RAHMUDDIN
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada
Departemen Biologi
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009
Nim : G352070111
Disetujui
Komisi Pembimbing
Dr. Ir. R.R. Dyah Perwitasari, M.Sc. Dr. Ir. Entang Iskandar, M.Si.
Ketua Anggota
Diketahui
Ketua Program Mayor Dekan Sekolah Pascasarjana Biosains Hewan
Dr. Bambang Suryobroto Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, M.S.
Kupersembahkan karya tulis ini sebagai ibadah dan syukur atas segala nikmat hidup dan kesempatan menggali ilmu di Institut Pertanian Bogor dari Allah SWT.
Untuk:
• Keluarga Besar Bapak Burhanuddin – Nurbasnah
Keluarga Besar Bapak Rasidin Arif – Nurasni Tanjung (alm)
• Isteri tercinta, Efrida, S.Ag. dan Anak-anak, Dinda Al-Anshori, Dinda Aulia Ul-Azmi, Dinda Al-Humam Annajmi dan Dara Hikmahtul Fadhilah.
rahmat dan hidayahNya, karya ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik. Penelitian ini berjudul “ Populasi owa jawa (Hylobates moloch Audebert 1797) di Hutan Lindung Gunung Papandayan, Garut, Jawa Barat” yang dilakukan mulai bulan Juni sampai dengan bulan Desember 2008. Karya ilmiah ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada program Studi Biologi, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada:
1. Dr. Ir. Raden Roro Dyah Perwitasari, M.Sc. selaku ketua komisi pembimbing, Dr. Ir. Entang Iskandar, M.Si. selaku anggota komisi pembimbing atas segala arahan, bimbingan dan dukungan selama perencanaan dan pelaksanaan penelitian, serta penyusunan hingga tesis ini dapat diselesaikan.
2. Ir. Dones Rinaldi, M.Sc.F selaku penguji luar komisi yang telah banyak memberikan masukan dalam perbaikan tesis ini.
3. Departeman Agama Republik Indonesia selaku penyandang dana beasiswa pendidikan kepada penulis.
4. Endang Saifuddin dan keluarga besar Yana Suryana selaku pendamping dalam pengambilan data di lokasi penelitian
5. Efrida, S.Ag. selaku isteri yang memotivasi setiap saat dalam penyelesaian pendidikan ini.
6. Keluarga besar Bapak Burhanuddin dan Bapak Rasidin Arif atas doa dan dorongan semangat selama penulis menjalani pendidikan ini.
Penulis menyadari bahwa terdapat banyak keterbatasan dalam penulisan tesis ini, oleh karena itu segala saran dan masukan yang bersifat konstruktif akan sangat berharga bagi penyempurnaan lebih lanjut. Semoga karya ilmiah yang dituangkan dalam tesis ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
Bogor, Juli 2009
Penulis dilahirkan di Kampung Sawah pada tanggal 17 Maret 1967 dari ayah Burhanuddin dan ibu Nurbasnah. Penulis merupakan putra kedua dari tiga bersaudara. Memiliki isteri dan tiga putra serta satu putri.
Tahun 1988 penulis lulus dari SMA Negeri Muarasoma dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IAIN-Sumatera Utara melalui jalur seleksi masuk IAIN. Penulis memilih jurusan Tadris IPA pada Fakultas Tarbiyah lulus pada tuhun 1995,
Tahun 2007 penulis melanjutkan studi di Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor pada Program Studi Biologi. Penulis bekerja sebagai guru di Madrasah Aliyah Negeri Natal di Sumatera Utara, Departemen Agama sejak tahun 1998.
DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... xvi DAFTAR GAMBAR ... xvii DAFTAR LAMPIRAN ... xviii PENDAHULUAN ... 1 Latar Belakang ... 1 Tujuan Penelitian ... 3 Manfaat Penelitian ... 3 Kerangka Pemikiran ... 3 TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi ... 4 Morfologi ... 5 Populasi ... 6 Habitat dan Penyebaran ... 8 Pohon pakan dan Pohon tidur ... 10 Status Konservasi ... 10
KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Umum. ... 12 Letak dan Luas ... 12 Topografi ... 13 Iklim ... 13 Geologi dan Tanah ... 13 Hidrologi ... 13 Potensi Biotik ... 14 1. Potensi Flora... 14 2. Potensi Fauna... 15
METODOLOGI PENELITIAN
Waktu dan Lokasi Penelitian ... 16 Bahan dan Alat ... 16 Bahan. ... 16 Alat. ... 16 Metode Pengumpulan Data ... 16 Penentuan lokasi ... 16 Populasi Owa Jawa ... 17 Jalur Pengamatan Populasi ... 17
Distribusi Populasi ... 18 Kepadatan Populasi ... 19 Estimasi Populasi ... 19 Komposisi Kelompok ... 20 Karakteristik Habitat ... 20 Analisis Vegetasi ... 20 Analisis Data ... 22 Indeks Nilai Penting Vegetasi ... 22
HASIL
Populasi owa jawa (Hylobates moloch)... 24 DistribusiPopulasi. ... 24 Kepadatan populasi dan Kelompok ... 25 Ukuran dan Komposisi Kelompok ... 26 Estinasi Populasi ... 28 Analisis Vegetasi ... 29 Komposisi dan Dominansi Spesies ... 29 Pohon pakan dan Pohon tidur ... 42 Permudaan Vegetasi ... 44
PEMBAHASAN
Populasi owa jawa (Hylobates moloch ) ... 48 Distribusi Populasi ... 48 Kepadatan populasi dan Kelompok ... 48 Ukuran dan Komposisi Kelompok ... 50 Estimasi Populasi ... 50 Analisis Vegetasi ... 51 Komposisidan Dominansi Spesies ... 51 Pohon pakan dan Pohon tidur ... 52 Permudaan Vegetasi ... 53
SIMPULAN DAN SARAN ... 55 Simpulan ... 55 Saran ... 55 DAFTAR PUSTAKA ... 56 LAMPIRAN ... 60
2. Estimasi populasi owa jawa pada 15 lokasi di Pulau Jawa ... 7 3. Distribusi owa jawa di HLGP ... 24 4. Kepadatan populasi dan kelompok owa jawa di HLGP ... 26 5. Ukuran kelompok owa jawa di HLGP ... 26 6. Rerata ukuran kelompok owa jawa di lokasi penelitian di HLGP ... 27 7. Komposisi individu dalam kelompok owa jawa berdasarkan jenis
kelamin dan kelas umur di HLGP ... 27 8. Komposisi individu owa jawa berdasarkan kelompok umur dan
lokasi penelitiandi HLGP ... 28 9. Vegetasi berdasarkan tingkatan, spesies dan famili di HLGP ... 29 10. Nilai INP tertinggi spesies pohon di Curug Buta, Nyampai dan
Kaca-kaca ... 29 11. Parameter vegetasi tingkat pohon sebagai habitat owa jawa di HLGP . 30 12. Vegetasi tingkat pohon di Curug Buta ... 32 13. Vegetasi tingkat tiang di Curug Buta ... 33 14. Vegetasi tingkat pancang di Curug Buta ... 33 15. Vegetasi tingkat semai di Curug Buta ... 34 16. Vegetasi tingkat pohon di Nyampai ... 35 17. Vegetasi tingkat tiang di Nyampai ... 36 18. Vegetasi tingkat pancang di Nyampai... 36 19. Vegetasi tingkat semai di Nyampai ... 37 20. Vegetasi tingkat pohon di Kaca-kaca ... 38 21. Vegetasi tingkat tiang di Kaca-kaca ... 39 22. Vegetasi tingkat pancang di Kaca-kaca ... 40 23. Vegetasi tingkat semai di Kaca-kaca ... 41 24. Vegetasi pohon pakan owa jawa di tiga lokasi penelitian HLGP ... 42 25. Vegetasi pohon tidur owa jawa di tiga lokasi penelitian HLGP ... 43 26. Vegetasi tingat semai setiap lokasi penelitian di HLGP ... 44 27. Vegetasi tingkat pancang setiap lokasi penelitian di HLGP ... 45 28. Vegetasi tingkat tiang setiap lokasi penelitian di HLGP ... 46
1. Kerangka pemikiran penelitian (modifikasi dari Iskandar 2007) ... 3 2. Morfologi owa jawa di HLGP... 6 3. Habitat owa jawa yang ideal (a) dan habitat yang berubah fungsi (b) .... 8 4. Sebaran owa jawa di Jawa Barat dan Jawa Tengah (Rinaldi 2003) ... 9 5. Desain metode jalur (line transect method) yang digungakan ... 17 6. Peneliti sedang mengamati keberadaan owa jawa ... 18 7. Desain metode garis berpetak ... 21 8. Jalur pengamatan dan distribusi owa jawa di HLGP ... 25 9. Buah seninten (C. argentea Bl.) (a) dan sisa buah-buahan yang
Latar Belakang
Indonesia memiliki 40 spesies primata dari keseluruhan jumlah spesies satwa primata di dunia yaitu sekitar 195 spesies (Supriatna dan Wahyono 2000), 24 spesies diantaranya endemik di Indonesia, artinya satwa primata tersebut hanya terdapat di kawasan Indonesia tidak terdapat dikawasan negara yang lain. Sebanyak 12 spesies satwa primata dari famili Hylobatidae tersebar di Asia Tenggara (Geissmann 2002). Enam spesies tersebar di Indonesia bagian kawasan
barat. Lima spesies termasuk kedalam genus Hylobates yaitu ungko, Dark
Handed gibbon (Hylobates agilis F. Cuvier), siamang kerdil, kloss’s gibbon
(Hylobates klosii Miller), ungko lengan putih, white handed gibbon (Hylobates lar
Linnaeus), owa jawa, silvery gibbon (Hylobates moloch Audebert), kelawat, gray
gibbon, (Hylobates muelleri Martin) dan satu termasuk ke dalam genus
Symphalangus yaitu siamang (Symphalangus syndactylus Raffles) (Geissmann 2007).
Owa jawa (Hylobates moloch Audebert, 1798) adalah kera kecil yang
memiliki status endemik di pulau Jawa (Geissmann & Nijman 2006). Wilayah penyebaran owa jawa dari Jawa Barat sampai Jawa Tengah (Supriatna 2006). Populasi owa jawa berkisar 2.400 – 7.900 individu (Keppeler 1981), 4.000 –
4.500 individu (Nijman 2004), 2.700 individu (Asquith et al. 1995), 2.600 – 5.304
individu (Djanubudiman et al. 2004) yang tersebar di beberapa habitat di pulau
Jawa. Owa jawa merupakan salah satu satwa primata Indonesia yang terancam.
Berdasarkan kategori IUCN (Internasional Union for the Conservation of Nature
and Natural Resources) tahun 2008, status owa jawa berubah dari kategori kritis (critically endangered) menjadi kategori genting (endangered). Perubahan status ini jumlah populasi owa jawa betina dewasa di atas 2500 individu dan jumlah subspesies owa jawa di atas 250 individu. Walaupun demikian dalam daftar
CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna
and Flora) dikategorikan ke dalam Appendiks I (Nijman 2006; Geissmann 2007).
Owa jawa adalah satwa primata arboreal, hidupnya sangat tergantung pada keberadaan hutan. Keberadaan owa jawa di hutan dapat dijadikan sebagai indikator bagi keutuhan hutan. Keutuhan vegetasi yang alami dijadikan sebagai tempat mencari pakan dan tempat tidur bagi owa jawa.
Habitat owa jawa merupakan kawasan hutan tropika dari dataran rendah sampai pegunungan dengan ketinggian 0 – 1.600 m di atas permukaan laut (dpl)
(CI Indonesia 2000). Beberapa penelitian terdahulu (Kappeler 1994; Asquith et al.
1995; Nijman & Sozer 1995; Nijman & van Balen 1998; CI Indonesia 2000; Rinaldi 2003; Djanubudiman 2004; Nijman 2004) telah mengidentifikasi beberapa kawasan hutan di Jawa Barat dan Jawa Tengah yang merupakan habitat alami owa jawa, sebagian besar merupakan kawasan konservasi. Kawasan konservasi meliputi hutan Taman Nasional, Cagar Alam dan Hutan Lindung. Pada hutan Taman Nasional dan Cagar Alam hampir selalu dilakukan penelitian tentang keberadaan satwa primata yang ada di dalam hutan tersebut, sedangkan Hutan Lindung masih sedikit dilakukan penelitian. Salah satu habitat alami owa jawa di Jawa Barat adalah Hutan Lindung Gunung Papandayan (HLGP). Hutan Lindung Gunung Papandayan sebagian dikuasai oleh PERUM PERHUTANI (Perhutani 2009) yang dijadikan sebagai hutan produksi dan hutan penyangga. Di dalamnya hidup berbagai jenis satwaliar seperti mamalia, reptilia, serangga, ampibia dan berbagai jenis burung termasuk empat jenis satwa primata yaitu owa jawa (Hylobates moloch), lutung (Trachiphytecus auratus), surili (Presbytis comata),
kukang (Nycticebus coucang).
Hutan Lindung Gunung Papandayan sebagai hutan produksi dan hutan penyangga merupakan kawasan yang kurang aman bagi owa jawa. Untuk melindungi owa jawa di kawasan tersebut dibutuhkan informasi keberadaannya. Informasi ini digunakan sebagai data pendukung bagi pengelola dan pemerintah dalam membuat keputusan dan bijakan khususnya pada Hutan Lindung Gunung Papandayan. Namun, informasi mengenai spesies owa jawa seperti kepadatan populasi, habitat yang layak dan ketersediaan pohon pakan dan pohon tidur kurang diketahui oleh pengelolah kawasan dan pemerintah. Oleh karena itu sangat diperlukan suatu penelitian mengenai populasi, ketersediaan pohon pakan dan
pohon tidur bagi owa jawa sebagai dasar memberikan rekomendasi dalam pengelolaan dan konservasi kawasan.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan estimasi populasi owa jawa di Hutan Lindung Gunung Papandayan. Memperoleh informasi tentang ketersediaan jenis pohon pakan dan pohon yang digunakan sebagai tempat tidur.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar melakukan tindakan pengelolaan habitat dan mengidentifikasi potensi ancaman
terhadap owa jawa. Latar belakang dan kondisi yang menyebabkan keadaan
populasi owa jawa yang demikian, upaya memperoleh informasi populasi dan potensi habitat owa jawa, dapat dilihat pada kerangka pemikiran (Gambar 1).
Kerangka Pemikiran
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian (Modifikasi dari Iskandar 2007) Owa jawa
Penurunan jumlah
Daya dukung habitat Jumlah populasi Penelitian populasi •Kepadatan populasi •Kepadatan kelompok Jenis vegetasi Analisis pohon tidur Analisis pohon pakan
Estimasi populasi Parameter daya
dukung vegetasi
• Manejemen populasi
• Manejemen kawasan secara rutin dan efektif terutama
pada owa jawa, pohon tidur dan pohon pakan
METODOLOGI PENELITIAN
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Desember 2008 di kawasan Hutan Lindung Gunung Papandayan (HLGP), Dusun Tumaritis, Desa Panawa Kabupaten Garut, Propinsi Jawa Barat
Bahan dan Alat Bahan
Satwa yang dijadikan target penelitian adalah owa jawa (Hylobates
moloch) yang berada di kawasan Hutan Lindung Gunung Papandayan dan
vegetasi yang berada di kawasan tersebut. Bahan yang digunakan untuk kepentingan pembuatan herbarium adalah alkohol 70% sebagai bahan pengawet tumbuhan dan contoh tumbuhan yang akan dianalisis.
Alat
Peralatan yang digunakan untuk penelitian ini terdiri atas perangkat keras
dan lunak sebagai berikut: 1) peta lokasi disertai dengan foto land sat ; 2) Global
Positioning System (GPS) untuk mencatat koordinat pada saat owa jawa terdeteksi dan titik koordinat lokasi analisis vegetasi; 3) teropong binokulaer untuk
mengamati keberadaan owa jawa; 4) ArcView GIS 3,2 untuk menganalisis dan
memetakan data titik koordinat hasil pencatatan GPS; 5) range finder untuk
mengukur jarak antara owa jawa dengan peneliti; 6) kompas; 7) kamera; 7) Plant
press untuk membuat sampel vegetasi yang tidak diketahui nama lokalnya; 9) alat tulis.
Metode Pengumpulan Data Penentuan Lokasi
Untuk menentukan lokasi penelitian dilakukan survei pendahuluan dipandu petugas Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) dan informasi dari masyarakat setempat. Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang didapatkan langsung dari pengamatan
yang dilakukan di lapangan. Penelitian owa jawa di HLGP dilakukan pada tiga jalur pengamatan yaitu jalur Curug Buta, Nyampai dan Kaca-kaca. Secara berurutan panjang jalur adalah 3,0 km, 3,5 km dan 3,0 km. Pada setiap jalur dilakukan pengamatan sembilan kali ulangan. Total panjang jalur pangamatan
adalah 85,5 km dengan total luas 8,55 km2. Ketinggian lokasi antara 865 – 1196
m di atas permukaan laut. Data sekunder dikumpulkan dari studi pustaka yang signifikan dengan kajian penelitian.
Populasi Owa Jawa Jalur Pengamatan Populasi
Pengamatan populasi owa jawa dilakukan dengan menggunakan metode
jalur (line transect method) (Subcommittee on Conservation of Natural
Population 1981) pada lokasi-lokasi yang telah ditentukan terlebih dahulu. Lokasi pengamatan ditentukan berdasarkan panduan petugas BKSDA Garut dan informasi dari masyarakat setempat. Jalur pengamatan dibuat sesuai dengan topografi lokasi dengan panjang jalur antara 3,0 – 3,5 km. Lebar jalur penelitian adalah 50 m ke arah kedua sisi jalur atau lebar total 100 m (0,1 km) (Gambar 5). Panjang dan lebar jalur berdasarkan pada asumsi bahwa daya kemampuan ketahanan manusia dalam melakukan perjalanan maksimal dan daya kemampuan
jarak pandang maksimal bagi seorang peneliti adalah 50 m (Subekti at al. 2001).
Untuk memudahkan dalam menentukan jarak, jalur diberi tanda (T0 = titik awal;
Tn = titik akhir) dengan pita yang tahan air setiap jarak 50 m. Pada setiap jalur
penelitian dilakukan sembilan kali ulangan.
T0 jalur 3,5 km Tn
Gambar 5 Disain metode jalur (line transect method) yang digunakan
Waktu pengamatan dimulai pukul 05.30 sampai pukul 13.00 WIB. Penetapan waktu yang dilaksanakan berdasarkan pada aktivitas owa jawa sebagai
50 m
satwa primata diurnal dan penyesuaian dengan cuaca di lokasi penelitian. Teknik pengumpulan data populasi owa jawa dilakukan dengan cara peneliti berjalan perlahan-lahan di sepanjang jalur yang telah ditentukan. Pada titik-titik tertentu peneliti berhenti untuk mengamati di sekitar lokasi (Gambar 6 ).
Gambar 6 Peneliti sedang mengamati keberadaan owa jawa
Apabila satu individu atau sekelompok owa jawa terdeteksi, maka dilakukan pencatatan posisi (titik koordinat) dan dengan menggunakan GPS, waktu, aktivitas yang sedang dilakukan, jumlah individu, jenis pohon dan
pengukuran jarak antara owa jawa dengan peneliti menggunakan range finder.
Apabila owa jawa tidak teramati secara langsung, maka dapat dilakukan dengan pencatatan terhadap tanda-tanda keberadaan owa jawa secara tidak lansung,
seperti suara, pergerakan daun (leaf movement) dan pergerakan pohon (tree
movement). Pencatatan tanda-tanda ini adalah sebagai informasi tentang keberadaan owa jawa di lokasi tersebut.
Distribusi Populasi
Pengamatan distribusi populasi owa jawa di lokasi penelitian dilakukan secara bersamaan saat pengamatan populasi di sepanjang jalur. Pengamatan dilakukan sembilan kali ulangan setiap jalur. Hasil pencatatan posisi setiap individu atau setiap kelompok dilakukan dengan menggunakan GPS, kemudian
dipetakan dengan menggunakan program Arch view 3.2 sehingga akan terlihat distribusi owa jawa di setiap lokasi penelitian.
Kepadatan Populasi
Kepadatan populasi owa jawa dihitung dengan menggunakan data jumlah individu dan kelompok yang terdeteksi pada jalur-jalur penelitian. Untuk
mengalisis data digunakan rumus (Subcommittee on Conservation of Natural
Population 1981) sebagai berikut: D = ∑ indv./ Ltot
Keterangan :
D : Kepadatan (individu/km2)
∑ : jumlah individu suatu jenis (individu), dan
Ltot : luas total jalur pengamatan (km2).
Luas total petak contoh pengamatan (areal penelitian) diperoleh dari: Ltot = p x l x ul
Keterangan :
Ltot : luas total jalur pengamatan (km2),
p : panjang jalur (km),
l : lebar jalur (km),
ul : jumlah ulangan (kali)
Estimasi Populasi
Estimasi populasi owa jawa dilakukan dengan menganalisis data yang
diperoleh dengan formula (Subcommittee on Conservation of Natural Population
1981) sebagai berikut:
P = D x LREP Keterangan :
P : Estimasi populasi (individu)
D : Kepadatan populasi (individu/km2), dan
LREP : Luas habitat reprensentatif, yaitu 45,51 km2
Luas habitat representatif adalah luas hutan yang layak untuk habitat owa
jawa. Luas HLGP 5196,52 ha = 51,97 km2 (Perhutani 2009) di dalam kawasan
total 645,61 ha = 6,46 km2. Maka, Luas habitat representatif owa jawa adalah
51,97 km2 – 6,46 km2 = 45,51 km2.
Komposisi Kelompok
Kriteria komposisi kelompok dilakukan berdasarkan kombinasi jenis kelamin dan kelas umur. Kriteria kelas umur menggunakan kriteria Kappeler
(1981) yang dimodifikasi, dimana kelas umur bayi (infant) dan anak (juvenile)
disatukan dalam satu kriteria anak karena sulit membedakan antara kedua kelas umur ini di lapangan. Maka, kriteria komposisi kelompok dibedakan sebagai berikut:
1. Anak (infant & juvenile): infant selalu dalam gendongan induk, juvenile
sudah mulai mandiri, umur 0 – 4 tahun, masih di bawah pengawasan induk, warna rambut abu-abu terang.
2. Remaja (sub adult): sudah mandiri, umur 4 – 9 tahun, ukuran badan
sedang, warna rambut abu-abu, rambut di atas kepala warna hitam.
3. Induk betina (adult female): umur ≥ 9 tahun, ukuran tubuh besar, warna
rambut abu-abu pucat, warna kulit muka hitam dan di sekitar alis dan muka terdapat rambut warna putih. Menggendong anak dan dekat dengan anak.
4. Induk jantan (adult male): umur ≥ 9 tahun, ukuran tubuh besar, warna
rambut abu-abu pucat, warna kulit muka hitam dan di sekitar alis dan muka terdapat rambut warna putih. Sering berada di pinggir kelompoknya.
Karakteristik Habitat Analisis Vegetasi
Analisis vegetasi terhadap kondisi habitat owa jawa dilakukan pada vegetasi yang menjadi habitat owa jawa. Berdasarkan analisis vegetasi dapat diketahui potensi habitat mendukung keberadaan populasi owa jawa di HLGP. Petak contoh penelitian ditempatkan pada jalur yang mewakili semua wilayah lokasi penelitian.
Pengumpulan data vegetasi dari kawasan penelitian dilakukan dengan menggunakan metode garis berpetak (Soerianegara dan Indrawan 1998) (Gambar
7). Jumlah petak contoh yang digunakan untuk pengambilan sampel vegetasi berjumlah sembilan, masing-masing jalur penelitian terdiri atas tiga petak contoh. Kegiatan inventarisasi dilakukan pada petak-petak contoh berukuran tertentu yang disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan dan spesies vegetasi yaitu (1) petak contoh untuk tingkat semai dengan luas (2 x 2) m, (2) petak contoh untuk tingkat pancang dengan luas (5 x 5) m, (3) petak contoh untuk tingkat tiang dengan luas (10 x 10) m, (4) petak contoh untuk tingkat pohon dengan luas (20 x 20) m. Data-data yang dibutuhkan untuk analisis vegetasi ini adalah:
1. Petak contoh tingkat semai: jenis vegetasi, jumlah individu setiap jenis.
2. Petak contoh tingkat pancang: jenis vegetasi, jumlah individu setiap jenis.
3. Petak contoh tingkat tiang: jenis vegetasi, diameter setinggi dada (dbh)
4. Petak contoh tingkat pohon: jenis vegetasi, diameter setinggi dada (dbh),
tinggi bebas cabang (tbc), tinggi pohon, luas tajuk.
c
Gambar 7 Desain metode garis berpetak Keterangan :
A : (2 x 2) m, untuk tingkat semai (tinggi ≤ 1,5 m);
B : (5 x 5) m, untuk tingkat pancang (tinggi > 1,5 m; diameter < 10 cm); C : (10 x 10) m, untuk tingkat tiang (pohon berdiameter 10 s/d 19 cm); D : (20 x 20) m, untuk tingkat pohon (pohon berdiameter minimal 20 cm).
Pengambilan data pohon pakan dan pohon tidur dilakukan di sepanjang jalur penelitian populasi pada setiap lokasi penelitian. Pengumpulan data pohon pakan dilakukan dengan mencatat spesies pohon yang sedang dimakan dan sisa dari bagian pohon yang sudah dimakan. Pengumpulan data pohon tidur dilakukan dengan mencatat pohon yang sedang ditempati dalam keadaan diam yang dijumpai pada pagi hari dan sore hari. Sebagai informasi awal dilakukan
D
D
C B A
Add
C D
B
B
A 10 m
pencatatan spesies pohon yang di sekitarnya tercium aroma kotoran owa jawa. Mendapatkan informasi dengan menggunakan aroma kotoran ini merujuk pada pencarian orang utan dengan tanda bekas makan, bau kencing atau patahan dahan bekas orang utan berpindah (Djojoasmoro 2008). Identifikasi spesies vegetasi, pohon pakan dan pohon tidur dilakukan dengan merujuk pada buku identifikasi Tumbuhan Berguna Indonesia (Heyne 1987).
Analisis Data Indeks Nilai Penting Vegetasi
Data vegetasi dianalisis untuk mengetahui komposisi dan dominansi spesies. Komposisi dan dominansi suatu spesies ditunjukkan oleh besaran Indeks Nilai Penting (INP). INP untuk tingkat semai dan pancang adalah penjumlahan antara kerapatan relatif (KR) dengan frekuensi relatif (FR) atau INP = KR + FR. INP untuk tingkat tiang dan pohon adalah penjumlahan dari nilai kerepatan relatif (KR), frekuensi relatif (FR), dan dominansi relatif (DR) atau INP = KR + FR + DR. Untuk mendapatkan nilai-nilai tersebut digunakan rumus berdasarkan (Soerianegara dan Indrawan 1988) sebagai berikut:
Kerpatan (K) = Kerapatan relatif (KR) = x 100% Frekwensi (F) = Frekwensi relatif (FR) = x 100% Dominansi (D) = Dominansi Relatif (DR) = x 100%
Analisis vegetasi pada jalur penelitian dilakukan untuk mencari nilai relatif dari kepadatan, frekuensi dan dominansi dari vegetasi. Data ini akan memberikan gambaran spesies vegetasi yang dapat dimanfaatkan oleh owa jawa pada lokasi penelitian. Untuk mengukur keragaman spesies vegetasi digunakan pendekatan Indeks Keragaman Shannon-Wiener (Krebs 1978; Santosa 1995) dengan persamaan sebagai berikut:
H’ = - ∑ Pi ln Pi
Keterangan :
H’ = Indeks Keragaman Shannon-Wiener
Pi = proporsi jumlah individu ke-i (n) terhadap individu total
(N), yaitu ni/N
Untuk mengukur kemerataan spesies vegetasi pada seluruh petak contoh penelitian menggunakan pendekatan Indeks Kemerataan Peolou (1975) (Santosa 1995) dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
J’ = H’ /Dmaks
Dmaks = ln S
Keterangan :
J’ = Indeks Kemerataan Jenis (Nilai evenness (0-1))
H’ = Indeks Keragaman Shannon-Wiener
Dmaks = Dominansi maksimal
S = Jumlah jenis
HASIL
Populasi Owa Jawa (Hylobates moloch) Distribusi Populasi
Distribusi kelompok owa jawa di HLGP ditemukan pada lima titik pada ketinggian lokasi antara 929 – 1153 m di atas permukaan laut (dpl). Kelompok owa jawa di jalur Curug Buta ditemukan pada satu titik. Total populasi owa jawa yang teramati tujuh individu masing-masing ditemukan pada spesies pohon ficus (Ficus glabella Bl), saninten (Castanopsis argentea Blume), kihujan (Engelhardia spicata Lech.Bl.). Kelompok owa jawa di jalur Nyampai ditemukan pada dua titik. Populasi yang teramati tujuh individu masing-masing sedang berada pada
spesies pohon huru (Beilscharriedia wightii Benth) dalam keadaan diam, kiara (F.
globosa Bl) dan kicereh (Cinnamomum parthenaxylon) dalam keadaan makan. Kelompok owa jawa di lokasi Kaca-kaca ditemukan pada dua titik. Total populasi owa jawa yang teramati sebanyak sepuluh individu ditemukan pada spesies pohon
rasamala (Altingia excelsa Noronha) dalam keadaan sedang makan dan diam,
pada spesies pohon kawoyang (Prunus albarea (Bl) Kalkm) dan kihujan
(Engelhardia spicata Lech.Bl.) dalam keadaan makan. Jumlah populasi owa jawa tertinggi ditemukan di jalur Kaca-kaca (Tabel 3).