• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

1.5 Batasan Masalah

Peneliti dalam penelitian ini hanya berfokus pada pengaruh Audit Tenure, Independensi Auditor,dan Due Profesional Careterhadap kualitas audit pada perusahaanperbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2013.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis

2.1.1 Teori Agensi (Agency Theory)

Jensen dan Meckling (1976 : 30) menjelaskan "Agency theory is a relation between agent and principal where agent have contract with principal where decision-making right is given to the agent”. Teori keagenan yaitu hubungan antara agen dan prinsipal dan ia menggambarkan hubungan agensi sebagai suatu kontrak di bawah satu atau lebih prinsipal yang melibatkan agen untuk melaksanakan beberapa layanan bagi mereka dengan melakukan pendelegasian wewenang pengambilan keputusan kepada agen. Shareholders atau prinsipal memberikan kebebasan pembuatan keputusan mengenai perusahaan kepada manajer atau agen.

Keagenan adalah sebuah hubungan yang timbul ketika pihak principal memberikan suatu tugas kepada pihak agen untuk melaksanakan suatu pekerjaan dan pihak agen memiliki wewenang penuh dalam pengambilan keputusan terhadap pekerjaan yang diberikan oleh pihak principal.

Teori agensi menyebutkan masalah keagenan yaitu agency problem yaitu dimana ketika pihak principal dan agen masing masing memiliki kepentingan yang ingin dipenuhi sehingga hal ini bisa menyebabkan konflik, maka dari itu dibutuhkanlah pihak ketiga untuk menjadi penengah, dimana pada contoh pihak principal yaitu stakeholder mempunyai kepentingan untuk mencari keuntungan bagi mereka dan pihak agen yaitu manajemen memiliki kepentingan untuk

keuntangan pada diri mereka sendiri, maka dibutuhkanlah pihak ketiga yaitu auditor sebagai penengah dalam melaporkan laporan keuangan pihak manajemen kepada pihak stakeholder.

Auditor dituntut untuk menjaga independensi dan memiliki kepentingan untuk mempertahankan atau meningkatkan jasa auditnya dengan memenuhi keinginan klien audit, terutama klien jangka panjang, sehingga hal ini dapat menjamin kelanjutan perikatan audit. Ketergantungan ekonomi dapat menjadi factor utama penyebab adanya insentif untuk bekerja sama dengan manajemen yang curang.Apabila penugasan auditor yang sekarang diperthankan dalamjangka waktu yang lama di masa depan, maka memungkinkan auditor tersebut menjadi merasa nyaman, sehingga obyektivitas audit akan terganggu.

Hubungan keagenan di dalam teori agensi (agency theory) menurut Jensen dan Meckling (1976 : 35) “Corporation is a set of contracts between the owner of economic resources (principal) and manager (agent) to manage the use and control of the resources“. Perusahaan merupakan kumpulan kontrak antara pemilik sumber daya ekonomis (principal) dan manajer (agent) yang mengurus penggunaan dan pengendalian sumber daya tersebut. Perusahaan dalam memutuskan kebijakan dividen biasanya dapat memicu konflik yang menyebabkan pemisahan kepentingan antara principal dan agent karena memiliki keinginan dan motivasi yang berbeda. Principal (investor) biasanya menginginkan kinerja perusahaan yang efisien sehingga perusahaan dapat membagikan dividen dalam jumlah besar, sedangkan agent (manajer) biasanya akan menyimpan kas dan membelanjakannya untuk tujuan mereka sendiri. Perusahaan diharapkan

mampu membentuk tim tata kelola yang baik. Tata kelola yang baik akan memberikan dampak positif yaitu terpenuhinya masing masing kepentingan pihak.

2.2. Kualitas Audit

Kualitas merupakan komponen profesionalisme yang benar – benar harus dipertahankan oleh Akuntan Publik profesional. Independen disini berarti akuntan publik lebih mengutamakan kepentingan publik di atas kepentingan manajemen atau kepentingan auditor itu sendiri dalam membuat laporan auditan.

Kualitas audit dalam penelitian ini menggunakan teori keagenanan (agency theory), menurut Jensen dan Meckling (1976 : 40) "Organization is contractual link between principal and agent". Organisasi merupakan jaringan kontraktual antara prinsipal dan agen, dimana Proses ini melibatkan pendelegasian sebagian kewenangan pengambilan keputusan kepada agen. menurut Arifin (2005 : 44) menyatakan bahwa prinsipal merupakan pihak yang memberikan mandat kepada agen untuk bertindak atas nama prinsipal, sedangkan agen merupakan pihak yang diberi amanat oleh prinsipal untuk menjalankan perusahaan dan melaporkan informasi keuangan perusahaan berupa laporan keuangan. Karena kepentingan kedua pihak tidak selalu sejalan, maka sering terjadi benturan kepentingan antara prinsipal dengan agen kondisi ini yang dikenal sebagai moral hazard dan menimbulkan asimetri informasi. (Ittonen, (2010 : 12)). menyatakan :

"Information asymetry can create a needs that makes an independent third party (Auditor) to check and give an assurance for financial statement for the

management". Terjemahan : Adanya asimetri informasi dapat menciptakan kebutuhan akan adanya pihak ketiga yang independen yaitu auditor untuk memeriksa dan memberikan assurance pada laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen.

De Angelo (1981 : 32) mendefinisikan kualitas audit sebagai "a probability or ability where auditor can detect and report a misstatement". yaitu kemungkinan atau kemampuan bahwa auditor akan mendeteksi dan melaporkan salah saji material. Proses pelaporan yang dilakukan oleh auditor tergantung kepada independensi auditor untuk mengungkapkan pelanggaran tersebut. .

Menurut Jackson, et. al. (2008 : 20), "Audit quality consist from Actual Quality and Perceived Quality". Actual Quality merupakan tingkat dimana risiko dari pelaporan salah saji material dalam rekening keuangan berkurang. Perceived Quality adalah seberapa efektif pengguna laporan keuangan percaya bahwa auditor telah mengurangi salah saji material.

Meningkatkan kualitas dari pelaporan keuangan menambah nilai bagi laporan - laporan yang dijadikan alat bagi investor untuk memperkirakan nilai dari perdagangan saham. Peningkatan kualitas adalah sebuah fungsi tidak hanya deteksi auditor atas salah saji material, tetapi juga perilaku auditor terhadap deteksi ini, Menurut (Al – Thuneibat, et. al. (2011 : 40)) : "When auditor correct the misstatement, the audit quality will be higher, and when not, auditor still has not been able to make a clean audit report, preventing good audit quallity".

Terjemahan : Jika auditor memperbaiki salah saji material yang ditemukan, kualitas audit yang lebih tinggi dihasilkan, sementara itu kegagalan untuk

memperbaiki salah saji material dan belum mampu mengeluarkan laporan audit yang bersih, menghalangi peningkatan kualitas audit

2.3 Audit Tenure

Audit tenure adalah lamanya masa perikatan Kantor Akuntan Publik (KAP) dalam memberikan jasa audit terhadap kliennya. Di Indonesia, ketentuan mengenai audit tenure telah diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 359/KMK.06/2003 pasal 2 yaitu masa jabatan untuk KAP paling lama 5 tahun berturut – turut. Keputusan Menteri tersebut juga membatasi masa kerja auditor paling lama 3 tahun berturut – turut untuk klien yang sama.

Pada tahun 2008, dikeluarkan peraturan terbaru yaitu Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008 pasal 3 yaitu tentang pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas yang dilakukan oleh KAP paling lama 6 tahun berturut – turut dan untuk auditor paling lama 3 tahun berturut – turut. Keputusan ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya kecurangan karena kedekatan antara auditor dengan klien. Hal ini juga memungkinkan auditor kehilangan independensinya. "Audit Tenure is number of years the auditor is retained by the firm". Masa penugasan auditor didefiniskan sebagai jumlah tahun auditor dipertahankan oleh perusahaan (Myers dan Omer, (2003 : 77)).

"Length of audit period with client is attributed with the independency itself". Lamanya masa perikatan satu auditor dengan klienya biasanya dikaitkan dengan independensi auditor itu sendiri. Al – Thuneibat, et. al. (2011 : 23) dalam

penelitiannya menyimpulkan bahwa hubungan yang lama antara auditor dan kliennya berpotensi untuk menciptakan kedekatan antara mereka, cukup untuk menghalangi independensi auditor dan mengurangi kualitas audit. Namun, Jackson, et. al (2008 : 44) memiliki pandangan yang berbeda Mereka menyimpulkan bahwa kualitas audit akan meningkat dengan adanya hubungan antara auditor dan klien. "Audit quality will increase with the relations between auditor and the client".

Dalam investigasi yang dilakukan oleh American Institute of Certified Accountants (AICPA) dalam Al – Thuneibat, et. al, 2011, ditemukan bahwa

"Audit failures found three times more in the first two years audit period than the following years". Kegagalan audit tiga kali lebih mungkin pada dua tahun pertama dari ikatan yang dibuat dibandingkan dengan tahun-tahun berikutnya. Penelitian tersebut melakukan survei terhadap 406 kasus kegagalan audit.

2.4 Independensi Auditor

Menurut Siti dan Ely (2010 : 20) auditor independen ialah orang yang bertanggung jawab atas audit laporan keuangan historis auditee-nya. Independen dimaksudkan sebagai sikap mental auditor yang memiliki integritas tinggi, obyektif pada permasalahan yang timbul dan tidak memihak pada kepentingan manapun.

Menurut Arens dan Loebbecke (2011 : 23) " Independency is an impartial perspective in audit report evaluation". Independensi adalah cara pandang yang tidak memihak didalam pelaksanaan evaluasi hasil pemeriksaan, dan penyusunan laporan audit. Independensi auditor menjadi pengaruh besar dalam kualitas audit

karena auditor harus memiliki sikap mental independensi dalam penilaian untuk memastikan kualitas yang tinggi pada hasil audit yang akan di pakai oleh semua pihak.

2.5Due Professional Care

Menurut SA Seksi 230 dalam SPAP (2011), kecermatan dan keseksamaan menuntut auditor untuk melaksanakan skeptisme profesional, yaitu suatu sikap auditor yang berpikir kritis terhadap bukti audit dengan selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi terhadap bukti audit tersebut, serta berhati-hati dalam bertugas, tidak ceroboh dalam melakukan pemeriksaan dan memiliki keteguhan dalam melaksanakan tanggung jawab.

Due professional care, yang secara sederhana adalah sikap professionalisme suatu auditor dalam menghadapi dan mengaudit klienya.Kecermatan mencakup pertimbangan mengenai kelengkapan dokumentasi audit, kecukupan bukti audit, serta ketepatan laporan audit. Menurut (Arens dan Lobbecke (2011 : 66)) "As a professional, auditor can not act reckless or with bad intentions, but they will not always expected to be perfect". Terjemahan :Sebagai profesional, auditor tidak boleh bertindak ceroboh atau dengan niat buruk, tetapi mereka tidak juga diharapkan selalu sempurna" Untuk itu auditor dituntut untuk memiliki keyakinan yang memadai dalam mengevaluasi bukti audit. Professionalisme auditor dalam suatu KAP juga terlihat dari pengalaman KAP dan auditornya mengaudit suatu perusahaan industri tertentu dimana dengan lebih banyaknya informasi dan pengalaman maka untuk menghadapi suatu masalah maka akan bisa dihadapi dengan lebih mudah.

Due professional care juga dikaitkan dengan bagaimana seorang auditor memberikan pengalaman professionalnisme nya dalam menghadapai industri klien yang menjadi keahlian auditor tersebut. Dimana spesialisasi auditor menjadi salah satu cara yang dipakai auditor dalam meyakinkan klienya atas professionalisme nya, yaitu spesialisasi auditor yang memiliki pengertian sebagai gambaran tentang keahlian dari seorang auditor dalam audit di bidang tertentu.

Penelitian Panjaitan (2014 : 21) menyatakan bahwa spesialisasi auditor merupakan dari dimensi kualitas audit, sebab pengalaman dan pengetahuan auditor tentang industri merupakan salah satu elemen dari keahlian auditor.

Pentingnya pemahaman mengenai bisnis dan idustri dari klien serta pengetahuan tentang operasi perushaan sangat penting untuk dapat dilakukan audit yang memadai.

-2014 ukuran perusahaan.

Andrew B. professional care (X3) dengan kualitas audit (Y) adalah dengan teori agensi.Teori agensi yaitu teori yang mengatakan hubungan antar pihak agent (manajer) yang diberi wewenang penuh oleh pihak principal (pemegang saham) untuk menjalankan suatu pekerjaan atau perusahaan. Agent dapat memilih dan menentukan auditor yang akan dipakai dengan melihat professionalitas, spesialisasi dan independensi dari seorang auditor, juga berapa lama perusahan

Kualitas Audit

akan memakai sebuah KAP dalam melakukan audit pada perusahaanya agar dapat mendapat kualitas audit yang lebih baik sehingga dapat memuaskan pihak principal dengan hasil audit yang dapat mencerminkan kinerja dari pihak agent.

2.8 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap suatu masalah dan masih harus dibuktikan kebenarannya. Menurut Purwanto dan Sulityastuti (2007),

“hipotesis adalah pernyataan atau dugaan yang bersifat sementara terhadap suatu masalah penelitian yang kebenarannya masih lemah (belum tentu kebenarannya) sehingga harus diuji secara empiris”. Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual, maka hipotesis penelitian ini adalah :

2.8.1 Audit tenure

Manajer (agent) sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemilik (principals). Ketimpangan informasi ini biasa disebut sebagai asymetri information. Baik pemilik maupun agen diasumsikan mempunyai rasionalisasi ekonomi dan semata-mata mementingkan kepentingannya sendiri. Agen mungkin takut mengungkapkan informasi yang tidak diharapkan oleh pemilik, sehingga terdapat kecenderungan untuk memanipulasi laporan keuangan tersebut. Berdasarkan asumsi tersebut, maka dibutuhkan pihak ketiga yang independen untuk menjembataninya, dalam hal ini adalah akuntan publik (auditor). Hal utama yang mendukung adanya hubungan

negative antara lamanya penugasan audit dengan kualitas audit yaitu erosi independensi yang mungkin mucul akibat tumbuhnya hubungan pribadi antara auditor dengan kliennya dan semakin lamanya penugasan audit, kapabilitas auditor untuk bersikap kritis akan berkurang karena auditor sudah terlalu familiar.

Penelitian Kurniasih dan Rohman (2014) yang berjudul Pengaruh Fee Audit, Audit Tenure, dan Rotasi Audit Terhadap Kualitas Audit, menunjukan bahwa Audit tenure berpengaruh signifikan negatif terhadap kualitas audit, hal ini berarti semakin lamanya KAP mengaudit perusahaan maka kualitas audit yang dihasilkan akan semakin buruk.

Primadita (2011 : 19) Menyatakan bahwa kualitas audit akan meningkat seiring dengan bertambahnya tahun perikatan (tenure) audit. Hal ini dikarenakan auditor akan mendapatkan pengalaman lebih banyak dan menjadi lebih familiar dengan bisnis operasi kliennya serta isu-isu terkait.

Sedangkan penelitian Dalimunthe (2015 : 15) yang berjudul Analisis Pengaruh Auditor Industry Specialization, Audit Tenure, Ukuran Perusahaan, dan Independensi Auditor terhadap Kualitas Audit pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI, menunjukan bahwa audit tenure memiliki hubungan yang positif tetapi tidak signifikan terhadap kualitas audit.

Sartika (2015 : 18), Penelitianya yang berjudul Pengaruh Audit Tenure, Audit Switching, Audit Capacity Stress, Ukuran Perusahaan, dan Independensi Komite Audit Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di BEI Tahun 2009 – 2013), menunjukan audit tenure tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.

Penelitian terdahulu menggambarkan bahwa audit tenure memiliki pengaruh negatif terhadap kualitas audit dikarenakan semakin lamanya hubungan auditor terhadap kliennya, maka semakin kuat juga keterikatan diantara mereka yang menyebabkan semakin berkurangnya independensi dan kualitas audit yang dihasilkan oleh auditor.

Atas dasar paparan diatas, maka hipotesis pertama dalam penelitian ini dapat dinyatakan sebagai berikut :

H1: Audit tenure berpengaruh terhadap kualitas audit

2.8.2 Independensi Auditor

Teori Keagenan menyatakan hubungan principal yaitu pemilik saham memberikan wewenang penuh kepada agen yaitu manajer dalam menjalankan usahanya. Auditor yang independen juga harus memiliki sikap independen dalam melakukan audit sehingga tidak terpengaruh oleh pihak principal maupun pihak agen.

Independensi auditor harus mencermikan kualitas audit yang dihasilkan oleh auditor. Independensi berarti sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, dan tidak tergantung pada orang lain. Dalam PSA No.04 (SA Seksi 220) terdapat 3 jenis independensi audit yaitu Independent in Appearance yaitu independensi yang dilihat dari penampilanya di struktur organisasi perusahaan, Independent in Fact yaitu independensi auditor yang dilihat dalam kenyataan menjalankan tugasnya dan Independent in Mind yaitu bagaimana seorang auditor memiliki sikap independen dalam pikiranya.

Dwimilten dan Riduwan (2015 : 12), pada penelitianya yang berjudul Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Audit dengan variabel independensi auditor, menyatakan bahwa independensi auditor memiliki pengaruh signifikan positif terhadap kualitas audit, yaitu semakin tingginya independensi auditor akan mempengaruhi kualitas audit.

Penelitian Dalimunthe (2015 : 13) yang berjudul Analisis Pengaruh Auditor Industry Specialization, Audit Tenure, Ukuran Perusahaan, dan Independensi Auditor terhadap Kualitas Audit pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI, menunjukan bahwa independensi auditor memiliki hubungan yang positif tetapi tidak signifikan terhadap kualitas audit.

Penelitian terdahulu menyatakan dengan adanya independensi yang tinggi dari auditor, maka kualitas audit itu sendiri akan tercermin dalam hasil audit.

Independensi auditor merupakan hal utama yang harus dimiliki oleh setiap auditor untuk meningkatkan kualitas audit yang dihasilkan oleh auditor.

Atas dasar paparan diatas, maka hipotesis independensi auditor dalam penelitian ini dapat dinyatakan sebagai berikut :.

H2: Independensi auditor berpengaruh terhadap kualitas audit

2.8.3Due Profesional Care

Agency Theorymempengaruhi wewenang yang dimiliki pihak agen dalam menjalankan usahanya. Agen yang mengetahui dan sadar terhadap industri apa yang ia jalankan memiliki kesempatan dalam memilih auditor apa yang akan mengaudit perusahaan mereka. Setiap auditor memiliki professionalisme dan

spesialisasi terhadap pengalaman yang ia miliki dalam mengaudit perusahaan dan klien yang memiliki industri dalam bidang tertentu, sehingga kualitas audit yang akan didapat memiliki nilai yang lebih tinggi.

Pengetahuan yang harus dimiliki oleh auditor tidak hanya pengetahuan mengenai pengauditan dan akuntansi, melainkan juga industry klien.Penelitian sebelumnya menemukan adanya hubungan positif antara auditor spesialis dengan kualitas audit.

Primadita (2011 : 12) menjelaskan bahwa manajer dan senior audit spesialis akan lebih baik dalam mendeteksi terjadinya kesalahan jika mereka diberikan tugas audit sesuai dengan spesialisasi mereka.

Cholifa (2015 : 11), pada penelitianya yang berjudul Pengaruh Due Proffesioanl Care, Akuntabilitas dan Time Budget Pressure terhadap Kualitas Audit, menunjukan bahwa Due Professional Care berpengaruh positif terhadap kualitas audit, dimana semakin tingginya professionalitas seorang auditor maka semakin tinggi hasil pemeriksaan auditnya.

Penelitian terdahulu menyatakan auditor yang memiliki professionalisme dan spesialisme dalam bidang industri tertentu yang dimiliki klien akan memiliki pengalaman yang lebih baik dalam menanggulangi resiko dan kesalahan yang ada khusus dalam industri tertentu, sehingga menghasilkan kualitas audit yang lebih baik.

Atas dasar paparan diatas, maka hipotesis Due Professional Care dalam penelitian ini dapat dinyatakan sebagai berikut :

H3: Due professional care berpengaruh terhadap kualitas audit

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Berdasarkan pendekatannya penelitian ini merupakan penelitian Kausal – Komparatif. Menurut Suryabrata (2012 : 84) penelitian kausal – komparatif adalah penelitian untuk menyelidiki kemungkinan hubungan sebab akibat dengan cara berdasar atas pengamatan terhadap akibat yang ada mencari kembali faktor yang mungkin menjadi penyebab melalui data tertentu. Ciri – ciri penelitian kausal komparatif yaitu bersifat ex post facto artinya data dikumpulkan setelah semua kejadian yang menjadi permasalahan sudah berlangsung. Adanya dependent variables, pengujian data melalui kejadian di masa lampau untuk mencari sebab – sebab, saling hubungan, dan makna.

Penelitian ini berjudul “Pengaruh Audit tenure, independensi auditor, dan due professional care terhadap kualitas audit pada perusahaan perbankan yang terdaftar di bursa efek indonesia (BEI) tahun 2011-2013”. Penelitian ini termasuk penelitian Kausal – Komparatif, menggunakan jenis data berupa data sekunder atau data kuantitatif dengan sumber data dari laporan keuangan yang telah diaudit oleh masing-masing perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang dapat diakses melalui situs www.idx.co.id. Periode

penelitian ini yakni tahun 2011-2013 dan waktu penelitian ini yakni tahun 2016-2017.

3.3. Batasan Operasional

Adapun yang menjadi batasan operasional dalam penelitian ini adalah:

a. Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2013.

b. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Variabel bebas (independent variable) yaitu audit tenure,independensi auditor dan due professional care

2. Variabel terikat (dependent variable) yaitu kualitas audit.

3.4 Definisi Operasional

Definisi Operasional pada penelitian kali ini adalah variabel dependen yaitu kualitas audit dan variabel independen yaitu audit tenure, independensi auditor, dan due professional care.

3.4.1 Kualitas Audit

Kualitas audit dapat diartikan sebagai bagus tidaknya suatu pemeriksaan yang telah dilakukan oleh auditor. Pada penelitian ini kualitas audit diukur melalui proksi ukuran KAP. Semakin besar ukuran KAP maka kualitas audit yang dihasilkan semakin tinggi. Untuk mengukur kualitas audit, peneliti menggunakan variabel dummy. Variabel dummy dalam penelitian untuk menentukan kualitas

audit ini adalah KAP Big Four dan non Big Four, auditor yang termasuk dalam KAP Big Fourdan rekan diberi lambang 1 dan yang non Big Four diberi lambang 0. KAP Big 4ini yaitu KAP Price Waterhouse Coopersyang bekerjasama dengan KAP Haryanto Sahari dan rekan, KAP KPMG (Klynveld Peat Marwick Goerdeler), yang bekerjasama dengan KAP Siddharta dan Widjaja dan rekan, KAP Ernst and Young, yang bekerjasama dengan KAP Purwantono, Sarwoko dan Sandjaj, dan rekan, dan KAP Deloitte Touche Thomatsu, yang bekerjasama dengan KAP Osman Bing Satrio dan rekan.

3.4.2Audit tenure

Audit tenure adalah lamanya masa perikatan Kantor Akuntan Publik (KAP) dalam memberikan jasa audit terhadap kliennya. Audit tenure diukur dengan skala interval lamanya hubungan kerja sama antara auditor dan klien.

Pengukuran audit tenure mengacu pada penelitian Kurniasih dan Rohman (2014 : 10) dimana audit tenure dihitung dengan jumlah tahun auditor melakukan perikatan dengan perusahaan yang sama, tahun periode perikatan pertama dimulai dengan angka 1 dan ditambah angka 1 untuk tahun berikutnya.

3.4.3 Independensi Auditor

“Independensi dapat diartikan sebagai sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang lain”.(Mulyadi (2010 : 72)). Dalam jurnal Guna dan Arleen (2010 : 54), dimana independensi auditor melalui proksi lama penugasan audit diukur menggunakan

skala nominal dengan variabel dummy. Angka 1 digunakan untuk mewakili perusahaan yang menggunakan auditor yang sama dalam 3 tahun, yang berarti tidak memiliki sikap independen, sedangkan angka 0 digunakan untuk perusahaan yang mengganti auditornya dalam waktu kurang dari 3 tahun yang berarti memiliki sikap independen

3.4.4Due Professional Care

Due Professional care berarti bahwa auditor secara profesional yang bertanggung jawab melaksanakan tugasnya dengan tekun dan seksama, dan memiliki spesialisasi dalam audit bidang tertentu. Pengukuran due professional

Due Professional care berarti bahwa auditor secara profesional yang bertanggung jawab melaksanakan tugasnya dengan tekun dan seksama, dan memiliki spesialisasi dalam audit bidang tertentu. Pengukuran due professional

Dokumen terkait