• Tidak ada hasil yang ditemukan

Secara sederhana advocacy, baik individu atau sistem, kasus atau kelas, berarti merupakan upaya-upaya atau menyuarakan kepentingan untuk klien atau warga masyarakat. Hardcastle, et al. (2004) mengatakan bahwa advokasi memiliki peran dalam mentransformasi persoalan-persoalan private menjadi isu publik atau permasalahan personal menjadi isu sosial yang menjadi isu bersama. Perannya adalah memperjuangkan hak- hak dari kelompok masyarakat yang termarjinalkan, kondisi- kondisi inhuman (tidak manusiawi) baik pada level mikro atau pun makro.

Advokasi adalah mewakili, mempertahankan, atau membela hak-hak pihak lain.

Advokasi case adalah bekerja atas kepentingan individu atau keluarga.

Cause advocacy adalah bekerja atas kepentingan kelompok-kelompok orang.

Diskriminasi adalah perlakukan negatif atas individu biasanya berdasarkan atas dasar keanggotaan mereka dalam sejumlah kelompok atau berdasarkan atas kerakteristik tertentu yang melekat pada diri mereka (misalkan disabilitas).

Pemberdayaan adalah memastikan bahwa pihak tertentu memiliki hak untuk berdaya, berkemampuan, atau berwenang untuk menentukan nasibnya sendiri.

Populasi tersisih merujuk pada kelompok-kelompok yang mengalami pembatasan serius karena pihak lain yang berkuasa

mengeksploitasinya

Populasi rentan merujuk pada kelompok-kelompok dalam masyarakat yang nampaknya menderita sebagai konsekuensi dari terjadinya kerentanan, diskriminasi, pengekangan dan pembatasan ekonomi. Aksi sosial adalah suatu upaya terkoordinasi untuk mencapai

perubahan kelembagaan guna pemenuhan suatu kebutuhan, mengatasi suatu masalah sosial, mengatasi ketidakadilan, atau memperbaiki kualitas hidup manusia.

Keadilan sosial dan ekonomi terjadi apabila setiap individu memiliki peluang-peluang, hak-hak, dan tanggung jawab sama bagi semua anggota masyarakat. Termasuk peluang untuk memperoleh pekerjaan, perumahan yang layak, makanan dan perawatan kesehatan tanpa diskriminasi atau tekanan dari pihak manapun.

Salah satu tujuan penting dari profesi pekerjaan sosial adalah membantu orang yang membutuhkan dalam memenuhi sumber-sumber kebutuhannya. Para pekerja sosial juga melakukan advokasi bidang-bidang khusus kesejahteraan sosial sosial seperti suatu misi, program, kebijakan, atau aksi-aksi tertentu. Seringkali tujuan tersebut hanya dapat dicapai melalui peran brokering. Peran broker akan menuntut pekerja sosial harus mampu membantu klien dengan cara menghubungkan mereka dengan badan-badan atau pelayanan-pelayanan yang tepat. Mungkin saja terkadang pekerja sosial dapat bertindak sebagai mediator antara klien dan sebuah sistem sumber. Peran tersebut mungkin dibutuhkan manakala terdapat kebingungan dan keraguan akan layak atau tidak seorang klien memperoleh bantuan pelayanan.

Pada situasi lainnya, mungkin pekerja sosial akan melakukan peran-peran lainnya, seperti advocate. Barker (1995) menjelaskan advokasi sebagai berikut:

...act of directly representing or defending others; in social work championing the rights of individuals or communities through direct intervention or through empowerment. According to the NASW Code of Ethics,

it is a basic obligation of the profession and its members (

Advokasi (advocacy) adalah proses mewakili, mempertahankan, atau membela hak-hak orang lain. Semua praktisi pekerjaan sosial generalis terlibat dalam advokasi pada sejumlah level sebagai bagian tanggung jawabnya kepada klien. Secara khusus praktek makro akan selalu terlibat dalam

cause advocacy, yaitu bekerja pada kepentingan kelompok- kelompok orang yang kurang memiliki kemampuan (sumber- sumber, bakat, atau keterampilan) untuk membela atau mempertahankan diri mereka sendiri. Cause advocacy dapat dibedakan dengan case advocacy, yaitu dimana para pekerja sosial membela kasus individual atau klien (kasus per kasus individual). Pekerja sosial nampaknya akan banyak yang melakukan case advocacy dalam praktek mikro dan meso baik dengan individu maupun keluarga. Namun demikian, di waktu yang sama, cause advocacy mungkin akan muncul melalui

case advocay. Hal ini terjadi ketika berbagai individu atau kelompok mengalami permasalahan yang sama. Hardcastle, et al. (2004) mengatakan bahwa case advocacy lebih menekankan pada upaya memastikan penyediaan pelayanan dalam satu

bidang praktek dan memasikan sumber-sumber dan pelayanan- pelayanan bagi klien berkebutuhan khusus dapat terpenuhi. Sedangkan cause advocacy melibatkan kelompok-kelompok, lembaga-lembaga, dan modifikasi kondisi-kondisi sosial. Schneider and Lester (2001, Hardcastle, 2004) mendefinisikan

cause advocacy sebagai “promoting changes in policies and practices affecting all persons in a certain group or class”.

Bukan hal yang aneh bagi seorang pekerja sosial generalis mengenali suatu pola ketika bekerja bersama dengan berbagai klien. Nampaknya sudah jelas bahwa sebenarnya banyak klien yang mengalami permasalahan serupa. Dalam situasi tertentu, pekerja sosial mungkin akan belajar bahwa sumber-sumber tertentu seperti pusat layanan anak bagi masyarakat menengah ke bawah seringkali tidak tersedia dalam sebuah komunitas. Sementara itu orang tua (ayah dan ibunya si anak) harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Hasilnya adalah bahwa banyak orang tua meninggalkan anak- anak mereka dengan situasi pengawasan yang rendah. Kesadaran akan situasi tersebut akan membentuk upaya cause advocacy.

Para pekerja sosial di dunia sesungguhnya memiliki sejarah yang panjang dengan cause advocacy. Termasuk saat bekerja dengan legislasi hak-hak sipil dan perjuangan terhadap hak-hak bagi mereka yang mengalami disabilitas fisik dan emosional dan berjuang bagi populasi rentan. Advokasi dapat dilakukan sesuai dengan batasan permasalahan dan solusi yang diusulkan oleh para pekerja sosial, atau dapat diasumsikan sebagai sebuah pendekatan yang lebih bersifat konfliktual. Kapan advokasi dilakukan, yaitu saat pekerja sosial mulai membuka dokumen atau informasi mengenai keberadaan suatu permasalahan pada level makro, maka pekerja sosial sudah melakukan langkah pertama untuk melakukan perubahan situasi. Intervensi level-makro mungkin akan mendorong keterlbatan pekerja sosial dalam berbagai aksi, mulai dari konsensus hingga konfrontasi sebagai upaya pemberdayaan manusia, maupun membuat sistem lebih responsif terhadap kebutuhan masyarakat atau sistem klien.

Dokumen terkait