• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

1. Bawang putih tunggal

Bawang putih (Allium sativum) adalah herba semusim berumpun yang mempunyai ketinggian sekitar 60 cm, memiliki daun yang berupa helai seperti pita yang pipih, dengan ujung yang runcing, berbatang semu dengan akar serabut. Tanaman bawang putih diyakini berasal dari negara di Asia Tengah, yaitu Cina dan Jepang yang kemudian menyebar luas ke seluruh dunia, termasuk Indonesia oleh pedagang Cina dan Arab. Penggunaan bawang putih sebagai obat-obatan bersifat alami telah lama dipraktikkan oleh manusia selama berabad-abad lamanya.14

Bawang putih (Allium sativum) memiliki beberapa variestas salah satunya bawang putih tunggal.12 Berdasarkan dari jumlah siungnnya, bawang putih dibagi menjadi dua kelompok, yaitu bawang putih yang memiliki banyak siung (multi bulb garlic) dan bawang putih yang memilki satu siung (single bulb garlic). Meskipun sama– sama bawang putih, namun antara bawang putih tunggal dan bawang putih majemuk bila dilihat dari karakteristik organoleptiknya memiliki perbedaan mulai dari warna, rasa, bau, maupun teksturnya.15

Pada bawang putih tunggal memiliki warna krem kuning keputihan, bau yang sangat kuat dan tajam, baunya sangat kuat karena kandungan aliaceous dan tekstur berupa serbuk kasar. Pada bawang putih majemuk memiliki warna krim yang kekuningan, rasa yang tajam, bau yang khas karena kandungan alliceous, serta tekstur berupa serbuk kasar.16

Perbedaan antara bawang putih tunggal dan bawang putih majemuk terlihat pada saat proses maturasi yaitu bawang putih biasa mengalami pecah siungnya dalam satu umbi (multi bulb garlic) sedangkan bawang putih tunggal hanya memiliki satu siung dalam satu umbi (single bulb garlic). Hal ini disebabkan gagalnya pembentukan tunas utama di tajuk dan menekan pembentukan tunas-tunas bakal siung, daun yang biasanya membungkus siung-siung hanya mampu membungkus umbi utuh, sehingga kulit umbi

utuh lebih tebal daripada kulit luar umbi yang bersiung.15

Bawang putih tunggal (Allium sativum) juga disebut bawang putih lanang karena mengacu pada bentuk umbi tunggal seperti skrotum, bagian dari organ kelamin pada mamalia jantan.Bawang putih tunggal merupakan varietas yang terbentuk secara tidak sengaja karena lingkungan penanaman yang tidak cocok. Bawang putih tunggal dapat tumbuh normal kembali jika lokasi penamanannya berada di daerah yang lingkungan cocok.13

Bawang putih tunggal (Allium sativum) lebih berpotensi antibakteri dibandingkan bawang putih majemuk karena perbandingan kandungan senyawa aktif dalam satu suing bawang putih tunggal setara dengan 5-6 siung bawang putih biasa.

Kandungan senyawa aktif dalam bawang tunggal relatif lebih tinggi dibandingkan bawang putih majemuk karena semua zatnya terkumpul dalam suing tunggal tersebut.

Inilah yang menyebabkan bawang putih tunggal dipercaya lebih berkhasiat dibandingkan dengan bawang putih majemuk.12

Gambar 1. (A) Bawang putih tunggal dan (B) Bawang putih majemuk.16

2.1.1 Klasifikasi Bawang Putih Tunggal

Para ahli botani memasukkan tanaman bawang putih tunggal dalam keluarga Alliaceae, klasifikasi dari tanaman bawang putih tunggal adalah sebagai berikut17 : Kingdom : Plantae

Divisio : Magnoliophyta

A B

Kelas : Liliopsida Ordo : Asparagales Family : Alliaceae Genus : Allium

Species : Allium sativum

2.1.2 Morfologi Bawang Putih Tunggal

Bawang putih berasal dari Asia Tengah, namun saat ini banyak dibudidayakan di berbagai negara sebagai tanaman sayuran. Berkembang baik pada ketinggian tanah berkisar 200-250 m dpi. Tanaman bawang putih merupakan tumbuhan berhabitus tema dengan tinggi 25-70 cm. Batang lurus kaku atau sedikit membengkok, berwarna hijau beralur. Batang semu adalah batang yang nampak di atas permukaan tanah yang terdiri dari pelepah–pelepah daun. Batang yang sebenarnya berada di dalam tanah. Dari pangkal batang tumbuh akar berbentuk serabut kecil yang banyak dengan panjang kurang dari 10 cm. Akar yang tumbuh pada batang pokok bersifat rudimenter, berfungsi sebagai alat penghisap makanan.17,19

Helaian daun bawang putih memiliki panjang mencapai 30–60 cm dan lebar 1–2,5 cm, berbentuk pita. Tanaman memiliki 7–10 helai daun. Pelepah daun panjang, merupakan satu kesatuan yang membentuk batang semu. Bunga yang tersusun membulat dengan diameter 4–9 cm. Perhiasan bunga berupa tenda bunga dengan 6 tepala berbentuk bulat telur. Ada 6 buah stamen dengan panjang filamen 4–5 mm, bertumpu pada dasar perhiasan bunga. Ovarium superior, tersusun atas 3 ruangan.

Buah kecil berbentuk kapsul loculicidal.17,19

2.1.3 Kandungan Kimia Bawang Putih Tunggal

Bawang putih tunggal mengandung setidaknya 33 komponen sulfur, 17 asam amino, banyak mineral, vitamin, dan lipid. Tanaman bawang putih tunggal memiliki kandungan sulfur yang lebih tinggi dibanding tanaman famili Lilliceae lainnya.

Kandungan sulfur dalam bawang putih tunggal inilah yang bertanggung jawab atas berbagai macam manfaat terapeutik dan memberikan bau khas bawang putih.

Manfaat yang terkandung di dalam bawang putih yang bersifat antibakteri adalah alisin, flavonoid, saponin dan tanin. Efek farmakologi pada bawang putih tunggal berasal dari alisin dan turunannya yaitu Diallyl disulfide (DADS), Diallyl sulfide (DAS), Diallyl trisulfide (DTS) dan sulfur dioxide. Adapun kandungan kimia lain yang terdapat di dalam 100 gram bawang putih tunggal dapat dilihat pada tabel 1 yang ada di bawah ini18,19,20 :

Tabel 1. Kandungan dan komposisi gizi dalam tiap 100 gram bawang putih tunggal21 Komposisi gizi Bawang Putih

Tunggal

Komposisi gizi Bawang Putih Tunggal

2.1.4 Zat Antibakteri Bawang Putih Tunggal

Sifat antibakteri dari bawang putih tunggal telah cukup lama diketahui. Potensi bawang putih sebagai antibakteri telah banyak diteliti. Beberapa spesies bakteri yang pertumbuhannya dihambat ekstrak bawang putih yaitu Streptococcus mutans, Staphylococcus aureus, α & β-hemolytic streptococcus, Citrobacter freundii, Enterococuc cloacae, Enterobacter cloacae, Eschericia coli, Proteus vulgaris, Salmonella enteriditis, Citrobacter, Klebsiella pneumonia, Mycobacteria, Pseudomonas aeruginosa, Helicobacter pyiori, Lactobacillus odontyliticus.18

Seluruh bahan aktif yang terkandung di dalam bawang putih memiliki zat antibakteri. Kandungan senyawa aktif yang terkandung di dalam bawang putih tunggal adalah alisin, flavonoid, saponin dan tanin. Senyawa-senyawa aktif tersebut bekerja secara sinergis sebagai antibakteri dengan cara merusak dinding sel dan melisiskan sel bakteri, serta menghambat proteolitik. Alisin serta bahan turunannya yaitu Diallyl disulfide (DADS) dan Diallyl sulfide (DAS) dapat menghambat bakteri gram positif dan gram negatif dengan cara menghambat produksi RNA dan sintesis lipid.

Penghambatan ini menyebabkan asam amino dan protein tidak dapat diproduksi serta bilayer fosfolipid dari dinding sel tidak dapat terbentuk, sehingga pertumbuhan dan perkembangan pada bakteri tidak akan terjadi.18

Senyawa alisin meningkatkan permeabilitas dinding bakteri yang menyebabkan gugus SH (sulfihidril dan disulfide) hancur pada asam amino sistin dan sistein. Gugus SH yang hancur menghambat sintesis enzim protease yang merusak membran sitoplasma dinding bakteri dan mengganggu metabolisme protein dan asam nukleat sehingga terjadi poliferasi pada bakteri. Flavonoid yang terkandung dalam bawang putih tunggal menyebabkan terjadinya kerusakan permeabilitas dinding sel bakteri, mikrosom, dan lisosom sebagai hasil interaksi antara flavonoid dengan DNA bakteri.10,14,18

Saponin dapat mengganggu proses pembentukan membran sel bakteri dengan membuat pemeabilitas sehingga pembelahan sel tidak terjadi. Saponin sebagai antibakteri yaitu dapat menyebabkan kebocoran protein dan enzim dari dalam sel.

Mekanisme kerja saponin sebagai antibakteri adalah menurunkan tegangan permukaan sehingga mengakibatkan naiknya permeabilitas atau kebocoran sel dan mengakibatkan senyawa intraseluler akan keluar. Saponin berdifusi melalui membran luar dan dinding sel yang rentan kemudian mengikat membran sitoplasma sehingga mengganggu dan mengurangi kestabilan membran sel. Hal ini menyebabkan sitoplasma bocor keluar dari sel yang mengakibatkan kematian sel.10,14

Tanin merupakan senyawa turunan fenol yang terdapat dalam bawang putih tunggal. Tanin dapat mengikat dinding sel bakteri, menghambat proses metabolisme dan aktivitas pembentukan protein dan bersifat toksik terhadap bakteri. Tanin

menghambat pertumbuhan bakteri dengan mengadakan denaturasi protein dan menurunkan tegangan permukaan, sehingga permeabilitas bakteri meningkat.

Kerusakan dan peningkatan permeabilitas bakteri menyebabkan pertumbuhan sel terhambat dan menyebabkan kematian sel. Tanin dapat menghambat proteolitik yang berperan menguraikan protein menjadi asam amino sehingga akan mengganggu sel bakteri dalam penyerapan protein oleh cairan sel dan tidak terjadi kolonisasi.10,14

2.1.5 Manfaat Bawang Putih Tunggal

Selain sebagai penyedap makanan, bawang putih tunggal memiliki manfaat yang sangat besar salah satunya dalam hal pengobatan. Secara empiris bawang putih tunggal dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit. Bawang putih tunggal berpotensi sebagai antimikroba karena kemampuan menghambat pertumbuhan mikroba sangat banyak, meliputi bakteri, jamur, virus, dan protozoa. Potensi bawang putih sebagai antibakteri dan antijamur telah banyak diteliti. Beberapa spesies mikroba yang pertumbuhannya dihambat ekstrak bawang putih tunggal yaitu18 :

Tabel 2. Spesies mikroba yang pertumbuhannya dihambat ekstrak bawang putih tunggal18

Kelompok Spesies

Bakteri 1. Streptococcus mutans

2. Staphylococcus aureus

3. α & β-hemolytic streptococcus 4. Citrobacter freundii

Daya antibakteri bawang putih tunggal lebih berpotensi terhadap bakteri gram positif seperti Streptococcus mutans dibandingkan dengan bakteri gram negatif. Hal ini disebabkan bakteri gram negatif dapat memproduksi enzim yang memiliki kemampuan menonaktifkan fitokonstituen dan komponen bioaktif ekstrak bawang putih dan dinding sel bakteri gram negatif lebih kompleks dibanding dinding sel bakteri gram positif sehingga mempersulit penetrasi agen anti-bakteri ke dalam dinding sel bakteri gram negatif. Bakteri gram positif pada bagian luar memiliki lapisan peptidoglikan yang kurang berperan sebagai pertahanan perrmeabilitas.18

Dalam penelitian efek hipotensif dari ekstrak bawang putih yang dilakukan oleh Foushee et al dengan dosis 2,4 g/individu/hari mampu menurunkan tekanan darah penderita hipertensi. Penurunan tekanan darah muncul 5–14 jam setelah perlakuan.

Ekstrak tersebut mengandung alisin 1,3%. Efek samping pada sukarelawan setelah perlakuan tidak ditemukan. Penelitian juga menunjukkan bahwa pemanfaatan bawang putih dalam bumbu masakan dapat menekan peluang terkena hipertensi. Rata-rata konsumsi bawang putih 134 gram per bulan dianjurkan untuk mencegah hipertensi.22

Ekstrak bawang putih tunggal juga memiliki potensi sebagai antidiabetes.

Mekanisme kerja alisin pada bawang putih tunggal sebagai antidiabetes bekerja melalui insulin di dalam plasma, yaitu dengan meningkatkan sekresi insulin dari sel

Jamur 16. Candida albicans

17. Cryptococcus neofarmans

Virus 23. Herpes simplex virus tipe 1

24. Herpes simplex virus tipe 2 25. Parainfluenza tipe 3 26. Vaccinia virus 27. Vessicular stomatitis 28. Human rhinovirus tipe 2

Protozoa 29. Trypanosoma brucei

30. Trypanosoma congolense 31. Trypanosoma vivax

beta pankreas. Alisin pada bawang putih tunggal menstimulasi sel beta pankreas untuk menghasilkan lebih banyak insulin, dengan cara tersebut, glukosa di dalam darah akan masuk kedalam jaringan tubuh dengan adanya insulin yang diberikan dari stimulasi alisin bawang putih tersebut. Efek antidiabetes dari bawang putih tunggal menunjukkan bahwa ekstrak bawang putih dapat menjaga kadar glukosa dalam kadar normal. Bahkan ekstrak bawang putih dinyatakan dalam penelitian yang telah dilakukan lebih efektif dibandingkan dengan glibenklamid.19

2.2 Streptococcus mutans

Streptococcus mutans pertama kali diisolasi oleh peneliti J. Killian Clarke pada tahun 1924, merupakan flora normal yang diketahui sebagai bakteri penyebab utama terjadinya karies gigi. Bakteri ini dapat berubah menjadi patogen bila populasinya meningkat, sehingga kontrol terhadap pertumbuhannya sangat penting sebagai pencegah karies.23

Streptococcus mutans yang merupakan etiologi utama terjadi karies gigi ternyata bukan spesies tunggal tetapi memiliki beberapa grup. Nama-nama grup Streptococcus mutans terdiri dari enam spesies, delapan serotipe dan biotipe. Strain Streptococcus mutans (serotipe c, e) dan Streptococcus sobrinus (serotipe d, g) adalah spesies yang paling umum ditemukan pada manusia, dengan serotipe c strain yang paling sering diisolasi, diikuti oleh d dan e. Serotipe lain jarang ditemukan.24

Streptococcus mutans bersifat fakultatif anaerob karena tumbuh baik dalam suasana dengan oksigen maupun tanpa oksigen. Dalam keadaan anaerob bakteri ini memerlukan 5% CO2 dan 95% nitrogen serta memerlukan amonia sebagai sumber nitrogen agar dapat bertahan hidup dalam lapisan plak yang tebal. Streptococcus mutans menghasilkan dua enzim yaitu glikosiltranfirase dan fruktosiltransferase Enzim-enzim ini bersifat spesifik untuk substrat, sukrosa, yang digunakan mensintesa glukan dan fruktan dengan berat molekul tinggi. Glukan mengikat reseptor-reseptor khusus pada permukaan Streptococcus mutans, reaksi ini terjadi pada saat bakteri ini dibiakkan pada media yang mengandung sukrosa. Bakteri Streptococcus mutans memanfaatkan sukrosa dari makanan untuk meningkatkan kolonisasi bakteri. Produksi

glukan dari sukrosa oleh enzim yang diproduksi oleh Streptococcus mutans adalah langkah penting dalam produksi karies.24

Streptococcus mutans bersifat asidogenik, yaitu berpotensi menghasilkan asam dan bersifat asidurik, yaitu mampu tinggal pada lingkungan asam. Dalam periode jam pertumbuhan pada medain air kaldu, pH terminal Streptococcus mutans adalah 3,4.

Streptococcus mutans mampu memproduksi polisakarida ekstrasel yang memfasilitasi perlekatannya ke permukaan gigi agar bisa menempel pada komponen yang terdapat pada permukaan gigi. Interaksi tersebut menyebabkan penurunan pH dan mempercepat terjadinya demineralisasi serta memungkinkan terjadinya karies.3,24

2.2.1 Klasifikasi Streptococcus mutans

Taksonomi Streptococcus mutans menurut Bergey dalam Capuccino (1998) :3 Kingdom : Monera

Divisio : Firmicutes Class : Bacilli

Order : Lactobacilalles Family : Streptococcaceae Genus : Streptococcus

Spesies : Streptococcus mutans

Gambar 2. (A) Streptococcus mutans dilihat secara mikroskopis1 (B) Streptococcus mutans dilihat secara SEM3

A B

2.2.2 Morfologi Streptococcus mutans

Secara mikroskopis, Streptococcus mutans berbentuk bulat dan oval, kokus gram positif, koloni menunjukkan gambaran yang berpasangan, tidak bergerak, tidak membentuk spora, bakteri anaerob fakultatif, nonhemofilik asidogenik, dan dapat memproduksi polisakarida ekstraseluler dan intraseluler. Bakteri Streptococcus mutans terdiri 3 serotipe yaitu serotipe c, e, dan f. Pada gambaran mikroskopis, Streptococcus mutans kadang-kadang berpasangan dengan rantai pendek atau rantai sedang dan tidak berkapsul. Pada kondisi lingkungan asam, bakteri ini dapat berbentuk batang pendek dengan panjang 1,5-3,0 µm, pada media blood agar bakteri ini bentuk coccus susunannya rantai pendek, sedangkan pada media glukosa bouillon rantai panjang.3

Streptococcus mutans tidak termasuk bakteri yang didapat sejak lahir, melainkan bakteri yang didapat sesuai perkembangan manusia seperti pada coccus gram positif lainnya. Streptococcus mutans terdiri dari dinding sel dan membran protoplasma. Struktur dinding sel bakteri ini terdiri atas beberapa lapisan peptidoglikan yang tebal dan kaku (20-80 µm) sehingga membedakannya dari dinding sel bakteri gram negatif. Matriks dinding sel terdiri atas peptidoglikan rantai silang yang mempunyai komposisi gula amini N-asetil, asam N-asetilnuramik, dan beberapa peptida.3

2.2.3 Sifat-sifat Streptococcus mutans

Streptococcus mutans mempunyai sifat-sifat tertentu yang berperan penting dalam proses karies gigi, yaitu : (1) Streptococcus mutans fermentasikan berbagai jenis karbohidrat menjadi asam sehingga mengakibatkan penurunan pH. (2) Streptococcus mutans membentuk dan menyimpan polisakarida intraselular dari berbagai jenis karbohidrat, yang selanjutnya dapat dipecahkan kembali oleh bakteri tersebut sehingga dengan demikian akan menghasilkan asam terus-menerus. (3) Streptococcus mutans mempunyai kemampuan untuk membentuk polisakarida ekstraseluler (dekstran) yang menghasilkan sifat-sifat adhesif dan kohesif plak pada permukaan gigi. (4) Streptococcus mutans mempunyai kemampuan untuk menggunakan glikoprotein dari saliva pada permukaan gigi.3

2.2.4 Patogenitas Streptococcus mutans

Salah satu penyakit yang diakibatkan oleh bakteri Streptococcus mutans yaitu karies gigi. Karies gigi merupakan suatu keadaan dimana adanya kerusakan pada struktur jaringan pembentuk gigi yang disebabkan oleh aktivitas bakteri karena ketidakseimbangan ekologi rongga mulut antara mineral gigi dan mikrobial biofilm.

Proses karies gigi diawali dengan sisa makanan yang menempel pada permukaan enamel dan berakumulasi membentuk plak, yaitu media pertumbuhan yang menguntungkan bagi mikroorganisme. Terdapat berbagai macam mikroorganisme yang berperan salah satunya Streptococcus mutans. Streptococcus mutans yang berkolonisasi akan menyebabkan terbentuknya plak pada lapisan enamel gigi dan akan menyebabkan derajat keasaman rongga mulut semakin menurun sehingga menyebabkan pH menjadi asam.5,25,26

Streptococcus mutans yang melekat pada permukaan tersebut akan menghasilkan asam dan melarutkan permukaan email sehingga terjadi proses demineralisasi. Bila proses demineralisasi ini terus berulang dengan cepat dan tidak seimbang dengan remineralisasi maka dapat terjadi karies. Proses demineralisasi dan remineralisasi terus-menerus terjadi pada kebanyakan orang. Sejalan dengan waktu, lesi karies gigi akan berkembang jika biofilm mulut dibiarkan menjadi matang dan bertahan pada gigi dalam waktu yang lama. Jika kavitas dibiarkan terus berkembang, daerah tersebut menjadi habitat sehingga organisme dalam biofilm berangsur-angsur beradaptasi dengan penurunan pH. Lubang gigi merupakan tempat perlindungan bagi biofilm dan selama pasien tidak membersihkan daerah ini, proses karies akan terus berjalan.5,26

2.3 Metode Uji Sensitivitas Antibakteri

Pada uji sensitivitas antibakteri ini dapat dilakukan dengan metode difusi (diffution test).Metode difusi merupakan metode untuk menentukan zona hambat dari bahan antibakteri. Metode difusi dilakukan dengan mengukur diameter zona bening (clear zone), yang merupakan petunjuk adanya respon penghambatan pertumbuhan bakteri, oleh suatu senyawa antibakteri dalam ekstrak.27

2.4 Landasan Teori

Tanaman bawang putih tunggal (Allium sativum) adalah tanaman yang berfungsi sebagai antibakteri. Seluruh bahan aktif yang terkandung di dalam bawang putih memiliki zat antibakteri. Kandungan senyawa aktif yang terkandung di dalam bawang putih tunggal adalah alisin, flavonoid, saponin dan tanin. Senyawa-senyawa aktif tersebut bekerja secara sinergis dengan cara merusak dinding sel dan melisiskan sel bakteri, serta menghambat proteolitik. Alisin serta bahan turunannya yaitu Diallyl disulfide (DADS) dan Diallyl sulfide (DAS) dapat menghambat bakteri gram positif dan gram negatif dengan cara menghambat produksi RNA dan sintesis lipid.

Penghambatan ini menyebabkan asam amino dan protein tidak dapat diproduksi serta bilayer fosfolipid dari dinding sel tidak dapat terbentuk, sehingga pertumbuhan dan perkembangan pada bakteri tidak akan terjadi.

Senyawa alisin meningkatkan permeabilitas dinding bakteri yang menyebabkan gugus SH (sulfihidril dan disulfide) hancur pada asam amino sistin dan sistein. Gugus SH yang hancur menghambat sintesis enzim protease yang merusak membran sitoplasma dinding bakteri dan mengganggu metabolisme protein dan asam nukleat sehingga terjadi poliferasi pada bakteri. Flavonoid yang terkandung dalam bawang putih tunggal menyebabkan terjadinya kerusakan permeabilitas dinding sel bakteri, mikrosom, dan lisosom sebagai hasil interaksi antara flavonoid dengan DNA bakteri.

Saponin dapat mengganggu proses pembentukan membran sel bakteri dengan membuat pemeabilitas sehingga pembelahan sel tidak terjadi. Saponin sebagai antibakteri yaitu dapat menyebabkan kebocoran protein dan enzim dari dalam sel.

Mekanisme kerja saponin sebagai antibakteri adalah menurunkan tegangan permukaan sehingga mengakibatkan naiknya permeabilitas atau kebocoran sel dan mengakibatkan senyawa intraseluler akan keluar. Saponin berdifusi melalui membran luar dan dinding sel yang rentan kemudian mengikat membran sitoplasma sehingga mengganggu dan mengurangi kestabilan membran sel. Hal ini menyebabkan sitoplasma bocor keluar dari sel yang mengakibatkan kematian sel.

Tanin merupakan senyawa turunan fenol yang terdapat dalam bawang putih

tunggal dapat mengikat dinding sel bakteri, menghambat proses metabolisme dan aktivitas pembentukan protein dan bersifat toksik terhadap bakteri. Tanin menghambat pertumbuhan bakteri dengan mengadakan denaturasi protein dan menurunkan tegangan permukaan, sehingga permeabilitas bakteri meningkat. Kerusakan dan peningkatan permeabilitas bakteri menyebabkan pertumbuhan sel terhambat dan menyebabkan kematian sel sehingga tidak terjadi kolonisasi.

Streptococcus mutans adalah bakteri rongga mulut yang berbentuk bulat dan oval, kokus gram positif, tidak bergerak, tidak membentuk, spora dan fakultatif anaerob. Streptococcus mutans bersifat asidogenik, yaitu berpotensi menghasilkan asam dan bersifat asidurik, yaitu mampu tinggal pada lingkungan asam. Bakteri Streptococcus mutans adalah bakteri penyebab karies gigi karena mampu memproduksi polisakarida ekstrasel yang memfasilitasi perlekatannya ke permukaan gigi agar bisa menempel pada permukaan gigi dan interaksi tersebut menyebabkan penurunan pH yang mempercepat terjadinya demineralisasi dan memungkinkan terjadi karies.

2.5 Kerangka Teori

18

2.6 Kerangka Konsep

Streptococcus mutans - Waktu panen

- Ketebalan lapisan bawang putih tunggal

- Keadaan tanah, curah hujan, dan lingkungan asal tanaman

80%

40%

20%

Ekstrak Bawang Putih Tunggal

Efektivitas Bawang Putih Tunggal

Zona Hambat 60%

19

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratoris dengan rancangan penelitian post-test only control group design.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian

Pembuatan ekstrak bawang putih tunggal dilakukan di Laboratorium Fitokimia Fakultas Farmasi USU. Pengambilan sampel bakteri, penanaman, pengujian sampel, dan penghitungan koloni dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Farmasi USU.

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian yang diperlukan kurang lebih 2 bulan, yaitu bulan November 2020 sampai Desember 2020. Kegiatannya berupa pengumpulan referensi, menjajaki bakteri yang tersedia di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Farmasi USU dari produk biakan murni ATCC® 21752TM dari Microbiologics USA dengan perantara PT.

Multi Redjeki Jakarta. Kemudian membuat proposal, pembuatan ekstrak, penelitian, dan ujian hasil penelitian.

3.3 Sampel dan Besar Sampel 3.3.1 Sampel Penelitian

Sampel penelitian yang digunakan adalah isolat Streptococcus mutans ATCC® 21752™.

3.3.2 Besar Sampel

Dalam menghitung besar sampel penelitian eksperimental digunakan rumus

Federer. Rumus besar sampel Federer:

Keterangan:

t = jumlah perlakuan r = jumlah pengulangan

Pada penelitian ini menggunakan 5 kelompok perlakuan yaitu:

1. Kelompok 1 : Ekstrak Bawang Putih Tunggal 20%

2. Kelompok 2 : Ekstrak Bawang Putih Tunggal 40%

3. Kelompok 3 : Ekstrak Bawang Putih Tunggal 60%

4. Kelompok 4 : Ekstrak Bawang Putih Tunggal 80%

5. Kelompok 5 : Amoksisilin sebagai Kontrol Positif 6. Kelompok 6 : DMSO sebagai Kontrol Negatif

Jadi, jumlah perlakuan (t) = 6, maka (t-1)(r-1) ≥ 15 (6-1)(r-1) ≥ 15

(r-1) ≥ 3 r ≥ 4

Jumlah pengulangan yang diperlukan adalah 4. Terdapat 4 kali pengulangan pada tiap konsentrasi ekstrak dengan bakteri sampel biakan Streptococcus mutans ATCC® 21752™, agar tidak terjadi bias dan dengan jumlah sampel sebanyak 24 sampel.

3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi 3.4.1 Kriteria Inklusi

1. Bawang putih tunggal yang masih segar (t-1) (r-1) ≥ 15

3.4.2 Kriteria Eksklusi

1. Bawang putih tunggal yang sudah tua 3.5 Variabel Penelitian

3.5.1 Variabel Bebas

1. Ekstrak bawang putih tunggal dengan konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80%.

3.5.2 Variabel Terikat

1. Zona hambat ekstrak bawang putih tunggal terhadap Streptococcus mutans ATCC® 21752™.

1. Zona hambat ekstrak bawang putih tunggal terhadap Streptococcus mutans ATCC® 21752™.

Dokumen terkait