• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

BATAS WAKTU

1 SPT tahunan PPh

orang pribadi (1770)

Wajib pajak yang mempunyai NPWP Selambatnya 3 bulan setelah tahun pajak berakhir 2 SPT tahunan PPh orang Pribadi (1770 s) yang tidak melakukan kegiatan usaha

pekerjaan bebas

Wajib pajak yang mempunyai NPWP Selambatnya 3 bulan setelah tahun pajak berakhir 3 SPT Tahunan PPh Badan (1771)

Wajib pajak yang mempunyai NPWP Selambatnya 3 bulan setelah tahun pajak berakhir 4 SPT tahunan PPh Pasal 21 (1721) Pemotong PPh Pasal 21 Selambatnya 3 bulan setelah tahun pajak berakhir Sumber : Perpajakan edisi revisi 2011

2.3.3.7. Perpanjangan Batas Waktu Penyampaian SPT

Sekalipun batas waktu penyampaian SPT telah ditetapkan, tetapi Wajib Pajak dapat memperpanjang jangka waktu penyampaian SPT tahunan dengan mengajukan surat permohonan perpanjangan batas waktu penyampaian SPT tahunan kepada Direktur Jenderal Pajak dengan disertai :

b). Surat pernyataan perhitungan sementara pajak yang terutang dalam satu tahun pajak

c). Bukti pelunasan kekurangan pembayaran pajak yang terutang menurut perhitungan sementara tersebut

Apabila permohonan wajib pajak tersebut disetujui untuk paling lama 6 bulan dan ternyata perhitungan sementara pajak selama 1 tahun yang terutang kurang dari jumlah pajak yang sebenarnya terutang, atas kekurangan pembayaran tersebut dikenakan bunga sebesar 2% sebulan yang dihitung dari batas waktu selambat-lambatnya kewajiban menyampaikan SPT Tahunan sampai dengan tanggal pembayaran.

2.3.3.8. Sanksi Terlambat dan Tidak Menyampaiakan SPT

a). Wajib pajak terlambat menyampaikan SPT dikenakan denda untuk SPT Masa sebesar Rp. 50.000,- dan untuk SPT Tahunan sebesar Rp. 100.000,-

b). Tidak menyampaikan SPT atau menyampaikan SPT tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap, atau melampirkan keterangan yang isinya tidak benar karena ke alpaan wajib pajak sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara, dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 tahun dan atau denda setinggi-tingginya 2 kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang bayar.

c). Wajib pajak tidak menyampaikan SPT atau menyampaikan SPT dan atau keterangan yang isinya tidak benar atau tidak lengkap dengan sengaja sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara, dipidana

dengan pidana penjara paling lama 6 tahun dan denda paling tinggi 4 kali pajak terutang yang tidak atau kurang bayar.

2.3.3.9. Alur pembayaran pajak

Sebagaimana ditentukan dalam Undang-undang Perpajakan, Surat Pemberitahuan (SPT) mempunyai fungsi sebagai suatu sarana bagi Wajib Pajak di dalam melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah Pajak yang sebenarnya terutang. Selain itu Surat Pemberitahuan berfungsi untuk melaporkan pembayaran atau pelunasan Pajak baik yang dilakukan Wajib Pajak sendiri maupun melalui mekanisme pemotongan dan pemungutan yang dilakukan oleh pihak pemotong/pemungut, melaporkan harta dan kewajiban, dan pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang pemotongan dan pemungutan Pajak yang telah dilakukan.

Sebenarnya ada banyak jenis pelaporan pajak, salah satu contohnya adalah Wajib pajak Orang Pribadi. Pelaporan SPT wajib pajak orang pribadi dilakukan setiap tahun dengan ketentuan berdasarkan jumlah penghasilan dan jenis penghasilan dari pemberi kerja dan usaha bebas.

Gambar 2.1

Bagan alur pembayaran pajak

Pada gambar 4.3. tersebut dijelaskan alur pembayaran pajak. Subjek Pajak yang sudah memenuhi syarat subjektif dan objektif harus mendaftarkan diri ke KPP untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Kemudian Wajib Pajak menghitung sendiri besarnya pajak, dan membayar pajak tersebut ke BANK dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP). SSP lembar ke-3 beserta Surat Pemberitahuan (SPT) kemudian dilaporkan ke KPP. Kemudian atas uang pajak tersebut masuk ke Rekening pemerintah. Dengan persetujuan DPR, uang pajak tersebut digunakan untuk melaksanakan pembangunan dan membiayai kegiatan pemerintah

2,3.3.10. Pelaporan Pajak

Sebagaimana ditentukan dalam Undang-undang Perpajakan, Surat Pemberitahuan (SPT) mempunyai fungsi sebagai suatu sarana bagi Wajib Pajak di dalam melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah Pajak yang sebenarnya terutang. Selain itu Surat Pemberitahuan berfungsi untuk melaporkan pembayaran atau pelunasan Pajak baik yang dilakukan Wajib Pajak sendiri maupun melalui mekanisme pemotongan dan pemungutan yang dilakukan oleh pihak pemotong/pemungut, melaporkan harta dan kewajiban, dan pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang pemotongan dan pemungutan Pajak yang telah dilakukan.

Sehingga Surat Pemberitahuan mempunyai makna yang cukup penting baik bagi Wajib Pajak maupun aparatur Pajak. Pelaporan Pajak disampaikan ke KPP atau KP2KP dimana Wajib Pajak terdaftar. SPT dapat dibedakan sebagai berikut:

1. SPT Masa, yaitu SPT yang digunakan untuk melakukanPelaporan atas pembayaran Pajak bulanan.

Ada beberapa SPT Masa yaitu: PPh Pasal 21, PPh Pasal 22, PPh Pasal 23, PPh Pasal 25, PPh Pasal 26, PPh Pasal 4 (2), PPh Pasal 15, PPN dan PPnBM, serta Pemungut PPN

2. SPT Tahunan, yaitu SPT yang digunakan untukPelaporan tahunan. Ada beberapa jenis SPT Tahunan: Wajib Pajak Badan dan Wajib Pajak Orang Pribadi

Saat ini khusus untuk SPT Masa PPN sudah dapat disampaikan secara elektronik melalui aplikasi e-Filing. Penyampaian SPT Tahunan PPh juga dapat dilakukan secara online melalui aplikasi e-SPT. Keterlambatan Pelaporan untuk SPT Masa PPN dikenakan denda sebesar Rp 500.000,- (lima ratus ribu rupiah), dan untuk SPT Masa lainnya dikenakan denda sebesar Rp 100.000,- (seratus ribu rupiah). Sedangkan untuk keterlambatan SPT Tahunan PPh Orang Pribadi khususnya mulai Tahun Pajak 2008 dikenakan denda sebesar Rp 100.000,- (seratus ribu rupiah), dan SPT Tahunan PPh Badan dikenakan denda sebesar Rp 1.000.000,- (satu juta rupiah).

Berikut batas waktu pembayaran dan Pelaporan untuk kewajiban perpajakan bulanan:

Tabel 2.4

Waktu Pembayaran dan Pelaporan SPT Masa

No Jenis SPT Masa Batas Waktu

Pembayaran

Batas WaktuPelaporan 1 PPh Pasal 4 ayat (2) Tgl. 10 bulan berikut Tgl. 20 bulan berikut 2 PPh Pasal 15 Tgl. 10 bulan berikut Tgl. 20 bulan berikut 3 PPh Pasal 21/26 Tgl. 10 bulan berikut Tgl. 20 bulan berikut 4 PPh Pasal 23/26 Tgl. 10 bulan berikut Tgl. 20 bulan berikut 5

PPh Pasal 25 (angsuran Pajak) untuk Wajib Pajak orang pribadi dan badan

Tgl. 15 bulan berikut Tgl. 20 bulan berikut

6

PPh Pasal 25 (angsuran Pajak) untuk Wajib Pajak kriteria tertentu yang diperbolehkan melaporkan beberapa Masa Pajak dalam satu SPT Masa

Akhir masa Pajak terakhir

Tgl.20 setelah berakhirnya Masa Pajak terakhir

7 PPh Pasal 22, PPN & PPn

BM oleh Bea Cukai 1 hari setelah dipungut

Hari kerja terakhir minggu berikutnya

No Jenis SPT Masa Batas Waktu Pembayaran Batas WaktuPelaporan (melapor secara mingguan) 8 PPh Pasal 22 - Bendahara Pemerintah

Pada hari yang sama

saat penyerahan barang Tgl. 14 bulan berikut 9 PPh Pasal 22 - Pertamina Sebelum Delivery

Order dibayar 10 PPh Pasal 22 - Pemungut

tertentu Tgl. 10 bulan berikut Tgl. 20 bulan berikut

11 PPN dan PPn BM - PKP

Akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak dan sebelum SPT Masa PPN disampaikan

Akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak

12 PPN dan PPn BM -

Bendaharawan Tgl. 7 bulan berikut Tgl. 14 bulan berikut 13 PPN & PPn BM - Pemungut

Non Bendahara Tgl. 15 bulan berikut Tgl. 20 bulan berikut 14

PPh Pasal 4 ayat (2), Pasal 15,21,23, PPN dan PPnBM Untuk Wajib Pajak Kriteria Tertentu

Sesuai batas waktu per SPT Masa

Tgl.20 setelah berakhirnya Masa Pajak terakhir Sumber : Perpajakan edisi revisi 2011

Berikut batas waktu pembayaran dan Pelaporan untuk kewajiban perpajakan tahunan:

Tabel 2.5

Waktu Pembayaran dan Pelaporan SPT Tahunan

No Jenis SPT

Tahunan Batas Waktu Pembayaran Batas WaktuPelaporan 1 PPh - Orang

Pribadi

Sebelum SPT Tahunan PPh disampaikan

akhir bulan ketiga setelah berakhirnya tahun atau bagian tahun Pajak

2 PPh - Badan Sebelum SPT Tahunan PPh disampaikan

akhir bulan keempat setelah berakhirnya tahun atau bagian tahun Pajak

3 PBB 6 (enam) bulan sejak tanggal

diterimanya SPPT -

2.2.4. Tinjauan Tentang PIECES

Metode PIECES dikembangkan oleh Wukil Ragi (2010); Metode PIECES yaitu metode yang menggunakan enam variabel evaluasi yaitu Performance, Information/Data, Economic, Control/Security, Efficiency, dan Service. Metode ini digunakan untuk mengevaluasi bermacam-macam prosedur operasional dalam sebuah organisasi, perusahaan, institusi terkait, maupun lembaga pemerintahaan. Hasil analisanya biasanya berupa pernyataan-pernyataan yang menilai kelemahan dan kekurangan atau baik dan buruknya.

1. Performance (kinerja): menilai apakah proses atau prosedur yang ada masih mungkin ditingkatkan kinerjanya. Dalam hal ini kinerja domain / website sebagai induk tempat aplikasi dapat diakses tersebut diukur dari throughput, dilakukan/dihasilkan pada saat tertentu dan response time, yaitu waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan serangkaian kegiatan untuk menghasilkan output/deliverables tertentu.

2. Information (informasi): menilai apakah prosedur yang ada saat ini masih dapat diperbaiki sehingga kualitas informasi yang dihasilkan menjadi semakin baik. Yang dimaksud kualitas informasi yang semakin baik adalah yang semakin relevan, akurat, andal, dan lengkap serta disajikan secara tepat waktu.

3. Economics (ekonomi): menilai apakah prosedur yang ada saat ini masih dapat ditingkatkan manfaatnya (nilai gunanya) atau diturunkan biaya penyelenggaraannya.

4. Control (pengendalian): menilai apakah prosedur yang ada saat ini masih dapat ditingkatkan sehingga kualitas pengendalian menjadi semakin baik,

dan kemampuannya untuk mendeteksi kesalahan/ kecurangan menjadi semakin baik pula.

5. Efficiency (efisiensi): menilai apakah prosedur yang ada saat ini masih dapat diperbaiki, sehingga tercapai peningkatan efisiensi operasi.

6. Service (layanan) : menilai apakah prosedur yang ada saat ini masih dapat diperbaiki kemampuannya untuk mencapai peningkatan kualitas layanan

Dokumen terkait