• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Streptococcus mutans

2.2.4 Patogenitas Streptococcus mutans

Salah satu penyakit yang diakibatkan oleh bakteri Streptococcus mutans yaitu karies gigi. Karies gigi merupakan suatu keadaan dimana adanya kerusakan pada struktur jaringan pembentuk gigi yang disebabkan oleh aktivitas bakteri karena ketidakseimbangan ekologi rongga mulut antara mineral gigi dan mikrobial biofilm.

Proses karies gigi diawali dengan sisa makanan yang menempel pada permukaan enamel dan berakumulasi membentuk plak, yaitu media pertumbuhan yang menguntungkan bagi mikroorganisme. Terdapat berbagai macam mikroorganisme yang berperan salah satunya Streptococcus mutans. Streptococcus mutans yang berkolonisasi akan menyebabkan terbentuknya plak pada lapisan enamel gigi dan akan menyebabkan derajat keasaman rongga mulut semakin menurun sehingga menyebabkan pH menjadi asam.5,25,26

Streptococcus mutans yang melekat pada permukaan tersebut akan menghasilkan asam dan melarutkan permukaan email sehingga terjadi proses demineralisasi. Bila proses demineralisasi ini terus berulang dengan cepat dan tidak seimbang dengan remineralisasi maka dapat terjadi karies. Proses demineralisasi dan remineralisasi terus-menerus terjadi pada kebanyakan orang. Sejalan dengan waktu, lesi karies gigi akan berkembang jika biofilm mulut dibiarkan menjadi matang dan bertahan pada gigi dalam waktu yang lama. Jika kavitas dibiarkan terus berkembang, daerah tersebut menjadi habitat sehingga organisme dalam biofilm berangsur-angsur beradaptasi dengan penurunan pH. Lubang gigi merupakan tempat perlindungan bagi biofilm dan selama pasien tidak membersihkan daerah ini, proses karies akan terus berjalan.5,26

2.3 Metode Uji Sensitivitas Antibakteri

Pada uji sensitivitas antibakteri ini dapat dilakukan dengan metode difusi (diffution test).Metode difusi merupakan metode untuk menentukan zona hambat dari bahan antibakteri. Metode difusi dilakukan dengan mengukur diameter zona bening (clear zone), yang merupakan petunjuk adanya respon penghambatan pertumbuhan bakteri, oleh suatu senyawa antibakteri dalam ekstrak.27

2.4 Landasan Teori

Tanaman bawang putih tunggal (Allium sativum) adalah tanaman yang berfungsi sebagai antibakteri. Seluruh bahan aktif yang terkandung di dalam bawang putih memiliki zat antibakteri. Kandungan senyawa aktif yang terkandung di dalam bawang putih tunggal adalah alisin, flavonoid, saponin dan tanin. Senyawa-senyawa aktif tersebut bekerja secara sinergis dengan cara merusak dinding sel dan melisiskan sel bakteri, serta menghambat proteolitik. Alisin serta bahan turunannya yaitu Diallyl disulfide (DADS) dan Diallyl sulfide (DAS) dapat menghambat bakteri gram positif dan gram negatif dengan cara menghambat produksi RNA dan sintesis lipid.

Penghambatan ini menyebabkan asam amino dan protein tidak dapat diproduksi serta bilayer fosfolipid dari dinding sel tidak dapat terbentuk, sehingga pertumbuhan dan perkembangan pada bakteri tidak akan terjadi.

Senyawa alisin meningkatkan permeabilitas dinding bakteri yang menyebabkan gugus SH (sulfihidril dan disulfide) hancur pada asam amino sistin dan sistein. Gugus SH yang hancur menghambat sintesis enzim protease yang merusak membran sitoplasma dinding bakteri dan mengganggu metabolisme protein dan asam nukleat sehingga terjadi poliferasi pada bakteri. Flavonoid yang terkandung dalam bawang putih tunggal menyebabkan terjadinya kerusakan permeabilitas dinding sel bakteri, mikrosom, dan lisosom sebagai hasil interaksi antara flavonoid dengan DNA bakteri.

Saponin dapat mengganggu proses pembentukan membran sel bakteri dengan membuat pemeabilitas sehingga pembelahan sel tidak terjadi. Saponin sebagai antibakteri yaitu dapat menyebabkan kebocoran protein dan enzim dari dalam sel.

Mekanisme kerja saponin sebagai antibakteri adalah menurunkan tegangan permukaan sehingga mengakibatkan naiknya permeabilitas atau kebocoran sel dan mengakibatkan senyawa intraseluler akan keluar. Saponin berdifusi melalui membran luar dan dinding sel yang rentan kemudian mengikat membran sitoplasma sehingga mengganggu dan mengurangi kestabilan membran sel. Hal ini menyebabkan sitoplasma bocor keluar dari sel yang mengakibatkan kematian sel.

Tanin merupakan senyawa turunan fenol yang terdapat dalam bawang putih

tunggal dapat mengikat dinding sel bakteri, menghambat proses metabolisme dan aktivitas pembentukan protein dan bersifat toksik terhadap bakteri. Tanin menghambat pertumbuhan bakteri dengan mengadakan denaturasi protein dan menurunkan tegangan permukaan, sehingga permeabilitas bakteri meningkat. Kerusakan dan peningkatan permeabilitas bakteri menyebabkan pertumbuhan sel terhambat dan menyebabkan kematian sel sehingga tidak terjadi kolonisasi.

Streptococcus mutans adalah bakteri rongga mulut yang berbentuk bulat dan oval, kokus gram positif, tidak bergerak, tidak membentuk, spora dan fakultatif anaerob. Streptococcus mutans bersifat asidogenik, yaitu berpotensi menghasilkan asam dan bersifat asidurik, yaitu mampu tinggal pada lingkungan asam. Bakteri Streptococcus mutans adalah bakteri penyebab karies gigi karena mampu memproduksi polisakarida ekstrasel yang memfasilitasi perlekatannya ke permukaan gigi agar bisa menempel pada permukaan gigi dan interaksi tersebut menyebabkan penurunan pH yang mempercepat terjadinya demineralisasi dan memungkinkan terjadi karies.

2.5 Kerangka Teori

18

2.6 Kerangka Konsep

Streptococcus mutans - Waktu panen

- Ketebalan lapisan bawang putih tunggal

- Keadaan tanah, curah hujan, dan lingkungan asal tanaman

80%

40%

20%

Ekstrak Bawang Putih Tunggal

Efektivitas Bawang Putih Tunggal

Zona Hambat 60%

19

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratoris dengan rancangan penelitian post-test only control group design.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian

Pembuatan ekstrak bawang putih tunggal dilakukan di Laboratorium Fitokimia Fakultas Farmasi USU. Pengambilan sampel bakteri, penanaman, pengujian sampel, dan penghitungan koloni dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Farmasi USU.

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian yang diperlukan kurang lebih 2 bulan, yaitu bulan November 2020 sampai Desember 2020. Kegiatannya berupa pengumpulan referensi, menjajaki bakteri yang tersedia di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Farmasi USU dari produk biakan murni ATCC® 21752TM dari Microbiologics USA dengan perantara PT.

Multi Redjeki Jakarta. Kemudian membuat proposal, pembuatan ekstrak, penelitian, dan ujian hasil penelitian.

3.3 Sampel dan Besar Sampel 3.3.1 Sampel Penelitian

Sampel penelitian yang digunakan adalah isolat Streptococcus mutans ATCC® 21752™.

3.3.2 Besar Sampel

Dalam menghitung besar sampel penelitian eksperimental digunakan rumus

Federer. Rumus besar sampel Federer:

Keterangan:

t = jumlah perlakuan r = jumlah pengulangan

Pada penelitian ini menggunakan 5 kelompok perlakuan yaitu:

1. Kelompok 1 : Ekstrak Bawang Putih Tunggal 20%

2. Kelompok 2 : Ekstrak Bawang Putih Tunggal 40%

3. Kelompok 3 : Ekstrak Bawang Putih Tunggal 60%

4. Kelompok 4 : Ekstrak Bawang Putih Tunggal 80%

5. Kelompok 5 : Amoksisilin sebagai Kontrol Positif 6. Kelompok 6 : DMSO sebagai Kontrol Negatif

Jadi, jumlah perlakuan (t) = 6, maka (t-1)(r-1) ≥ 15 (6-1)(r-1) ≥ 15

(r-1) ≥ 3 r ≥ 4

Jumlah pengulangan yang diperlukan adalah 4. Terdapat 4 kali pengulangan pada tiap konsentrasi ekstrak dengan bakteri sampel biakan Streptococcus mutans ATCC® 21752™, agar tidak terjadi bias dan dengan jumlah sampel sebanyak 24 sampel.

3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi 3.4.1 Kriteria Inklusi

1. Bawang putih tunggal yang masih segar (t-1) (r-1) ≥ 15

3.4.2 Kriteria Eksklusi

1. Bawang putih tunggal yang sudah tua 3.5 Variabel Penelitian

3.5.1 Variabel Bebas

1. Ekstrak bawang putih tunggal dengan konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80%.

3.5.2 Variabel Terikat

1. Zona hambat ekstrak bawang putih tunggal terhadap Streptococcus mutans ATCC® 21752™.

3.5.3 Variabel Terkendali

1. Media pertumbuhan Streptococcus mutans ATCC® 21752™ yaitu Mueller Hinton Agar (MHA)

2. Suhu inkubasi untuk menumbuhkan Streptococcus mutans ATCC® 21752™

yaitu 37°C

3. Waktu pengkulturan yaitu 24 jam.

4. Penggunaan alat, bahan media yang steril.

5. Waktu pengamatan setelah 24 jam.

6. Lamanya penyimpanan ekstrak bawang putih tunggal.

7. Keterampilan operator dalam pelaksanaan penelitian.

3.5.4 Variabel Tidak Terkendali

1. Jangka waktu panen bawang putih tunggal 2. Ketebalan lapisan bawang putih tunggal

3. Keadaan tanah, curah hujan, dan lingkungan asal tanaman

Variabel Tidak Terkendali : 1. Jangka waktu panen

bawang putih tunggal 2. Ketebalan lapisan bawang

putih tunggal

3. Keadaan tanah, curah hujan, dan lingkungan asal tanaman

Variabel Terkendali :

1. Media pertumbuhan Streptococcus mutans ATCC® 21752™ yaitu Mueller Hinton Agar (MHA).

2. Suhu inkubasi untuk menumbuhkan Streptococcus mutans ATCC® 21752™ yaitu 37°C.

3. Waktu pengkulturan yaitu 24 jam.

4. Penggunaan alat, bahan media yang steril.

5. Waktu pengamatan setelah 24 jam.

6. Lamanya penyimpanan ekstrak bawang putih tunggal.

7. Keterampilan operator dalam pelakasanaan penelitian.

Variabel Terikat :

Zona hambat ekstrak bawang putih tunggal terhadap Streptococcus

3.6 Definisi Operasional Penelitian

1. Streptococcus mutans ATCC® 21752™ merupakan bakteri gram positif yang bersifat fakultatif anaerob berbentuk bulat tersusun seperti rantai yang didapat dari PT. Multi Redjeki Jakarta

2. Ekstrak bawang putih tunggal adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengektrasikan zat aktif dari bawang putih tunggal menggunakan etanol 96%

3. Maserasi merupakan salah satu metode ekstraksi dengan cara merendam simplisia kedalam zat pelarut etanol 96%. Hasil maserasi diuapkan sampai menjadi ekstrak kental. Kemudian ekstrak dimasukkan ke dalam wadah tertutup.

4. Mueller Hinton Agar (MHA) adalah media yang digunakan untuk melakukan uji sensitifitas terhadap antibakteri Streptococcus mutans.

5. Zona Hambat adalah zona bersih yang dihasilkan ekstrak bawang putih tunggal yang didapat oleh bakteri Streptococcus mutans.

6. Amoksisilin adalah suatu antimikroba yang dapat membunuh bakteri Streptococcus mutans.

7. Dimethyl sulfoxide (DMSO) merupakan suatu bahan yang digunakan sebagai pelarut bahan organik maupun anorganik dan tidak bersifat bakterisidal.

3.7 Alat dan Bahan Penelitian 3.7.1 Alat-alat Penelitian 1. Masker dan sarung tangan 2. Timbangan

3. Kertas perkamen 2 kajang 4. Kertas saring 1 kajang 5. Kapas 100 gram 1 roll 6. Pot plastic, vortex 7. Erlenmeyer, inkubator 8. Rotary vacuum evaporator 9. Cawan petri dan infus set 10. Pipet mikro, ose dan spritus

3.7.2 Bahan-bahan Penelitian 1. Bawang putih tunggal 1000 gram 2. Etanol 96% sebanyak 3 liter 3. Media Mueller Hinton Agar

4. Streptococcus mutans ATCC® 21752™

3.8 Prosedur Penelitian

3.8.1 Pembuatan Ekstrak Bawang Putih Tunggal

1. Bawang putih tunggal diseleksi dan ditimbang kemudian dikupas kulitnya dan dicuci bersih dengan air mengalir dan ditiriskan serta ditimbang sebanyak 1000 gram.

2. Bawang putih tunggal dikeringkan selama 4 hari dalam oven pada suhu 40oC 3. Kemudian bawang putih tunggal yang sudah kering dihaluskan dengan blender sehingga didapatkan serbuk kering.

4. Kemudian dimaserasi menggunakan etanol 96% dengan ratio 1:10 maka 200gr : 2L dan diaduk sekali sekali sampai 6 jam, lalu ditunggu sampai 24 jam

5. Hasil maserasi difiltrasi dengan dua kali menggunakan kertas saring

6. Lalu, filtratnya diuapkan menggunakan rotary vacuum evaporator dan didapatkan ekstrak pekat.

7. Ekstrak dimasukkan dalam botol kaca dan disimpan dalam kulkas.

8. Pengenceran ekstrak kental bawang putih tunggal dengan DMSO agar diperoleh ekstrak dengan berbagai konsentrasi yaitu 20%, 40%, 60%, dan 80%.

3.8.2 Pembuatan Media Mueller Hinton Agar (MHA)

1. Masukan MHA sebanyak 3,8 gr dilarutkan dalam 1000 mL aquadest.

2. Kemudian panaskan diatas hotplate dan diaduk menggunakan stirrer sampai larut dan mendidih.

3. Media disterilkan dengan autoklaf selama 15 menit sampai pada tekanan udara 2 atm dan suhu 121°C.

4. Kemudian, tuangkan media ke cawan petri hingga larutan tersebut menjadi

padat.

5. Media dapat digunakan langsung pada saat akan diinokulasi.

3.8.3 Pengujian Ekstrak Bawang Putih Tunggal pada Streptococcus mutans ATCC® 21752™

1. Untuk mendapatkan konsentrasi masing-masing ekstrak bawang putih tunggal sebanyak 20%, 40%, 60%, dan 80% masing-masing dilarutkan dalam DMSO.

2. Sediakan 24 kertas cakram steril dan celupkan dengan ekstrak bawang putih tunggal dengan konsentrasi masing-masing 20%, 40%, 60%, dan 80% sedangkan kontrol positif dengan mencelupkan amoksisilin dan kontrol negatif dengan mencelupkan DMSO.

3. Kertas cakram yang telah dicelupkan ekstrak bawang putih tunggal konsentrasi 20%, 40%, 60%, dan 80% diletakkan pada media MHA di cawan petri menggunakan pinset dengan cara menekankan sedikit ke media MHA. Kemudian, 1 cawan petri digunakan untuk melihat kontrol positif dan kontrol negatif. Inkubasi pada temperatur 37° selama 24 jam. Setelah 24 jam dapat diamati hasil kultur.

4. Amati zona hambat yang terjadi di sekitar disk kemudian dilakukan pengukuran diameter zona bening menggunakan kaliper digital (0,01 mm).

5. Zona hambat yang terbentuk diukur sebanyak dua kali yaitu pengukuran secara diameter vertikal dan diameter horizontal kemudian hasilnya ditambahkan dan dibagi dua. Catat hasilnya.

3.9 Alur Penelitian

Populasi Sampel

Sediaan murni Streptococcus mutans (AATC® 21752TM)

Persiapan Penelitian

Pembuatan Ekstrak Bawang Putih

Tunggal

Pengukuran Zona Hambat Streptococcus mutans

(AATC® 21752TM)

Sampel Penelitian Pengenceran Ekstrak Bawang

Putih Tunggal 20%, 40%, 60%,

dan 80%

Pencatatan Hasil Pemeriksaan

Analisis Data

3.10 Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini diproses dan diolah secara komputerisasi menggunakan software SPSS v.17.0 Tahun 2007. Adapun uji statistik yang digunakan dalam penelitian untuk mendapatkan nilai zona hambat dari pengulangan empat kali dengan Uji Deskriptif yaitu mean dan standar deviasi. Untuk melihat perbedaan efek antibakteri dari kelompok konsentrasi 20%; 40%; 60%; 80%; amoksisilin dan DMSO menggunakan Uji one way ANOVA. Adapun untuk melihat perbedaan efek antibakteri antara kelompok 20%; 40%; 60%; 80%; amoksisilin dan DMSO menggunakan Uji Post Hoc (LSD).

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Rerata diameter zona hambat

Pengujian aktivitas antibakteri ekstrak bawang putih tunggal (Allium sativum) pada konsentrasi (20%, 40%, 60%, dan 80%) terhadap bakteri Streptococcus mutans ATCC® 21752™ dilakukan untuk menentukan diameter zona hambat.Rerata diameter zona hambat antibakteri ekstrak bawang putih tunggal (Allium sativum) pada konsentrasi (20%, 40%, 60%, dan 80%) dalam menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans ATCC® 21752™ selengkapnya dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini.

Tabel 3. Rata-rata diameter zon hambat ekstrak bawang putih tunggal (Allium sativum) pada konsentrasi (20%, 40%, 60%, dan 80%) terhadap bakteri Streptococcus mutans ATCC® 21752TM

No Kelompok Diameter Zona Bening (mm)

P1 P2 P3 P4 Rata-rata SD

1 Ekstrak 20% 6,9 7,1 6,8 7,0 6,95 0,13

2 Ekstrak 40% 7,5 7,8 7,4 7,6 7,57 0,17

3 Ekstrak 60% 8,6 8,5 8,8 8,5 8,60 0,14

4 Ekstrak 80% 11,1 10,9 11,3 11,2 11,12 0,17 5 Kontrol + 17,6 17,4 17,7 17,6 17,57 0,13

6 Kontrol - 6,0 6,0 6,0 6,0 6,0 0,00

Berdasarkan tabel 3 di atas, hasil penelitian didapatkan bahwa rata-rata diameter zona hambat dari ekstrak bawang putih tunggal (Allium sativum) pada konsentrasi 20%, 40%, 60% dan 80% adalah 6,95±0,13 mm; 7,57±0,17 mm; 8,60±0,14 mm; dan 11,12±0,17 mm. Pada penelitian ini, kontrol positif yang digunakan adalah amoksisilin, dan kontrol negatif adalah DMSO. Tabel 3 di atas juga terlihat rata-rata diameter zona hambat kontrol positif adalah 17,57±0,13 mm, dan kontrol negatif

6,00±0,00 mm. Adanya diameter zona hambat pada kelompok perlakuan tersebut menunjukkan bahwa ekstrak bawang putih tunggal (Allium sativum) pada konsentrasi 20%, 40%, 60% dan 80% memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri Streptococcus mutans ATCC® 21752™.

4.2 Perbedaan efek antibakteri ekstrak bawang putih tunggal (Allium sativum) pada konsentrasi 20%, 40%, 60% dan 80%, kontrol positif terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans ATCC® 21752™

Data dari nilai hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak bawang putih tunggal (Allium sativum) pada konsentrasi 20%, 40%, 60% dan 80% terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans ATCC® 21752™, kemudian dilakukan uji normalitas dengan menggunakan uji statistik Shapiro-Wilk. Dari hasil pengujian normalitas yang dilakukan dapat dinyatakan bahwa data penelitian ini berdistribusi normal, sehingga dapat dilanjutkan menggunakan uji statistik oneway Anova (Tabel 4).

Tabel 4. Perbedaan efek antibakteri ekstrak bawang putih tunggal (Allium sativum) pada konsentrasi 20%, 40%, 60% dan 80%, kontrol positif dan kontrol

negatif terhadap bakteri Streptococcus mutans ATCC® 21752™

No Kelompok n Rata-rata ± SD p value

1 Ekstrak 20% 4 6,95±0,13 mm

0,000

2 Ekstrak 40% 4 7,57±0,17 mm

3 Ekstrak 60% 4 8,60±0,14 mm

4 Ekstrak 80% 4 11,12±0,17 mm

5 Kontrol + 4 17,57±0,13 mm

6. Kontrol - 4 6,00±0,00 mm

Hasil uji oneway Anova diperoleh nilai p = 0,000. Dikarenakan nilai p < 0,05 maka dapat diartikan bahwa ada perbedaan yang signifikan rata-rata diameter zona hambat ekstrak bawang putih tunggal (Allium sativum) pada konsentrasi 20%, 40%, 60% dan 80% dan kontrol positif terhadap bakteri Streptococcus mutans ATCC®

Setelah uji statistik one way ANOVA, kemudian dilakukan uji posthoc test LSD untuk melihat perbedaan efek antibakteri antar 2 kelompok perlakuan (Tabel 5).

Tabel 5. Hasil Uji Posthoc Test LSD

Kelompok 20% 40% 60% 80% Kontrol +

Hasil uji posthoc test LSD menunjukkan seluruh kelompok perlakuan yaitu kelompok ekstrak bawang putih tunggal (Allium sativum) pada konsentrasi 20%, 40%, 60% dan 80% dan kontrol positif diperoleh nilai p<0,05 berarti terdapat perbedaan yang bermakna yaitu kelompok ekstrak 20% dengan kelompok ekstrak 40% (p=0,00), kelompok ekstrak 20% dengan kelompok ekstrak 60% (p=0,00), kelompok ekstrak 20% dengan kelompok ekstrak 80% (p=0,00), kelompok ekstrak 20% dengan kontnrol + (p=0,00), kelompok ekstrak 40% dengan kelompok ekstrak 60% (p=0,00), kelompok ekstrak 40% dengan kelompok ekstrak 80% (p=0,00), kelompok ekstrak 40% dengan kontrol + (p=0,00), kelompok ekstrak 60% dengan kelompok ekstrak 80% (p=0,00), kelompok ekstrak 60% dengan kontrol + (p=0,00), dan kelompok ekstrak 80% dengan kontrol + (p=0,00).

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1 Rerata diameter zona hambat

Pengukuran efek antibakteri dapat dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu disk diffusion method (difusi) dan conventional dilution method (dilusi).

Penelitian ini menggunakan metode difusi disk. Zona hambat yang terbentuk merupakan zona bening yang terlihat di sekitar paper disk. Pengukuran dilakukan menggunakan jangka sorong. Sebelum pengujian efek antibakteri, terlebih dahulu dilakukan pengenceran pada ekstrak bawang putih tunggal (Allium sativum) dengan pelarut DMSO sehingga diperoleh empat konsentrasi bahan uji yaitu konsentrasi 20%, 40%, 60% dan 80%. Kontrol positif dan kontrol negatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah amoksisilin dan DMSO. Pada setiap konsentrasi bahan uji dilakukan replikasi sebanyak 4 kali agar diperoleh hasil yang lebih baik.

Pengobatan tradisional telah banyak digunakan oleh masyarakat saat ini. Salah satu tumbuhan alami yang mulai dikembangkan di bidang Kedokteran Gigi sebagai bahan antibakteri adalah bawang putih (Allium sativum).28,29 Pada penelitian menggunakan ekstrak bawang putih tunggal (Allium sativum) sebagai bahan uji penelitian. Pengujian efek antibakteri ekstrak bawang putih tunggal (Allium sativum) bertujuan untuk memperoleh diameter zona hambat. Diameter zona hambat dilihat dari zona bening yang terbentuk di sekitar cakram disk yang telah dikontaminasi oleh bakteri Streptococcus mutans ATCC® 21752™. Perhitungan diameter zona hambat dilakukan setelah diinkubasi selama 24 jam.

Keefektifan aktivitas antibakteri dapat dilihat dari zona hambat yang terbentuk.30 Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa rata-rata diameter zona hambat dari ekstrak bawang putih tunggal (Allium sativum) pada konsentrasi 20%, 40%, 60% dan 80% adalah 6,95±0,13 mm; 7,57±0,17 mm; 8,60±0,14 mm; dan 11,12±0,17 mm. Rerata diameter zona hambat untuk kontrol positif adalah 17,57±0,13 mm, dan kontrol negatif 6,00±0,00 mm. Konsentrasi 80% merupakan konsentrasi

mendekati diameter zona hambat kontrol +. Semakin besar konsentrasi ekstrak bawang putih tunggal (Allium sativum), maka semakin kuat daya hambatnya terhadap bakteri Streptococcus mutans ATCC® 21752.

Penelitian Andayani dkk (2013) menyatakan bahwa diameter zona hambat ekstrak bawang putih tunggal dapat menghambat pertumbuhan Candida albicans pada konsentrasi 100%, 80%, 60%, 40% dengan rata- rata diameter zona hambat dari masing-masing konsentrasi adalah 21,4 mm, 18,6 mm, 14,8 mm, dan 11,6 mm. Namun, konsentrasi 20% tidak menghasilkan zona hambat. Dari hasil ini terlihat bahwa ekstrak bawang putih tunggal (Allium sativum) tidak hanya memiliki zona hambat pada bakteri, namun ekstrak ini juga memiliki hambatan pada jamur.31

Davis dan Stout menjelaskan bahwa klasifikasi respon hambatan pertumbuhan bakteri yang dilihat berdasarkan diameter zona bening terdiri atas 4 kelompok yaitu respon lemah (diameter ≤5 mm), sedang (diameter 5-10 mm), kuat (diameter 10-20 mm), dan sangat kuat (diameter ≥20 mm).30 Berdasarkan klasifikasi tersebut didapatkan hasil bahwa pada kelompok ekstrak bawang putih tunggal (Allium sativum) konsentrasi 80% memberikan daya hambat yang kuat, sedangkan kosentrasi lainnya dari ekstrak bawang putih tunggal (Allium sativum) yaitu konsentrasi 60%, 40% dan 20% memberikan daya hambat yang sedang.

Aktivitas antibakteri bawang putih (Allium sativum L.) ini berspektrum luas, efektif terhadap bakteri gram positif (+) maupun gram negatif (-).31 Efektivitas antibakteri dipengaruhi oleh konsentrasi zat tersebut. Peningkatan nilai konsentrasi ekstrak bawang putih (Allium sativum L.) berbanding lurus dengan besarnya zona hambat yang terbentuk. Artinya semakin meningkat konsentrasi ekstrak maka semakin besar pula zona hambat yang terbentuk.32

Semakin rendah konsentrasi ekstrak bawang putih tunggal (Allium sativum), maka semakin lemah daya hambatnya terhadap bakteri Streptococcus mutans ATCC® 21752. Hal ini disebabkan zat aktif yang terkandung dalam bawang putih tunggal tersebut menjadi lebih sedikit sehingga zona hambatan yang dihasilkan semakin kecil.

Selain itu ukuran diameter zona hambat yang terbentuk dipengaruhi oleh faktor-faktor

seperti kekeruhan suspensi bakteri, waktu peresapan, suspensi bakteri ke dalam media MHA, suhu inkubasi, waktu inkubasi, ketebalan media dan komposisi media.33

5.2 Perbedaan efek antibakteri ekstrak bawang putih tunggal (Allium sativum) pada konsentrasi 20%, 40%, 60% dan 80%, kontrol positif terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans ATCC® 21752™

Berdasarkan hasil uji oneway Anova diperoleh nilai p = 0,000 yang berarti bahwa ada perbedaan rata-rata diameter zona hambat ekstrak bawang putih tunggal (Allium sativum) pada konsentrasi 20%, 40%, 60% dan 80% dan kontrol positif terhadap bakteri Streptococcus mutans ATCC® 21752™. Didukung dengan hasil posthoc test LSD. Dari hasil penelitian ini dapat dinyatakan bahwa ada efek antibakteri ekstrak bawang putih tunggal (Allium sativum) pada konsentrasi 20%, 40%, 60% dan 80% terhadap bakteri Streptococcus mutans ATCC® 21752. Sejalan dengan hasil penelitian Sutiyono dkk terlihat bahwa ekstrak bawang putih efektif menghambat pertumbuhan bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans penyebab gingivitis dengan konsentrasi 50% sebesar 11,50 mm.34

Hasil ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Borhan-Mojabi et al yang melakukan penelitian dengan membandingkan konsentrasi ekstrak bawang putih dalam mengurangi bakteri pada saliva mulut. Penelitian Borhan-Mojabi et al menunjukkan hasil bahwa konsentrasi 40% mampu menghambat pertumbuhan bakteri Stresptococcus mutans. Namun, metode pembuatan pengujian antibakteri pada penelitian Borhan-Mojabi et al berbeda dengan penelitian ini. Pengujian efek antibakteri pada penelitian Borhan-Mojabi et al menggunakan metode dilusi, sedangkan penelitian ini menggunakan metode difusi.35

Terbentuknya zona hambat pada bakteri Streptococcus mutans ATCC® 21752 yang diujikan disebabkan adanya zat-zat tertentu dalam ekstrak bawang putih tunggal tersebut yang bersifat antibakteri. Kemampuan ekstrak bawang putih tunggal (Allium sativum) sebagai antibakteri berasal dari senyawa kimia yang terkandung didalamnya.

Ekstrak air bawang putih mengandung senyawa-senyawa aktif sebagai antibakteri seperti allisin, saponin, flavonoid, dan tanin.33,36

Allisin merupakan derivat dari kandungan sulfur diduga dapat merusak dinding sel dan menghambat sintesis protein. Saponin dan flavonoid yang terkandung dalam bawang putih (Allium sativum L.) juga dapat merusak membran sel bakteri. Selain itu, tanin dapat menghambat proteolitik yang berperan menguraikan protein menjadi asam amino sehingga akan mengganggu sel bakteri dalam penyerapan protein oleh cairan sel dan tidak terjadi kolonisasi.29 Senyawa-senyawa aktif tersebut bekerja secara sinergis sebagai antibakteri dengan cara merusak dinding sel dan melisiskan sel bakteri, serta menghambat proteolitik.10

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa zona hambat ekstrak bawang putih tunggal (Allium sativum) pada konsentrasi (20%, 40%, 60%, dan 80%) terhadap bakteri Streptococcus mutans ATCC® 21752™ adalah 6,95±0,13 mm;

7,57±0,17 mm; 8,60±0,14 mm; dan 11,12±0,17 mm. Konsentrasi 80% merupakan konsentrasi paling efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans ATCC® 21752™.

6.2 Saran

1. Diharapkan peneliti selanjutnya menggunakan ekstrak bawang putih tunggal (Allium sativum) dengan variasi konsentrasi dan metode uji lain dalam menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans.

2. Disarankan peneliti selanjutnya agar menggunakan ekstrak bawang putih tunggal (Allium sativum) pada konsentrasi (20%, 40%, 60%, dan 80%) dalam menghambat pertumbuhan bakteri oral lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Nasution M. Peranan mikroorganisme infeksi rongga mulut. Medan: USU Press.

2017: 17-8.

2. Rosidah AN, Lestari P, Astuti P. Daya antibakteri ekstrak daun kendali terhadap

2. Rosidah AN, Lestari P, Astuti P. Daya antibakteri ekstrak daun kendali terhadap

Dokumen terkait