• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISA DATA DAN EVALUASI DATA

B. Penyitaan Atas Barang – Barang Sitaan

2. Barang Bergerak yang Dapat Disita

Perincian barang bergerak yang dapat disita adalah sebagai berikut :

1. Semua barang bergerak yang ada dirumah penanggung pajak seperti :

- Perkakas rumah tangga (lemari, meja, kursi dan sebagainya)

- Barang – barang mewah (televise, lemari es, tape recorder, kompor gas dan sebagainya)

- Barang – barang perhiasan (kalung, cincin, gelang dari emas, berlian dan batu permata lainnya)

- Uang tunai (surat – surat berharga)

- Kendaraan (mobil, motor, sepeda dan sebagainya) - Lain – lainnya (jam dinding, lukisan, radio dan

sebagainya)

2. Barang – barang yang dikecualikan menurut ketentuan pasal 15 ayat (1) Undang – Undang Nomor 19 tahun 2000, adalah sebagai berikut :

a. Pakaian dan tempat tidur beserta perlengkapannya yang dilakukan oleh penanggung pajak dan keluarga yang menjadi tanggungan.

b. Persediaan makanan dan minuman untuk keperluan satu bulan beserta peralatan masak yang berada dirumah.

c. Perlengkapan penanggung pajak yang bersifat dinas. d. Buku – buku yang berhubungan dengan jabatan atau

pekerjaan penanggung pajak dan alat – alat yang digunakan untuk pendidikan, kebudayaan dan keilmuan.

e. Peralatan dalam keadaan jalan yang memiliki kegunaan untuk melaksanakan pekerjaan atau usaha sehari – hari dengan jumlah seluruhnya tidak melebihi Rp 10.000.000 (sepuluh juta rupiah).

C. Tugas Dan Fungsi Juru Sita Pajak

Pelaksanaan penyitaan dan penyanderaan terhadap barang – barang wajib pajak/ penanggung pajak untuk melunasi utang pajak hanya dapat dilakukan oleh Juru Sita pajak. Pejabat yang ditunjuk oleh Direktorat Jenderal Pajak Republik Indonesia dalam Undang – Undang Nomor 19 tahun 2000, menyebutkan bahwa Juru Sita pajak adalah pelaksana tindakan penagihan pajak yang meliputi penagihan pajak seketika dan sekaligus, pemberitahuan surat paksa, penyitaan dan penyanderaan.

Adapun tugas Juru Sita pajak sebagaimana tercantum dalam Undang – Undang Nomor 19 tahun 2000 adalah :

“Pasal 5 Juru Sita Bertugas :

1. Melaksanakan surat perintah penagihan seketika dan sekaligus 2. Memberitahu surat paksa

3. Melaksanakan penyitaan atas barang – barang penanggung pajak berdasarkan surat perintah melaksanakan penyitaan, dan

4. Melaksanakan penyanderaan berdasarkan surat perintah penyanderaan”. Petugas pajak dalam melaksanakan tugasnya harus dilengkapi dengan Kartu Tanda Pengenal Juru Sita Pajak dan salinan Berita Acara Pelaksanan, juru sita pajak dapat meminta bantuan kepada kepolisian untuk barang bergerak yang kepemilikannya terdaftar. Badan Pertahanan Nasional, untuk tanah yang kepemilikannya sudah terdaftar. Pemerintah Daerah dan Pengadilan setempat, untuk tanah yang kepemilikannya belum terdaftar, Direktorat Jenderal Pajak Perhubungan Laut untuk Kapal, Bank atau pihak lainnya.

Dalam melaksanakan penyitaan, jurusita pajak berwenang memasuki dan memeriksa semua ruangan termasuk membuka lemari, laci dan tempat lain untuk menemukan objek sita ditempat usaha, ditempat kedudukan atau ditempat tingga penanggung pajak, atau ditempat lain yang diduga sebagai tempat penyimpanan objek sita, juru sita pajak dalam melaksanakan tugasnya

diwilayah kerja pejabat yang mengangkatnya, kecuali ditetapkan lain dengan Keputusan Menteri dan Keputusan Daerah.

D. Prosedur Penyitaan Oleh Juru Sita Pajak

Sebelum melaksanakan penyitaan, juru sita pajak diharuskan telah memenuhi criteria atau syarat – syarat yang dipenuhi untuk menjadi Jurusita (sebagaimana tertuang dalam Keputusan Menteri Keuangan Republikm Indonesia Nomor.562/KMK.04/2000) :

1. Berijazah serendah – rendahnya Sekolah Menengah Umum atau yang setingkat dengan itu ;

2. Berpangkat serendah – rendahnya pengatur muda/Golongan IIa ; 3. Berbadan sehat ;

4. Lulus pendidikan dan latihan Jurusita Pajak ; 5. Jujur, bertanggung jawab dan penuh pengabdian.

Sebelum mendapatkan jabatannya, Jurusita Pajak diambil sumpah atau janji menurut agama dan kepercayaannya oleh pejabat yang berbunyi sebagai berikut :

“Saya bersumpah /berjanji dengan sungguh – sungguh bahwa saya, untuk memangku jabatan saya ini, langsung atau tidak langsung, dengan menggunakan nama atau cara apapun juga, tidak memberikan atau menjanjikan barang sesuatu kepada siapapun juga”

“ Saya bersumpah/berjanji bahwa saya, untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatan saya ini, tidak sekali – kali menerima langsung atau tidak langsung dari siapapun juga sesuatu janji atau pemberian”

“Saya bersympah/berjanji bahwa saya akan setia dan akan mempertahankan serta mengamalkan pancasila sebagai dasar dan ideology negara, Undang – Undang Dasar 1945, dan Segala Undang – Undang serta peraturan lain yang berlaku bagi negara Republik Indonesia”

“Saya bersumpah/berjanji bahwa saya senantiasa akan menjalankan jabatan saya ini dengan jujur, seksama dan dengan tidak membeda – bedakan orang dalam melaksanakan kewajiban saya dan akan berlaku sebaik – baiknya dan seadil – adilnya seperti layaknya bagi seorang Juru sita Pajak yang berbudi baik dan jujur, menegakkan hukum dan keadilan”.

Juru sita Pajak dalam melaksanakan tugasnya harus dilengkapi dengan kartu tanda pengenal juru sita pajak dan memperlihatkan kepada penanggung pajak. Juru sita Pajak dapat meminta bantuan kepada polisi, kejaksaan, departemen yang membidangi hukum dan perundang – undangan, pemerintah daerah setempat, Badan Pertahanan Nasional, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Pengadilan Negeri, Bank atau pihak lain.

Dalam melakukan penyitaan jurusita pajak berwenang memasuki dan memeriksa semua ruangan termasuk membuka lemari, laci dan tempat lain untuk menemukan objek sita ditempat usaaha, ditempat kedudukan atau tempat

tinggal penanggung pajak atau ditempat lain yang diduga sebagai tempat penyimpanan objek sita pajak. Jurusita Pajak dalam menjalankan tugasnya diwilayah kerja pejabat yang mengangkatnya kecuali di tetapkan lain dengan Keputusan Menteri atau Keputusan Kepala Daerah.

Sewaktu – waktu juru sita pajak dapat diberhentikan sesuai dengan kapasitas dirinya apabila :

a. Meninggal dunia b. Pension

c. Karena alih tugas atau keperluan lainnya

d. Lalai atau tidak cakap dalam menjalankan tugasnya e. Melakukan perbuatan tercela

f. Melanggar sumpah atau janji jurusita pajak g. Sakit jasmani atau rohani terus menerus.

Dalam pelaksanaan penyitaan terhadap barang – barang yang akan disita, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh jurusita pajak sperti halnya penyitaan terhadap perhiasan emas permata dan sejenisnya yang dilakukan sebagai berikut : membuat rincian tentang jenis, jumlah dan harga perhiasan yang disita dalam surat dan daftar yang merupakan acara pelaksanaan yang sebelumnya telah membuat acara pelaksanaan sita.

E. Pelaksanaan Penyitaan Terhadap Barang – Barang Sitaan

Penyitaan terhadap uang tunai termasuk mata uang asing dapat dilaksanakan dengan menghitung terlebih dahulu uang tunai yang disita dan membuat rinciannya dalam suatu daftar yang merupakan laporan berita acara pelaksanaan sita dan menyimpan uang tunai yang disita dalam tempat penyimpanan yang selanjutnya ditempati dengan segel sita dan kemudian kepada penanggung pajak atau menitipkannya kepada bank.

Lain halnya penyitaan terhadap kekayaan penanggung pajak yang disimpan di bank berupa deposito jangka panjang, tabungan saldo rekening koran, giro, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu dilaksanakan dengan cara pejabat menunjukkan permintaan pemblokiran kepada bank disertai dengan penyimpanan salinan surat paksa dan surat penyitaan.

Pemerintah melaksanakan penyitaan, bank wajib memblokir seketika, setelah menerima pemblokiran dari pejabat atau membuat berita acara pemblokiran dari pejabat dan membuat berita acara pemblokiran serta menyampaikan salinan kepada pejabat dan menanggung pajak jurusita pajak setelah menerima berita acara pemblokiran di bank, memerintah penanggung pajak untuk memerintahkan bank agar memberitahukan saldo kekayaan yang tersimpan pada bank tersebut kepada jurusita pajak. Dalam hal penanggung pajak tidak memberikan kuasa kepada bank. Pejabat meminta kepada gubernur bank Indonesia melalui Menteri Keuangan untuk memerintahkan bank,

memberitahukan saldo kekayaan penanggung pajak yang tersimpan pada bank yang dimaksud oleh pejabat. Setelah saldo kekayaan yang tersimpan pada bank diketahui, jurusita pajak melaksanakan penyitaan dan membuat berita acara pelaksanaan sita kepada penanggung pajak dari bank yang bersangkutan.

Pejabat dapat mengajukan pencabutan pemblokiran kepada pihak bank setelah penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak terhadap kekayaan penanggung pajak setelah dikurangi dengan jumlah yang disita, apabila pajak dan biaya penagihan pajak tidak dilunasi oleh penanggung pajak sekalipun telah dilakukan pemblokiran dalam hal jumlah yang memblokir lebih besar dari jumlah yang disita maka atas sisa lebih besar tersebut diajukan permintaan pencabutan pemblokiran oleh pejabat kepada bank.

Apabila dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari sejak penyitaan penanggung pajak tidak melunasi utang pajak dan biaya penagihan, pejabat segera meminta kepada pemimpin bank untuk memindahkan bukuan harta kekayaan penanggung pajak yang tersimpan pada bank ke kas Negara atas kas daerah sejumlah yang tercantum dalam berita acara pelaksanaan sita.Sebelum jangka waktu 14 hari sebagaimana dimaksud dalam uraian diatas, penanggung pajak dapat mengajukan permohonan kepada pejabat untuk menggunakan barang sitaan yang dimaksud untuk melunasi biaya penagihan pajak dan utang pajak. Pencabutan sita dilaksanakan oleh juru sita pajak berdasarkan surat

pencabutan sita yang diterbitkan oleh pejabat dan tembusannya disampaikan kepada pimpinan bank yang bersangkutan.

Sedangkan penyitaan terhadap surat berharga berupa obligasi saham, dan sejenisnya yang diperdagangkan dibursa efek dapat dilaksanakan dalam memblokir rekening efek dilakukan berdasarkan permintaan tertulis dari Direktorat Jendral Pajak atas pejabat yang ditunjukan oleh ketua Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) dengan menyebutkan nama pemegang rekening atau nomor pemegang rekening sebagai penaggung pajak, sebab dan alasan perlunya pemblokiran tersebut dilakukan.

Berdasarkan permintaan Direktorat Jendral Pajak atau pejabat yang ditunjuknya sebagaimana dimaksud, ketua badan pengawas pasar modal (ka.BAPEPAM) dapat menyampaikan perintah tertulis kepada custodian untuk melakukan pemblokiran terhadap rekening efek penanggung pajak. Dalam hal permintaan pemblokiran rekening tersebut disertai dengan permintaan keterangan tentang rekening efek pada custodian, maka permintaan tertulis dari Direktorat Jenderal Pajak dan salinannya disampaikan kepada ketua badan pengawas pasar modal dan pemegang rekening sebagai penanggung pajak, selambat – lambatnya 2 (dua) hari kerja setelah pemblokiran dan keterangan tersebut dilakukan. Juru sita pajak dapat melaksanakan penyitaan atas efek dan atau dana dalam rekening efek pada custodian segera setelah menerima berita acara pemblokiran dan berita acara pemberian keterangan. Juru sita pajak

dalam melakukan penyitaan harus membuat berita acara pelaksanaan sita yang ditanda tangani oleh juru sita penanggung pajak dan saksi – saksi.

Apabila penanggung pajak tidak hadir, berita acara pelaksanaan sita bisa ditanda tangani oleh saksi – saksi kemudian berita acara pelaksanaan sita disampaikan kepada penanggung pajak dan salinannya disampaikan ketua badan pengawasa pasar modal dan custodian. Pejabat dapat mengajukan permintaan pencabutan pemblokiran terhadap rekening efek penanggung pajak kepada custodian, setelah penanggung pajak melunasi utang pajak, dan biaya penagihan pajak setelah dikurangi dengan jumlah yang disita, apabila utang pajak dan biaya penagihan pajak tidak dilunasi oleh penanggung pajak sekalipun telah dilakukan pemblokiran efek dapat yang diperdagangkan dibursa yang telah disita, dijual di bursa melalui perantara pedangang efek anggota bursa atas permintaan pejabat.

Penyitaan terhadap surat berharga obligasi, saham, dan sejenisnya yang tidak diperdagangkan di bursa efek dilaksanakan dengan cara melakukan infentarisasi dan membuat rincian tentang jenis, jumlah dan nilai minimal atau perkiraan nilailainya dari surat berharga yang disita dalam suatu daftar yang merupakan lampiran pelakasanaan sita yang sebelumnya telah membuat berita acara pelaksanaan sita yang kemudian membuat berita acara pengalihan hak surat berharga atas nama penanggung pajak pada pejabat.

Penyitaan terhadap barang yang telah disita oleh kejaksaan atau kepolisian sebagai barang bukti dalam kasus pidana, baru dapat dilaksanakan setelah barang bukti tersebut dikembalikan penanggung pajak. Penyitaan terhadap barang milik penanggung pajak dilaksanakan dengan jumlah nilai barang yang diperkirakan cukup untuk melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak. Penyitaan tambahan dapat dilakukan apabila nilai barang yang dimaksud nilainya tidak cukup untuk melunasi biaya penagihan pajak dan utang pajak, hasil lelang barang telah disita tidak cukup untuk melunasi biaya utang penagihan dan utang pajak sebagai mana yang telah diuraikan sebelumnya.

a. Pelaksanaan Penyegelan

Atas barang yang disita dapat ditempeli atau diberi segel sita. Penempelan segel sita dilaksanakan dengan memperhatikan jenis, sifat dan bentuk barang sitaan. Segel sita sekurang – kurangnya memuat “disita” NOMOR dan TANGGAL BERITA ACARA PELAKSANAAN SITA. Larangan untuk memindah tangankan,memindahkan hak, meminjamkan, merusak barang yang disita.

Penanggung pajak dapat melunasi utang pajak biaya yang timbul dalam rangka penagihan pajak selama barang yang telah disita belum dijual, digunakan, atau dipindah bukukan.

Apabila utang pajak dan atau biaya penanggung pajak tidak dilunasi setelah penyitaan pajak. Pejabat berwenang melakukan penjualan secara lelang maupun menggunakan atau memindah bukukan barang yang telah disita untuk pelunasan utang pajak dan atau biaya penagihan pajak dimaksud. Penjualan secara lelang melalui kantor lelang dan dilaksanakan paling cepat sesudah jangka waktu 14 hari terhitung sejak penyitaan. Apabila hasil lelang telah mencapai jumlah yang cukup untuk melunasi biaya penagihan pajak dan utang pajak, maka pelaksanaan lelang dihentikan dan sisa barang dan kelebihan hasil lelang dikembalikan oleh pejabat kepada penanggung pajak paling lambat 3 (tiga) hari setelah dilaksanakannya lelang. Besarnya biaya penagihan pajak adalah Rp 50.000,00 untuk setiap pelaksanaan perintah melaksanakan penyitaan.

b. Pencabutan Sita

Pencabutan sita dilaksanakan apabila penanggung pajak telah melunasi pajak penagihan pajak dan utang pajak atau berdasarkan putusan pengadilan atau bersadasarkan badan peradilan pajak atau ditetapkan lain oleh menteri keuangan atau kepala daerah tingkat I dan kepala daerah tingkat II.

Surat pencabutan sita sekaligus berfungsi sebagai pencabutan berita acara pelaksanaan sita disampaikan oleh juru sita pajak kepada penanggung pajak daninstansi yang terkait, diikuti dengan pengembalian penguasaan barang yang disita kepada penanggung pajak.

Pencabutan sita dapat dilakukan terhadap :

a. Deposito berjangka, tabungan, saldo rekening koran, giro, atau yang disamakan dengan itu dilaksanakan dengan menyampaikan surat pencabutan sita kepada penanggung pajak dan tembusannya disampaikan kepada bank yang bersangkutan.

b. Surat berharga berupa, obligasi, saham atau sejenisnya baik yang diperdagangkan maupun yang tidak diperdagangkan dibursa efek dilaksanakan dengan menyampaikan surat pencabutan sita kepada penanggung pajak dan tembusannya disampaikan kepada pihak terkait yang sekaligus berfungsi sebagai pembatalan berita acara pengalihan hak atas surat berharga tersebut. c. Piutang dilaksanakan dengan menyampaikan surat pencabutan sita kepada penanggung pajak dan tembusannya disampaikan kepada pihak yang berutang sekaligus berfungsi sebagai pembatalan berita acara persetujuan pengalihan hak atas menagih piutang.

d. Penyertaan modal pada perusahaan lain dilaksanakan dengan menyampaikan surat pencabutan sita kepada penanggung pajak dan tembusannya disampaikan kepada pihak terkait serta membuat akte pembatalan penagihan hak.

c. Pelaksanaan Penyanderaan

Dalam hal penyanderaan hanya dapat dilakukan terhadap penanggung pajak selain dari pada barang – barang milik penanggung pajak yang tidak melunasi utang pajak setelah lewat jangka waktu 14 hari terhitung sejak tanggal

surat paksa diberitahukan kepada penanggung pajak. Penyandraan hanya dapat dilakukan terhadap penangung pajak yang :

a. Mempunyai hutang pajak sekurang – kurangnya Rp.100.000.000,00 yang meliputi seluruh jenis pajak dan tahun pajak. Jumlah tersebut merupakan syarat kuantitatif dan sekaligus menunjukan bahwa penyandraan tidak ditujukan kepada penanggung pajak yang berpenghasilan kecil.

b. Diragukan itikad baiknya dalam melunasi utang pajak. Selain syarat kuantitatif seperti yang diatur, juga ditentukan syarat kualitatif yaitu penanggung pajak diragukan itikad baiknya untuk melunasi utang pajaknya, misalnya penanggung pajak diduga menyembunyikan harta kekayaannya sehingga tidak ada atau tidak cukup barang yang disita untuk jaminan pelunasan utang pajak, atau terdapat dugaan yang kuat bahwa penanggung pajak akan melarikan diri.

Penyanderaan terhadap penanggung pajak sebagimana dimaksud dalam uraian diatas dilaksanakan berdasarkan surat perintah yang diterbitkan oleh pejabat setelah memperoleh izin tertulis dari menteri keuangan untuk penagihan pajak pusat atau dari gubernur untuk penagihan pajak daerah. Permohonan izin penyanderaan diajukan oleh pejabat atau atasan pejabat kepada menteri keuangan untuk penagihan pajak pusat atau kepada gubernur untuk penagihan pajak daerah. Namun dalam hal pejabat berhalangan dan penggantian pejabat tersebut belum ditunjukan maka atasanpejabat dapat

mengajukan permohonan izin penyanderaan. Permohonan izin penyanderaan memuat sekurang - kurangnya identitas penanggung pajak yang akan disandera, jumlah utang pajak yang belum dilunasi, tindakan penagihan pajak yangtelah dilaksanakan dan uraian tentang adanya petunjuk bahwa penanggung pajak diragukan itikad baik dalam pelunasan utang pajak.

Surat perintah penyanderaan diterbitkan oleh pejabat seketika setelah diterimanya izin tertulis dari meteri keuangan untuk penagihan pajak pusat atau dari gubernur untuk penagihan pajak daerah. Surat perintah penyanderaan memuat sekurang – kurangnya identitas penanggung pajak, alasan penyaderaan, izin penyanderaan, lama penyanderaan, dan tempat penyanderaan.

Penanggung pajak yang disandera ditempatkan ditempat tertentu sebagai tempat penyanderaan, jika melakukan penyaderaan terhadap penanggung pajak dengan syarat-syarat sebagai berikut : tertutup dan terasing dari masyarakat, mempunyai fasilitas terbatas dan mempunyai sistem pengamatan dan pengawasanyang memadai. Sebelum tempat penyanderaan sebagaimana dimaksud dibentuk, penanggung pajak yang disandera dititipkan dirumah tahanan Negara dan terpisah dari tahanan lain kemudian lebih lanjut penyanderaan penanggung pajak sebagaimana yang dimaksud ditetapkan oleh menteri keuangan dan menteri kehakiman dan hak asasi manusia. Ketentuan

yang akan ditetapkan dalam keputusan bersama menteri keuangan dan menteri kehakiman dan hak asasi manusia, antara lain mengenai :

a. Prosedur penitipan penanggung pajak yang disandera dirumah tahanan Negara.

b. Tanggung jawab atas penanggung pajak yang disandera selama dalam penyanderaan.

c. Izin kunjungan dari keluarga, pengacara dan sahabat. d. Kriteria pelayanan kesehatan dan makanan yang layak.

e. Tata tertib yang dilakukan terhadap penanggung pajak yang disandera. Jangka waktu penyaderaan selambat – lambatnya 6 (enam) bulan terhitung sejak penanggung pajak ditetapkan dalam tempat penyanderaan dan dapat diperpanjang untuk paling lama 6 bulan izin perpanjangan jangka waktu penyanderaan dapat sekaligus diberikan oleh yang berwenang pada waktu memberikan izin penyaderaan. Dalam izin perpanjangan penyanderaan sekaligus diberikan maka tidak diperlukan suatu izin baru.Ketentuan jangka waktu maksimum penyanderaan tidak berlaku dalam hal penyanderaan melarikan diri penentuan lamanya penyaderaan didasarkan pada perhitungan besarnya utang pajak, besarnya jumlah harta yang disembunyikan dan dihubungkan dengan itikad tidak baik dengan penanggung pajak untuk melunasi utang pajaknya.

Juru sita pajak harus menyampaikan surat sita penyaderaan langsung kepada penanggung pajak dan salinannya disampaikan kepada kepala setempat penyanderaan. Dalam hal penanggung pajak yang akan disandera tidak dapat ditemukan juru sita pejabat atasan dapat meminta bantuan kepada kepolisian ataukejaksaan untuk menghadirkan penanggung pajak yang tidak dapat ditemui tersebut, termasuk dalam pengertian menghadirkan penanggung pajak untuk mencari, menangkap dan membawa penanggung pajak ketempat pejabat untuk selanjutnya diserahkan kepada kepada tempat penyanderaan.

Penyanderaan mulai dilaksanakan pada saat surat perintah penyanderaan diterima penanggung pajak yang bersangkutan. Penyanderaan tidak boleh dilaksanakan dalam hal penanggung pajak sedang beribadah, sedang mengikuti siding resmi, atau sedang mengikuti pemilihan umum. Penyanderaan dilaksanakan oleh juru sita pajak yang disaksikan oleh dua orang penduduk Indonesia yang telah dewasa, dikenal oleh juru sita pajak dapat meminta kepolisian atau kepada jaksa. Dalam haljuru sita menemui kesulitan ataupun karena alasan keamanan dan keselamatan juru sita pajak dan saksi – saksi maka juru sita pajak dapat meminta kepada kepolisian untuk melaksanakan penyanderaan. Juru sita pajak ditempat ditempat penyanderaan,berita acara penyanderaan ditandatangani oleh juru sita pajak, kepala tempat penyanderaan dan saksi – saksi. Berita acara penyanderaan merupakan syarat utama sahnya penyanderaan yang berfungsi sebagai berita

acara penyanderaan paling sedikit memuat nomor dan tanggal surat perintah penyanderaan. Izin tertulis menteri keuangan atau kepala daerah tingkat I (gubernur) identitas juru sita pajak yang disandera, tempat penyanderaan, lamanya penyanderaan, identitas penyanderaan, salinan berita acara penyanderaan disampaikan kepada kepala tempat penyanderaan. Penanggung pajak dan kepada daerah tingkat II (bupati).

Biaya penyanderaan dibebankan kepada penanggung pajak yang disandera dan diperhitungkan sebagai biaya penanggung pajak. Termasuk dalam biaya penyanderaan antara lain, biaya hidup selama dalam penyanderaan dalam rumah tahanan Negara.

Biaya penyanderaan merupalan salah satu biaya penagihan yang harus ditanggung oleh penanggung pajak yang disandera. Selama dalam penyanderaan penanggung pajak berhak untuk melakukan ibadah ditempat penyanderaan sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing – masing. Memperoleh pelayanan kesehatan yang layak sesuai dengan ketentuan yang berlaku, mendapat makanan yang layak, termasuk kiriman dari keluarga. Menyampaikan keluhan tentang perlakuan petugas, memperoleh bahan bacaan dan informasi lainnya atas baiaya penanggung pajak yang di sandera, serta menerima kunjungan dari keluarga, pengacara, sahabat, dokter pribadi atas biaya sendiri, rohaniawan.

d. Pencabutan Penyanderaan

Penanggung pajak yang disandera dilepas jika telah memenuhi persyaratan, apabila utang pajak dan biaya penagihan pajak talah dibayar lunas, jangka waktu yang ditetapkan dalam surat perintah penyanderaan telah dipenuhi, berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap atau berdasarkan pertimbangan tertentu dan menteri keuangan atau gubernur pertimbangan menteri keuangan atau gubernur dimaksud adalah antara lain penanggung pajak mengatakanakan melunasi utang pajaknya, tetapi berdasarkan buku yang disampaikan, tidak melaksanakan pelunasan utang pajak tersebut tanpa meninggalkan tempat penyanderaan, atau dalam hal penanggung pajak menderita sakit berat sehingga memerlukan perawatan

Dokumen terkait