BAB II ETIKA BISNIS ISLAM DAN CUSTOMER RETENTION
C. Bank Syariah
(d) penelitian terdahlu dan (e) hipotesis.
BAB III : METODE PENELITIAN
Berisikan tentang (a) Definisi Operasional Variabel (b) lokasi
penelitian (c) pendekatan dan jenis penelitian (d) sumber data
(e) populasi dan sample (f) teknik pengumpulan data dan (g) teknik
analisis data.
BAB IV : PENGARUH PENERAPAN ETIKA BISNIS ISLAM DAN
CUSTOMER RETENTION
Berisikan tentang hasil penelitian yang telah diteliti mulai dari (a)
sejarah singkat PT BNI Syariah Cabang Palembang (b) visi dan
misi PT BNI Syariah Cabang Palembang (c) struktur organisasi PT
BNI Syariah Cabang Palembang (d) Analisis Data penelitian (e)
pembahasan pengaruh penerapan etika bisnis Islam terhadap
customer retention
BAB V : PENUTUP
Berisikan tentang simpulan dan saran yang diharapkan dapat
bermanfaat bagi pembaca khususnya pada PT.BNI Syariah Cabang
Palembang.
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
BAB II
ETIKA BISNIS ISLAM DAN CUSTOMER RETENTION
A. Etika Bisnis Islam 1. Pengertian Etika
Etika berasal dari bahasa Yunani ethos yang dalam bentuk
jamaknya (ta etha) berarti “adat istiadat” atau “kebiasaan”.Perpanjangan
dari adat membangun suatu aturan kuat di masyarakat, yaitu bagaimana
setiap tindak dan tanduk mengikuti aturan-aturan, dan aturan-aturan itu
tersebut ternyata telah membentuk moral masyarakat dalam menghargai
adat istiadat yang berlaku. Moralitas adalah istilah yang dipakai untuk
mencakup praktik dan kegiatan yang membedakan apa yang baik dan
apa yang buruk, aturan-aturan yang mengendalikan kegiatan itu dan
nilai-nilai yang tersimbol didalamnya yang dipelihara dan dijadikan
sasaran oleh kegiatan dan praktik tersebut. 6 Etika merupakan
seperangkat prinsip moral yang membedakan yang baik dari yang buruk.
2. Bisnis Islam
Bisnis adalah pertukaran barang, jasa, atau uang yang saling
menguntungkan atau memberikan manfaat.Bisnis juga dipahami dengan
suatu kegiatan usaha individu (privat) yang terorganisasi atau
melembaga untuk menghasilkan dan menjual barang atau jasa guna
6
mendapatkan keuntungan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.
Bisnis dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan (profit),
mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan, pertumbuhan sosial,
dan tanggung jawab sosial.7
Bisnis Islami adalah serangkaian aktivitas bisnis dalam berbagai
bentuknya yang tidak dibatasi jumlah kepemilikan hartanya
(barang/jasa) termasuk profitnya, namun dibatasi cara memperolehnya
dan pendayagunaan hartanya karena aturan halal dan haram.8
Bisnis dalam Islam merupakan unsur penting dalam perdagangan.
Sejarah telah mencatat bahwa penyebaran agama Islam diantaranya
melalui perdagangan (bisnis). Masuknya Islam ke Indonesia, dilakukan
oleh para pedagang muslim yang mengadakan hubungan yang sangat
baik dengan masyarakat dan para tokoh setempat. Jadi bisnis merupakan
bagian dari kegiatan perdagangan dalam rangka mencari pencaharian
melalui jual beli untuk tujuan untung.9
Dalam zaman modern seperti sekarang ini, banyak dijumpai
praktik-praktik bisnis yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Banyak
manusia mengembangkan modalnya dengan menghalalkan segala cara,
tanpa memenuhi ajaran Islam, sehingga merugikan banyak pihak, dan
hanya menguntungkan sekelompok individu. Praktik-praktik
pengembangan modal yang tidak sesuai dengan ajaran Islam yang terjadi
7Ratna Hidayatullaili, “Pengaruh Etika Bisnis Islam Terhadap Customer Retention
Nasabah Simpanan (Studi Kasus Pada BMT Universitas Muhammadiyah Yogyakarta), “Skripsi,
Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah, Yogyakarta (2016), hal. 20.
8
saat ini antara lain seperti penggunaan uang pelicin saat perizinan usaha,
menyimpan uang dalam rekening koran yang berbunga, penayangan
iklan yang tidak senonoh, pembuatan diskotik, panti pijat, prostitusi, dan
lain sebagainya yang semuanya itu mengandung unsur penipuan dan
maksiat yang dilarang oleh agama Islam.
Dengan melihat pengembangan modal seperti di atas jelas
melanggar aturan Islam yang banyak terjadi saat ini. Islam memberikan
solusi dengan konsepnya tentang bagaimana mengembangkan modal
yang benar yang tidak merugikan diri sendiri maupun orang lain. Salah
satu caranya yaitu berbisnis sesuai dengan ajaran Islam.9
3. Etika Bisnis Islam
Etika bisnis Islam adalah landasan normatif yang bersumber dari
ajaran Islam yaitu Al-Qur’an dan as-Sunnah Nabi Muhammad Saw,
sebagai acuan bagi para pelaku bisnis untuk menjalankan bisnis secara
alami. Islam memberiakan kebebasan kepada pemeluknya untuk
melakukan bisnis, namun dalam Islam ada beberapa prinsip dasar yang
menjadi etika normatif yang harus ditaati ketika seorang muslim sedang
menjalankan usahanya10 yaitu,
a. Proses mencari rezeki bagi seorang muslim merupakan suatu tugas
wajib.
b. Rezeki yang dicari haruslah rezeki yang halal.
9
Ibid.,hal. 21-22. 10
c. Bersikap jujur dalam menjalankan usaha.
d. Semua proses yang dilakukan dalam rangka mencari rezeki haruslah
dijadikan sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
e. Bisnis yang akan dan sedang dijalankan jangan sampai menimbulkan
kerusakan lingkungan hidup.
f. Persaingan dalam bisnis dijadikan sebagai sarana untuk berprestasi
secara fair dan sehat (fastabikul al-khayrat).
g. Tidak boleh berpuas diri dengan apa yang sudah didapatkan.
h. Menyerahkan setiap amanah kepada ahlinya, bukan kepada
sembarang orang, sekalipun keluarga sendiri
Etika bisnis Islam merupakan suatu proses dan upaya untuk
mengetahui hal-hal yang benar dan yang salah yang selanjutnya tentu
melakukan hal-hal yang benar berkenaan dengan produk, pelayanan
perusahaan dengan pihak yng berkepentingan dengan tuntutan
perusahaan. Dalam membicarakan etika bisnis Islam adalah menyangkut “Business Firm” dan atau “Business Person”, yang mempunyai arti yang bervariasi. Berbisnis berarti suatu usaha yang menguntungkan. Jadi etika
bisnis Islam adalah studi tentang seseorang atau organisasi melakukan
usaha atau kontak bisnis yang saling menguntungkan sesuai dengan
nilai-nilai ajaran Islam.11
11
Etika untuk berbisnis secara baik dan fair dengan menegakkan
hukum dan konsekuen setia pada prinsip-prinsip kebenaran, keadaban
dan bermartabat.
a. Karena bisnis tidak hanya bertujuan untuk profit melainkan perlu
mempertimbangkan nilai-nilai manusiawi, apabila tidak akan
mengorbankan hidup banyak orang, sehingga masyarakat pun
berkepentingan agar bisnis dilaksanakan secara etis.
b. Bisnis dilakukan diantara manusia yang satu dengan manusia yang
lainnya, sehingga membutuhkan etika sebagai pedoman dan orientasi
bagi pengambilan keputusan, kegiatan, dan tindak tanduk manusia
dalam berhubungan (bisnis) satu dengan lainnya.
c. Bisnis saat ini dilakukan dalam persaingan yang sangat ketat, maka
dalam pesaingan bisnis tersebut tetap memperhatikan norma-norma
etis pada iklim yang semakin professional justru akan menang.
4. Landasan Hukum Etika Bisnis Islam
Etika bisnis islam harus berdasarkan pada prinsip-prinsip dasar
yang berlandaskan pada al-Qur;an dan al-Hadits. Sebagaimana dalam
firman Allah SWT :
َنوُنِمْؤُمْلاَو ُهُلوُسَرَو ْمُكَلَمَع ُ هاللَّ ىَرَيَسَف اوُلَمْعا ِلُقَو
نوُلَمْعَت ْمُتْنُك اَمِب ْمُكُئِّبَنُيَف ِةَداَههشلاَو ِبْيَغْلا ِمِلاَع ىَلِإ َنوُّدَرُتَسَو
“Dan katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mu’min akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan”.12
Dalam mendekatkan hubungan pemasaran berdasarkan etika bisnis
Islam yang digunakan oleh lembaga keuangan syari‟ah untuk
menciptakan kepuasan pada nasabah serta komitmen kepercayaan yang
kuat sebagai ukuran untuk mengetahui pentingnya sebuah hubungan
untuk tetap dijaga. Sehingga tercipta pula konsekuensi timbal balik
berupa perilaku untuk secara intensif berhubungan dengan perusahaan
berupa customer retention.
“Dari Abdullah Radiyallahu Anhuma, dari Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam, beliau bersabda: jika dua orang saling berjual beli,
maka masing-masing diantara keduanya mempunyai hak pilih selagi
keduanya belum berpisah, dan keduanya sama-sama mempunyai hak,
atau salah seorang diantara keduanya memberi pilihan kepada yang
lain‟. Beliau bersabda, „jika salah seorang diantaranya memberi pilihan
kepada yang lain, lalu keudanya menetapkan jual beli atas atas dasar
pilihan itu, maka jual beli menjadi wajib”. (HR Bukhari-Muslim).13
12
At-Taubah, 9: 105.
13
Mardani, Ayat-Ayat dan Hadis Ekonomi Syariah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), hal.104.
5. Prinsip-prinsip Etika Bisnis Islam
Dalam etika bisnis Islam terdapat beberapa prinsip yang menjadi
acuan dalam melakukan bisnis yang sesuai dengan ajaran Islam, yaitu
keadilan (‘adl), kehendak bebas (free will), tanggung jawab
(responsibillity), dan kebenaran.14
1. Keadilan (‘adl)
Keadilan menggambarkan dimensi horizontal ajaran Islam
yang berhubungan dengan keseluruhan harmoni pada alam semesta.
Hukum dan tatanan yang kita lihat pada alam semesta
mencerminkan kesetimbangan yang harmonis. Sifat keadilan bukan
hanya sekedar karakteristik alami, tetapi merupakan karakteristik
dinamis yang harus diperjuangkan oleh setiap muslim di dalam
kehidupannya.15
Implementasi ajaran keadilan dalam kegiatan bisnis harus
berkaitan dengan pembagian manfaat kepada semua pihak yang
terlibat langsung maupun tidak langsung, sesuai dengan peran dan
kontribusi yang telah mereka berikan terhadap kegiatan bisnis yang
dilakukan.16
Sesuai dengan etika kerja Islam, seorang pekerja haruslah
berlaku adil dan jujur terhadap apa yang menjadi tugas dan
kerjanya. Orang yang mempekerjakan orang lain, yang berusaha
untuk melakukan penundaan atau kesewenangan-wenangan pada
14
Rafik Issa Beekum, Op.Cit, hal. 32.
15
Ratna Hidayatullaili, Op.Cit, hal.27.
16
mereka, maka dalam pandangan Al-Quran dianggap sebagai dosa
besar. Islam memerintahkan untuk semua transaksi bisnis secara
jujur dan berkeadilan. Barang siapa yang tidak berlaku jujur dan
adil dalam melakuka bisnisnya akan dihukum sangat berat.17
2. Kehendak bebas (Free Will)
Dalam pandangan Islam, manusia dianugerahi potensi untuk
berkehendak dan memilih diantara pilihan-pilihan yang beragam,
kendati kebebasan itu tidak tak terbatas sebagaimana kebebasan
yang dimiliki Tuhan. Dengan kehendak bebasnya yang relatif
(nisbi), Manusia bisa saja menjatuhkan pada pilihan pada yang
benar, dan pada saat yang lain pada pilihan yang salah. Hanya saja
dalam Islam, anugrah Tuhan bergantung pada pilihan awal manusia
terhadap yang benar. Inilah dasar etika yang sangat dijunjung tinggi
dalam Islam.18
Perlu dipahami bahwa, konsep Islam tentang kebebasan
tersebut pada dasarnya berbeda dengan konsep otonomi kontraktual
mutlak individu, yang memungkinkannya untuk membuat ketentuan
untuk dirinya sendiri. Individu bertindak secara bebas ketika dia
sendiri memilih tepat dari keberadaannya sebagai orang yang bebas
dan rasional. Sesuatu hal yang bertentaangan dengan konsep Islam
17
Deevit Tansah Agung, Pengaruh Pelayanan Prima dan Etika Bisnis Islam Terhadap
Customer Retention Anggota KJKS “BTM Mentari Kademangan Blitar”, Skripsi, Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam, Tulung Agung (2016), hal.30.
18
yang menyatakan bahwa kebebasan individu itu bersifat relative,
karena kebebasan mutlak hanyalaah milik Tuhan.19
Ada beberapa bentuk kebebasan, 20yaitu
1. Kebebasan Jasmani, yaitu kebebasan manusia untuk
menggerakan anggota tubuhnya. Kebebasan ini tergantung
pada kemampuan tubuh itu sendiri.
2. Kebebasan kehendak, yaitu kebebasan untuk menginginkan
sesuatu yang diukur dengan jangkauan berpikir seseorang.
3. Kebebasan moral, yaitu tidak adanya ancaman , tekanan atau
desakan.
3. Tanggung Jawab (Responsibility)
Islam sangat menekankan pada konsep tanggung jawab,
walaupun tidaklah berarti mengabaikan kebebasan individu. Ini
berarti bahwa yang dikehendaki ajaran Islam adalah kebebasan yang
bertanggung jawab. Manusia harus berani mempertanggung
jawabkan segala pilihannya tidak saja di hadapan manusia, bahkan
yang paling penting adalah kelak di hadapan Tuhan. Bisa saja,
manusia mampu melepaskan tanggung jawab perbuatannya yang
merugikan manusia, tetapi kelak ia tidak akan pernah lepas dari
tanggung jawab di hadapan Tuhan Yang Maha Mengetahui.21
Manusia harus memberikan pertanggungjawabannya nanti di
hadapan Allah atas segala keputusan dan tindakan yang
19
Ibid., hal. 66.
20Faisal Badroen, Etika Bisnis dalam Islam, (Kencana, 2006), hal.13.
21
dilakukannya. 22 Bertanggung jawab adalah perbuatan yang
menjunjung tinggi etika dan moral, pelaku bisnis harus memiliki
sikap tanggung jawab. Bagi para pebisnis sikap yang sangat
mendasar adalah kebebasan dan bertanggung jawab.23 yaitu:
a. Tanggung jawab kepada dirinya sendiri, tanggung jawab kepada
hati nurani. Apakah ia sudah bekerja sesuai dengan hati
nuraninya sebagai pelaku bisnis yang baik dan bertanggung
jawab atau sebaliknya.
b. Tanggung jawab kepada pemberi amanah, dapat disamakan
dengan tanggung jawab kepada orang ataupun pihak-pihak yang
telah mempercayakan kegiatan bisnis padanya. Sehingga ia akan
terus menjaga kepercayaan itu dan tentunya adanya
pertanggungjawaban yang diberikan pada orang yang telah
memberikan kepercayaan itu.
c. Tanggung jawab kepada orang yang terlibat, dapat dicontohkan
sebagai tanggungjawab kepada atasan pada bawahan
(karyawan), apakah sebagai atasan, telah memperhatikan
hak-hak para bawahan, sepertigaji, cuti, bonus, tunjangan, kenaikan
pangkat, sudah sesuai dengan hak atau prestasi yang telah
diberikan.
d. Tanggung jawab kepada konsumen. Dalam dunia bisnis,
seorang produsen tidak dapat dipisahkan dari konsumen.
22
Harahap, Sofyan S, Etika Bisnis Dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Salemba Empat, 2011), hal.79.
23
Seorang konsumen harus diperlakukan dengan baik secara
moral. Hal ini bukan hanya karena tuntunan etis, melainkan
prasyarat mutlak untuk mencapai keberhasilan dalam berbisnis.
4. Kebenaran
Islam tidak membenarkan setiap tindakan yang dapat
menimbulkan kerusakan terhadap diri, masyarakat, bahkan makhluk
lain seperti binatang, tumbuhan, dan alam. Semua keputusan harus
menguntungkan manusia baik di dunia maupun di akhirat.
Kebenaran dalam konteks etika bisnis Islam, selain
mengandung makna kebenaran lawan dari kesalahan, tetapi
mengandung pula dua unsur, yaitu kebajikan dan kejujuran.
Kejujuran sangat penting artinya bagi kepentingan masing-masing
pihak dan sangat menentukan relasi dan kelangsungan bisnis
masing-masing pihak selanjutnya. Kebenaran adalah nilai yang
dianjurkan dan tidak bertentangan dengan ajaran Islam.24
Dalam konteks kebenaran dimaksudkan sebagai niat, sikap, dan
perilaku yang benar, yang meliputi proses akad, proses mencari atau
memperoleh komoditas proses pengembangan, maupun proses
upaya meraih atau menetapkan keuntungan.
Menurut al Ghazzali, terdapat enam bentuk kebenaran, yaitu:25
24
Ibid., hal.80.
a. Jika seseorang membutuhkan sesuatu, maka orang lain harus
memberikannya, dengan mengambil keuntungan sesedikit
mungkin.
b. Jika seseorang membeli sesuatu dari orang miskin, akan lebih
baik baginya untuk kehilangan sedikit uang dengan
membayarnya lebih dari harga yang sebenarnya.
c. Dalam mengabulkan hak pembayaran dan pinjaman, seseorang
harus bertindak secara bijaksana, dengan memberi waktu lebih
banyak kepada peminjam untuk membayar hutangnya.
d. Sudah sepantasnya mereka yang ingin mengembalikan
barang-barang yang sudah dibeli, seharusnya diperbolehkan untuk
melakukannya demi kebajikan.
e. Merupakan tindakan yang sangat baik bagi sang peminjam jika
mereka membayar hutangnya tanpa harus diminta, dan jika
mungkin jauh-jauh hari sebelum jatuh waktu pembayarannya.
f. Ketika menjual barang secara kredit seseorang harus cukup
bermurah hati, tidak memaksa membayar ketika orang tidak
mampu membayar dalam waktu yang telah ditetapkan.
B. Customer Retention
1. Pengertian Customer Retention
Kelangsungan hidup sebuah perusahaan sangat tergantung pada
memuaskan kebutuhan pelanggannya dilakukan dengan berbagai
strategi dan cara dengan harapan pelanggan tersebut puas dan dan
selanjutnya akan melakukan pembelian ulang. Apabila seorang
pelanggan telah berubah menjadi pelanggan yang loyal karena
kepuasannya terpenuhi, maka pelanggan tersebut tidak akan beralih ke
produk/jasa perusahaan lain. Mengingat semakin ketatnya persaingan
karena semakin banyaknya perusahaan yang terlibat dalam pemenuhan
kebutuhan dan keinginan pelanggan, menyebabkan perusahaan harus
menempatkan orientasi pada kepuasan pelanggan sebagai tujuan
utama.26
Retensi pelanggan (customer retention) dapat didefinisikan sebagai
kecenderungan pelanggan di waktu yang akan datang untuk tetap
bersama atau tetap menggunakan penyedia layanan jasa yang sama.
Customer Retention adalah keputusan seorang konsumen untuk tetap
bertahan atau membeli kembali suatu produk/jasa tertentu.27
Customer retention merupakan bentuk loyalitas yang berhubungan
dengan perilaku yang diukur berdasarkan perilaku beli konsumen yang
ditunjukan dengan tingginya frekuensi konsumen membeli suatu
produk/jasa. Customer retention menekankan kegiatan pemasaran
dalam mempertahankan pelanggan. Retensi pelanggan berfokus pada
pengembangan kegiatan pemasar yang menyebabkan perilaku
pembelian ulang pada aspek manajerial dari pemasar dan pelanggan.
26
Ibid., hal.44.
27
Konsep customer retention sangat berkaitan dengan loyalitas
konsumen. Untuk meningkatkan customer retention seorang pemasar
harus meningkatkan kepuasan konsumennya.
2. Manfaat Customer Retention
Manfaat langsung dari mempertahankan pelanggan yaitu
mengurangi biaya pemasangan iklan. Pelanggan yang puas dengan
sebuah layanan yang diberikan akan melakukan word of
communication. Pelanggan yang berhubungan lama dengan perusahaan
akan lebih banyak melakukan pembelian. Pelanggan yang setia juga
akanlebih responsive untuk membeli setiap jenis produk dan jasa yang
dikeluarkan oleh perusahaan, sering membayar lebih kepada
perusahaan, dan menciptakan permintaan, serta lebih murah dalam
melayani. Akhirnya pelanggan tersebut juga tidak akan sensitif terhadap
harga sehingga keuntungan yang akan didapatkan perusahaan akan
lebih besar.
Pelanggan yang loyal cenderung tidak sensitive terhadap harga.
karena itu, perusahaan akan memperoleh marjin yang lebih baik.
Dengan demikian pelanggan yang loyal, iklan dan program promosi
menjadi lebih efisien. Pelanggan yang efisien juga akan melakukan
word of mouth yang positif. Jadi pada akhirnya pelanggan yang loyal
akan meningkatkan efisiensi biaya pemasaran. Bila pelanggan loyal
dalam biaya pemasaran pastilah perusahaan akan menikmati
profitabilitas yang tinggi.28
Terdapat enam alasan mengapa mempertahankan pelanggan.
Yaitu:29
a. Pelanggan memberikan prospek keuntungan cenderung lebih besar.
b. Biaya mempertahankan pelanggan relatif lebih murah dari pada
mencari pelanggan yang baru.
c. Pelanggan yang percaya kepada kepada perusahaan akan
mempercayakan bisnisnya pada perusahaan.
d. Pengelolahan pelanggan pelanggan lama dapat meningkatkan
efisiensi.
e. Pelanggan lama telah memiliki pengalaman positif terhadap
perusahaan. Dan pelanggan lama akan menjadi advocate bagi
perusahaan.
Kesetiaan pelanggan menjadi kunci sukses, tidak hanya dalam jangka pendek tetapi keunggulan bersaing yang berkelanjutan karena kesetiaan pelanggan memiliki strategi bagi perusahaan. Dalam berbagai literatur pemasaran menyebutkan bahwa kesetiaan pelanggan memiliki nilai strategi bagi perusahaan. Antara lain sebagai berikut:30
1. Mengurangi biaya pemasaran. Pelanggan setia dapat mengurangi biaya pemasaran. Beberapa penelitian menunjukan bahwa biaya untuk
28
Ariesya Aprilia, Customer Retention dan Customer Relationship: Strategi Pemasaran
yang Potensial, (Jurnal manajemen maranatha vol.4, November 2004), hal. 2-3.
29
Deevit Tansah Agung, Op.cit, hal.16.
30
mendapatkan pelanggan baru lima kali lebih besar dibandingkan dengan biaya untuk mempertahankan pelanggan yang ada. iklan dan bentuk-bentuk promosi yang dikeluarkan dalam jumlah besar belum tentu dapat menarik pelanggan baru karenatidak gampang membentuk sikap positif terhadap merek.
2. Trade Laverage kesetiaan terhadap merek menyediakan trade laverage
bagi perusahaan. Sebuah produk dengan merek yang memiliki pelanggan setia akan menarik para distributor untuk memberikan ruang yang lebih besar dibandingkan dengan merek lain perusahaan mereka, karena mereka tahu bahwa konsumen ataupun pelanggan akan berulang kali membeli merek tersebut, bahkan mengajak konsumen lain membeli merek tersebut.
Pelanggan mungkin akan bertahan karena mereka puas dan ingin meneruskan hubungan pembelian. Kesetiaan pelanggan merupakan ukuran kedekatan pelanggan pada sebuah merek, ia menyukai produk atau merek, menjadi top of mind (merek pertama yang muncul) juka mengingat sebuahkategori produk. Komitmen merek yang yang mendalam memaksa preferensi pilihan melakukan pembelian,
membantu pelanggan mengidentifikasi perbedaan mutu sehingga
ketika berbelanja akan lebih efisien. Argumentasi ini memperkuat
dan menjadi penting bagi pelanggan untuk melakukan pembelian
ulang.31
31
C. Bank Syariah
Bank Islam atau disebut dengan Bank Syariah, adalah bank yang
beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank Islam atau biasa
disebut dengan Bank Tanpa Bunga, adalah lembaga keuangan/perbankan
yang operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan pada Al Qur’an dan Hadis Nabi SAW. Atau dengan kata lain, Bank Islam adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan
jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang
pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat Islam.32
Bank syariah ialah bank yang berasaskan, antara lain, pada asas
kemitraan, keadilan, transparansi dan universal serta melakukan kegiatan
usaha perbankan berdasarkan prinsip syariah. Kegiatan bank syariah
merupakan implementasi dari prinsip ekonomi islam dengan karakteristik,
antara lain, sebagai berikut:
1. pelarangan riba dalam berbagai bentuknya;
2. tidak mengenal konsep nilai waktu dari uang (time-value of money)
3. konsep uang sebagai alat tukar bukan sebagai komoditas
4. tidak diperkenankan melakukan kegiatan yang bersifat spekulatif
5. tidak diperkenankan menggunakan dua harga untuk satu barang;dan
6. tidak diperkenankan dua transaksi dalam satu akad.
32
Muhamad, Manajemen Dana Bank Syariah, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2014) hlm.136.
Allah SWT dengan jelas dan tegas mengharamkan apapun tambahan
yang diambil dari pinjaman (riba) seperti yang terdapat dalam Q.S.Al
Baqarah 278-279.33
اَي
َنيِنِمْؤُم ْمُتْنُك ْنِإ اَبِّرلا َنِم َيِقَب اَم اوُرَذَو َ هاللَّ اوُقهتا اوُنَمَآ َنيِذهلا اَهُّيَأ
( 872 )ُسوُءُر ْمُكَلَف ْمُتْبُت ْنِإَو ِهِلوُسَرَو ِ هاللَّ َنِم ٍبْرَحِب اوُنَذْأَف اوُلَعْفَت ْمَل ْنِإَف
ُمَلْظُت َلََو َنوُمِلْظَت َلَ ْمُكِلاَوْمَأ
َنو
( 872 )“ 278. Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah
dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang beriman. 279. Jika kamu tidak melaksanakannya, maka umumkanlah perang dari Allah dan Rasul-Nya. Tetapi jika kamu bertobat, maka kamu berhak atas pokok hartamu. Kamu tidak berbuat zalim (merugikan) dan tidak dizalimi (dirugikan). “34
Sama seperti halnya dengan bank konvensional, Bank Syariah juga
menawarkan nasabah dengan beragam produk perbankan.Hanya saja
bedanya dengan bank konvensional adalah dalam hal penentuan harga, baik
terhadap harga jual maupun harga belinya.Produk-produk yang ditawarkan
sudah tentu sangat islami, termasuk dalam memberikan pelayanan kepada
nasabahnya.35
33
Muhammad S Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Isane, 2001) hal.50.
34Al-Baqarah, 2: 278-279.
35
Pada sistem operasi bank syariah, pemilik dana menanamkan uangnya
di bank tidak dengan motif mendapatkan bunga, tapi dalam rangka
mendapatkan keuntungan bagi hasil. Dana nasabah tersebut kemudian
disalurkan kepada mereka yang membutuhkan (misalnya modal usaha),
dengan perjanjian pembagian keuntungan sesuai kesepakatan. Secara garis