• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISA DATA DAN EVALUASI DATA

C. Prosedur Pelaksanaan Penyitaan

3. Pengeluaran Surat Perintah Melakukan Penyitaan

4.2 Pelaksanaan Lelang

Pada saat melakukan pelelangan, juru sita datang ketempat dimana barang barang sitaan itu akan dilelang untuk mendampingi juru lelang. Sesaat sebelum pelelangan dimulai sebaiknya jurusita menanyakan kepada wajib pajak apakah hutang pajaknya akan dilunasi. Seandainya wajib pajak dapat dan melunasi hutang pajaknya serta biaya yang terutang pada pelaksanaan lelang maka pelelangan dibatalkan danapabila tidak maka pelelangan segera dilakukan.

Wajib pajak berhak untuk menentukan urutan menurut mana barang-barangyang disita akan dilelang. Jika hasil penjumlahan barang telah mencapai penjumlahan hutang pajak ditambah dengan biaya pelaksanaan maka penjualan tersebut dihentikandan sisa barang dikembalikan dengan segera kepada wajib pajak. Setelah selesai pelelangan, maka kantor lelang, jurusita atau orang yang

diserahi untuk menjual barang – barang sitaan melaporkan kepada kelapa KPP dengan membuat laporan hasil pelaksanaan pelelangan. Laporan juru sita tersebut harus diserahkan kepada kepala KPP Pratama, kepala seksi penagihan, segera setelah lelang dilaksanakan. Berita acara mengenai pelaksanaan lelang sendiri harus dibuat oleh kantor lelang Negara pada “risalah lelang” yang merupakan bukti otentik sebagai dasar pendafdataran dan penagihan hak serta memberikan perlindungan hukum bagi pembeli lelang karena berfungsi sebagai akte jual beli. Setiap tahun Seksi Penagihan membuat laporan penagihan yang dilakukan oleh petugas penagihan. Laporan ini dibuat triwulan sekali atau 4 kali dalam setahun.

Adapun salah satu faktor penting yang menjadi tolak ukur tingkat kepatuhan wajib pajak adalah masih banyaknya wajib yang tidak memenuhi kewajiban membayar pajak berdasarkan ketentuan perundang – udangan yang berlaku. Makin banyak jumlah penunggakan pajak berarti semakin rendah tingkat kepatuhan wajib pajak. Bagaimanapun setiap tahun sektor pajak semakin meningkat, maka semakin meningkat pula jumlah wajib yang menunggak.

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas penulis dapat menyimpulkan:

1. Penyitaan adalah salah satu kegiatan juru sita sebagai tindak lanjut dari diterbitkannya surat paksa apabila pajak yang masih harus dibayar tidak dilunasi dalam jangka waktu 2x24 jam sesudah tanggal penyampaian surat paksa kepada wajib pajak.

2. Barang – barang yang dapat disita terlebih dahulu adalah barang – barang yang berada di :

a. Tempat tinggal b. Tempat usaha

c. Tempat kedudukan, atau d. Tempat lain

3. Tujuan penyitaan adalah memperoleh jaminan pelunasan hutang pajak dari penanggung pajak. Oleh karena itu penyitaan dapat dilaksanakan terhadap semua barang penanggung pajak.

4. Pelaksanaan penyitaan barang penanggung pajak apabila penanggung pajak tidak melunasi utang pajaknya dalam jangka waktu yang telah

ditetapkan, maka pejabat dapat menerbitkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan.

5. Objek penyitaan adalah barang penanggung pajak/ wajib pajak yangdapat dijadikan jaminan hutang pajak.

6. Pelaksanaan penyitaan atas barang – barang milik penanggung pajak harus dilaksanakan oleh juru sita pajak, dimana harus membuat Berita Acara Pelaksanaan sita dan disampaikan kepada penanggung pajak dan dapat meminta bantuan kepada POLRI, dan sesuai dengan peraturan perpajakan yang tertuang dalam undang – undang Republik Indonesia, Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia dan keputusan Direktorat Jenderal Pajak Rebublik Indonesia.

B. Saran

Adapun saran – saran yang dapat diberikan penulis adalah :

1. Dalam penerapan pelaksanaan penyitaan dan atau penyanderaan atas barang – barang milik penanggung pajak, harus ada dukungan kebijakan dari aparatur perpajakan dalam penyelenggaraan penyuluhan kepada masyarakat, seperti mensosialisasikan peraturan – peraturan perpajakan pada umumnya dan khususnya peraturan – peraturan perpajakan tentang penyitaan, penyanderaandan pemblokiran barang – barang milik penanggung pajak.

2. Untuk mendorong peningkatan pajak sebagai salah satu sumber penerimaan negara, dibutuhkan usaha – usaha dari pemerintah untuk meningkatkan kesadaran wajib pajak akan resiko yang harus diterimanya jika terjadi penyitaan terhadap kekayaan wajib pajak tersebut, sebab pelaksanaan penyitaan adalah akibat dari kelalaian wajib pajak itu sendiri.

3. Sebaiknya wajib pajak jangan menghambat jalannya proses penyitaan yang dilaksanakan oleh aparat pajak (Juru sita pajak).

4. Karena tingkat kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang Pajak masih sangat kurang, sebaiknya aparat perpajakan perlu meningkatkan pelayanan dan penyuluhan terhadap wajib pajak dan pemberian informasi yang benar dan lengkap baik ditingkat desa, kelurahan, maupun kecamatan.

5. Sesuai dengan azas perpajakan yaitu azas demokrasi dan azas keadilan maka perlu meningkatkan kesadaran pemerintah selaku roda penggerak pembangunan untuk menggunakan sumber penerimaan dari sektor perpajakan tersebut dengan sebaik – baiknya, karena negara yang makmur, pemerintah yang baik adalah negara yang rakyatnya sejahtera.

A. Sejarah Umum KPP Pratama Medan Kota

Sejarah umum dari Kantor Pelayanan Pajak dimulai pada masa penjajahan Belanda, Kantor Pelayanan Pajak bernama Belasting, yang kemudian setelah kemerdekaan berubah menjadi Kantor Inspeksi Keuangan.Kemudian berunah lagi menjadi Kantor Inspeksi Pajak Keuangan Republik Indonesia. Di Sumatera Utara pada tahun 1976 berdiri tiga Kantor Inspeksi Pajak, yaitu :

a. Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan b. Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara c. Kantor Inspeksi Pajak Pematang Siantar

Di tahun 1978 Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dipecah menjadi dua bagian yaitu Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dan Kantor Inspeksi Pajak Kisaran.Untuk memudahkan pelayanan pembayaran pajak dari masyarakat, dan dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin cepat, maka didirikanlah Kantor Inspeksi Pajak Medan Timur (sekaran Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur dan Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota). Untuk semakin memantapkan pelayanannya kepada masyarakat dalam pelayanan pembayaran pajak, maka berdasarkan Pada Keputusan Menteri Keuangan Republik

Indonesia Nomor : 267/kmk.01/198, “diadakanlah perubahan secara

menyeluruh pada Direktorat Jenderal Pajak yang mencakup reorganisasi Kantor Inspeksi Pajak yang digantin nama menjadi Kantor Pelayanan Pajak, yang sekaligus dibentuknya Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan.

Berdasarkan pada keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor : Kep.758/KMK.01/1993 tertanggal 3 Agustus 1993, maka pada tanggal 1 April 1994 di dirikanlah Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur.

Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur merupakan pecahan dari tiga Kantor Pelayanan Pajak, yaitu :

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Selatan 2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat 3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara

Dan terhitung mulai tanggal 1 April 1994, Kantor Pelayanan Pajak berubah menjadi 4 wilayah kerja, yaitu :

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur 2. Kantor Pelayan Pajak Medan Barat 3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara 4. Kantor Pelayanan Pajak Medan Binjai

Berdasarkan keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor :

Direktorat Jendral Pajak” dimana Kantor Pelayanan Pajak di Kota Madya

Medan menjadi enam wilayah kerja yaitu :

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur, dengan ruang lingkup meliputi wilayah :

1.1 Kecamatan Medan Timur 1.2 Kecamatan Medan Area 1.3 Kecamatan Medan Tembung 1.4 Kecamatan Medan Perjuangan

2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat, dengan ruang lingkup meliputi wilayah :

2.1 Kecamatan Medan Barat 2.2 Kecamatan Medan Sunggal 2.3 Kecamatan Medan Petisah 2.4 Kecamatan Medan Helvetia

3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota, dengan ruang lingkup meliputi wilayah :

3.1 Kecamatan Medan Kota 3.2 Kecamatan Medan Denai 3.3 Kecamatan Medan Johor 3.4 Kecamatan Medan Amplas

4. Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia, dengan ruang lingkup melalui wilayah :

4.1 Kecamatan Medan Polonia 4.2 Kecamatan Medan Maimun 4.3 Kecamatan Medan Baru 4.4 Kecamatan Medan Tuntungan 4.5 Kecamatan Medan Selayang

5. Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan, dengan ruang lingkup meliputi wilayah :

5.1 Kecamataan Medan Belawan 5.2 Kecamatan Medan Marelan 5.3 Kecamatan Medan Labuhan 5.4 Kecamatan Medan Deli 6. Kantor Pelayanan Pajak Binjai

Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota adalah sebagai institusi pemerintah yang mempunyai tugas pokok dalam menyelenggarakan urusan perpajakan.Karena pajak merupakan kontribusi wajib pajak kepada Negara yang berhutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang – Undang dengan tidak mendapat imbalan secara langsung dan di gunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar – besarnya untuk laporan rakyat.

Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota berada di gedung Direktorat Jendral Pajak Kantor Wilayah SUMUT I lantai 3 di jalan Sukamulia Nomor.17A Medan. Adapun sejarah singkat dari Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota adalah sebagai berikut :

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota Merupakan Pecahan dari Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur yang berdasarkan kepada :

a. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor : 443/KMK/.01/2001 Tanggal 21 Juli 2001

b. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor : 58/kmk.01/2002 Tanggal 26 Februari 2002

c. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor : 58/KMK/.01/2002 Tanggal 26 Februari 2002

2. Yang mengepalai Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota saat ini adalah Berdasarkan penjelasan sejarah Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota, Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan Kota berganti nama menjadi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Kota pada tanggal 27 Mei 2008, sesuai dengan peraturan Menteri Keuangan Nomor : 131/PMK.01/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jendral Pajak sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 67/PMK.01/2008.

B. Visi dan Misi KPP Pratama Medan Kota

Keberhasilan program Modernisasi di lingkungan DJP, tidak hanya dapat membawa perubahan paradigma dan perubahan perilaku pegawai DJP. Tetapi lebih jauh juga dapat memberikan dampak positif terhadap percepatan penerapan praktik – praktik “good governance” pada institusi pemerintah

secara keseluruhan.

Untuk mencapai tujuan tersebut, Direktorat Jendral Pajak telah mencanangkan visi dan misi sebagai pedoman dalam melakukan setiap kegiatan.

Adapun visi dan misi tersebut adalah sebagai berikut :

VISI

“Menjadi institusi pemerintah yang menyelenggarakan system administrasi

perpajakan modern yang efektif, efisien, dan dipercaya masyarakat dengan

integritas dan profesionalisme yang tinggi”

MISI

“Menghimpun penerimaan dalam negeri dari sektor pajak yang mampu

menunjang kemandirian pembiayaan pemerintah berdasarkan Undang Undang perpajakan dengan tingkat efektivitas dan efisiensi yang tinggi”

C. Struktur Organisi KPP Pratama Medan Kota

Struktur organisasi adalah suatu rangkaian yang mewujudkan pola tetap dari hubungan diantara bidang kerja, namun orang mewujudkan kedudukan, wewenang dan tanggung jawab dalam sytem kerja sama.

Kantor pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Kota membawahi 1 (satu) bagian dari 10 (sepuluh) seksi, ditambah kelompok jabatan fungsional.

Adapun bidang – bidang yang ada di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota antara lain adalah sebagai berikut :

1. Sub Bagian Umum dan Kepatuhan Internal 2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi 3. Seksi Pelayanan

4. Seksi Penagihan 5. Seksi Pemeriksaan

6. Seksi Ekstensifikasi dan Penyuluhan Perpajakan 7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I

8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II 9. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III 10. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV 11. Kelompok Jabatan Fungsional

D. Tugas dan Fungsi KPP Pratama Medan Kota 1. Kepala Kantor

Mengingat KPP Pratama merupakan penggabungan dari KPP, KPPBB, dan Karikpa maka kepala Kantor Pratama mempunyai tugas mengkoordinasi pelaksanaan penyuluhan, pelayanan dan pengawasan Wajib Pajak dibidang Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Tidak Langsung Lainnya, Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perUndang – Undangan yang berlaku.

2. Sub Bagian Umum

Membantu dan menunjang kelancaran tugas kantor dalam mengkoordinasi tugas dan fungsi pelayanan kesekretariatan terutama dalam hal pengaturan kegiatan tata usaha dan kepegawaian, keuangan, rumah tangga dan keuangan.

3. Seksi Ekstensifikasi dan Penyuluhan Perpajakan

Membantu tugas kepala kantor mengkoordinasi pelaksanaan dan penata usahaan pengamatan potensi perpajakan, pendapatan objek dan subjek pajak, dan kegiatan ekstensifikasi perpajakan serta sosialisasi penyuluhan perpajakan.

4. Seksi Pengolahan Data dan Informasi

Membantu tugas kepala kantor dalam mengkoordinasikan pengumpulan, pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen

perpajakan, urusan tata usaha angka penerimaan pajak, pengalokasian dan penatausahaan bagi hasil Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan(PBB dan BPHTB), pelayanan dukungan teknis komputer, pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filling dan penyiapan laporan kinerja.

5. Seksi Pelayanan

Membantu tugas kepala kantor dalam mengkoordinasi penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan surat pemberitahuan dan surat lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registry Wajib Pajak, serta kerja sama perpajakan sesuai ketentuan yang berlaku.

6. Seksi Pengawasan dan Konsultan (WASKON I, II, III, IV)

Membantu tugas kepala kantor mengkoordinasikan pengawasan kepatuhan Wajib Pajak (PPh, PPN, dan Pajak Lainnya), bimbingan atau himbauan kepada Wajib Pajak dan konsultasi teknis perpajakan, penyusunan profil Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, dan melakukan evaluasi hasil banding berdasarkan ketentuan yang berlaku. Dalam 1 (satu) KPP Pratama terdapat 4 (empat) Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi yang pembagian tugasnya di dasarkan pada cakupan wilayah (territorial tertentu).

7. Seksi Pemeriksaan

Membantu tugas kepala kantor mengkoordinasikan pelaksanaan penyusunan perencanaan pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi perpajakan lainnya.

8. Seksi Penagihan

Membantu tugas kepala kantor mengkoordinasikan pelaksanaan dan penatausahaan penagihan aktif, piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak, dan usulan penghapusan pajak serta penyimpanan dokumen

– dokumen penagihan.

9. Kelompok Jabatan Fungsional

Pejabat fungsional terdiri dari Pejabat Fungsional Pemeriksaan dan Pejabat Fungsional Penilai yang bertanggung jawab serta langsung kepada Kepala KPP Pratama.Dalam melaksanakan pekerjaannya, Pejabat Fungsional Pemeriksaan berkoordinasi, integritas, sinkronisasi, dan simplifikasi dengan Seksi Ekstensifikasi.Selain itu, teknologi informatika dan system informasi dimanfaatkan secara optimal.

Tabel 2.1

Daftar Berdasarkan Jabatan Pegawai KPP Pratama Medan Kota

No KETERANGAN JUMLAH

1 Kepala Kantor 1 Orang

2 Kepala Seksi 10 Orang

3 Sub.bag Umum dan Kepatuhan Internal 7 Orang

4 Bendahara 1 Orang

5 Sekretaris 1 Orang

6 Pengolahan Data dan Informasi 1 Orang

7 Pelayanan 14 Orang

8 Penagihan 4 Orang

9 Pemeriksaan 2 Orang

10 Ekstensifikasi dan Penyuluhan 4 Orang 11 Pengawasan dan Konsultasi I 5 Orang 12 Pengawasan dan Konsultasi II 10 Orang 13 Pengawasan dan Konsultasi III 9 Orang 14 Pengawasan dan Konsultasi IV 7 Orang

15 Fungsional Pemeriksa 6 Orang

Gambar 2.1.

STRUKTUR ORGANISASI

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN KOTA 2016

Sumber: Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota,2016 KEPALA KANTOR

Yan Santoso Purba. SH.MM NIP. 1963031131985041002 Ka. SUBBAG UMUM Hajopan, SH. NIP. 1959091981031003 PELAKSANA KASI EKSTENSIFIKA SI Erny Lindawati Mangunsong NIP. 1967111319 95032001 KASI PDI Ika Rotua Sinurat NIP. 1972121119 90312001 KASI PELAYANA N Edison Debata Raja Se,SkMM NIP. 1972083019 98031001 KASI PEMERIKSA AN Zulham, SE NIP. 1971032319 98031001 KASI WASKON IV Gintar Ginting NIP. 1971112819 98031002 KASI WASKON III Alex Kurniawan, ST NIP. 1979082720 00121001 KASI WASKON I Agus Salim, S. ME, SI NIP. 1968081719 98031001 KASI WASKON II Mangatur S. NIP. 1973021519 98031002 AR PELAKSANA PELAKSANA PELAKSAN

A PELAKSANA AR AR AR KELOMPOK FUNGSIONAL SUPERVISOR II

Ebenezer Sitompul, SE.Ak NIP.

197212181999031003 SUPERVISOR I

Wazir Almuhsin, HA, SE,AK, MM NIP.

PEMERIKSA

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mendapatkan penerimaan Negara merupakan hal yang paling utama walaupun belum satu – satunya. Dari berbagai alasan pengenaan pajak, kebijakan pajak di Indonesia akhir – akhir ini sebelum reformasi perpajakan 1999 – 2009 telah banyak terpengaruh oleh suatu keinginan untuk mencapai tujuan ekonomi dan social sambil meningkatkan pemerataan hukum pajak keseluruhan lapisan masyarakat. Demikian juga untuk tujuan pemulihan kehidupan ekonomi untuk bangkit dan mengentaskan diri di krisis moneter tentu memerlukan suatu pengorbanan penerimaan pajak yang bertolak belakang dengan keinginan menambah penerimaan pajak. Sebagaimana diketahui bahwa dalam APBN yang dibuat oleh pemerintah terdapat tiga sumber penerimaan yang menjadi pokokan dalam yaitu :

a. Penerimaan dari sector Pajak. b. Penerimaan dari sector Migas.

c. Penerimaan dari sector bukan Pajak/BNBP.

Dari ketiga sumber penerimaan diatas penerimaan dari sector pajak ternyata merupakan salah satu sumber penerimaan yang paling besar. Dari

tahun ketahun kita dapat melihat bahwa penerimaan dari sector pajak terus meningkat dan member andil yang besar bagi penerimaan Negara.

Penerimaan dari sector pajak sering dikatakan primadona dalam membiayai pembangunan nasional. Sedangkan dari sector Migas, yang dahulu menjadi andalan penerimaan Negara, sekarang sudah tidak biasa diandalkan lagi sebagai sumber keuangan Negara yang terus menerus, karena sifatnya yang tidak di perbaharui. Penerimaan sewaktu – waktu dapat habis, sedangkan dari pajak selalu dapat di perbaharui, yaitu sesuai dengan perkembangan ekonomi dan masyarakat itu sendiri.

Maka dari itu tugas akhir ini akan menganalisa pelaksanaan penyitaan terhadap barang sitaan sesuai dengan prosedur ketentuan perUndang – Undangan. Menjelaskan batasan – batasan juru sita pajak dalam melakukan tugasnya, sehingga tugas akhir ini di beri judul “ Proses Pelaksanaan Penyitaan Yang Dilakukan Oleh Juru Sita Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan Kota.

B. Tujuan dan Manfaat Laporan Tugas Akhir 1. Tujuan Laporan Tugas Akhir

Adapun tujuan Laporan Tugas Akhir adalah :

1.2Agar mahasiswa Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan dan masyarakat umum dapat mengerti dan memahami system penyitaan barang – barang sitaan milik wajib pajak atau penanggung pajak.

1.3Agar dapat mengetahui prosedur pelaksanaan penyitaan, sehingga wajib pajak terhindar dari kekecewaan. Untuk mengetahui tentang kendala – kendala yang terjadi dalam proses penagihan pajak.

2. Manfaat Laporan Tugas Akhir 2.1Bagi Mahasiswa :

a. Untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan wawasan khususnya mengenai proses pelaksanaan penyitaan.

b. Memberikan bekal pengalaman kerja bagi setiap mahasiswa. 2.2Bagi Instansi/KPP

a. Sebagai sarana untuk menarik tenaga kerja yaitu untuk melihat kemampuan mahasiswa yang bersangkutan dengan tanggung jawab dan kerjasama yang baik.

b. Instansi dapat melihat dimana perkembangan ilmu pengetahuan yang sekarang diterapkan.

2.3Bagi Program Diploma III Administrasi Perpajakan Fisip USU

a. Untuk meningkatkan hubungan antara Universitas Sumatera Utara khususnya Program Diploma III dengan instansi pemerintahan dalam hal ini KPP.

b. Agar Universitas dapat lebih berperan dalam menyelesaikan kegiatan pendidikan sesuai dengan peraturan – peraturan yang sekarang diterapkan.

C. Uraian Teoritis

Pajak adalah kontribusi wajib pajak kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang – Undang, dengan tidak mendapat imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar – besarnya kemakmuran rakyat. Adapun yang dimaksud dengan subjek pajak adalah pihak – pihak (orang maupun badan) yang akan di kenakan pajak, dan yang dimaksud dengan objek pajak yaitu sesuatu yang dikenakan pajak atau dapat diartikan sebagai sasaran pengenaan pajak. Serta menurut Undang – Undang penagihan pajak pada Undang – Undang nomor 19 tahun 2000 tentang penagihan pajak dengan Surat Paksa, menyebutkan “Penyitaan adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh juru sita pajak untuk menguasai barang penanggung pajak guna dijadikan jaminan untuk melunasi utang pajak menurut peraturan perUndang – Undangan.” Apabila utang pajak tidak dilunasi penanggung pajak dalam jangka waktu 2 (dua) kali 24 (dua puluh empat) jam setelah surat paksa diberitahukan, pejabat menerbitkan surat perintah melaksanakan penyitaan. Penyitaan dilakukan oleh

juru sita pajak disaksikan oleh sekurang – kurangnya oleh 2 (dua) orang telah dewasa, penduduk Indonesia, dikenal oleh juru sita pajak, dan dapat dipercaya. Tujuan penyitaan adalah memperoleh jaminan pelunasan utang pajak dan penanggung pajak. Penyitaan merupakan tindakan penagihan lebih lanjut setelah surat paksa yang hanya dapat dilakukan setelah batas waktu 2x24 jam sebagaimana dimaksud dalam surat paksa, artinyaapabila penanggung pajak/WP tetap tidak melunasi utang pajak sebagai tercantum dalam surat paksa, barulah penyitaan dapat dilaksanakan. Dalam hal penyitaan WP/ penanggung pajak tidak mengakibatkan penundaan kewajiban membayar/ melunasi pajak terutang atau kurang bayar.

D. Ruang Lingkup Laporan Tugas Akhir

Penagihan pajak adalah serangkaian tindakan agar penanggung jawab melunasi utang pajaknya dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau meningkatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan surat paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyanderaan, dan menjual barang yang telah disita. Penjualan barang yang gelah disita biasanya dilakukan melalui pelelangan, kecuali untuk aset – aset sitaan berupa uang tunai, deposito berjangka, tabungan, saldo rekening Koran, obligasi, saham, atau surat berharga lainnya, piutang dan penyertaan modal

pada perusahaan lain. Dalam tugas akhir ruang lingkup yang akan dibahas penulis adalah:

1. Pengertian dari penyitaan menurut Undang – Undang No 19/2000 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.

2. Jenis dapat yang barang disita atau tidak dapat disita oleh pihak fiskus atau aparatur pajak melalui juru sita pajak.

3. Tugas dan fungsi juru sita pajak.

4. Prosedur penyitaan sesuai Undang – Undang pajak yang berlaku. 5. Pelaksanaan penyitaan terhadap barang – barang sitaan.

E. Metodologi Penulisan Laporan Tugas Akhir 1. Tahap Persiapan

Yaitu kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa/i sebelum terjun langsung melakukan tugas akhir, yaitu :

1.1 Pemilihan objek tugas akhir. 1.2 Pemilihan lokasi tugas akhir.

1.3 Pengajuan proposal tentang judul yang akan diajukan kepada Program Studi Diploma III administrasi Perpajakan.

2. Studi Literatur

Yaitu kegiatan mencari data – data serta informasi – informasi dengan membaca landasan teori, menelaah buku – buku literature, peraturan

perUndang – Undangan Perpajakan, peraturan pemerintah, Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak, Keputusan Menteri Keuangan, informasi dari majalah, surat kabar, catatan – catatan, maupun bahasa yang tertulis yang berhubungan secara langsung dengan tugas akhir.

3. Studi Observasi Lapangan

Yaitu kegiatan studi untuk mencari data – data serta informasi – informasi dengan mengikuti tugas akhir pada KPP serta mempelajari laporan – laporan yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas.

4. Pengumpulan Data

Yaitu kegiatan studi yang dilakukan untuk mencari : 4.1 Data Primier - Wawancara - Pengamatan 4.2 Data Sekunder - Studi kepustakaan - Dokumentasi 5. Analisis dan Evaluasi

Yaitu kegian studi yang dilakukan dengan cara menganalisa permasalahan dan kendala yang dihadapi dan mencari tahu atau menanyakan solusi atau jalan keluar yang terbaik untuk memecahkan permasalahan yang timbul di KPP.

F. Metode Pengumpulan Data 1. Metode Intrview

Yaitu kegiatan mengumpulkan dan data dan melakukan wawancara dengan mengajukan pertanyaan kepada pegawai instansi yang

Dokumen terkait