PEDNIS SL-PTT PADI DAN JAGUNG 2014
KATA PENGANTAR
Padi (Beras) merupakan salah satu pangan pokok bagi Indonesia. Sejak Indonesia merdeka, perkembangan perpadian (perberasan) di Indonesia telah mengalami pasang surut. Diawal tahun kemerdekaan, ketidakmampuan menyediakan beras bagi rakyat Indonesia telah menimbulkan instabilitas politik. Pada tahun 1984, Indonesia telah mampu mencapai swasembada beras, setelah itu penyediaan beras bersumber dari produksi dalam negeri tidak dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri sehingga penyediaan beras dari impor menjadi alternative untuk mengurangi resistensi sosial dan politik. Namun sejak tahun 2008 sampai sekarang ini, penyediaan beras telah kembali mencapai swasembada. Melihat realitas tersebut, beras menjadi komoditas yang fundamental dan strategis. Untuk itu, pengelolaan perpadian (perberasan) memerlukan perhatian khusus dari pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya.
Selama 5 (lima) tahun mendatang, kebutuhan padi (beras) akan terus meningkat seiring dengan proyeksi laju pertambahan penduduk. Tetapi pencapaian produksi padi ke depan akan semakin sulit karena pertumbuhan jumlah penduduk masih lebih dari pertumbuhan produksi padi nasional. Untuk memenuhi produksi padi nasional, direncanakan peningkatan produksi padi 1,50 % setiap tahunnya. Dalam konteks ini, diperlukan berbagai terobosan-terobosan peingkatan produksi.
PEDNIS SL-PTT PADI DAN JAGUNG 2014
Menyadari fungsi dan peran penting padi tersebut, maka pemerintah berupaya untuk mewujudkan peningkatan produksi padi berbasis kawasan agribisnis tahun 2015 melalui Gerakan Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu (GP-PTT) padi. Agar upaya pencapaian sasaran produksi padi, utamanya melalui kegiatan GP-PTT dapat tercapai maka diperlukan Pedoman Teknis.
Buku Pedoman Teknis GP-PTT 2015 padi ini berisi kebijakan, strategi dan langkah aksi bagi pemerintah (pusat, provinsi dan kabupaten/kota) bersama stakeholders dalam melaksanakan kegiatan tersebut secara sinergis dan berkesinambungan untuk bersama-sama mencapai target produksi yang telah ditetapkan dalam mewujudkan swasembada yang berkelanjutan.
Pedoman teknis ini disusun untuk menjadi salah satu acuan bagi seluruh pihak yang akan melaksanakan kegiatan ini. Kepada semua pihak yang memberikan bantuan dalam pelaksanaan kegiatan ini, disampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih.
Jakarta, Januari 2015 Direktur Jenderal Tanaman Pangan,
Hasil Sembiring NIP 196002101988031001
PEDNIS SL-PTT PADI DAN JAGUNG 2014
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... iv
DAFTAR GAMBAR ... vi
DAFTAR LAMPIRAN ... vii
I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Tujuan dan Sasaran ... 6
C. Pengertian-Pengertian Dalam GP-PTT ... 8
II. KERAGAAN, SASARAN DAN TANTANGAN SERTA PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI TAHUN 2015 .. 14
A. Keragaan Produksi ... 14
B. Sasaran Produksi Tahun 2015 ... 14
C. Tantangan dan Peluang Peningkatan Produksi ... 15
III. STRATEGI DAN UPAYA PENCAPAIAN PRODUKSI TAHUN 2015 ... 18
A. Strategi ... 18
B. Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Tahun 2015 .. 20
IV. PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU PADI ... 24
A. Prinsip-prinsip PTT ... 24
B. Tahapan Penerapan PTT ... 25
PEDNIS SL-PTT PADI DAN JAGUNG 2014
D. Keuntungan Penerapan Teknologi PTT ... 30
V. GERAKAN PENERAPAN PTT PADI ... 31
A. Model Kawasan Tanaman Pangan ... 32
B. Penentuan Calon Lokasi ... 34
C. Ketentuan Pelaksana GP-PTT ... 36
D. Persyaratan Kelompoktani Pelaksana GP-PTT ... 37
E. Bantuan Pelaksanaan GP-PTT dan Pemanfaatan ... 38
VI. PENGORGANISASIAN DAN OPERASIONAL GP-PTT . 49 A. Pengorganisasian GP-PTT ... 49
B. Operasionalisasi GP-PTT ... 50
VII. PEMBIAYAAN, MEKANISME PENYALURAN BELANJA BANTUAN SOSIAL DAN PENGADAAN ... 51
A. Pembiayaan ... 51
B. Mekanisme Penyaluran Bantuan Sosial Melalui Transfer Uang ... 53
C. Mekanisme Pengadaan ... 63
VIII. BIMBINGAN / PEMBINAAN DAN PENDAMPINGAN .... 66
IX. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN ... 68
X. PENUTUP ... 70
PEDNIS SL-PTT PADI DAN JAGUNG 2014
DAFTAR TABEL
Hal Tabel 1. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas
dan Produksi Padi 2010-2014 (ARAM II BPS) ... 14 Tabel 2. Persentase Kenaikan Angka Sasaran 2015
Terhadap ARAM II Tahun 2014 ... 15 Tabel 3. Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Padi
Tahun 2015... 20 Tabel 4. Komponen PTT Padi Dasar ... 26 Tabel 5. Komponen PTT Padi Pilihan ... 26 Tabel 6. Plafon Stimulan/Bantuan Saprodi GP-PTT Padi
PEDNIS SL-PTT PADI DAN JAGUNG 2014
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 1. Model Kawasan Tanaman Pangan ... 32 Gambar 2. Perbandingan SL-PTT (2014) dengan
PEDNIS SL-PTT PADI DAN JAGUNG 2014
DAFTAR LAMPIRAN
Hal
Lampiran 1. Sasaran Inidkatif Luas Tanam, Luas Panen,
Produktivitas dan Produksi Padi Tahun 2015 ... 73
Lampiran 2. Rekapitulas Alokasi GP-PTT Padi Tahun 2015 .. 74
Lampiran 3. Lokasi GP-PTT Padi Tahun 2015 ... 75
Lampiran 4. Daftar Calon Petani dan Calon Lokasi Penerima Bansos GP-PTT Tahun 2015 ... 80
Lampiran 5. Contoh SK Penetapan Kelompoktani ... 82
Lampiran 6. Rencana Usaha Kelompok (RUK)... 85
Lampiran 7. Surat Pernyataan Penerima dan Penggunaan Dana Bansos ... 86
Lampiran 8. Mekanisme Pencairan Dana Bantuan GP-PTT .. 87
Lampiran 9. Rencana Jadwal Pelaksanaan GP-PTT Padi Tahun 2015 ... 88
Lampiran 10. Blangko Laporan Bulanan Kecamatan Realisasi GP-PTT ... 89
Lampiran 11. Blangko Laporan Bulanan Kabupaten Realisasi GP-PTT ... 90
Lampiran 12. Blangko Laporan Bulanan Provinsi Realisasi GP-PTT ... 91
Lampiran 13. Blangko Laporan Akhir Provinsi/Kabupaten Realisasi GP-PTT ... 92
Lampiran 14. Form Isian Hasil Ubinan GP-PTT Padi ... 93
Lampiran 15. Legowo 2 : 1 (20cm – 40cm) x 10cm ... 94
Lampiran 16. Legowo 2 : 1 (25cm – 50cm) x 12,5cm ... 95
Lampiran 17. Legowo 2 : 1 (30cm – 60cm) x 15cm ... 96
Lampiran 18. Legowo 4 : 1 Penuh (20cm – 40cm) x 10cm ... 97
PEDNIS SL-PTT PADI DAN JAGUNG 2014
Lampiran 20. Legowo 4 : 1 Kosong (20cm – 40cm) x 10cm .... 99 Lampiran 21. Legowo 4 : 1 Kosong (25cm – 50cm) x
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komoditi tanaman pangan memiliki peranan pokok sebagai pemenuh kebutuhan pangan, pakan dan industri dalam negeri yang setiap tahunnya cenderung meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan berkembangnya industri pangan dan pakan sehingga dari sisi Ketahanan Pangan Nasional fungsinya menjadi amat penting dan strategis.
Pengembangan sektor tanaman pangan merupakan salah satu strategi kunci dalam memacu pertumbuhan ekonomi pada masa yang akan datang. Selain berperan sebagai sumber penghasil devisa yang besar, juga merupakan sumber kehidupan bagi sebagian besar penduduk Indonesia.
Salah satu strategi yang dilakukan dalam upaya memacu peningkatan produksi dan produktivitas usahatani padi dan jagung adalah dengan mengintegrasikan dukungan kegiatan antar sektor dan antar wilayah dalam pengembangan usaha pertanian.
Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia, telah memunculkan kerisauan akan terjadinya keadaan “rawan pangan” di masa yang akan datang. Selain itu, dengan semakin meningkatnya tingkat pendidikan dan kesejahteraan masyarakat, terjadi pula peningkatan konsumsi
per-kapita untuk berbagai jenis pangan, akibatnya Indonesia membutuhkan tambahan ketersediaan pangan guna mengimbangi laju pertambahan penduduk yang masih cukup tinggi.
Untuk memenuhi kebutuhan beras dari produksi dalam negeri, telah ditetapkan sasaran produksi padi tahun 2015 sebesar 73.400.000 ton gabah kering giling (GKG). Banyak tantangan yang harus dihadapi untuk mencapai sasaran produksi tersebut. Oleh karena itu, diperlukan upaya peningkatan produksi yang luar biasa.
Berbagai upaya peningkatan produksi melalui peningkatan produktivitas telah dilaksanakan antara lain melalui Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) sejak tahun 2008 maupun melalui PTT atau peningkatan mutu intensifikasi pada tahun-tahun sebelumnya. Pelaksanaan SL-PTT sebagai pendekatan pembangunan tanaman pangan, khususnya dalam mendorong peningkatan produksi padi nasional telah terbukti mengungkit pencapaian produksi, namun kedepan dengan berbagai tantangan yang lebih beragam maka diperlukan penyempurnaan dan atau peningkatan kualitas baik pada tatanan perencanaan dan operasionalisasi di lapangan. Perencanaan pembangunan pertanian pada periode RPJM 2015-2019 telah ditetapkan focus pada lokasi pengembangan kawasan. Komoditas strategis dan unggulan nasional dikembangkan pada kawasan-kawasan andalan secara utuh,
sehingga menjadi satu kesatuan dalam sistem pertanian bio-industri. Aktivitas usahatani dikelola dengan prinsip pertanian lestari dengan memanfaatkan agro-input yang ada di sekitar dan mengelola limbah dengan prinsip zero waste melalui reduce, re-use dan re-cycle.
Rancangan lokasi kawasan untuk pengembangan komoditas strategis/unggulan nasional akan menjadi bagian dari Dokumen Renstra Kementerian Pertanian 2015-2019 sehingga mengikat bagi pusat dan daerah untuk secara konsisten mengembangkan kawasan dalam periode 5 tahun ke depan. Dengan demikian dalam 5 tahun kedepan akan dibangun kawasan di beberapa lokasi saja, namun diselesaikan secara tuntas baik pada aspek hulu, on-farm, hlir maupun penunjangnya. Sedangkan terkait pelayanan dasar di bidang pertanian tetap harus hadir dan dilaksanakan di seluruh Kabupaten/Kota seperti layanan perbenihan, pemupukan, pengendalian hama penyakit dan lainnya.
Dalam membangun sebuah kawasan, tidak harus dari awal tetapi bisa juga memanfaatkan kawasan yang sudah ada. Penanganan dan pengelolaan kawasan baru dan atau lama berbeda. Pembangunan pada kawasan baru lebih dominan pada pembangunan infrastruktur pertanian (JITUT, JIDES, penyediaan benih, prasarana penyuluhan dan lainnya) sedangkan pada kawasan yang sudah ada yang diperlukan adalah penguatan kelembagaan dan sumber daya manusia
sehingga mampu melakukan perluasan usaha bahkan mampu melakukan ekspor.
Pola perencanaan yang fokus pada lokasi kawasan komoditas tersebut, maka kegiatan pengembangan komoditas tidak tersebar ke seluruh kabupaten melainkan hanya beberapa kabupaten saja yang menjadi perioritas kawasan andalan. Pendekatan pengembangan pendekatan kawasan dirancang untuk meningkatkan efektivitas kegiatan, efisiensi anggaran dan mendorong keberlanjutan kawasan komoditas unggulan dengan pendekatan agroekosistem, sistem agribisnis, partisipatif dan terpadu.
Sejalan dengan hal tersebut diatas, maka pada tahun 2015 upaya peningkatan produksi padi difokuskan pada kawasan tanaman pangan, melalui Gerakan Penerapan Pengelolaan
Tanaman Terpadu (GP-PTT) dengan fasilitasi bantuan sarana
produksi (saprodi), tanam jajar legowo dan pertemuan kelompok pada seluruh areal program GP-PTT sebagai instrument stimulan disertai dengan dukungan pembinaan, pengawalan dan pemantauan oleh berbagai pihak.
Sejalan dengan fasilitasi bantuan yang diberikan pemerintah pada seluruh areal program, maka luas GP-PTT Padi tahun 2015 adalah sebesar 350.000 ha, yang dialokasikan pada kawasan padi dan non kawasan/rintisan/regular padi dan terinci atas: Kawasan Padi inbrida seluas 75.000 ha, NonKawasan/Rintisan/Reguler Padi inbrida seluas 225.000 ha
dan Non Kawasan/Rintisan/Reguler Padi hibrida seluas 50.000 ha.
Dalam GP-PTT petani dapat langsung menerapkan teknologi budidaya spesifik lokasi yang merupakan hasil rekomendasi dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) setempat. Melalui GP-PTT petani akan mampu mengelola potensi sumberdaya yang tersedia secara terpadu dalam budidaya padi di lahan usahataninya spesifik lokasi, sehingga petani menjadi lebih terampil serta mampu mengembangkan usahataninya dalam rangka peningkatan produksi padi. Namun demikian wilayah di luar GP-PTT (pertanaman swadaya petani) harus tetap dilakukan pembinaan, pendampingan dan pengawalan sehingga produksi dan produktivitas tetap dapat meningkat, mengingat sasaran produksi yang telah ditetapkan meningkat dari tahun sebelumnya.
Dengan berbagai fasilitasi/stimulan yang diberikan pemerintah, diharapkan pelaksanaan GP-PTT Padi berbasis kawasan dan non kawasan/rintisan/regular dapat terlaksana dengan baik dan tepat sasaran sehingga dapat memberikan sumbangan terhadap peningkatan produktivitas dan produksi tahun 2015. Agar upaya pencapaian sasaran produksi padi melalui kegiatan GP-PTT tahun 2015 dapat tercapai, maka perlu untuk menyusun Pedoman Teknis Gerakan Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu (GP-PTT) sebagai acuan umum bagi semua
pihak yang terkait dalam pelaksanaan kegiatan tersebut di lapangan.
Dengan adanya pedoman teknis ini, semua pihak terkait akan berkontribusi secara positif sehingga akhirnya kegiatan ini menjadi salah satu kegiatan yang berkontribusi terhadap pencapaian sasaran produksi padi. Mengingat tingginya keberagaman kondisi di masing-masing daerah dan kemampuan adopsi inovasi, maka pedoman teknis ini agar
dilengkapi oleh Dinas Pertanian Provinsi dalam bentuk Petunjuk Pelaksanaan (JUKLAK), sehingga kegiatan tersebut
dapat dilakukan tepat waktu dan tepat sasaran, dan wajib
dirinci secara teknis oleh Dinas Pertanian Kabupaten/Kota sesuai dengan kondisi spesifik lokasi dalam bentuk Petunjuk Teknis (JUKNIS) Pelaksanaan Lapangan, agar
lebih operasional sesuai kebutuhan di lapangan dan tidak multitafsir.
B. Tujuan dan Sasaran 1. Tujuan
a. Menyediakan acuan pelaksanaanGP-PTT padi melalui pendekatan kawasan dan non kawasan/rintisan/regular bagi Dinas PertanianProvinsi dan Kabupaten/Kota, dalam rangka mendukung peningkatan produksi padi tahun 2015.
b. Mendorong dan meningkatkan koordinasidan keterpaduan pelaksanaan GP-PTT padi melalui pendekatan kawasan dan non kawasan/rintisan/reguler, antara Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota.
c. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap petani guna mempercepat penerapan komponen teknologi PTT padi dalam usahataninya.
d. Meningkatkan produktivitas, produksi dan pendapatan serta kesejahteraan petani padi.
2. Sasaran
a. Tersedianya acuan pelaksanaan GP-PTT padi melalui pendekatan kawasan dan non kawasan/rintisan/regular bagi Dinas Pertanian Provinsi dan Kabupaten/Kota, dalam rangka mendukung peningkatan produksi padi tahun 2015.
b. Terkoordinasi dan terpadunya pelaksanaan GP-PTT padi melalui pendekatan kawasan dan non kawasan/rintisan/regular antara Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, cq Direktorat Budidaya Serealia, Dinas PertanianProvinsi dan Kabupaten/Kota.
c. Meningkatnya pengetahuan, keterampilan dan sikap petani sehingga penerapan komponen teknologi PTT padi berjalan lebih cepat dan keberlanjutan.
d. Meningkatnya produktivitas padi inbrida pada lokasi kawasan yang ditetapkan, sebesar > 1,00 ton/ha dan padi inbrida pada lokasi non kawasan/rintisan/regular sebesar 0,5 - 0,75 ton/ha serta padi hibrida pada lokasi non kawasan/rintisan/regular sebesar > 0,75 ton/ha.
C. Pengertian – Pengertian dalam GP-PTT
1. Kawasan Tanaman Pangan adalah kawasan usaha tanaman pangan yang disatukan oleh factor alamiah, social budaya, infrastruktur fisik buatan, serta dibatasi oleh agroekosistem yang sama sedemikian rupa sehingga mencapai skala ekonomi dan efektifitas manajemen usaha tanaman pangan. Kawasan tanaman pangan dapat berupa kawasan yang telah eksis atau calon lokasi baru, dan lokasinya dapat berupa hamparan atau spot partial namun terhubung dengan aksesbilitas yang memadai.
2. Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT) adalah suatu pendekatan inovatif dalam upaya meningkatkan produktivitas dan efisiensi usahatani melalui perbaikan sistem/pendekatan dalam perakitan paket teknologi yang sinergis antar komponen teknologi, dilakukan secara partisipatif oleh petani serta bersifat spesifik lokasi. PTT merupakan inovasi baru untuk memecahkan berbagai permasalahan dalam peningkatan produktivitas padi. Teknologi intensifikasi padi bersifat spesifik lokasi, bergantung pada masalah yang akan diatasi (demand driven
technology). Komponen teknologi PTT ditentukan bersama-sama petani melalui analisis kebutuhan teknologi (need assessment). Komponen teknologi PTT dasar/compulsory adalah teknologi yang dianjurkan untuk diterapkan di semua lokasi. Komponen teknologi PTT pilihan adalah teknologi pilihan disesuaikan dengan kondisi, kemauan, dan kemampuan. Komponen teknologi PTT pilihan dapat menjadi compulsory apabila hasil KKP (Kajian Kebutuhan dan Peluang) memprioritaskan komponen teknologi yang dimaksud menjadi keharusan untuk pemecahan masalah utama suatu wilayah, demikian pula sebaliknya bagi komponen teknologi dasar.
3. Kelompoktani adalah sejumlah petani yang tergabung dalam satu hamparan/wilayah yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan untuk meningkatkan usaha agribisnis dan memudahkan pengelolaan dalam proses distribusi, baik itu benih, pestisida, sarana produksi dan lain-lain.
4. Rencana Usahatani Kelompok (RUK) adalah rencana kerja usahatani dari kelompoktani untuk satu periode musim tanam yang disusun melalui musyawarah dan kesepakatan bersama dalam pengelolaan usahatani sehamparan wilayah kelompoktani yang memuat uraian kebutuhan saprodi yang meliputi: jenis, volume, harga satuan dan jumlah uang yang diajukan untuk pembelian saprodi sesuai kebutuhan di
lapangan (spesifik lokasi) dan pengeluaran lainnya (bantuan tanam jajar legowo, pertemuan kelompok) dan lainnya.
5. Pemandu Lapangan (PL) adalah Penyuluh Pertanian, Pengawas Organisme Pengganggu Tanaman (POPT), Pengawas Benih Tanaman (PBT)yang telah mengikuti pelatihan SL-PTT dan berperan sebagai pendamping dan pengawal pelaksanaan GP-PTT.
6. Pengawalan dan Pendampingan oleh Petugas Dinas adalah kegiatan yang dilakukan oleh petugas Dinas Pertanian Provinsi dan Kabupaten/Kota termasuk Penyuluh, POPT, PBT, Mantri Tani dan atau petugas lainnya sesuai dengan kebutuhan di lapangan dalam melakukan pengawalan dan pendampingan, guna lebih mengoptimalkan pelaksanaan kegiatan GP-PTT.
7. Pengawalan dan Pendampingan oleh Aparat adalah kegiatan yang dilakukan oleh TNI-AD beserta jajarannya (Babinsa), Camat, Kades dan atau petugas lainnya sesuai dengan kebutuhan di lapangan dalam melakukan pengawalan dan pendampingan, guna lebih mengoptimalkan pelaksanaan kegiatan GP-PTT.
8. Pengawalan dan Pendampingan oleh Peneliti adalah kegiatan yang dilakukan oleh peneliti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) didukung oleh peneliti UK/UPT Lingkup Badan Litbang Pertanian guna meningkatkan pemahaman dan akselerasi adopsi PTT dengan menjadi
narasumber pada pelatihan, penyebaran informasi, melakukan uji adaptasi varietas unggul baru, demplot, dan supervisi penerapan teknologi.
9. Pengawalan dan Pendampingan oleh Penyuluh adalah kegiatan yang dilakukan oleh Penyuluh guna meningkatkan penerapan teknologi spesifik lokasi sesuai rekomendasi BPTP dan secara berkala hadir di lokasi GP-PTT dalam rangka pemberdayaan kelompoktani sekaligus memberikan bimbingan kepada kelompok dalam penerapan teknologi. Penyuluh diharapkan hadir pada setiap pertemuan kelompoktani di lapangan.
10. Pengawalan dan Pendampingan oleh POPT (Pengawas Organisme Pengganggu Tanaman) adalah kegiatan pendampingan oleh Pengawas OPT dalam rangka pengendalian hama terpadu(PHT).
11. Pengawalan dan Pendampingan oleh PBT (Pengawas Benih Tanaman) adalah kegiatan pendampingan oleh Pengawas Benih dalam rangka pengawasan mutubenih.
12. Pupuk Organik adalah pupuk yang berasal dari tumbuhan mati, kotoran hewan dan/atau bagian hewan/atau limbah organik lainnya yang telah melalui proses rekayasa, berbentuk padat atau cair, dapat diperkaya dengan bahan mineral dan/atau mikroba, yang bermanfaat untuk meningkatkan
kandungan hara dan bahan organik tanah serta memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah.
13. Benih Bina adalah benih dari varietas unggul yang telah dilepas produksi dan peredarannya diawasi.
14. Benih Varietas Unggul Bersertifikat adalah benih bina yang telah disertifikasi.
15. Benih bersubsidi adalah benih padi (inbrida dan hibrida) bersertifikat yang mendapat subsidi bersumber dari dana APBN.
16. Swadaya adalah semua upaya yang dilakukan petani dengan sumber pembiayaan yang berasal dari modal petani sendiri. 17. Wilayah Fokus adalah lokasi peningkatan produktivitas/IP di
areal/kawasan dan non kawasan/rintisan/reguler GP-PTT. 18. Wilayah Non-Fokus adalah lokasi peningkatan
produktivitas/IP di luar areal/kawasan dan non kawasan/rintisan/regular GP-PTT.
19. Carry Over adalah sisa pertanaman kegiatan tahun berjalan tetapi produksi tidak berkontribusi pada tahun tersebut, namun akan berkontribusi pada tahun berikutnya.
20. POSKO I - V adalah Pos Simpul Koordinasi sebagai tempat melaksanakan koordinasi dan pertemuanyang dilaksanakan dalam rangka mendukung kelancaran pelaksanaan GP-PTT. POSKO yang dimaksud adalah POSKO yang telah ada, misalnya POSKO P2BN.
II. KERAGAAN, SASARAN DAN TANTANGAN
SERTA PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI
PADI TAHUN 2015
A. Keragaan ProduksiProduksi padi dalam 5 tahun terakhir meningkat rata-rata 1,89%/tahun, dari 66,47 juta ton GKG pada tahun 2010 menjadi 70,61 juta ton GKG pada tahun 2014 (ARAM II) sedangkan laju peningkatan produktivitas mencapai rata-rata 0,52%/tahun dan luas panen meningkat rata-rata 1,35 %/tahun, sebagaimana terlihat dalam Tabel 1.
Tabel 1. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi Tahun 2010-2014
Ha % Ku/Ha % Ton % 2009 12.883.576 49,99 64.398.890 2010 13.253.450 2,87 50,15 0,33 66.469.394 3,22 2011 13.203.643 (0,38) 49,80 (0,70) 65.756.904 (1,07) 2012 13.445.524 1,83 51,36 3,13 69.056.126 5,02 2013 13.835.252 2,90 51,52 0,31 71.279.709 3,22 2014* 13.768.319 (0,48) 51,28 (0,46) 70.607.231 (0,94) 1,35 0,52 1,89 PRODUKSI PRODUKTIVITAS LUAS PANEN TAHUN RATA-RATA *) ARAM II BPS
B. Sasaran Produksi Padi Tahun 2015
Sasaran produksi padi tahun 2015 sejumlah73,40 juta ton GKG atau meningkat 1,47% dibanding sasaran produksi tahun
sebelumnya sebesar 72,34 ton GKG. Sasaran sejumlah tersebut diperoleh dari sasaran luas tanam 14,58 juta ha, sasaran luas panen 14,09 juta hadan sasaran produktivitas 52,09ku/ha. Apabila dibandingkan dengan pencapaian pada tahun 2014 (ARAM II), sasaran produksi tahun 2015 meningkat adalah 3,95%, sasaran luas panen meningkat 2,32%, produktivitas meningkat 1,58 %,seperti dikemukakan pada Tabel 2 berikut.
Tabel 2. Persentase Kenaikan Angka Sasaran 2015 Terhadap ARAM II 2014 (BPS)
KOMODITAS URAIAN ARAM II
2014
SASARAN
2015* %
Luas Tanam (jt Ha) 14,26 14,59 2,32 Luas Panen (jt Ha) 13,77 14,09 2,32 Produktivitas (Ku/Ha) 51,28 52,09 1,58 Produksi (jt ton GKG) 70,61 73,40 3,95 PADI
Sasaran produksi padi tahun 2015 secara rinci per Provinsi, disajikan pada Lampiran 1.
C. Tantangan dan Peluang Peningkatan Produksi
Kendala dalam peningkatan produksi tanaman pangan yang semakin kompleks karena berbagai perubahan dan perkembangan lingkungan strategis diluar sektor pertanian berpengaruh dalam peningkatan produksi tanaman pangan. Tantangan utama yang dihadapi dalam upaya peningkatan produksi tanaman pangan adalah : 1). Meningkatnya permintaan
beras sesuai dengan peningkatan jumlah penduduk, 2). Terbatasnya ketersediaan beras dunia, dan 3). Kecenderungan meningkatnya harga pangan.
Disamping tantangan, upaya peningkatan produksi tanaman juga dihadapi oleh sejumlah permasalahan, yaitu antara lain : 1). Meningkatnya kerusakan lingkungan dan perubahan iklim global, 2). Terbatasnya ketersediaan infrastruktur, 3). Belum optimalnya sistem perbenihan nasional, 4). Terbatasnya akses petani terhadap permodalan dan masih tingginya suku bunga usaha tani, 5). Masih lemahnya kapasitas kelembagaan petani dan penyuluh, 6). Meningkatnya alih fungsi lahan pertanian ke penggunaan non pertanian, serta 7) Kurang harmonisnya koordinasi kerja antar sector terkait pembangunan pertanian. Disamping itu, pembangunan pertanian selama ini masih dilaksanakan tersekat-sekat oleh batasan administratif serta berorientasi pada kegiatan-kegiatan yang tidak mampu menjadi faktor pengungkit untuk pencapaian sasaran pembangunan pertanian.
Disamping tantangan dan permasalahan yang dihadapi dalam upaya peningatan produksi tanaman pangan, terdapat sejumlah peluang yang apabila dimanfaatkan dengan baik akan memberikan kontribusi pada upaya peningkatan produksi. Peluang tersebut antara lain : 1). Kesenjangan hasil antara potensi dan kondisi di lapangan masih tinggi, 2). Tersedia teknologi untuk meningkatkan produktivitas, 3). Potensi
sumberdaya lahan sawah, rawa/lebak, lahan kering (perkebunan, kehutanan) yang masih luas, 4). Pengetahuan/Keterampilan SDM (Petani, Penyuluh/PPL, POPT, Pengawas Benih Tanaman/PBT, dan Petugas Pertanian Lainnya) masih dapat dikembangkan, 5).Tersedianya potensi pengembangan produksi berbagai pangan pilihan selain beras, 6).Dukungan Pemerintah Daerah dan 7).Ketersediaan sumber genetik.
III. STRATEGI DAN UPAYA PENCAPAIAN
PRODUKSI PADI TAHUN 2015
A. StrategiStrategi peningkatan produksi tanaman serealia tahun 2015 adalah sebagai berikut:
1. Peningkatan Produktivitas
Peningkatan produktivitas dilakukan melalui peningkatan penggunaan benih varietas unggul bermutu produktivitas tinggi termasuk benih padi hibrida, peningkatan jumlah populasi tanaman dengan sistem tanam jajar legowo, pemupukan sesuai rekomendasi spesifik lokasi serta berimbang dengan pemakaian pupuk organik serta pupuk bio-hayati, pengelolaan pengairan dan perbaikan budidaya lainnya disertai dengan peningkatan pengawalan, pendampingan, pemantauan dan koordinasi. Strategi ini terutama dilaksanakan di wilayah dimana perluasan areal sudah sulit dilakukan, sehingga dengan penerapan teknologi spesifik lokasi diharapkan masih dapat ditingkatkan produktivitasnya.
2. Perluasan Areal Tanam
Perluasan areal dilakukan melalui upaya optimalisasi lahan (peningkatan indeks pertanaman) melalui upaya perbaikan jaringan irigasi seperti JITUT, JIDES, dan Tata Air Mikro,
pompanisasi dan pemanfaatan lahan sawah, disertai konservasi lahan yang berkelanjutan serta penanaman tumpang sari di lahan perkebunan, kehutanan dan lahan terlantar.
3. Pengamanan Produksi
Pengamanan produksi dimaksudkan untuk mengurangi dampak perubahan iklim seperti kebanjiran dan kekeringan, gangguan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT), serta pengamanan kualitas produksi dari residu pestisida. Selain itu dilakukan dengan pula peningkatan penggunaan alat dan mesin pertanian dalam rangka mengurangi kehilangan hasil pada saat penanganan panen dan pasca panen yang masih cukup besar.
4. Penguatan Kelembagaan dan Manajemen
Manajemen yang telah ada dan berjalan saat ini perlu lebih disempurnakan agar pelaksanaan program dapat berjalan sesuai rencana. Penyempurnaan manajemen tersebut berupa dukungan kebijakan dan regulasi, penyempurnaan manajemen teknis serta penyempurnaan data dan informasi. Dengan kegiatan penyempurnaan diharapkan pelaksanaan peningkatan produksi tanaman pangan dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan dan pada akhirnya dapat mendukung pencapaian sasaran produksi tahun 2015.
B. Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Padi Tahun 2015
Fokus Utama pencapaian sasaran produksi padi tahun 2015
adalah peningkatan produktivitas padi melalui GP-PTT berbasis kawasan dan non kawasan, dengan bantuan sebagai instrument stimulant dan dukungan pendampingan dan pengawalan pada areal seluas 350 ribu ha. Sedangkan di luar fokus utama melalui upaya peningkatan produksi pada areal tanam seluas 14,299 juta ha, terdiri atas: Carry over SL-PTT Tahun 2014: 570 ribu ha, Percepatan Optimasi Lahan (OPL): 170 ribu ha, Perluasan areal tanam/pemanfaatan cetak sawah 2014: 40 ribu ha, Bantuan benih (rehabilitasi jaringan irigasi PSP): 1 juta ha, Bantuan benih (optimasi lahan PSP): 500 ribu ha dan Swadaya petani seluas: 11.948 ribu ha, sebagaimana terlihat dalam Tabel 3 berikut ini :
Tabel3. Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Padi Tahun 2015
Sasaran Luas Tanam Luas Panen Produktivitas Produksi (Ha) (Ha) (Ha) (Ku/ha) (Ton) A PENINGKATAN PRODUKTIVITAS 13,038,783 13,038,783 12,655,394 51.53 65,216,410
1 GP-PTT (2015) 350,000 350,000 337,890 61.28 2,070,590 2 Carry Over SL-PTT Tahun 2014 570,000 570,000 550,278 58.78 3,234,534 3 Percepatan Optimasi Lahan (POL) 170,000 170,000 164,118 54.78 899,038 4 Swadaya petani 11,948,783 11,948,783 11,603,108 50.86 59,012,248
B PERLUASAN AREAL TANAM 40,000 40,000 38,616 25.00 96,540
1 Pemanfatan Cetak sawah 2014 40,000 40,000 38,616 25.00 96,540
13,078,783
13,078,783 12,694,010 51.45 65,312,950 C BANTUAN BENIH (APBN-P 2015 DITJEN TP) 1,500,000 1,500,000 1,448,100 55.85 8,087,156 1 Bantuan Benih (rehabilitasi jaringan
irigasi/Refokusing 2015 PSP) 1,000,000 1,000,000 965,400 56.38 5,442,925 2 Bantuan Benih (optimasi lahan/Refokusing
2015 PSP) 500,000 500,000 482,700 54.78 2,644,231 1,500,000 1,500,000 1,448,100 55.85 8,087,156 14,578,783 14,578,783 14,142,110 51.90 73,400,106 JUMLAH (A+B) JUMLAH C TOTAL No Kegiatan
a. Fokus utama peningkatan produktivitas padi melalui GP-PTT berbasis kawasan dan non kawasanadalah upaya pencapaian sasaran produksi padi tahun 2015 yangdifokuskan pada kegiatan peningkatan produktivitas di areal tanam GP-PTT padi seluas 350 ribu ha, yang terdiri dari: 1) GP-PTT Padi Inbrida Kawasan seluas : 75.000 ha,
dialokasikan di 30 Kabupaten pada 26 Provinsi.
2) GP-PTT Padi Inbrida Non Kawasan seluas : 225.000 ha, dialokasikan di 143 Kabupaten pada 31 Provinsi.
3) GP-PTT Padi Hibrida Non Kawasan seluas : 50.000 ha, dialokasikan di 35 Kabupaten pada 13 Provinsi.
Alokasi GP-PTT Padi (kawasan dan non kawasan) Tahun 2015, per Provinsi dan Kabupaten/Kota, disajikan pada
Lampiran 2.
b. Upaya peningkatan produksi padi di luar wilayah fokus
Upaya peningkatan produksi dan produktivitas padi di luar wilayah fokus dilakukan melalui serangkaian pembinaan, pengawalan, pendampingan dan bimbingan yang terkoordinasi dan terintegrasi dengan memanfaatkan bantuan benih, benih bersubsidi, benih non subsidi dan atau benih dari sumber-sumber lain, pupuk bersubsidi (urea, ZA, SP-36, NPK dan pupuk organik), alsintan, carry over SL-PTT Tahun 2014, rehabilitasi jaringan irigasi, gerakan peningkatan indeks pertanaman/optimasi lahan, dukungan APBD, pemanfaatan
hasil cetak sawah 2014, dan swadaya murni petani melalui KKP-E/KUR/Dukungan Penyuluh/PPL Swadaya. Areal yang dikelola dengan pola ini seluas 14,299 juta ha dengan kontribusi produksi sebesar 71,330 juta ton GKG.
Agar upaya ini dapat berhasil maka dukungan dari berbagai pihak sangat diperlukan melalui gerakan yang luar biasa antara lain :(1). gerakan pengolahan tanah, (2). gerakan tanam dan panen serentak, (3). gerakan pemupukan berimbang, (4). gerakan penerapan teknologi, (5). gerakan pengendalian OPT, (6). gerakan penanganan panen dan pasca panen, dan (7). gerakan lainnya dengan dukungan dana APBN maupun APBD I dan APBD II serta dana masyarakat dan stakeholder.
Penyuluh Pertanian/PPL, POPT dan PBT tetap harus melakukan pengawalan dan pendampingan pada areal tanam di luar GP-PTT. Pada prinsipnya semua dana yang ada dan dikelola oleh Dinas Pertanian dan Bakorluh/Bapeluh ditujukan untuk meningkatkan produksi padi baik di areal GP-PTT maupun di luar areal GP-PTT (Non Program).
Pos simpul koordinasi pelaksanaan GP-PTT dapat memanfaatkan Posko yang ada di masing-masing daerah antara lain seperti Posko P2BN yang selama ini ada yakni, Posko I P2BN di Pusat, Posko II di Provinsi, Posko III di Kabupaten/Kota, Posko IV di Kecamatan/BPP, dan Posko V di Desa. Posko-posko yang ada, agar dioperasionalkan secara
optimal sesuai dengan Permentan Nomor 45 Tahun 2011 mengenai Tata Hubungan Kerja Antar Kelembagaan Teknis, Penelitian dan Pengembangan, dan Penyuluhan Pertanian Dalam Mendukung Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN).
IV. PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU
(PTT) PADI
Pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu (PTT) merupakan inovasi baru untuk memecahkan berbagai permasalahan dalam peningkatan produktivitas. Teknologi intensifikasi bersifat spesifik lokasi, tergantung pada masalah yang akan diatasi (demand driven technology). Komponen teknologi PTT ditentukan bersama-sama petani melalui analisis kebutuhan teknologi (need assessment). PTT sebagai suatu pendekatan inovatif dalam upaya meningkatkan produktivitas dan efisiensi usahatani serta sebagai suatu pendekatan pembangunan tanaman pangan khususnya dalam mendorong peningkatan produksi padi akan terus dilaksanakan dan pada Tahun 2015 difokuskan melalui Gerakan Penerapan PTT di lapangan dengan lebih terkoordinasi pada areal 350.000 ha.
A. Prinsip-prinsip PTT
1. Terpadu : PTT merupakan suatu pendekatan agar sumber daya tanaman, tanah dan air dapat dikelola dengan sebaik-baiknya secara terpadu.
2. Sinergis : PTT memanfaatkan teknologi pertanian terbaik, dengan memperhatikan keterkaitan yang saling mendukung antar komponen teknologi.
3. Spesifik lokasi : PTT memperhatikankesesuaian teknologi dengan lingkungan fisik maupun sosial budaya dan ekonomi petani setempat.
4. Partisipatif : Petani turut berperanserta dalam memilih dan menguji teknologi yang sesuai dengan kondisi setempat dan kemampuan petani melalui proses pembelajaran dalam bentuk laboratorium lapangan (LL).
B. Tahapan Penerapan PTT
1. Langkah pertama penerapan PTT adalah pemandu lapangan bersama petani melakukan Pemahaman Masalah dan Peluang (PMP) atau Kajian Kebutuhan dan Peluang (KKP). Identifikasi masalah peningkatan hasil di wilayah setempat dan membahas peluang mengatasi masalah tersebut, berdasarkan cara pengelolaan tanaman, analisis iklim/curah hujan, kesuburan tanah, luas pemilikan lahan, lingkungan sosial ekonomi.
2. Langkah kedua adalah merakit berbagai komponen teknologi PTT berdasarkan kesepakatan kelompok untuk diterapkan di lahan usahataninya.
3. Langkah ketiga adalah penyusunan RUK berdasarkan kesepakatan kelompok.
4. Langkah keempat adalah penerapan PTT.
5. Langkah kelima adalah pengembangan/replikasi PTT ke petani lainnya.
*: Komponen teknologi pilihan dapat menjadi compulsory apabila hasil KKP memprioritaskan
komponen teknologi yang dimaksud menjadi keharusan untuk pemecahan masalah utama suatu wilayah, demikian pula sebaliknya bagi komponen teknologi dasar.
**: Prioritas
C. Komponen PTT Padi
Komponen dasar/compulsory dan pilihan disesuaikan spesifik wilayah setempat yang paling tepat diterapkan.Komponen teknologi pilihan dapat menjadi compulsory apabila hasil KKP memprioritaskan komponen teknologi dimaksud menjadi keharusan untuk pemecahan masalah utama suatu wilayah, demikian pula sebaliknya bagi komponen teknologi dasar. Adapun komponen PTT padi dasar/compulsory, dikemukakan pada Tabel 4 sedangkan komponen pilihan pada Tabel 5 berikut.
Tabel 4.Komponen PTT Padi Dasar
Tabel 5.Komponen PTT Padi Pilihan
(Sumber : Puslitbang Tanaman Pangan, Badan Litbang 2012 dan Analisis) PADI SAWAH
IRIGASI
• Varietas Modern (VUB, PH, PTB)
• Bibit bermutu dan sehat • Pengeturan cara tanam
(Jajar Legowo) • Pemupukan berimbang
dan efisien menggunakan BWD dan PUTS/petak omisi/Permentan No. 4/2007
• PHT sesuai OPT sasaran
PADI SAWAH TADAH HUJAN
• Varietas Modern (VUB, PH, PTB)
• Bibit bermutu dan sehat • Pengelolaan hara P dan K
berdasar PUTS • Pemberian bahan organik • Pengendalian gulma
terpadu
PADI GOGO
• Varietas Modern (VUB, PH, PTB)
• Bibit bermutu dan sehat • Pemberian bahan organik • Pemupukan berdasar
status kesuburan tanah • Konservasi tanah dan air
PADI RAWA LEBAK
• Varietas Modern (VUB, PH, PTB)
• Bibit bermutu dan sehat • Pemupukan N granul, P dan K berdasarkan PUTS • PHT sesuai OPT sasaran
PADI SAWAH IRIGASI • Bahan organik/pupuk
kandang/amelioran ** • Pengelohan tanah yang
baik
• Pengelolaan air optimal (pengairan berselang) • Pupuk cair (PPC, organik,
bio hayati)/ZPT, pupuk mikro
• Penanganan panen dan pascapanen
PADI SAWAH TADAH HUJAN • Pengelolaan tanaman
yang meliputi populasi dan cara tanam (legowo, larikan, dll)
• Cara tanam dilarik dengan populasi tanaman tinggi menggunakan alat tanam row seeding • PHT sesuai OPT sasaran • Penanganan panen dan
pascapanen
PADI GOGO • Pengelolaan tanaman
yang meliputi populasi dan cara tanam (legowo, larikan, dll)
• PHT sesuai OPT setempat • Pengendalian gulma
terpadu
• Pola tanam berbasis padi gogo
• Penanganan panen dan pascapanen
PADI RAWA LEBAK • Pengelolaan tanaman
yang meliputi populasi dan cara tanam (legowo, larikan, dll) • Umur bibit • Pengelolaan air, pembuatan saluran/caren keliling • Pengendalian gulma terpadu
• Penanganan panen dan pascapanen
Adapun PTT padi di lahan pasang surut yaitu : 1).Penggunaan varietas unggul adaptif, 2). Pemupukan spesifik lokasi, 3). Amelioran (digunakan abu dan/atau kapur untuk meningkatkan pH), 4). Pengendalian terpadu untuk hama, penyakit dan gulma dan 5). Menggunakan alsin untuk pra dan pasca panen. Pengolahan tanah sempurna dimaksudkan untuk pencucian racun dan meratakan tanah.(Sumber : Puslitbang Tanaman Pangan, Badan Litbang, 2012).
a. Peran Komponen PTT
Penggunaan benih varietas unggul bermutu akan menghasilkan daya perkecambahan yang tinggi dan seragam, tanaman yang sehat dengan perakaran yang baik, tanaman tumbuh lebih cepat, tahan terhadap hama dan penyakit, berpotensi hasil tinggi dan mutu hasil yang lebih baik.
Penanaman yang tepat waktu, serentak dan jumlah populasi
yang optimal dapat menghindari serangan hama dan penyakit, menekan pertumbuhan gulma, terhindar dari kelebihan dan kekurangan air, memberikan pertumbuhan tanaman yang sehat dan seragam serta hasil yang tinggi.
Pemberian pupuk secara berimbang berdasarkan kebutuhan
tanaman dan ketersediaan hara tanah dengan prinsip tepat jumlah, jenis, cara, dan waktu aplikasi sesuai dengan jenis tanaman akan memberikan pertumbuhan yang baik dan meningkatkan kemampuan tanaman mencapai hasil tinggi.
Pemberian air pada tanaman secara efektif dan efisien
sesuai dengan kebutuhan tanaman dan kondisi tanah merupakan faktor penting bagi pertumbuhan dan hasil tanaman yaitu air sebagai pelarut sekaligus pengangkut hara dari tanah ke bagian tanaman. Kebutuhan akan air disetiap stadia tanaman berbeda-beda, pemberian air secara tepat akan meningkatkan hasil dan menekan terjadinya stres pada tanaman yang diakibatkan karena kekurangan dan kelebihan air.
Perlindungan tanaman dilaksanakan untuk mengantisipasi
dan mengendalikan serangan OPT dan DPI dengan meminimalkan kerusakan atau penurunan produksi akibat serangan OPT. Pengendalian dilakukan berdasarkan prinsip dan strategi Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Khususnya pengendalian dengan pestisida merupakan pilihan terakhir bila serangan OPT berada diatas ambang ekonomi. Penggunaan pestisida harus memperhatikan jenis, jumlah dan cara penggunaannya sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku sehingga tidak menimbulkan resurjensi atau resistensi OPT atau dampak lain yang merugikan lingkungan.
Penanganan panen dan pasca panen akan memberikan
hasil yang optimal jika panen dilakukan pada waktu dan cara yang tepat yaitu tanaman dipanen pada masak fisiologis berdasarkan umur tanaman, kadar air dan penampakan visual hasil sesuai dengan diskripsi varietas. Pemanenan dilakukan
dengan sistem kelompok yang dilengkapi dengan peralatan dan mesin yang cocok sehingga menekan kehilangan hasil. Hasil panen dikemas dalam wadah dan disimpan ditempat penyimpanan yang aman dari OPT dan perusak hasil lainnya sehingga mutu hasil tetap terjaga dan tidak tercecer.
b. Pemilihan Teknologi PTT
Komponen teknologi yang dipilih dan diterapkan oleh petani dalam melaksanakan GP-PTT adalah komponen teknologi PTT. Perakitan komponen teknologi budidaya dilakukan dengan cara penelusuran setiap alternatif komponen teknologi, jumlah yang mempengaruhi dan yang dipengaruhi. Apabila hal tersebut telah diketahui maka antar komponen teknologi dan aspek lingkungan dapat disinergiskan. Pemilihan teknologi budidaya yang optimal dapat dilakukan dengan memaksimalkan komponen teknologi yang saling sinergis dan meminimalkan komponen teknologi yang saling antagonis (berlawanan) sehingga diperoleh teknik budidaya dalam pendekatan PTT yang spesifik lokasi.
Kombinasi komponen teknologi yang digunakan pada lokasi tertentu dapat berbeda dengan lokasi lainnya, karena beragamnya kondisi lingkungan pertanaman. Setiap teknologi dan kombinasi teknologi yang sedang dikembangkan pada suatu lokasi dapat berubah sejalan dengan perkembangan ilmu dan pengalaman petani di lokasi setempat. Untuk
di setiap unit agar Dinas Pertanian Kabupaten/Kota berkomunikasi dan atau berkonsultasi dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) di masing–masing wilayah.
D. Keuntungan Penerapan Teknologi PTT
1. Meningkatkan kuantitas dan kualitas hasil usahatani
2. Efisiensi biaya usahatani dengan penggunaan teknologi yang tepat untuk masing-masing lokasi.
3. Kesehatan lingkungan tumbuh pertanaman dan lingkungan kehidupan secara keseluruhan akan terjaga.
V. GERAKAN PENERAPAN PTT (GP-PTT) PADI
A. Model Kawasan Tanaman PanganSesuai Peraturan Menteri Pertanian Nomor 50 Tahun 2012, tentang pedoman pengembangan kawasan pertanian, kawasan pertanian terdiri dari 1). Kawasan tanaman pangan, 2). Kawasan hortikultura, 3). Kawasan perkebunan dan 4). Kawasan peternakan. Adapun kawasan tanaman pangan adalahkawasan usaha tanaman pangan yang disatukan oleh faktor alamiah, sosial budaya, infrastruktur fisik buatan, serta dibatasi oleh agroekosistem yang sama sedemikian rupa sehingga mencapai skala ekonomi dan efektifitas manajemen usaha tanaman pangan. Kawasan tanaman pangan dapat berupa kawasan yang telah eksis atau calon lokasi baru, dan lokasinya dapat berupa hamparan atau spot partial namun terhubung dengan aksesbilitas yang memadai.
Pengembangan kawasan pertanian tanaman pangan, khususnya padi pada tahun 2015 dilakukan melalui Gerakan Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu (GP-PTT). Untuk itu pada tahun 2015, tidak dikenal lagi SL-PTT Kawasan Pertumbuhan, Kawasan Pengembangan dan Kawasan Pemantapan.
Kriteria khusus tanaman pangan/padi dalam aspek luas agregat adalah 5.000 ha/2-4 kecamatan dan atau disesuaikan dengan kondisi di lapangan, dengan fasilitasi GP-PTT seluas 2.500 ha.
Rancangan kawasan padi inbrida tahun 2015 di alokasikan di 30 Kabupaten pada 24 Provinsi seluas 75.000 ha. Model pengembangan kawasan (padi inbrida) dikemukakan pada
Gambar 1 berikut.
Gambar 1. Model Kawasan Tanaman Pangan
Pada kawasan GP-PTT padi inbrida, dalam upaya pencapaian target produksi > 1 ton/ha seluruh Eselon I lingkup Kementerian Pertanian dan Eselon II lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan akan memberikan kontribusi kegiatannya guna mendukung pelaksanaan GP-PTT secara optimal. Untuk itu koordinasi, replikasi, nilai tambah, keberhasilan dan regulasi
menjadi kata kunci guna menjamin keberhasilan kegiatan tersebut di tingkat lapangan.
Selanjutnya dalam upaya peningkatan produktivitas dan produksi, areal di luar kawasan (non kawasan/rintisan/regular) tetap mendapat perhatian melalui pelaksanaan GP-PTT padi inbrida seluas 225.000 ha dan GP-PTT padi hibrida seluas 50.000 ha dengan luasan di masing-masing kabupaten/lokasi disesuaikan dengan kondisi setempat. Pada GP-PTT padi inbrida dan hibrida non kawasan ini, hanya mendapatkan stimulan dari kegiatan pengelolaan produksi tanaman serealia berupa bantuan saprodi termasuk benih, bantuan tanam jajar legowo, pertemuan kelompok dan pendampingan serta pengawalan tanpa dukungan kegiatan dari Eselon I lingkup Kementerian Pertanian dan atau Eselon II lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan.
GP-PTT dilaksanakan oleh kelompoktani yang sudah terbentuk dan masih aktif. Kelompoktani yang dimaksud diupayakan kelompoktani yang dibentuk berdasarkan hamparan, atau lokasi lahan usahataninya diupayakan masih dalam satu hamparan setiap kelompok. Hal ini perlu untuk mempermudah interaksi antar anggota karena mereka saling mengenal satu sama lainnya dan diharapkan tinggal saling berdekatan sehingga bila teknologi GP-PTT sudah diadopsi secara individu akan mudah ditiru petani lainnya.
Peserta GP-PTT wajib mengikuti setiap tahap pertanaman dan mengaplikasikan kombinasi komponen teknologi yang sesuai
spesifik lokasi mulai dari pengolahan tanah, budidaya, penanganan panen dan pasca panen. Pada setiap tahapan pelaksanaan, petani peserta diharapkan melakukan serangkaian kegiatan yang sudah direncanakan dan dijadwalkan.
B. Penentuan Calon Lokasi
Pemilihan penempatan calon lokasi GP-PTT dengan prioritas produktivitas masih berpotensi untuk ditingkatkan dan petaninya responsif terhadap teknologi.
Pemilihan/penunjukan letak petak untuk pertemuan kelompoktani dengan pertimbangan terletak di bagian pinggir areal GP-PTT sehingga berbatasan langsung dengan areal di luar areal GP-PTT dengan harapan penerapan teknologi PTT mudah dilihat dan ditiru oleh petani di luar areal GP-PTT. Pertimbangan lainnya disesuaikan dengan kondisi di lapangan. Pemilihan/penunjukan letak petak pertemuan tersebut, dilakukan melalui musyawarah mufakat (disepakati bersama). Format CL dan CP disajikan pada Lampiran 3.
1. Penentuan Calon Lokasi
a. Lokasi dapat berupa persawahan yang beririgasi, sawah tadah hujan, lahan kering, pasang surut dan lebak yang produktivitas dan/atau indeks pertanamannya masih dapat ditingkatkan. Lokasi GP-PTT tahun anggaran 2015 diutamakan lokasi SL-PTT tahun anggaran 2014 dengan tetap memperhatikan kondisi di lapangan. Oleh karena itu
Dinas Pertanian Kabupaten/Kota perlu melakukan identifikasi lokasi tersebut dan lokasi-lokasi yang produktivitas masih dapat ditingkatkan sedangkan Dinas Pertanian Provinsi melakukan verifikasi atas CP/CL tersebut. Untuk itu, CP/CL yang telah diverifikasi oleh Dinas Pertanian Provinsi, diharapkan sudah disampaikan ke Direktorat Budidaya Serealia paling lambat pada akhir bulan Januari 2015 guna disampaikan kepada berbagai pihak yang membutuhkan baik untuk perencanaan, pengawalan, monitoring, evaluasi, dll.
b. Diprioritaskan bukan daerah endemis hama dan penyakit, bebas dari bencana kekeringan, kebanjiran dan sengketa. c. Areal GP-PTT, diusahakan agar berada dalam satu
hamparan/kawasan yang strategis dan mudah dijangkau petani atau disesuaikan dengan kondisi di lapangan.
d. Setiap 25 ha dan atau sesuai dengan kondisi di lapangan, areal GP-PTT diberi papan nama sebagai tanda/identitas lokasi pelaksanaan kegiatan.
2. Penentuan Calon Petani/Kelompoktani Peserta GP-PTT
a. Kelompoktani/petani yang dinamis, pro aktif dan bertempat tinggal dalam satu desa/wilayah yang berdekatan dan diusulkan oleh Kepala Desa, KCD dan atau Petugas Lapangan/Penyuluh.
b. Petani yang dipilih adalah petani aktif yang memiliki lahan ataupun penggarap/penyewa dan mau menerima teknologi baru.
c. Bersedia mengikuti seluruh rangkaian kegiatan GP-PTT. d. Kelompoktani GP-PTT ditetapkan dengan Surat Keputusan
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota yang membidangi tanaman pangan selaku KPA, sebagaimana contoh pada
Lampiran 4.
C. Ketentuan Pelaksana GP-PTT
Ketentuan pelaksana GP-PTT sebagai berikut :
1. Lokasi GP-PTT diusahakan berada pada satu hamparan atau kawasan, mempunyai potensi untuk ditingkatkan produktivitas dan/atau IP-nya, serta anggota kelompoktaninya respon terhadap penerapan teknologi.
2. Luas satu unit GP-PTT padi adalah 25 ha, dan atau disesuaikan dengan kondisi di lapangan.
3. Memiliki Pemandu Lapangan.
Pemandu Lapangan (PL) khususnya Petugas Lapangan/ Penyuluh, POPT, PBT dan Peneliti mempunyai fungsi sebagai :
1. Pemandu yang paham terhadap permasalahan, kebutuhan dan kekuatan yang ada di lapangan dan desa.
2. Dinamisator proses pertemuan kelompok sehingga menimbulkan ketertarikan dan lebih menghidupkan latihan. 3. Motivator yang kaya akan pengalaman dalam berolah
tanam dan dapat membantu membangkitkan kepercayaan diri para peserta GP-PTT
4. Konsultan bagi petani peserta GP-PTT untuk mempermudah menentukan langkah-langkah selanjutnya dalam melaksanakan kegiatan usahataninya setelah kegiatan GP-PTT selesai.
D. Persyaratan Kelompoktani Pelaksana GP-PTT
1. Kelompoktani tersebut masih aktif dan mempunyai kepengurusan yang lengkap yaitu minimal ada Ketua, Sekretaris dan Bendahara.
2. Menyusun RUK sebagaimana terlihat dalam Lampiran 5. 3. Kelompoktani penerima bantuan GP-PTT ditetapkan dengan
Surat Keputusan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota selaku KPA.
4. Memiliki rekening yang masih berlaku/masih aktif di Bank Pemerintah (BUMN atau BUMD/Bank Daerah) yang terdekat dan bagi Kelompoktani yang belum memiliki, terlebih dahulu harus membuka rekening di bank.
5. Rekening bank diutamakan berupa rekening bank setiap kelompoktani namun dapat pula rekening gabungan
gapoktan, mekanisme pengaturan antar kelompoktani agar diatur lebih lanjut oleh Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota.
6. Membuat surat pernyataan bersedia dan sanggup menggunakan dana bantuan GP-PTT sesuai peruntukannya (RUK) dan sanggup mengembalikan dana apabila tidak sesuai peruntukannya sebagaimana terlihat dalam Lampiran
6. Adapun mekanisme pengembaliannya, sesuai peraturan
perundangan yang berlaku.
7. Bersedia menambah biaya pembelian sarana produksi dan pendukung lainnya, bilamana bantuan Pemerintah Pusat tersebut tidak mencukupi/kurang.
8. Bersedia mengikuti seluruh rangkaian kegiatan GP-PTT. 9. Petani/kelompoktani penerima Bansos GP-PTT tidak
diperkenankan menerima bansos dari kegiatan yang sama pada tahun anggaran berjalan.
E. Bantuan Pelaksanaan GP-PTT dan Pemanfaatannya.
Guna mendukung pelaksanaan GP-PTT padi inbrida berbasis kawasan dan GP-PTT padi inbrida non kawasan serta GP-PTT padi hibrida non kawasan, seluruh areal yang ditetapkan dalam CP/CL akan mendapatkan fasilitasi berupa bantuan saprodi, biaya tanam jajar legowo, biaya pertemuan kelompoktani. Konsep ini berbeda dengan SL-PTT Tahun 2014. Gambar 2 berikut, menjelaskan perbedaan tersebut.
Gambar 2. Perbandingan SL-PTT (2014) Dengan GP-PTT (2015)
Areal GP-PTT padi berbasis kawasan maupun non kawasan sebagai stimulan direncanakan mendapatkan sarana produksi (benih, pupuk, pestisida, biaya tanam jajar legowo dan biaya pertemuan kelompoktani), sedangkan insentif/bantuan transport bagi petugas pendamping (petugas dinas dan atau aparat/disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan), papan nama/identitas dan ubinan diberikan pada setiap 25 ha atau disesuaikan dengan kondisi di lapangan.
Untuk lebih jelasnya, plafon stimulan/bantuan saprodi untuk pelaksanaan GP-PTT Padi Tahun 2015 dapat dilihat pada Tabel
Tabel 6. Plafon Stimulan/Bantuan Saprodi GP-PTT Padi Tahun 2015
No Uraian Areal (Ha)
Biaya (Rp 000/Ha)
Instrumen I
a. Kawasan GP-PTT Padi Inbrida
-. Saprodi (benih, pupuk, pestisida) -. Bantuan biaya tanam jarwo -. Pertemuan Kelompok minimal 4 kali
-. Saprodi (benih, pupuk, pestisida) -. Bantuan biaya tanam jarwo -. Pertemuan Kelompok minimal 4 kali
II
a. Kawasan GP-PTT Padi Inbrida
-. Saprodi (benih, pupuk, pestisida) -. Bantuan biaya tanam jarwo -. Pertemuan Kelompok minimal 4 kali
2. Papua 5,000 3,110 -. Saprodi (benih, pupuk, pestisida) -. Bantuan biaya tanam jarwo -. Pertemuan Kelompok minimal 4 kali
b. Kawasan GP-PTT Padi Hibrida
1. Di Luar Papua 50,000 3,655 -. Saprodi (benih, pupuk, pestisida) -. Bantuan biaya tanam jarwo -. Pertemuan Kelompok minimal 4 kali
2. Papua -
-JUMLAH:
1. Kawasan GP-PTT Padi Inbrida 75,000 3. Non Kawasan GP-PTT Padi Inbrida 225,000 4. Non Kawasan GP-PTT Padi Hibrida 50,000 TOTAL: 1. GP-PTT Padi 350,000 Kawasan: Non Kawasan/Rintisan/Reguler: 1. Di Luar Papua 220,000 2,900 1. Di Luar Papua 70,000 2,900 2. Papua 5,000 3,110
Bantuan saprodi yang diberikan dalam pelaksanaan GP-PTT Padi, digunakan untuk:
1. Pembelian benih varietas unggul bersertifikat, dengan harga
non subsidi. Tidak dibolehkan memanfaatkan/menggunakan
benih bersubsidi yang disediakan Pemerintah. Jumlah dan varietas yang akan digunakan disesuaikan dengan kondisi setempat (spesifik lokasi), serta disetujui dan atau diketahui oleh Petugas Lapangan/Penyuluh, Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dan BPTP setempat. Sumber benih dapat berasal dari kios benih, penangkar benih, produsen BUMN/BUMD/Swasta, dan atau dari sumber lain yang jelas, dll. Selanjutnya kemasan dan label benih agar disimpan dengan baik.
2. Pembelian pupuk bersubsidi (Urea, NPK, Organik) dengan harga yang ditetapkan Pemerintah. Untuk itu pastikan petani pelaksana GP-PTT telah tergabung dalam kelompoktani dan telah menyusun RDK dan RDKK. Adapun jenis pupuk dan dosis yang akan digunakan di lapangan, disesuaikan dengan rekomendasi dan kondisi di masing-masing daerah (spesifik lokasi) serta disetujui dan atau diketahui oleh Petugas Lapangan/Penyuluh, Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dan BPTP setempat. Disamping itu, anggaran yang tersedia, digunakan pula untuk pembelian pestisida yang jumlah dan dosis, disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan. Apabila rekomendasi di suatu lokasi memerlukan pupuk/pestisida jenis lainnya, maka apabila dana masih memungkinkan dapat dibiayai dari dana yang tersedia tersebut. Selanjutnya, apabila
seluruh komponen telah dipenuhi dan masih tersedia dana, maka sisa dana dapat dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan pupuk anorganik (sesuai rekomendasi). Pupuk yang belum digunakan agar disimpan dan dijaga dengan sebaik-baiknya agar mutunya tetap terjaga saat digunakan. Selanjutnya kemasan pupuk disimpan dengan baik.
3. Membiayai pertemuan kelompoktani, yang jumlahnya minimal 4 (empat) kali dan atau disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan. Dari 4 (empat) kali pertemuan, 1 (satu) kali pertemuan dilaksanakan sebelum tanam untuk mendukung penyusunan Kajian Kebutuhan dan Peluang (KKP) atau Pemahaman Masalah dan Peluang (PMP), 1 (satu) kali pertemuan untuk penyusunan Rencana Usaha Kelompok (RUK) dan sisanya disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan. Pertemuan dilakukan oleh kelompok tani peserta GP-PTT dan bertempat di areal yang ditunjuk dan disepakati bersama (musyawarah mufakat). Peserta pertemuan adalah petani peserta dipandu oleh Petugas Lapangan (Penyuluh, POPT, PBT, Peneliti, Aparat dan petugas). Apabila dibutuhkan dan dengan mempertimbangkan berbagai hal, anggaran yang tersedia dapat pula digunakan untuk pelaksanaan Temu Lapangan Petani (FFD) dalam rangka sosialisasi kepada masyarakat akan keberhasilan pelaksanaan, dengan mengundang petani sekitarnya,
pemuda/i tani, tokoh masyarakat, petugas lapangan, aparat, stake holder, dll.
4. Membantu biaya penerapan teknologi tanam jajar legowo. Untuk itu, GP-PTT Padi (kawasan maupun non kawasan) di lahan beririgasi wajib meningkatkan optimalisasi popuplasi tanaman persatuan luas melalui penerapkan tanam jajar legowo baik 2:1 atau 4:1. Gambar dapat dilihat pada
Lampiran 15 - 21. Jumlah bibit per umpun dan umur bibit
disesuaikan dengan kebiasaan petani (kondisi setempat). Sedangkan di lahan lebak, pasang surut dan lahan kering, disesuaikan dengan kondisi di masing-masing lokasi.
Semua jenis pengeluaran saprodi, dituangkan dalam RUK (Rencana Usaha Kelompok), masing-masing Kelompok tani pelaksana GP-PTT baik kawasan maupun non kawasan/rintisan/regular. Form RUK seperti pada Lampiran 5. Kebutuhan sarana produksi dan pendukung lainnya yang tidak difasilitasi Pemerintah Pusat maupun kekurangannya, agar ditanggung dan diusahakan secara swadaya oleh anggota kelompok tani atau dari sumber lainnya.Hal ini dimaksudkan agar petani/kelompoktani ikut memiliki sehingga mempunyai tanggungjawab moral untuk mensukseskan GP-PTT Padi dalam rangka mendukung pencapaian sasaran produksi tahun 2015. Teknologi yang akan diterapkan pada GP-PTT (kawasan maupun non kawasan/rintisan/reguler), dikomunikasikan dan atau
kondisi di lapangan (spesifik lokasi) guna menjamin keberhasilan pelaksanaan kegiatan sehingga dapat menjadi mengungkit peningkatan produktivitas dan produksi.
Bantuan sarana produksi merupakan Belanja Bantuan Sosial (BANSOS) pada akun 573111 dan penggunaannya dengan mekanisme transfer langsung ke rekening kelompoktani dalam bentuk uang dan sesuai pedoman serta peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Disamping itu, guna mendukung pelaksanaan GP-PTT Padi, pemerintah memberikan pula stimulan berupa anggaran untuk penyediaan papan nama, pendampingan dan ubinan, dengan rincian penggunaan seperti berikut:
1. Digunakan untuk penyediaan papan nama.Papan nama merupakan identitas lokasi dimana kegiatan tersebut dilaksanakan.Papan nama diberikan setiap unit (@ 25 ha) atau disesuikan dengan kondisi di lapangan.Bahan dan ukurandisesuaikan dengan anggaran yang tersedia (tidak harus dalam bentuk papan, namun dapat berupa tripleks, plastik sablon, dan atau lainnya) dan atau disesuaikan dengan kondisi di masing-masing lokasi.Apabila dipandang perlu menambah biaya untuk keperluan tersebut, dapat diupayakan dari swadaya petani/kelompok tani atau dari sumber-sumber lain yang sah dan diketahui petugas lapangan dan Dinas Pertanian Kabupaten/Kota.
2. Digunakan untuk membiayai pendampingan dan pengawalan, kegiatan GP-PTT baik kawasan maupun non kawasan di lapangan.Pendampingan dan atau pengawalan, dilakukan oleh petugas dinas kabupaten/kota termasuk Penyuluh/PPL, POPT, PBT, Mantri Tani atau Petugas lainnya sesuai kebutuhan di lapangan serta Aparat (Babinsa, Camat, Kades atau lainnya). Khusus pendampingan dan atau pengawalan oleh aparat, keterlibatannya (kebutuhan) disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan.Jumlah kunjungan/pendampingan dan atau pengawalan ke lapangan, disesuaikan dengan anggaran yang tersedia. Untuk itu, diperlukan koordinasi antara Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dengan Bapelluh, Kodim, Korem, Babinsa dan Aparat Kecamatan sampai Desa.
3. Digunakan untuk membiayai pelaksanaan ubinan bersama.Ubinan dilaksanakan pada kawasan maupun non kawasan/ rintisan/reguler GP-PTT Padi. Setiap 25 ha dan atau disesuaikan dengan kondisi di lapangan, difasilitasi 1 unit ubinan dengan anggaran yang disediakan sebesar Rp 180.000,-/unit, yang diperuntukkan untuk honor petugas ubinan (masing-masing 1 orang Mantri Tani dan 1 orang KSK) serta fasilitasi untuk pencatatan hasil ubinan dan pengirimannya ke Pusat.Untuk itu, koordinasi dan sinergitas antara Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dan BPS Kabupaten sangat diperlukan. Data ubinan merupakan salah satu indikator keberhasilan pelaksanaan GP-PTT baik pada
kawasan maupun non kawasan/rintisan/reguler. Teknik ubinan teknologi tanam jajar legowo, disajikan pada Lampiran 15-21. Bantuan anggaran untuk pelaksanaan pengadaan papan nama, bantuan transport untuk pendampingan dan pengawalan petugas dan aparat serta ubinandi alokasikan pada Satker Dinas Pertanian Kabupaten/Kota yang membidangi tanaman pangan dan penggunaannya disesuaikan dengan kondisi di lapangan dan pedoman serta peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pada Satker Dinas Pertanian Kabupaten/Kota yang membidangi tanaman pangan, disediakan pula anggaran untuk melaksanakan pembinaan dalam arti luas yang mencakup perencanaan, pembinaan dan monitoring serta evaluasi. Untuk jelasnya, rincian kegiatan dapat dilihat pada POK Pengelolaan Produksi Tanaman Serealia Tahun 2015.
Selanjutnya agar kegiatan GP-PTT berbasis kawasan tersebut berkontribusi pada produksi tahun 2015, maka diharapkan pelaksanaan GP-PTT Padi diharapkan sudah dilaksanakan pada awal tahun 2015 (Akhir MH 2014/2015 sampai MK II 2015), kecuali secara teknis dan kondisi lapangan tidak memungkinkan dilaksanakan.Untuk itu, penyaluran/penyerapan dana bansos diharapkan terealisasi 100% pada akhir bulan Agustus 2015. Disamping itu agar segera mengambil langkah-langkah dan mempersiapkan secara terencana, akurat dan efektif melalui koordinasi dengan instansi terkait antara lain Dinas Pengairan,
BMKG, Penyedia Benih, Pupuk, Alsintan dan lain sebagainya agar pelaksanaan tepat waktu dan sasaran.
Sebagai salah satu bentuk peningkatan kualitas GP-PTT Padi di lapangan, maka pembinaan, pendampingan dan pengawalan yang telah dilakukan pada tahun-tahun sebelumnya perlu lebih ditingkatkan dengan melibatkan petugas dinas dan aparat. Untuk itu, Dinas Pertanian Kabupaten/Kota perlu melakukan koordinasi yang lebih intensif, sosialisasi serta sinergi kegiatan dengan instansi terkait baik di lingkup Kementerian Pertanian, TNI-AD (Pangdam, Dandim, Kodim, Korem, Babinsa) dan stake holders lainnya.
Pendampingan dan pengawalan dilakukan oleh Petugas Dinas Provinsi dan Kabupaten/Kota termasuk Penyuluh/PPL, POPT, PBT, KCD, Mantri Tani atau petugas lain sesuai kebutuhan di masing-masing lokasi; dan Aparat (TNI-AD beserta jajarannya/BABINSA, Camat dan Kades atau lainnya) serta petugas Pusat. Pengawalan GP-PTT dilakukan pula oleh para Peneliti BPTP di masing-masing lokasi yang penugasannya melalui Surat Keputusan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Selanjutnya Posko P2BN atau Posko lainnya yang mendukung pencapaian sasaran produksi padi, pada setiap tingkatan (Kabupaten/Kota dan Provinsi) harus lebih diaktifkan guna melakukan koordinasi dan sinergi dengan berbagai pihak dan instansi terkait untuk turun bersama memantau kondisi di
lapangan, menggerakkan percepatan tanam/panen serentak, pemeliharaan tanaman dan mengetahui segala permasalahannya untuk selanjutnya diselesaikan agar tidak menjadi penghambat dalam merealisasikan kegiatan.
Selanjutnya, Dinas Pertanian Provinsi menjabarkan Pedoman Teknis GP-PTT Padi tersebut, dalam bentuk Petunjuk Pelaksanaan (JUKLAK) GP-PTT. Hal-hal yang lebih teknis dan operasional di lapangan agar dapat diatur dan diuraikan dalam Petunjuk Teknis (JUKNIS) GP-PTT yang wajib disusun/dibuat oleh Dinas Pertanian Kabupaten/Kota secara lebih rinci dan jelas sesuai dengan spesifik lokasi, guna menghindari penafsiran yang berbeda-beda oleh petugas lapangan.
VI. PENGORGANISASIAN DAN OPERASIONAL
GP-PTT
A. Pengorganisasian GP-PTT
Agar pelaksanaan GP-PTT terkoordinasi dan terpadu mulai dari kelompoktani, kabupaten, provinsi sampai ke tingkat pusat maka perlu dibentuk tim pengendali tingkat pusat, tim pembina tingkat provinsi, tim pelaksana tingkatkabupaten/kota serta tim pelaksana tingkat kecamatan.
Tim pengendali tingkat pusat, ditetapkan dengan Surat Keputusan Direktur Jenderal Tanaman Pangan. Tim pembina tingkat provinsi ditetapkan dengan Surat Keputusan Gubernur/Kepala Dinas Pertanian Provinsi yang bersangkutan. Sedangkan tim pelaksana tingkat kabupaten/kota serta kecamatan, ditetapkan dengan Surat Keputusan Bupati/Walikota. Tim pembina tingkat provinsi serta tim pelaksanatingkat kabupaten/kota dan tim pelaksana kecamatan melaksanakan kegiatan koordinasi pelaksanaan GP-PTT melalui Pos Simpul Koordinasi (POSKO) mulai dari tingkat desa, kecamatan, kabupaten/kota sampai tingkat provinsi. Posko GP-PTT dapat memanfaatkan POSKO yang telah ada seperti POSKO P2BN seperti diamanatkan pada Permentan Nomor 45 Tahun 2011 tentang Tata Hubungan Kerja Antar Kelembagaan Teknis,