• Tidak ada hasil yang ditemukan

Batasan Penerapan Prinsip Fair use Dalam Karya Tulis

b. Jenis Karya Tulis

C. Batasan Penerapan Prinsip Fair use Dalam Karya Tulis

1) Penggunaan Yang Wajar Dalam Karya Tulis Menurut UUHC

Mengenai Doktrin Fair use pada penggunaan karya tulis dalam Pasal yang berkaitan dengan penggunaan karya cipta untuk tujuan pendidikan dan pengelolaan karya tulis oleh perpustakaan. Pada UUHC diatur pada Pasal 44 mengenai penggunaan, pengambilan, penggandaan, dan/atau pengubahan suatu ciptaan dan/atau produk hak terkait secara seluruh atau sebagian yang substansial tidak dianggap sebagai pelanggaran hak cipta jika sumbernya disebutkan atau dicantumkan secara lengkap untuk keperluan pendidikan, penelitian, penulisan, karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah dengan tidak merugikan kepentingan yang wajar dari pencipta atau pemegang hak cipta. Ketentuan tersebut menjelaskan bahwa syarat mencantumkan sumber adalah sebuah syarat mutlak untuk dapat terbebas dari pelanggaran hak cipta.

Pasal 47 UUHC menyebutkan bahwa setiap perpustakaan atau lembaga arsip yang tidak bertujuan komersial dapat membuat 1 (satu) salinan ciptaan atau

40

bagian ciptaan tanpa izin pencipta atau pemegang hak cipta dengan cara penggandaan tulisan secara reprografi yang telah dilakukan pengumuman, diringkas, atau dirangkum untuk memenuhi permintaan seseorang dengan syarat perpustakaan atau lembaga arsip menjamin bahwa salinan tersebut hanya akan digunakan untuk tujuan pendidikan atau penelitian, penggandaan tersebut dilakukan secara terpisah dan jika dilakukan secara berulang, penggandaan tersebut harus merupakan kejadian yang tidak saling berhubungan; dan tidak ada lisensi yang ditawarkan oleh lembaga manajemen kolektif kepada perpustakaan atau lembaga arsip sehubungan dengan bagian yang digandakan. Selain itu pembuatan salinan dilakukan untuk pemeliharaan, penggantian salinan yang rusak, atau penggantian salinan dalam hal salinan hilang, rusak, atau musnah dari koleksi permanen di perpustakan atau lembaga arsip lain dengan syarat.

Perpustakaan menghimpun dan melayankan berbagai bentuk karya yang dilindungi hak ciptanya, Buku, jurnal, majalah, ceramah, pidato, peta, foto, tugas akhir, gambar adalah sebagai format koleksi perpustakaan yang didalamnya melekat hak cipta. Oleh karena itu perpustakaan sebenarnya sangat erat hubungannya dengan hak cipta. Koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan melekat hak cipta yang perlu dihormati dan dijaga oleh perpustakaan. Jika tidak berhati-hati atau memiliki rambu-rambu yang jelas dalam pelayanan perpustakaan justru perpustakan dapat menyuburkan praktek pelanggaran hak cipta. Untuk itu dalam memberikan layanan pada berbagai koleksi yang dimiliki perpustakaan, maka perpustakaan perlu berhati-hati agar layanan yang diberikannya kepada masyarakat bukan merupakan salah satu bentuk praktek pelanggaran hak cipta dan

41

idealnya perpustakaan dapat dijadikan sebagai teladan dalam penegakan hak cipta dan sosialisasi hak cipta.

Khusus untuk pengutipan karya tulis, penyebutan atau pencantuman sumber ciptaan yang dikutip harus dilakukan secara lengkap, artinya, dengan mencantumkan sekurang-kurangnya nama pencipta, judul atau nama ciptaan, dan nama penerbit jika ada. Sedangkan yang dimaksud dengan kepentingan yang wajar dari pencipta atau pemegang hak cipta adalah suatu kepentingan yang didasarkan pada keseimbangan dalam menikmati manfaat ekonomi atas suatu ciptaan.41

Aturan mengenai pembatasan hak cipta diatur di dalam Pasal 43 sampai dengan Pasal 51 Undang-Undang Hak Cipta yang berlaku sampai saat ini. Secara lebih khusus aturan pembatasan hak cipta yang berkaitan dengan bidang karya tulis ilmiah terdapat di dalam Pasal 44 ayat (1) huruf a UUHC, yaitu, penggunaan, pengambilan, penggandaan, dan/atau pengubahan suatu ciptaan dan/atau produk hak terkait secara seluruh atau sebagian yang substansial tidak dianggap sebagai pelanggaran hak cipta jika sumbernya disebutkan atau dicantumkan secara lengkap untuk keperluan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilimiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah dengan tidak merugikan kepentingan yang wajar dari pencipta atau pemegang hak cipta.

Walaupun hak cipta itu merupakan hak istimewa yang hanya dimiliki oleh pencipta atau pemegang hak cipta, penggunaan atau pemanfaatannya hendaknya berfungsi sosial, karena ada pembatasan-pembatasan tertentu yang telah diatur di dalam Undang-Undang Hak Cipta. Dengan kata lain, hasil karya cipta atau

42

ciptaan bukan saja hanya dinikmati oleh penciptanya saja, tetapi juga dapat dinikmati, dimanfaatkan, dan digunakan oleh masyarakat luas, sehingga ciptaan itu mempunyai nilai guna, di samping nilai moral dan ekonomis.42

Pembatasan-pembatasan menurut perundang-undangan dimaksud sudah tentu bertujuan agar dalam setiap menggunakan atau memfungsikan hak cipta harus sesuai dengan tujuannya. Sebenarnya, yang dikehendaki dalam pembatasan terhadap hak cipta ini agar setiap orang atau badan hukum tidak menggunakan haknya secara sewenang-wenang. Setiap penggunaan hak cipta harus diperhatikan terlebih dahulu apakah hal itu tidak bertentangan atau tidak merugikan kepentingan umum.Ini menimbulkan kesan sesungguhnya hak individu itu dihormati. Namun, dengan adanya pembatasan, sesungguhnya pula dalam penggunaannya tetap didasarkan atas kepentingan umum. Oleh karena itu, Indonesia tidak menganut paham individualistis dalam arti sebenarnya. Hak individu dihormati sepanjang tidak bertentangan dengan kepentingan umum. Untuk itulah, Undang-Undang Hak Cipta inipun bertolak dari perpaduan antara sistem individu dengan sistem kolektif.43

Dari ketentuan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa seseorang boleh saja mengutip karya orang lain untuk kepentingan yang bersifat nonkomersial dengan syarat harus menyebutkan atau mencantumkan sumbernya. Jika sudah ada nilai ekonomi di dalamnya, maka pengutip berkewajiban untuk meminta izin kepada penciptanya, dan dalam hal pencipta sudah meninggal dunia maka pengutip dapat meminta izin kepada pemegang hak cipta dengan memberikan

42 Rachmadi Usman, Op. Cit., hlm. 87.

43

sejumlah royalti yang besarnya ditentukan oleh kedua belah pihak untuk menghindari terjadinya pelanggaran hukum atau plagiarisme.

2) Penggunaan yang wajar dalam karya tulis menurut Copyright

Act

Sebagaimana telah dijelaskan, bahwa belum ada kasus mengenai penggunaan yang wajar (fair use) mengenai karya tulis di Indonesia. Ketiadaan kasus tersebut yang membuat peneliti harus menafsirkan penggunaan yang wajar dalam karya tulis dengan menggunakan putusan yang ada di Amerika Serikat melalui perkara Wright v. Warner Books, Inc.

Dokumen terkait