TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Gigitiruan Penuh
2.2.1 Basis Gigitiruan
Berbagai bahan telah digunakan dalam pembuatan basis gigitiruan. Kayu, tulang, ivori, keramik, logam, logam aloi dan berbagai polimer telah diaplikasikan untuk basis gigitiruan. Perkembangan yang pesat dalam bahan basis gigitiruan menyebabkan terjadinya peralihan dari penggunaan bahan alami menjadi penggunaan resis sintesis dalam pembuatan basis gigitiruan (McCabe 2007).
Berdasarkan The Glossary of Prosthodontic Terms (GPT) edisi 8, basis gigitiruan adalah bagian dari suatu gigitiruan yang bersandar pada jaringan pendukung dan tempat anasir gigitiruan dilekatkan dan bahan basis gigitiruan adalah suatu bahan yang dapat digunakan untuk pembuatan basis gigitiruan. Daya tahan, penampilan dan sifat-sifat dari suatu basis gigitiruan sangat dipengaruhi oleh bahan basis tersebut. Berbagai bahan telah digunakan untuk membuat gigitiruan, namun belum ada bahan yang dapat memenuhi semua persyaratan bahan basis gigitiruan.
Berdasarkan International Organization for Standardization (ISO), syarat-syarat bahan basis gigitiruan yang ideal adalah:
a. Biokompatibel : tidak toksik dan non-iritan b. Karakteristik permukaan : halus, keras dan kilat c. Warna : translusen dan warna merata
d. Stabilitas warna : baik
e. Bebas dari porositas : tidak boleh menunjukkan rongga kosong f. Kekuatan lentur : tidak kurang dari 60-65 MPa
g. Modulus elastisitas : paling sedikit 2000 MPa untuk polimer yang
dipolimerisasi dengan panas dan paling sedikit 1500 MPa untuk polimer swapolimerisasi
h. Tidak ada monomer sisa i. Tidak menyerap cairan j. Tidak dapat larut
Sampai saat ini belum ada satu pun bahan yang mampu memenuhi semua kriteria tersebut di atas (Langevin dkk. 2011).
Klasifikasi basis gigitiruan berdasarkan bahan yang digunakan secara umum terdiri atas bahan logam, resin, dan kombinasi logam-resin. Sebagai basis gigitiruan, resin akrilik menunjukkan beberapa keuntungan (Nallaswamy 2009):
a. Warnanya harmonis dengan jaringan sekitarnya, sehingga memenuhi faktor estetik
b. Dapat dilapis dan dicekatkan kembali c. Relatif lebih ringan
d. Teknik pembuatan dan pemolesannya mudah e. Biaya murah
Di samping keuntungan tersebut, resin juga memiliki beberapa kerugian:
a. Penghantar suhu yang buruk
b. Dimensinya tidak stabil baik pada waktu pembuatan, pemakaian dan reparasi
c. Mudah terjadi abrasi pada saat desinfeksi atau pemakaian
d. Walaupun dalam derajat kecil, resin menyerap cairan mulut sehingga mempengaruhi stabilitas warna
e. Kalkulus dan deposit makanan mudah melekat pada basis resin
Berdasarkan ISO 1567, bahan basis gigitiruan resin akrilik dikategorikan dalam tipe dan kelas berikut (Roessler 2003):
a. Tipe 1. Resin akrilik polimerisasi panas (i) Kelas 1. Bubuk dan cairan
(ii) Kelas 2. Plastic cake
b. Tipe 2. Resin akrilik swapolimerisasi
(i) Kelas 1. Bubuk dan cairan
(ii) Kelas 2. Bubuk dan cairan resin tuang c. Tipe 3. Potongan atau bubuk termoplastik
d. Tipe 4. Resin akrilik yang diaktifkan dengan sinar e. Tipe 5. Resin akrilik yang dikuring dengan microwave 2.2.2 Resin Akrilik Polimerisasi Panas
Resin akrilik telah digunakan sebagai basis gigitiruan selama lebih dari 60 tahun dan saat ini merupakan bahan yang paling umum digunakan untuk pembuatan basis gigitiruan. Resin akrilik merupakan bahan pilihan karena memiliki estetis yang baik, sifat fisis dan mekanis yang cukup baik, murah, dan mudah dibuat dengan peralatan yang tidak mahal. Walaupun demikian, seperti bahan basis gigitiruan lainnya, resin akrilik tidak terlepas dari keterbatasan dan tidak memenuhi seluruh persyaratan bahan basis gigitiruan yang ideal (Nallaswamy 2009).
Unsur pokok dari resin akrilik polimerisasi panas adalah (Roessler 2003):
a. Bubuk
Polimer : butiran atau granul poli metil metakrilat Inisiator : benzoyl peroxide
Pigmen/pewarna : garam cadmium atau besi, atau pewarna organik b. Cairan
Monomer : metil metakrilat
Cross-linking agent : ethyleneglycol dimethylacrylate Inhibitor : hydroquinone
Komponen utama dari bubuk adalah butiran-butiran poli metil metakrilat dengan diameter hingga 100 µm dan massa jenis 1,19 g/cm3, sedangkan komponen utama dari cairan adalah monomer metil metakrilat yang bening, tidak berwarna, tidak kental dan berbau menyengat yang disebabkan tekanan penguapan yang relatif tinggi pada suhu ruangan (Nallaswamy 2009).
Resin akrilik polimerisasi panas umumnya diproses dalam sebuah kuvet dengan menggunakan teknik compression-molding. Bubuk dan cairan dicampur dengan perbandingan volume 3:1 atau perbandingan berat 2,5:1. Bahan yang telah dicampur melewati empat tahap :
a. Tahap pertama : tahap basah, seperti pasir (wet sand stage)
b. Tahap kedua : tahap lengket berserat (tacky fibrous) selama polimer larut dalam monomer (sticky stage)
c. Tahap ketiga : tahap lembut, seperti adonan, sesuai untuk diisi ke dalam mold (dough stage/gel stage)
d. Tahap keempat : tahap kaku, seperti karet (rubbery stage)
Setelah pembuangan malam, adonan diisikan dalam mold gips. Kuvet ditempatkan di bawah tekanan, dalam water bath dengan waktu dan suhu terkontrol untuk memulai polimerisasi resin akrilik polimerisasi panas. Umumnya resin akrilik polimerisasi panas dipolimerisasi dengan menempatkan kuvet dalam water bath dengan suhu konstan pada 70oC selama 90 menit dan dilanjutkan dengan perebusan akhir pada suhu 1000C selama 30 menit sesuai rekomendasi Japan Industrial Standar (JIS) (Noort 2007).
Setelah prosedur polimerisasi, kuvet dibiarkan dingin secara perlahan hingga mencapai suhu kamar untuk memungkinkan pelepasan internal stress yang cukup sehingga meminimalkan perubahan bentuk basis. Selanjutnya dilakukan pemisahan kuvet dan harus dilakukan dengan hati-hati untuk mencegah fraktur atau distorsi gigitiruan. Basis gigitiruan akrilik yang telah dikeluarkan dari kuvet, siap untuk diproses akhir dan dipoles (Langevin dkk. 2011).
Keuntungan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas adalah (Noort 2007):
1. Penyerapan air rendah 2. Permukaan halus
3. Kekerasan permukaan tinggi
4. Sudut kontak permukaan dengan air cukup besar sehingga perlekatan mikroorganisme tidak akan mudah terjadi
5. Stabilitas warna baik
6. Mudah dalam pembuatan, penyesuaian, proses akhir dan pemolesan, serta perbaikan
Kerugian penggunaan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas adalah (Noort 2007):
1. Mudah fraktur, karena resin akrilik polimerisasi panas memiliki kekuatan tensile, lentur, fatique dan impak yang rendah serta sifat notch sensitivity yang tinggi
2. Memiliki porositas
3. Mengandung monomer sisa dan melepasnya dalam air, sehingga berkontak
dengan mukosa mulut dan menimbulkan gejala hipersensitivitas pada pasien yang alergi terhadap metil metakrilat
4. Dapat terjadi crazing yang melemahkan basis gigitiruan