• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bantuan Pelaksanaan GP-PTT dan Pemanfaatan

Guna mendukung pelaksanaan GP-PTT padi inbrida berbasis kawasan dan GP-PTT padi inbrida non kawasan serta GP-PTT padi hibrida non kawasan, seluruh areal yang ditetapkan dalam CP/CL akan mendapatkan fasilitasi berupa bantuan saprodi, biaya tanam jajar legowo, biaya pertemuan kelompoktani. Konsep ini berbeda dengan SL-PTT Tahun 2014. Gambar 2 berikut, menjelaskan perbedaan tersebut.

Gambar 2. Perbandingan SL-PTT (2014) Dengan GP-PTT (2015)

Areal GP-PTT padi berbasis kawasan maupun non kawasan sebagai stimulan direncanakan mendapatkan sarana produksi (benih, pupuk, pestisida, biaya tanam jajar legowo dan biaya pertemuan kelompoktani), sedangkan insentif/bantuan transport bagi petugas pendamping (petugas dinas dan atau aparat/disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan), papan nama/identitas dan ubinan diberikan pada setiap 25 ha atau disesuaikan dengan kondisi di lapangan.

Untuk lebih jelasnya, plafon stimulan/bantuan saprodi untuk pelaksanaan GP-PTT Padi Tahun 2015 dapat dilihat pada Tabel

Tabel 6. Plafon Stimulan/Bantuan Saprodi GP-PTT Padi Tahun 2015

No Uraian Areal (Ha)

Biaya (Rp 000/Ha)

Instrumen I

a. Kawasan GP-PTT Padi Inbrida

-. Saprodi (benih, pupuk, pestisida) -. Bantuan biaya tanam jarwo -. Pertemuan Kelompok minimal 4 kali

-. Saprodi (benih, pupuk, pestisida) -. Bantuan biaya tanam jarwo -. Pertemuan Kelompok minimal 4 kali

II

a. Kawasan GP-PTT Padi Inbrida

-. Saprodi (benih, pupuk, pestisida) -. Bantuan biaya tanam jarwo -. Pertemuan Kelompok minimal 4 kali

2. Papua 5,000 3,110 -. Saprodi (benih, pupuk, pestisida) -. Bantuan biaya tanam jarwo -. Pertemuan Kelompok minimal 4 kali

b. Kawasan GP-PTT Padi Hibrida

1. Di Luar Papua 50,000 3,655 -. Saprodi (benih, pupuk, pestisida) -. Bantuan biaya tanam jarwo -. Pertemuan Kelompok minimal 4 kali

2. Papua -

-JUMLAH:

1. Kawasan GP-PTT Padi Inbrida 75,000 3. Non Kawasan GP-PTT Padi Inbrida 225,000 4. Non Kawasan GP-PTT Padi Hibrida 50,000 TOTAL: 1. GP-PTT Padi 350,000 Kawasan: Non Kawasan/Rintisan/Reguler: 1. Di Luar Papua 220,000 2,900 1. Di Luar Papua 70,000 2,900 2. Papua 5,000 3,110

Bantuan saprodi yang diberikan dalam pelaksanaan GP-PTT Padi, digunakan untuk:

1. Pembelian benih varietas unggul bersertifikat, dengan harga

non subsidi. Tidak dibolehkan memanfaatkan/menggunakan

benih bersubsidi yang disediakan Pemerintah. Jumlah dan varietas yang akan digunakan disesuaikan dengan kondisi setempat (spesifik lokasi), serta disetujui dan atau diketahui oleh Petugas Lapangan/Penyuluh, Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dan BPTP setempat. Sumber benih dapat berasal dari kios benih, penangkar benih, produsen BUMN/BUMD/Swasta, dan atau dari sumber lain yang jelas, dll. Selanjutnya kemasan dan label benih agar disimpan dengan baik.

2. Pembelian pupuk bersubsidi (Urea, NPK, Organik) dengan harga yang ditetapkan Pemerintah. Untuk itu pastikan petani pelaksana GP-PTT telah tergabung dalam kelompoktani dan telah menyusun RDK dan RDKK. Adapun jenis pupuk dan dosis yang akan digunakan di lapangan, disesuaikan dengan rekomendasi dan kondisi di masing-masing daerah (spesifik lokasi) serta disetujui dan atau diketahui oleh Petugas Lapangan/Penyuluh, Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dan BPTP setempat. Disamping itu, anggaran yang tersedia, digunakan pula untuk pembelian pestisida yang jumlah dan dosis, disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan. Apabila rekomendasi di suatu lokasi memerlukan pupuk/pestisida jenis lainnya, maka apabila dana masih memungkinkan dapat dibiayai dari dana yang tersedia tersebut. Selanjutnya, apabila

seluruh komponen telah dipenuhi dan masih tersedia dana, maka sisa dana dapat dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan pupuk anorganik (sesuai rekomendasi). Pupuk yang belum digunakan agar disimpan dan dijaga dengan sebaik-baiknya agar mutunya tetap terjaga saat digunakan. Selanjutnya kemasan pupuk disimpan dengan baik.

3. Membiayai pertemuan kelompoktani, yang jumlahnya minimal 4 (empat) kali dan atau disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan. Dari 4 (empat) kali pertemuan, 1 (satu) kali pertemuan dilaksanakan sebelum tanam untuk mendukung penyusunan Kajian Kebutuhan dan Peluang (KKP) atau Pemahaman Masalah dan Peluang (PMP), 1 (satu) kali pertemuan untuk penyusunan Rencana Usaha Kelompok (RUK) dan sisanya disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan. Pertemuan dilakukan oleh kelompok tani peserta GP-PTT dan bertempat di areal yang ditunjuk dan disepakati bersama (musyawarah mufakat). Peserta pertemuan adalah petani peserta dipandu oleh Petugas Lapangan (Penyuluh, POPT, PBT, Peneliti, Aparat dan petugas). Apabila dibutuhkan dan dengan mempertimbangkan berbagai hal, anggaran yang tersedia dapat pula digunakan untuk pelaksanaan Temu Lapangan Petani (FFD) dalam rangka sosialisasi kepada masyarakat akan keberhasilan pelaksanaan, dengan mengundang petani sekitarnya,

pemuda/i tani, tokoh masyarakat, petugas lapangan, aparat, stake holder, dll.

4. Membantu biaya penerapan teknologi tanam jajar legowo. Untuk itu, GP-PTT Padi (kawasan maupun non kawasan) di lahan beririgasi wajib meningkatkan optimalisasi popuplasi tanaman persatuan luas melalui penerapkan tanam jajar legowo baik 2:1 atau 4:1. Gambar dapat dilihat pada

Lampiran 15 - 21. Jumlah bibit per umpun dan umur bibit

disesuaikan dengan kebiasaan petani (kondisi setempat). Sedangkan di lahan lebak, pasang surut dan lahan kering, disesuaikan dengan kondisi di masing-masing lokasi.

Semua jenis pengeluaran saprodi, dituangkan dalam RUK (Rencana Usaha Kelompok), masing-masing Kelompok tani pelaksana GP-PTT baik kawasan maupun non kawasan/rintisan/regular. Form RUK seperti pada Lampiran 5. Kebutuhan sarana produksi dan pendukung lainnya yang tidak difasilitasi Pemerintah Pusat maupun kekurangannya, agar ditanggung dan diusahakan secara swadaya oleh anggota kelompok tani atau dari sumber lainnya.Hal ini dimaksudkan agar petani/kelompoktani ikut memiliki sehingga mempunyai tanggungjawab moral untuk mensukseskan GP-PTT Padi dalam rangka mendukung pencapaian sasaran produksi tahun 2015. Teknologi yang akan diterapkan pada GP-PTT (kawasan maupun non kawasan/rintisan/reguler), dikomunikasikan dan atau

kondisi di lapangan (spesifik lokasi) guna menjamin keberhasilan pelaksanaan kegiatan sehingga dapat menjadi mengungkit peningkatan produktivitas dan produksi.

Bantuan sarana produksi merupakan Belanja Bantuan Sosial (BANSOS) pada akun 573111 dan penggunaannya dengan mekanisme transfer langsung ke rekening kelompoktani dalam bentuk uang dan sesuai pedoman serta peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Disamping itu, guna mendukung pelaksanaan GP-PTT Padi, pemerintah memberikan pula stimulan berupa anggaran untuk penyediaan papan nama, pendampingan dan ubinan, dengan rincian penggunaan seperti berikut:

1. Digunakan untuk penyediaan papan nama.Papan nama merupakan identitas lokasi dimana kegiatan tersebut dilaksanakan.Papan nama diberikan setiap unit (@ 25 ha) atau disesuikan dengan kondisi di lapangan.Bahan dan ukurandisesuaikan dengan anggaran yang tersedia (tidak harus dalam bentuk papan, namun dapat berupa tripleks, plastik sablon, dan atau lainnya) dan atau disesuaikan dengan kondisi di masing-masing lokasi.Apabila dipandang perlu menambah biaya untuk keperluan tersebut, dapat diupayakan dari swadaya petani/kelompok tani atau dari sumber-sumber lain yang sah dan diketahui petugas lapangan dan Dinas Pertanian Kabupaten/Kota.

2. Digunakan untuk membiayai pendampingan dan pengawalan, kegiatan GP-PTT baik kawasan maupun non kawasan di lapangan.Pendampingan dan atau pengawalan, dilakukan oleh petugas dinas kabupaten/kota termasuk Penyuluh/PPL, POPT, PBT, Mantri Tani atau Petugas lainnya sesuai kebutuhan di lapangan serta Aparat (Babinsa, Camat, Kades atau lainnya). Khusus pendampingan dan atau pengawalan oleh aparat, keterlibatannya (kebutuhan) disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan.Jumlah kunjungan/pendampingan dan atau pengawalan ke lapangan, disesuaikan dengan anggaran yang tersedia. Untuk itu, diperlukan koordinasi antara Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dengan Bapelluh, Kodim, Korem, Babinsa dan Aparat Kecamatan sampai Desa.

3. Digunakan untuk membiayai pelaksanaan ubinan bersama.Ubinan dilaksanakan pada kawasan maupun non kawasan/ rintisan/reguler GP-PTT Padi. Setiap 25 ha dan atau disesuaikan dengan kondisi di lapangan, difasilitasi 1 unit ubinan dengan anggaran yang disediakan sebesar Rp 180.000,-/unit, yang diperuntukkan untuk honor petugas ubinan (masing-masing 1 orang Mantri Tani dan 1 orang KSK) serta fasilitasi untuk pencatatan hasil ubinan dan pengirimannya ke Pusat.Untuk itu, koordinasi dan sinergitas antara Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dan BPS Kabupaten sangat diperlukan. Data ubinan merupakan salah satu indikator keberhasilan pelaksanaan GP-PTT baik pada

kawasan maupun non kawasan/rintisan/reguler. Teknik ubinan teknologi tanam jajar legowo, disajikan pada Lampiran 15-21. Bantuan anggaran untuk pelaksanaan pengadaan papan nama, bantuan transport untuk pendampingan dan pengawalan petugas dan aparat serta ubinandi alokasikan pada Satker Dinas Pertanian Kabupaten/Kota yang membidangi tanaman pangan dan penggunaannya disesuaikan dengan kondisi di lapangan dan pedoman serta peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pada Satker Dinas Pertanian Kabupaten/Kota yang membidangi tanaman pangan, disediakan pula anggaran untuk melaksanakan pembinaan dalam arti luas yang mencakup perencanaan, pembinaan dan monitoring serta evaluasi. Untuk jelasnya, rincian kegiatan dapat dilihat pada POK Pengelolaan Produksi Tanaman Serealia Tahun 2015.

Selanjutnya agar kegiatan GP-PTT berbasis kawasan tersebut berkontribusi pada produksi tahun 2015, maka diharapkan pelaksanaan GP-PTT Padi diharapkan sudah dilaksanakan pada awal tahun 2015 (Akhir MH 2014/2015 sampai MK II 2015), kecuali secara teknis dan kondisi lapangan tidak memungkinkan dilaksanakan.Untuk itu, penyaluran/penyerapan dana bansos diharapkan terealisasi 100% pada akhir bulan Agustus 2015. Disamping itu agar segera mengambil langkah-langkah dan mempersiapkan secara terencana, akurat dan efektif melalui koordinasi dengan instansi terkait antara lain Dinas Pengairan,

BMKG, Penyedia Benih, Pupuk, Alsintan dan lain sebagainya agar pelaksanaan tepat waktu dan sasaran.

Sebagai salah satu bentuk peningkatan kualitas GP-PTT Padi di lapangan, maka pembinaan, pendampingan dan pengawalan yang telah dilakukan pada tahun-tahun sebelumnya perlu lebih ditingkatkan dengan melibatkan petugas dinas dan aparat. Untuk itu, Dinas Pertanian Kabupaten/Kota perlu melakukan koordinasi yang lebih intensif, sosialisasi serta sinergi kegiatan dengan instansi terkait baik di lingkup Kementerian Pertanian, TNI-AD (Pangdam, Dandim, Kodim, Korem, Babinsa) dan stake holders lainnya.

Pendampingan dan pengawalan dilakukan oleh Petugas Dinas Provinsi dan Kabupaten/Kota termasuk Penyuluh/PPL, POPT, PBT, KCD, Mantri Tani atau petugas lain sesuai kebutuhan di masing-masing lokasi; dan Aparat (TNI-AD beserta jajarannya/BABINSA, Camat dan Kades atau lainnya) serta petugas Pusat. Pengawalan GP-PTT dilakukan pula oleh para Peneliti BPTP di masing-masing lokasi yang penugasannya melalui Surat Keputusan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Selanjutnya Posko P2BN atau Posko lainnya yang mendukung pencapaian sasaran produksi padi, pada setiap tingkatan (Kabupaten/Kota dan Provinsi) harus lebih diaktifkan guna melakukan koordinasi dan sinergi dengan berbagai pihak dan instansi terkait untuk turun bersama memantau kondisi di

lapangan, menggerakkan percepatan tanam/panen serentak, pemeliharaan tanaman dan mengetahui segala permasalahannya untuk selanjutnya diselesaikan agar tidak menjadi penghambat dalam merealisasikan kegiatan.

Selanjutnya, Dinas Pertanian Provinsi menjabarkan Pedoman Teknis GP-PTT Padi tersebut, dalam bentuk Petunjuk Pelaksanaan (JUKLAK) GP-PTT. Hal-hal yang lebih teknis dan operasional di lapangan agar dapat diatur dan diuraikan dalam Petunjuk Teknis (JUKNIS) GP-PTT yang wajib disusun/dibuat oleh Dinas Pertanian Kabupaten/Kota secara lebih rinci dan jelas sesuai dengan spesifik lokasi, guna menghindari penafsiran yang berbeda-beda oleh petugas lapangan.

VI. PENGORGANISASIAN DAN OPERASIONAL

GP-PTT

A. Pengorganisasian GP-PTT

Agar pelaksanaan GP-PTT terkoordinasi dan terpadu mulai dari kelompoktani, kabupaten, provinsi sampai ke tingkat pusat maka perlu dibentuk tim pengendali tingkat pusat, tim pembina tingkat provinsi, tim pelaksana tingkatkabupaten/kota serta tim pelaksana tingkat kecamatan.

Tim pengendali tingkat pusat, ditetapkan dengan Surat Keputusan Direktur Jenderal Tanaman Pangan. Tim pembina tingkat provinsi ditetapkan dengan Surat Keputusan Gubernur/Kepala Dinas Pertanian Provinsi yang bersangkutan. Sedangkan tim pelaksana tingkat kabupaten/kota serta kecamatan, ditetapkan dengan Surat Keputusan Bupati/Walikota. Tim pembina tingkat provinsi serta tim pelaksanatingkat kabupaten/kota dan tim pelaksana kecamatan melaksanakan kegiatan koordinasi pelaksanaan GP-PTT melalui Pos Simpul Koordinasi (POSKO) mulai dari tingkat desa, kecamatan, kabupaten/kota sampai tingkat provinsi. Posko GP-PTT dapat memanfaatkan POSKO yang telah ada seperti POSKO P2BN seperti diamanatkan pada Permentan Nomor 45 Tahun 2011 tentang Tata Hubungan Kerja Antar Kelembagaan Teknis,

Penelitian dan Pengembangan, Dan Penyuluh Pertanian Dalam Mendukung Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN).

Dokumen terkait