• Tidak ada hasil yang ditemukan

BARA API PANAS

Dalam dokumen Sang Buddha Terjemahan baru (Halaman 182-191)

Kelompok III LIMA PULUH TERAKHIR

IV. BARA API PANAS

136 (1) Bara Api Panas

Di Sāvatthī. “Para bhikkhu, bentuk adalah bara api panas,227 perasaan adalah bara api panas, persepsi adalah bara api panas, bentukan- bentukan kehendak adalah bara api panas, kesadaran adalah bara api panas. Melihat demikian, para bhikkhu, siswa mulia yang terlatih

mengalami kejijikan terhadap bentuk … kejijikan terhadap kesadaran. mengalami kejijikan, ia menjadi bosan…. Ia memahami: ‘… tidak ada

lagi kondisi bagi makhluk ini.’”

137 (2) Tidak-kekal (1)

Di Sāvatthī. “Para bhikkhu, kalian harus melepaskan keinginan

terhadap apa pun yang tidak kekal. Dan apakah yang tidak kekal?

[178] Bentuk adalah tidak kekal; kalian harus melepaskan keinginan terhadapnya. Perasaan … Persepsi … Bentukan-bentukan kehendak … Kesadaran adalah tidak kekal; kalian harus melepaskan keinginan

terhadapnya. Para bhikkhu, kalian harus melepaskan keinginan terhadap apa pun yang tidak kekal.”

138 (3) Tidak-kekal (2)

… “Para bhikkhu, kalian harus melepaskan nafsu terhadap apa pun yang tidak kekal.” …

(Lengkap seperti sutta sebelumnya dengan menggantikan “keinginan”

menjadi “nafsu”.) 139 (4) Tidak-kekal (3)

… “Para bhikkhu, kalian harus melepaskan keinginan dan nafsu terhadap apa pun yang tidak kekal.” …

(Lengkap seperti §137 sebelumnya dengan menggantikan “keinginan”

menjadi “keinginan dan nafsu”.) 140 (5) Penderitaan (1)

… “Para bhikkhu, kalian harus melepaskan keinginan terhadap apa pun yang merupakan penderitaan.” …

141 (6) Penderitaan (2)

… “Para bhikkhu, kalian harus melepaskan nafsu terhadap apa pun yang merupakan penderitaan.” …

142 (7) Penderitaan (3)

… “Para bhikkhu, kalian harus melepaskan keinginan dan nafsu terhadap apa pun yang merupakan penderitaan.” …

143 (8) Bukan-diri (1)

… “Para bhikkhu, kalian harus melepaskan keinginan terhadap apa pun yang bukan-diri.” … [179]

144 (9) Bukan-diri (2)

… “Para bhikkhu, kalian harus melepaskan nafsu terhadap apa pun yang bukan-diri.” …

145 (10) Bukan-diri (3)

… “Para bhikkhu, kalian harus melepaskan keinginan dan nafsu terhadap apa pun yang bukan-diri.” …

146 (11) Terpikat dalam Kejijikan

Di Sāvatthī. “Para bhikkhu, sebagai orang yang telah meninggalkan

keduniawian karena keyakinan, ini adalah apa yang sesuai dengan Dhamma: ia harus berdiam terpikat dalam kejijikan terhadap bentuk,

perasaan, persepsi, bentukan-bentukan kehendak, dan kesadaran.228

Seorang yang berdiam terpikat dalam kejijikan terhadap bentuk

… terhadap kesadaran, sepenuhnya memahami bentuk, perasaan,

persepsi, bentukan-bentukan kehendak, dan kesadaran. Seorang yang

sepenuhnya memahami bentuk … kesadaran terbebas dari bentuk,

perasaan, persepsi, bentukan-bentukan kehendak, dan kesadaran. Ia

terbebaskan dari kelahiran, penuaan, dan kematian; terbebaskan dari kesedihan, ratapan, kesakitan, ketidaksenangan, dan keputusasaan;

Aku mengatakan, terbebaskan dari penderitaan.”

147 (12) Merenungkan Ketidakkekalan

Di Sāvatthī.229 “Para bhikkhu, sebagai orang yang telah meninggalkan keduniawian karena keyakinan, ini adalah apa yang sesuai dengan Dhamma: ia harus berdiam merenungkan ketidakkekalan dalam

bentuk … (seperti di atas) … [180] Aku mengatakan, ia terbebaskan dari penderitaan.”

148 (13) Merenungkan Penderitaan

… “Ia harus berdiam merenungkan penderitaan dalam bentuk … Aku

mengatakan, ia terbebaskan dari penderitaan.”

149 (14) Merenungkan Bukan-diri

… “Ia harus berdiam merenungkan bukan-diri dalam bentuk … Aku

V. PANDANGAN-PANDANGAN

150 (1) Internal

Di Sāvatthī. “Para bhikkhu, ketika ada apakah, dengan melekat pada

apakah, kesenangan dan kesakitan muncul secara internal?”230 [181]

“Yang Mulia, ajaran kami berakar dalam Sang Bhagavā.…”

“Ketika ada bentuk, para bhikkhu, dengan melekat pada bentuk, kesenangan dan kesakitan muncul secara internal. Ketika ada perasaan

… persepsi … bentukan-bentukan kehendak … kesadaran, dengan

melekat pada kesadaran, kesenangan dan kesakitan muncul secara internal.

“Bagaimanakah menurut kalian, para bhikkhu, apakah bentuk adalah kekal atau tidak kekal?”

“Tidak kekal, Yang Mulia.”

“Apakah yang tidak kekal itu penderitaan atau kebahagiaan?” “Penderitaan, Yang Mulia.”

“Tetapi tanpa melekat pada apa yang tidak-kekal, penderitaan, dan mengalami perubahan, dapatkah kesenangan dan kesakitan muncul secara internal?”

“Tidak, Yang Mulia.”

“Apakah perasaan … persepsi … bentukan-bentukan kehendak … kesadaran adalah kekal atau tidak kekal?… Tetapi tanpa melekat

pada apa yang tidak-kekal, penderitaan, dan mengalami perubahan, dapatkah kesenangan dan kesakitan muncul secara internal?”

“Tidak, Yang Mulia.”

“Melihat demikian … Ia memahami: ‘… tidak ada lagi kondisi bagi

makhluk ini.’”

151 (2) Ini Milikku

Di Sāvatthī. “Para bhikkhu, ketika ada apakah, dengan melekat pada

apakah, dengan terikat pada apakah,231 seseorang menganggap hal-hal

sebagai: ‘ini milikku, ini aku, ini diriku’?”

“Yang Mulia, ajaran kami berakar dalam Sang Bhagavā….”

“Ketika ada bentuk, para bhikkhu, dengan melekat pada bentuk, dengan terikat pada bentuk, [182] seseorang menganggap hal-hal

sebagai: ‘ini milikku, ini aku, ini diriku.’ Ketika ada perasaan … persepsi … bentukan-bentukan kehendak … kesadaran, dengan melekat pada

kesadaran, dengan terikat pada kesadaran, seseorang menganggap hal-hal sebagai: ‘ini milikku, ini aku, ini diriku.’

“Bagaimanakah menurut kalian, para bhikkhu, apakah bentuk …

kesadaran adalah kekal atau tidak kekal?” “Tidak kekal, Yang Mulia.”

“Tetapi tanpa melekat pada apa yang tidak-kekal, penderitaan, dan mengalami perubahan, dapatkah seseorang menganggap hal-hal sebagai: ‘ini milikku, ini aku, ini diriku.’

“Tidak, Yang Mulia.”

“Melihat demikian … Ia memahami: ‘… tidak ada lagi kondisi bagi

makhluk ini.’”

152 (3) Diri

Di Sāvatthī. “Para bhikkhu, ketika ada apakah, dengan melekat pada

apakah, dengan terikat pada apakah, suatu pandangan seperti berikut

ini muncul: ‘Apa yang menjadi diri adalah dunia; setelah meninggal

dunia, aku akan menjadi – kekal, stabil, abadi, tidak mengalami

perubahan’?”232

“Yang Mulia, ajaran kami berakar dalam Sang Bhagavā….”

“Ketika ada bentuk, para bhikkhu, dengan melekat pada bentuk, dengan terikat pada bentuk, pandangan berikut ini muncul: ‘Apa yang

menjadi diri adalah dunia; setelah meninggal dunia, aku akan menjadi

– kekal, stabil, abadi, tidak mengalami perubahan.’ Ketika ada perasaan

… persepsi … bentukan-bentukan kehendak … kesadaran, dengan

melekat pada kesadaran, dengan terikat pada kesadaran, pandangan

berikut ini [183] muncul: ‘Apa yang menjadi diri adalah dunia … tidak

mengalami perubahan.’

“Bagaimanakah menurut kalian, para bhikkhu, apakah bentuk …

kesadaran adalah kekal atau tidak kekal?” “Tidak kekal, Yang Mulia.”

“Tetapi tanpa melekat pada apa yang tidak-kekal, penderitaan, dan mengalami perubahan, dapatkah pandangan demikian muncul?”

“Tidak, Yang Mulia.”

“Melihat demikian … Ia memahami: ‘… tidak ada lagi kondisi bagi

153 (4) Sebelumnya Tidak Ada Bagiku

Di Sāvatthī. “Para bhikkhu, ketika ada apakah, dengan melekat pada

apakah, dengan terikat pada apakah, suatu pandangan seperti berikut ini muncul: ‘Sebelumnya aku tidak ada, dan sebelumnya tidak ada

bagiku; tidak akan ada, [dan] tidak akan ada bagiku’?”233

“Yang Mulia, ajaran kami berakar dalam Sang Bhagavā….”

“Ketika ada bentuk, para bhikkhu, dengan melekat pada bentuk, dengan terikat pada bentuk, pandangan berikut ini muncul:

‘Sebelumnya aku tidak ada, dan sebelumnya tidak ada bagiku; tidak akan ada, [dan] tidak akan ada bagiku.’ Ketika ada perasaan … persepsi … bentukan-bentukan kehendak … [184] kesadaran, dengan melekat

pada kesadaran, dengan terikat pada kesadaran, pandangan berikut

ini muncul: ‘Sebelumnya aku tidak ada … dan tidak akan ada bagiku.’ “Bagaimanakah menurut kalian, para bhikkhu, apakah bentuk …

kesadaran adalah kekal atau tidak kekal?”

“Tidak kekal, Yang Mulia.” …

“Tetapi tanpa melekat pada apa yang tidak-kekal, penderitaan, dan mengalami perubahan, dapatkah pandangan demikian muncul?”

“Tidak, Yang Mulia.”

“Melihat demikian … Ia memahami: ‘… tidak ada lagi kondisi bagi

makhluk ini.’”

154 (5) Pandangan Salah

Di Sāvatthī. “Para bhikkhu, ketika ada apakah, dengan melekat pada

apakah, dengan terikat pada apakah, pandangan salah muncul?”234

“Yang Mulia, ajaran kami berakar dalam Sang Bhagavā….”

“Ketika ada bentuk, para bhikkhu, dengan melekat pada bentuk, dengan terikat pada bentuk, pandangan salah muncul. Ketika ada

perasaan … persepsi … bentukan-bentukan kehendak … kesadaran,

dengan melekat pada kesadaran, dengan terikat pada kesadaran, pandangan salah muncul.

“Bagaimanakah menurut kalian, para bhikkhu, apakah bentuk …

kesadaran adalah kekal atau tidak kekal?” [185]

“Tidak kekal, Yang Mulia.” …

“Tetapi tanpa melekat pada apa yang tidak-kekal, penderitaan, dan mengalami perubahan, dapatkah pandangan salah muncul?”

“Tidak, Yang Mulia.”

“Melihat demikian … Ia memahami: ‘… tidak ada lagi kondisi bagi

makhluk ini.’”

155 (6) Pandangan Identitas

Di Sāvatthī. “Para bhikkhu, ketika ada apakah, dengan melekat pada

apakah, dengan terikat pada apakah, pandangan identitas muncul?”235

“Yang Mulia, ajaran kami berakar dalam Sang Bhagavā….”

“Ketika ada bentuk, para bhikkhu, dengan melekat pada bentuk, dengan terikat pada bentuk, pandangan identitas muncul. Ketika ada

perasaan … persepsi … bentukan-bentukan kehendak … kesadaran,

dengan melekat pada kesadaran, dengan terikat pada kesadaran,

pandangan salah muncul.” …

“Melihat demikian … Ia memahami: ‘… tidak ada lagi kondisi bagi

makhluk ini.’”

156 (7) Pandangan Diri

Di Sāvatthī. “Para bhikkhu, ketika ada apakah, dengan melekat pada

apakah, dengan terikat pada apakah, pandangan diri muncul?”236

“Yang Mulia, ajaran kami berakar dalam Sang Bhagavā….”

“Ketika ada bentuk, para bhikkhu, dengan melekat pada bentuk, dengan terikat pada bentuk, pandangan diri muncul. [186] Ketika ada

perasaan … persepsi … bentukan-bentukan kehendak … kesadaran,

dengan melekat pada kesadaran, dengan terikat pada kesadaran,

pandangan diri muncul.” …

“Melihat demikian … Ia memahami: ‘… tidak ada lagi kondisi bagi

makhluk ini.’”

157 (8) Keterikatan (1)

Di Sāvatthī. “Para bhikkhu, ketika ada apakah, dengan melekat pada

apakah, dengan terikat pada apakah, belenggu-belenggu dan ikatan- ikatan muncul?”237

“Yang Mulia, ajaran kami berakar dalam Sang Bhagavā….”

dengan terikat pada bentuk, belenggu-belenggu dan ikatan-ikatan

muncul. Ketika ada perasaan … persepsi … bentukan-bentukan kehendak … kesadaran, dengan melekat pada kesadaran, dengan terikat pada kesadaran, belenggu-belenggu dan ikatan-ikatan muncul.” …

“Melihat demikian … Ia memahami: ‘… tidak ada lagi kondisi bagi

makhluk ini.’” [187]

158 (9) Keterikatan (2)

Di Sāvatthī. “Para bhikkhu, ketika ada apakah, dengan melekat pada

apakah, dengan terikat pada apakah, belenggu-belenggu, ikatan-ikatan dan cengkeraman muncul?”

“Yang Mulia, ajaran kami berakar dalam Sang Bhagavā….”

(Lengkap seperti di atas.)

159 (10) Ānanda

Di Sāvatthī. Yang Mulia Ānanda mendekati Sang Bhagavā … dan berkata kepada Beliau: “Yang Mulia, sudilah Bhagavā mengajarkan Dhamma

secara singkat kepadaku, sehingga, setelah mendengarkan Dhamma

dari Bhagavā, aku dapat berdiam sendiri, mengasingkan diri, dengan

rajin, tekun, dan bersungguh-sungguh.”238

“Bagaimana menurutmu, Ānanda, apakah bentuk adalah kekal atau

tidak kekal?” – “Tidak kekal, Yang Mulia.” – “Apakah sesuatu yang tidak kekal adalah penderitaan atau kebahagiaan?” – “Penderitaan, Yang Mulia.” – “Apakah sesuatu yang tidak kekal, penderitaan, dan mengalami perubahan layak dianggap sebagai: ‘ini milikku, ini aku, ini diriku’?” – “Tidak, Yang Mulia.”

“Apakah perasaan adalah kekal atau tidak kekal?… Apakah persepsi adalah kekal atau tidak kekal?… Apakah bentukan-bentukan adalah kehendak kekal atau tidak kekal?… Apakah kesadaran adalah kekal

atau tidak kekal?” – “Tidak kekal, Yang Mulia.” – “Apakah sesuatu yang tidak kekal adalah penderitaan atau kebahagiaan?” – “Penderitaan, Yang Mulia.” – “Apakah sesuatu yang tidak kekal, penderitaan, dan mengalami perubahan layak dianggap sebagai: ‘ini milikku, ini aku, ini diriku’?” – “Tidak, Yang Mulia.”

“Oleh karena itu, Ānanda, bentuk apa pun juga, apakah di masa lalu, di masa depan, atau di masa sekarang…. [188]

“Melihat demikian … Ia memahami: ‘… tidak ada lagi kondisi bagi

~ 1075 ~

23. Rādhasaṃyutta

Khotbah Berkelompok Sehubungan

Dalam dokumen Sang Buddha Terjemahan baru (Halaman 182-191)

Dokumen terkait