• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PROSES PEMBERIAN NAMA ORANG PADA

3.2.2 Baptisan Kudus

Menurut Harahap (2007), baptisan adalah sakramen yang menjadikan seorang anak masuk dalam kerajaan Allah, pewaris segala berkat, dan keselamatan yang dikerjakan oleh Tuhan Yesus kristus. Baptisan kudus merupakan perantara anugrah Allah kepada manusia, sebab melalui baptisan orang percaya menerima keampuanan dosa, kelahiran kembali, kelepasan maut dan kuasa iblis, serta hidup yang kekal. Dalam ajaran ini kita menyaksikan anak kecil harus dibaptis, karena dengan pembaptisan itu mereka masuk ke dalam persekutuan orang-orang yang ditebus oleh Yesus. Hal ini juga berhubungan dengan pemberkatan anak-anak oleh Tuhan Yesus. Baptisan bukanlah “mengambil nama” (mangalap goar) dari gereja. Artinya nama seseorang tidak ditentukan oleh pihak gereja. Tujuan gereja membaptis si bayi bukan untuk

memberikan nama si bayi, namun untuk mensahkan nama si bayi dengan adanya anggapan agar si bayi dapat masuk kerajaan Allah. Menurut ajaran dari gereja bahwa nama seseorang bisa saja berganti, namun baptisan dilakukan hanya sekali untuk selamanya. membaptiskan si bayi untuk masuk kerajaan Allah bukan memberikan nama si bayi.

Menurut Bapak J. Lumban Gaol (46 tahun) adalah salah satu Pendeta di gereja HKBP (Huria Kristen Batak Protestan), mengatakan bahwa baptisan anak merupakan langkah awal untuk mengenal kerajaan Allah, dan mengingatkan tanggung jawab orang tua kepada anak-anaknya. Orang tua bukan hanya membesarkan anaknya secara fisik akan tetapi orang tua harus mewariskan nilai-nilai kerohanian kepada anak-anak mereka. Baptisan merupakan perintah dan amanah yang sesuai dengan ajaran agama Kristen yang terdapat di dalam Firman Allah yang berbunyi sebagai berikut:

“Tetapi Yesus berkata biarkanlah anak-anak itu datang kepada-Ku, janganlah menghalng-halangi mereka datang kepada-Ku, sebab orang-orangorang seperti itu itulah yang empunya kerajaan surga”.

Berdasarkan penjelasan di atas, bahwa anak kecil harus dibaptis, karena dengan pembabtisan mereka masuk ke dalam persekutuan orang-orang yang ditebus oleh Yesus. Ini behubungan dengan pemberkataan anak-anak oleh Tuhan Yesus, dimana seorang bayi bila meninggal dunia sebelum dibaptis, dia tidak akan masuk dalam kerajaan Allah. Bayi apabila tidak dapat dibaptis karena sakit parah yang dapat merenggut nyawa si bayi, maka orang tuanya harus segera memanggil Sintua ataupun Pendeta untuk membaptis anak mereka. Baptisan ini disebut dengan baptisan nahinipu (baptisan darurat). Baptisan anak di dalam gereja HKBP (Huria Kristen Batak Protestan) dilakukakan 2 kali dalam setahun, yaitu pada

bulan Juni dan Desember. Tidak ada peraturan ataupun ketetapan usia seorang anak untuk dibaptis, di dalam gereja tersebut. Akan tetapi pada umumnya para orang tua membaptiskan anak mereka saat anak mereka berusia 3 bulan. Pembaptisan inipun dilihat kesiapan ataupun melihat kondisi keuangan orang tua. Umumnya mereka menunggu dan mempersiapkan dana untuk membuat pesta saat anak mereka dibaptis. Karena orang tua membauat pesta secara adat, dengan mengundang semua tetangga dan juga para kenalan, unsur sosial dalihan na tolu (hula-hula, boru dan dongan sabutuha) jika orang tua mereka mampu untu mengadakan pesta secara adat.

Baptisan anak dilaksanakan, terlebih dahulu diadakan persiapan. Salah satu persiapan tersebut adalah para orang tua baik ayah maupun ibu si anak yang akan membaptiskan anak mereka, terlebih dahulu mereka marguru atau dibimbing oleh pendeta di gereja selama I minggu. Adapun yang diajarkan di dalam marguru ini adalah mempersiapkan para ayah dan ibu sianak. Tata cara pelaksanaan pembaptisan dilakukan , agar tidak terjadi kesalahan-kesalahan pada saat acara baptisan yang sesungguhnya. Misalnya, pernah terjadi kesalahan saat pembaptisan yang seharusnya ayah si anak memegang kepala anaknya, ternyata si ayah memegang sanggul istrinya. Hal ini terjadi karena si ayah tidak pernah mengikuti bimbingan yang dilaksanakan oleh pihak gereja.

Orang tua juga diajarkan bagaimana mengucapkan kesaksian iman orang Kristen, terutama jika ada orang tua si anak yang belum mengerti dalam pengucapannya selama ini. Pendeta akan membimbing mereka, orang tua juga diajarkan tentang Firman Allah. Saat masa bimbingan tersebut, para orang tua menyerahkan nama-nama anak mereka kepada pendeta. nama-nama tersebut akan

disebutkan di dalam baptisan kudus, dan anak mereka akan masuk dalam buku keanggotaan jemaat yang baru. Orang tua telah mempersiapkan nama kepada anak mereka jauh sebelum anak itu lahir ke dunia atau apabila anak tersebut masih berada dalam kandungan ibunya. Pendeta memberitahukan pakaian yang akan dipakai oleh si anak dan para orang tua. Seorang anak akan mengenakan pakaian yang berwarna putih. Arti warna putih menandakan bahwa si anak masih dalam keadaan bersih dan suci dan belum ternoda oleh dosa-dosa. Sedangkan para bapak tidak ditetapkan pakaian yang akan dipakai dalam baptisan. Umumnya para bapak-bapak mengenakan jas dan ibu mengenakan kebaya.

Setalah masa bimbingan selesai, maka tiba saat pelaksanaan pembabtisan. Acara pembabtisan ini dilaksanakan pada saat kebaktian pada hari minggu di gereja. Para anggota jemaat berkumpul bersama untuk beribadah begitu juga orang tua dan anaknya turut serta dalam ibadah tersebut. Setelah berdoa dan bernyanyi dalam kebaktian, tiba saat acara pembaptisan. Sebelum orang tua diundang kedepan untuk menerima baptisan, terlebih dahulu mereka mengucapkan kesaksian iman orang Kristen secara bersama-sama ditempat duduk masing-masing. Mereka berdiri untuk mengucapkan kesaksian iman Kristen tersebut, mereka duduk di posisi paling depan dengan membelakangi jemaat yang lain.

Kesaksian iman orang Kristen setelah diucapakan, mereka dipersilahkan duduk kembali dibangku mereka masing-masing. Kemudian pendeta mulai me mereka dipersilahkan duduk kembali dibangku mereka masing-masing. Kemudian pendeta mulai mengambil air, yang ada dalam sebuah mangkuk sebelumnya telah disediakan oleh pihak gereja. Pendeta selanjutnya membasuh kepala si anak

dengan air ke kepala setiap anak yang dibaptis, kemudian si ayah memegang kepala anaknya itu . Anak yang akan dibaptis misalnya bernama Lamtiur, maka pendeta membasuh kepala si Lamtiur dan mengatakan:

Ale Lamtiur! Hudidi maho tubagasan goarni Debata Ama dohot tubagasan goarni anakna Tuhan Yesus Kristus, dohot tubagasan tondi Porbadia”.

Artinya:

“Kubaptislah engkau Lamtiur, hanya didalam nama Allah Bapa, dan Putranya Tuhan Yesus Kristus, dan Roh Kudus”.

Berdasarkan penjelasan di atas, yaitu kata-kata yang diucapkan oleh pendeta, bahwa anak tersebut dibaptis oleh Allah Bapa, dan anaknya Tuhan Yesus dan Roh Kudus melalui perantara pendeta. Pengesahan nama si anak dilakukan di gereja, nama seorang anak dianggap sudah mapan dan pas apabila nama telah disebutkan dalam baptisan kudus. Baptisan bukalah mengambil nama (mangalap goar) dari gereja, pemberian nama adalah hak dan urusan orang tua si bayi. Gereja membaptiskan si anak bukan memberikan nama si anak. Nama seorang anak bisa saja berganti, namun baptisan hanya tetap dilaksanakan 1 kali untuk selamanya.

Pemberian nama pada seorang anak pada masyarakat Batak Toba, dalam pemilihan nama selain ayah dan ibu si anak dalam memberikan nama kepada anaknya, kakek dan nenek (opung) juga berperan dalam memberikan nama kepada cucunya. Jika cucu yang lahir tersebut dari anak laki-laki, maka cucunya disebut cucu buha baju yang artinya si kekek dan si nenek akan dipanggil dengan nama cucu pertamanya. Adapun alasan mereka dalam memberikan nama kepada cucunya, mereka ingin nama yang diberikan itu sesuai dengan yang mereka

ingikan, dan orang-orang akan memanggil mereka dengan nama yang mereka berikan kepada cucunya tersebut.

Upacara agama selesai dilaksanakan di gereja, maka di rumah orang tua si bayi dilangsungkan upacara adat Batak untuk mengesahkan nama anak mereka secara adat melalui suatu pesta adat. Bagi orang tua yang mempunyai ekonomi yang mencukupi, mereka akan membuat pesta besar-besaran secara adat Batak untuk mengesahkan nama anaknya, karena harus mereka mengundang unsur dalihan na tolu (hula-hula ,boru dan dongan sabutuha)

Menurut masyarakat Batak Toba mengesahkan nama secara adat mengundang unsur dalihan na tolu (hula-hula, boru, dongan sabutuha). Masing-masing pihak mempunyai kewajiban dalam penyelenggaraan pesta. Penyelenggara pesta menyediakan makanan dan daging babi, pihak hula-hula menyediakan dengke (ikan mas) dan ulos. Adakalanya dalam acara ini marbagi jambar. Jambar adalah membagi bagian tertentu dari daging babi. Setiap pesta adat baik itu tardidi (pembaptisan), pembagian jambar harus selalu dilakukan. Setiap yang hadir harus mendapat pembagian sesuai dengan statusnya dalam kekerabatan. Semua para undangan berkumpul setelah maka, diadakan makan bersama, yang dimulai dengan pemanjatan doa oleh pihak gereja (pendeta atau sintua).

Acara makan bersama secara adat Batak Toba selesai dilakukan , para tamu memberikan kata-kata kepada orang tua si anak dan kepada anak itu sendiri. Pengucapan kata-kata dilakukan oleh tersebut hula-hula memberikan ulos yang diselimutkan disekitar pundak orang tua si anak serta ulos penggendong. Tujuan pemberian ulos tersebut adalah agar mereka terlindungi dari roh-roh jahat dan

selamat serta panjang umur. Kata-kata yang disampaikan kepada si anak memang belum bisa diperoleh si anak tersebut mengerti namun hanya orang tuanya saja yang dapat mengerti arti kata-kata tersebut. Ini menunjukkan betapa pentingnya nama bagi masyarakat Batak Toba, misalnya jika anak yang dibaptis itu bernama Lamtiur maka para tamu memberikan kata-kata kepada orang tua dan si anak sebagai berikut:

nunga tardidi do hape boru nami di gereja, dibahen ma goarna si Lamtiur. Nang dohonokku pe, sai horas jala sari matua ma ibana manjunjung gaornai, ganjang ma umur muna dohot boru nami on, tiurma pancaharian muna, mamboan na denggan ma goarni boru namion, sai diramoti Tuhani ma hamuna”.

Artinya:

“sudah dibaptis anak kami digereja, dibuat namanya lamtiur. Adapun yang ingin kusampaikan, semoga sselamat sampai tualah dalam menjunjung namanya, panjanglah umur kalian dan juga anak kami ini, teranglah mata pencaharian kalian, semoga membawa yang baiklah nama anak kami ini. Diberkati Tuhanlah kalian”.

Kalimat-kalimat yang diucapkan di atas, menjelaskan arti pentingnya arti sebuah nama. Berdasarkan ungkapan di atas bahwa terkandung harapan jala sari matua ma ibana manjunjung goarnai. Hal ini mencakup segala sesuatu yang terbaik dalam napas kehidupan seseorang, Ungkapan harapan ini sealulu dihubungkan dengan kemurahan dan kuasa Tuhan. Semoga nama yang diberikan pada seseorang membawa rejeki, keberuntungan, dan keselamatan di dalam sebuah nama sampai masa tuanya

Tabel 3.2

Tata Cara Pembeian Nama Orang Setelah Memeluk Agama Kristen

No Tahap-tahap pelaksanaan

Rincian Keterangan

1. Pemilihan nama atau penetapan nama pada si anak

Ayah dan ibu merundingkan atau mendiskusikan mengenai membuat nama pada anaknya. Sanak saudara juga terlibat untuk memberikan nama kepada anak mereka.

Sebelum si bayi lahir, orang tua sudah

mempersiapkan nama bagi si anak, yaitu ketika anaknya masih di dalam kandungan 2. Pandidion na nadia

(baptisan kudus)

Pandidion na badia (baptisan kudus) merupakan acara gereja agar anak masuk dalam kerajaan Allah dan sebagai pewaris kerajaan surga. Sebelum

baptisan dilaksanakan, orang tua dibimbing (marguru) oleh pendeta dengan mengajarkan kesaksian iman orang Kristen dan mengajarkan kegiatan yang dilaksanakan orang tua.

Kegiatan ini bertujuan agar acara tersebut tidak terjadi kesalahan. Baptisan merupakan perintah Tuhan Yesus yang tertulis di dalam firman Allah.

Saat usia bayi masih 40 hari

3. Mangallang esek-esek

Acara ini dilaksanakan setelah si bayi kembali dari gereja.

Kemudian di rumah diadakan acara adat untuk mengesahkan nama anak mereka, dengan mengundang tetangga dan unsure dalihan natolu ( hula-hula, boru, dongan sabutuha), dan dongan sahuta.

Dilaksanakan setelah acara dari gereja.

3.3 Faktor Perubahan Pemberian Nama

Dokumen terkait