• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS PENOLAKAN DISPENSASI KAWIN DI PENGADILAN AGAMA PONOROGO PADA

DISPENSASI KAWIN

D. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak 1.Pengertian Anak

3. Batas Usia Anak

Yang dimaksud dengan batas usia anak adalah pengelompokan usia maksimum sebagai wujud kemampuan anak dalam status hukum, sehingga anak tersebut beralih status menjadi manusia dewasa atau menjadi anggota subjek hukum yang dapat bertanggungjawab secara mandiri terhadap perbuatan-pembuatan dan tindakan-tindakan hukum dilakukan anak itu. 26

Seorang anak dapat disebut sebagai anak maka orang tersebut belum mencapai batas usia kreteria dikatakan dewasa. Seorang anak yang belum dewasa belum bisa melakukan perbuatan hukum. Hukum dapat mentolelir seorang dari batas usia dewasa dipandang sebagai usia dewasa dan bisa mempertanggungjawabkan tindakan hukum yang telah dilakukan.

Batas usia seorang menurut ketentuan hukum perdata. Hukum perdata meletakkan batas usia anak berdasarkan pasal 330 KUHPer ayat 1 yaitu:

a. Batas antara usia belum dewasa minderjerigheid dengan telah dewasa telah dewasa minderjerigheid, yaitu 21 tahun.

b. Dan seorang anak yang berada dalam usia di baawah 21 tahun yang telah menikah dianggap telah dewasa.

26

Layyin Mahfiana, Anak Dalam Perlindungan Hukum (Studi Kasus Di Ponorogo, (Ponorogo: Stain Press Ponorogo, 2012), 28

Sedangkan batas usia anak menurut Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan pasal7 ayat (1), pasal 47 ayat (1), dan pasal 50 ayat (1) yaitu:27

a. Dalam pasal 7 ayat (1) menyebutkan batas usia minimum untuk anak dapat kawin bagi seorang pria, yaitu 19 tahun dan bagi seorang perempuan yaitu 16 tahun.

b. Bagi pasal 47 ayat (1) menyebutkan batas usia minimum 18 tahun berada dalam kekuasaan orang tua selama kekuasaan itu tidak dicabut.

c. Dalam pasal 50 ayat (1) menyebutkan batas usia anak yang belum mencapai usia 18 tahun atau belum pernah kawin berada pada status perwalian.

Pengertian batas usia anak pada hakikatnya mempunyai pengelompokan batas usia minimum pada anak tergantung pada kepentingan hukum anak yang bersangkutan. Pengelompokan ini bertujuan untuk mengenal dengan pasti faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya tanggung jawab anak dalam hal-hal sebagai berikut:28

a. Kewenangan bertanggung jawab terhadap anak. b. Kemampuan untuk melakukan peristiwa hukum.

27

Maulana Hassan Wadong, Pengantar Advokasi Dan Hukum Perlindungan Anak, (Jakarta: PT Gramedia, 2000), 25

28

Maulana Hassan Wadong, Pengantar Advokasi Dan Hukum Perlindungan Anak, (Jakarta: PT Gramedia, 2000), 26

c. Pelayanan hukum terhadap anak yang melakukan tindak pidana.

d. Pembinaan yang efektif.

Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Terhadap Anak terdapat hak-hak yang dimiliki oleh seorang anak. Dalam perundang-undangan tersebut menjabarkan hak-hak yang sudah dimiliki sejak lahir atau masih dalam kandungan. Pasal-pasal tersebut yang berkaitan dengan hak-hak anak ialah:29

“Pasal 4 : Setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

Pasal 5 : Setiap anak berhak atas suatu nama sebagai identitas diri dan status kewarganegaraan.

Pasal 6 : Setiap anak berhak untuk beribadah menurut agamnya, berpikir dan berekpresi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya, dalam bimbingan orang tua.

Pasal 7 : (1) Setiap anak berhak untuk mengetahui orang tuanya, dibesarkan, dan diasuh oleh orang tuaanya sediri.

(2) Dalam hal karena suatu sebab orang tuanya tidak dapat menjamin tumbuh kembang anak, atau anak dalam keadaan terlantar, maka anak tersebut berhak diasuh atau diangkat sebagai anak asuh atau anak angkat oleh orang lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 8 : Setiap anak berhak memperoleh pelayanan kesehtan dan jaminan sosial sesuai dengan fisik, mental, spiritual, dan sosial.

Pasal 9 : (1) Setiap anak berhak memperoleh pendidikan

29

dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya.

(2) Selain hak anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), khusus bagi anak yang menyandang cacat juga berhak memperoleh pendidikan luar biasa, sedangkan bagi anak yang memiliki keunggulan juga berhak mendapatkan pendidikan khusus

Pasal 10 : Setiap anak berhak menyatakan dan didengar pendapatnya, menerima, mencari dan memberikan informasi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya demi pengembangan dirinya sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan dan kepatuhan.

Pasal 11 : Setiap anak berhak untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu luang, bergaul dengan anak yang sebaya, bermain, berekreasi, berkresi sesuai dengan minat, bakat, dan tingkat kecerdasannya demi perkembangan diri.

Pasal 12 : Setiap anak yang menyandang cacat berhak memperoleh rehabilitasi, bantuan sosial dan pemeliharaan tarif kesejahteraan sosial.

Pasal13 : (1) Setiap anak selama dalam pengasuhan orang tua, wali, atau pihak lain manapun yang bertnggung jawab atas pengasuhan, berhak mendapatkan perlindungan dari perlakuan:

a. Deskriminasi;

b. Eksploitasi, baik ekonomi maupun seksual;

c. Penelataran;

d. Kekejaman, kekerasaan, dan penganiayaan;

e. Ketidakadilan;dan f. Perlakuan salah lainnya.

(2) Dalam hal orang tua, wali, atau pengasuh anak melakukan segala bentuk perlakuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), maka pelaku dikenakan hukuman.

Pasal 14 : Setiap anak berhak untuk diasuh oleh orang tuanya sendiri, kecuali jika ada alasan dan/atau aturan hukum yang sah menunjukkan bahwa pemisahan itu adalah demi kepentiangan terbaik bagi anak dan merupakan pertimbangan terakhir. Pasal 15 : Setiap anak berhak memperoleh perlindungan

a. Penyalahgunaan dalam kegiatan politik; b. Pelibatan dalam sengketa bersenjata; c. Pelibatan dalam kerusuhan sosial;

d. Pelibatan dalam peristiwa yang mengandung unsure kekerasan; dan e. Pelibatan dalam peperangan

Pasal 16 : (1) Setiap anak berhak memperoleh perlindungan dari sasaran penganiyaan, penyikasaan, atau penjatuhan hukuman yang tidak manusiawi.

(2) Setiap anak berhak untuk memperoleh kebebasan sesuai hukum.

(3) Penangkapan, penahanan, atau tindak pidana anak hanya dilakukan apabila sesuai dengan hukum yang berlaku dan hanya dapat dilakukan sebagai upaya terakhir.

Pasal 17 : (1) Setiap anak dirampas kebebasannya berhak untuk:

a. Mendapatkan perlakuan secara manusiawi dan penempatannya dipisahkan dari orang dewasa;

b. Memperoleh bantuan hukum atau bantuan lainnya secara efektif dalam setiap tahapan upaya hukum yang berlaku; dan

c. Membela diri dan memperoleh keadilan di depan pengadilan anak yang objektif dan tidak memihak dalamsidang tertutup untuk umum.

d. Setiap anak yang menjadi korban atau pelaku kekerasan seksual atau yang berhadapan dengan hukum berhak dirahasiakan.

Pasal 18 : Setiap anak yang menjadi korban atau pelaku tindak pidana berhak mendapatkan bantuan hukum dan bantuan lainnya.

Pasal 19 : Setiap anak berkewajiaban untuk:

a. Menghormati orang tua, wali, dan guru; b. Mencintai keluarganya, masyarakat, dan

menyayangi teman;

c. Mencintai tanah air, bangsa, dan negara; d. Menunaikan ibadah susai dengan ajaran

agamanya; dan

e. Melaksanakan etika dan akhlak yang mulia”.

Dalam undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak pasal 26 ayat (1) bahwa orang tua berkewajiban daan bertanggung jawab orang tua terhadap anak pada bagian keempat pasal 26 berbunyi:

1. Orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk: a. Mengasuh, memelihara, mendidik, dan melindungi anak. b. Menumbuh kembangkan anak sesuai dengan kemampuan,

bakat, dan minatnya.

c. Mencegah perkawinan pada usia anak-anak.

d. Memberikan pendidikan karakter dan pemahaman nilai budi pekerti pada anak.

2. Dalam hal ini orang tua tidak ada, atau tidak diketahui keberadaannya, atau karena suatu sebab tidak dapat melaksanakan kewajiban dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat beralih kepada keluarga, sedangkan yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

52