jumlah daun, JC : jumlah cabang, DB : diameter batang (mm), BBT : bobot basah total (gram), BKT : bobot kering total (gram), flavonoid : analisis fitokimia flavonoid dengan kriteria 3=kuat, 2=sedang, 1=lemah.

Analisis lintas yang dibangun dengan menggunakan enam karakter sebagai karakter bebas mampu menjelaskan ragam produksi biomassa kering sebesar 0.89 atau 89% sedangkan pengaruh karakter lain yang tidak dimasukkan dalam diagram lintas berupa pengaruh sisaan adalah sebesar 0.11 atau 11% artinya model yang digunakan sudah dapat menggambarkan hubungan kausal secara keseluruhan.

✩✪

Analisis lintas karakter morfologi terhadap kandungan flavonoid

Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa tinggi tanaman berkorelasi negatif tidak nyata (r1y = -0.30) terhadap kandungan flavonoid. Sedangkan tinggi tanaman berkorelasi positif dan sangat nyata terhadap jumlah daun, jumlah cabang, diameter batang, bobot basah total dan bobot basah kering.

Korelasi tidak berbeda nyata terhadap flavonoid juga ditunjukkan oleh karakter jumlah daun (r2y = -0.16), jumlah cabang (-0.36), diameter batang (-0.24), bobot basah total (r5y = -0.20) dan bobot basah kering (r6y = 0.11).

Tabel 8 Pengaruh langsung dan tidak langsung beberapa karakter morfologi terhadap kandungan flavonoid Peubah bebas yang dibakukan Pengaruh langsung (Ci)

Pengaruh tidak langsung melalui peubah Pengaruh total (rxy) Z1 Z2 Z3 Z4 Z5 Z6 TT Z1 0.60 - 0.54 0.46 0.53 0.54 0.50 -0.30 JD Z2 -0.11 -0.10 - -0.06 -0.10 -0.10 -0.09 -0.16 JC Z3 -1.00 -0.74 -0.52 - -0.52 -0.65 -0.61 -0.36 DB Z4 -1.70 -1.53 -1.61 -0.94 - -1.55 -1.51 -0.24 BBT Z5 -0.48 -0.43 -0.40 -0.33 -0.44 - -0.43 -0.20 BKT Z6 2.25 1.91 1.93 1.45 2.04 2.03 - 0.11

Keterangan : TT : tinggi tanaman (cm), JD : jumlah daun, JC : jumlah cabang, DB : diameter batang (mm), BBT : bobot basah total (g), BKT : bobot kering total (g), flavonoid : analisis fitokimia flavonoid dengan kriteria 3=kuat, 2=sedang, 1=lemah.

Dari Tabel 8 dan Gambar 12 dapat dilihat bahwa pengaruh langsung terbesar ditunjukkan oleh karakter bobot kering total (C6 = 2.25, r4y = 0.11) diikuti oleh karakter diameter batang (C4 = -1.70, r4y = -0.24), jumlah cabang (C3 = -1.00, r3y = -0.36), tinggi tanaman (C1 = 0.60 r2y = -0.30), bobot basah total ( C5 = -0.48, r5y = -0.20) dan jumlah daun (C2 = -0.11 r2y = -0.16).

Diameter batang, jumlah cabang, tinggi tanaman, bobot basah total dan jumlah daun menunjukkan hubungan langsung yang negatif. Peningkatan diameter batang, jumlah cabang, bobot basah total dan jumlah daun akan menurunkan

✫✫

kandungan flavonoid pada meniran. Dengan demikian karena semua koefisien korelasi ini positif dan negatif tidak berbeda nyata maka semua karakter tidak dapat digunakan sebagai kriteria seleksi untuk mendapatkan genotipe meniran yang berpotensi memiliki kandungan flavonoid yang tinggi. Penelitian terhadap pegagan (Martono et al. 2010), menunjukkan tidak ada satupun karakter morfologi yang berhubungan dengan pertumbuhan yang dapat digunakan sebagai kriteria seleksi untuk mendapatkan kandungan asiatikosida pegagan yang tinggi. Pada penelitian meniran ini, analisis fitokimia kandungan flavonoid berupa data kualitatif sehingga belum menggambarkan keberadaan flavonoid sebenarnya.

Analisis lintas yang dibangun dengan menggunakan enam karakter sebagai karakter bebas dapat menjelaskan ragam sebesar 0.74 atau 74%. Pengaruh faktor lain yang tidak dimaasukkan dalam diagram lintas adalah sebesar 0.26 atau 26%.

✬6

Simpulan

1. Masyarakat di sekitar lokasi eksplorasi telah mengenal dan memanfaatkan tanaman meniran sebagai tanaman obat sehari-hari.

2. Karakter morfologi yang berkorelasi positif dan nyata terhadap produksi biomassa kering adalah tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang, diameter batang dan bobot basah total.

3. Diameter batang, jumlah cabang, bobot basah total dan jumlah daun berpengaruh langsung terhadap produksi biomassa kering dan dapat dijadikan sebagai karakter untuk seleksi.

4. Dari enam karakter yang diamati, tidak satupun karakter yang dapat digunakan sebagai karakter seleksi terhadap kandungan flavonoid.

5.

Aksesi meniran hijau asal Bangkalan (A6) dan asal Gresik (A7) dipilih sebagai aksesi berpotensi mempunyai produksi biomassa tinggi. Sedangkan meniran merah asal Bangkalan (A13) dipilih sebagai aksesi berpotensi mempunyai kandungan flavonoid tinggi.

✭✮

ANALISIS KERAGAMAN MORFOLOGI, KANDUNGAN