• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bayi Baru Lahir adalah Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37 - 42 minggu dengan berat antara 2500 – 4000 gram (Sondakh, 2013). Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus. Neonatus merupakan individu yang sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterine (Vivian, 2011).

Kesimpulannya Bayi baru lahir adalah bayi yang lahir dengan usia kehamilan 37-34 minggu yang harus melakukan penyesuaian diri dari dalam (uterus) ke luar (dunia).

Dikatakan bayi baru lahir normal jika termasuk kriteria berikut menurut Sondakh (2013):

1) Berat badan bayi antara 2500 – 4000 gram 2) Panjang badan bayi 48–50 cm

3) Lingkar dada bayi 32–34 cm 4) Lingkar kepala bayi 33–35 cm

5) Bunyi jantung dalam menit pertama 180 kali/menit, kemudian turun sampai 140–120 kali/menit pada saat bayi berumur 30 menit

6) Pernapasan cepat pada menit-menit pertama kira-kira 80 kali/menit disertai pernapasan cuping hidung, retraksi

suprasternal, dan interkosal serta rintihan hanya berlangsung 10 - 15 menit

7) Kulit kemerah-merahan dan licin karena cairan subkutan cukup terbentuk dan dilapisi verniks caseosa.

8) Rambut lanugo telah hilang dan rambut kepala tealah baik 9) Kukuk telah agak panjang dan lemas

10) Genetalia: testis sudah turun (pada bayi laki-laki) dan labia mayora telah menutupi labia minora (pada bayi perempuan) 11) Reflex hisap, menelan dan moro telah terbentuk

12) Eliminasi, urin, dan meconium normalnya keluar 24 jam pertama. Mekonium memiliki karakteristik kehijauan dan lengket.

Pertolongan pada waktu bayi lahir menurut Mochtar (2011) yaitu:

1) Mulai melakukan pembersihan lendir pada saat kepala keluar, yaitu dengan membersihkan mulut, hidung dan mata dengan kapas atau kasa steril

2) Jam lahir di catat dengan stop-watch

3) Lendir diisap sebersih mungkin sambil bayi ditidurkan dengan kepala lebih rendah dari kaki dalam posisi sedikit ekstensi, supaya lendir mudah keluar

4) Tali pusat diikat dengan baik, dan bekas luka diberi antiseptic kemudian dijepit dengan klem jepit plastik atau diikat dengan pita atau benang tali pusat

5) Segera setelah lahir, bayi yang sehat akan menangis kuat, bernafas, serta menggerakan tangan dan kakinya, kulit akan berwarna kemerahan

6) Bayi dimandikan dan dibersihkan dari lumuran darah, air ketuban, mekonium, dan verniks caseosa dengan air suam-suam kuku. Ada pula yang membersihkannya dengan minyak kepala atau minuman zaitun

7) Jangan mencatat Nilai Apgar bayi

8) Bayi ditimbang berat badanya dan diukur panjang badan lahirnya, kemudian nilai-nilai tersebut dicatat dalam status 9) Perawatan mata bayi: mata bayi dibersihkan, kemudian

diberikan obat untuk mencegah bleneora:

i. Metode crede: dengan tetesan netras argenti 1-2% sebanyak dua tetes pada masing-masing mata

ii. Salep penisilan atau salep mata gentamisin

10) Diperiksa juga anus, genitalia ekstema, dan jenis kelamin bayi. Pada bayi laki-laki, periksa apakah jenis ada fimosis dan apakah desesus testis telah lengkap. Dibeberapa negara barat, pada bayi laki-laki segera dilakukan sirkumsisi, apalagi jika terdapat fimosis

11) Bayi akhirnya diperlihatkan kepada ibu, ayah, dan keluarga yang mendampinginya

b. Adaptasi fisiologis bayi baru lahir terhadap kehidupan di luar uterus Konsep mengenai adaptasi bayi baru lahir menurut Sondakh (2013) yaitu:

1) Memulai segera pernapasan dan perubahan dalam pola sirkulasi. Konsep ini merupakan hal yang esensial pada kehidupan yang ekstrauterin

2) Dalam 24 jam setelah bayi lahir, sistem ginjal, gastrointestinal, hematologi, metabolik, dan system neurologis baru lahir harus berpfungsi secara memadai untuk mempertahankan kehidupan ekstrauteri

c. Periode transisi pada bayi baru lahir

Menurut Sondakh (2013) bahwa periode transisi pada bayi baru lahir yaitu:

1) Periode ini merupakan fase tak stabil selama 6 – 8 jam pertama kehidupan, yang akan dilalui oleh seluruh bayi dengan mengabaikan usia gestasi atau sifat persalinan atau melahirkan 2) Pada periode pertama reaktivitas (segera setelah lahir), akan terjadi

pernapasa cepat (dapat mencapai 80 kali/menit) dan pernapasan cuping hidung yang berlangsung sementara, retraksi serta suara seperti mendengkur dapat terjadi. Denyut jantung dapat mencapai 180 kali/menit. Selama beberapa menit kehidupan

3) Setelah respon awal ini, bayi baru lahir ini akan menjadi tenang, relaks, dan jatuh tertidur. Tidur pertama ini (dikenal sebagai fase

tidur) terjadi 2 jam setelah kelahiran dan berlangsung beberapa menit sampai beberapa jam.

4) Reaksi kedua raktivitas, dimulai ketika bayi bangun, ditandai dengan respon berlebihan terhadap stimulus, perubahan warna kulit dan merah muda menjadi agak sianosis dan denyut jantung cepat. 5) Lendir mulut dapat menyebabkan masalah yang bermakna,

misalnya tersedak/ aspirasi, tercekik dan batuk. d. Adaptasi pernapasan

Adaptasi pernapasan menurut Sondakh (2013) yaitu:

1) Pernapasan awal di picu oleh factor fisik, sensorik dan kimia 2) Faktor fisik meliputi usaha yang diperlukan untuk

mengembangkan paru-paru dan alveolus yang kolaps (misalnya perubahan dalam gradien tekanan)

3) Faktor sensorik meliputi suhu, bunyi, cahaya, suara, dan penurunan suhu

4) Faktor kimia meliputi perubahan dalam darah (misalnya penuruna kadar oksigen, peningkatan kadar karbondioksida, dan penurunan Ph) sebagai akibat asfiksia sementara selama kelahiran:

a) Frekuensi pernapasan bayi baru lahir berkisar 30–60 kali/menit b) Sekresi lendir mulut dapat menyebabkan bayi batuk dan

muntah, terutama selama 12 -18 jam pertama

c) Bayi baru lahir lazimnya bernapas melaui hidung. Respon reflex terhadap ibstruksi nasal dan membuka mulut untuk

mempertahankan jalan napas tidak ada pada sebagian besar bayi sampai 3 minggu setelah kelahiran. Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30 detik setelah kelahiran. Pernapasan ini timbul akibat aktifitas normal sistem saraf pusat dan perifer yang dibantu oleh beberapa rangsangan lainnya. Semua ini menyebabkan perangsangan pusat pernapasan dalam otak yang melanjutkan rangsangan termasuk untuk menggerakkan diafragma, serta otot-otot pernapasan lainnya. Tekanan rongga dada bayi pada saat melalui jalan lahir pervaginam mengakibatkan paru-paru kehilangan 1/3 dari cairan yang terdapat didalamnya, sehingga 80-100 ml. Setelah bayi lahir, cairan yang hilang tersebut akan diganti dengan udara (Sondakh, 2013).

e. Adaptasi Kardiovaskuler

Menurut Sondakh (2013) adaptasi pada bayi baru lahir yaitu:

1) Berbagai perubahan anatomi berlangsung setelah lahir. Beberpa perubahan terjadi dengan cepat dan sebagian lagi terjadi seiring berjalannya waktu

2) Sirkulasi perifer lambat, yang menyebabkan akrosianois (pada tangan, kaki, dan sekitar mulut)

3) Denyut nadi berkisar 120–160 kali/menit saat bangun dan 100 kali/menit saat tidur

4) Rata-rata tekanan darah adalah 80/46 mmHg dan bervariasi sesuai dengan ukuran dan tingkat aktifitas bayi. Berkembangnya paru-paru, pada alveoli akan terjadi peningkatan tekanan oksigen. Sebaliknya, tekanan karbondioksida akan mengalami penurunan. Hal ini mengakibatkan terjadinya resitansi pembuluh darah dari arteri pulmonalis mengalir ke paru-paru dan ductus arteriosus tertutup. Setelah tali pusat dipotong, aliran darah dari plasenta terhenti dan foramen ovale tertutup.

f. Perubahan Termoregulasi dan Metabolik

Menurut Sondakh (2013) Perubahan Termoregulasi dan Metabolik pada bayi baru lahir yaitu:

1) Suhu bayi baru lahir dapat turun beberapa derajat karena lingkungan eksternal lebih dingin dari pada lingkungan dalam uterus

2) Suplai lemak subkutan yang terbatas dan area permukaan kulit yang besar dibandingkan dengan berat badan menyebabkan bayi mudah mengantarkan panas pada lingkungan

3) Kehilangan panas yang cepat dalam lingkungan yang dingin terjadi melalui konduksi, konveksi, dan radiasi serta evaporasi

4) Trauma dingin (hipotermi) pada bayi baru lahir dalam hubungannya dengan aksidosis metabolic dapat bersifat mematikan, bahkan pada bayi cukup bulan yang sehat. Sesaat setelah bayi lahir, ia akan berada ditempat yang suhunya lebih

rendah dari dalam kandungan dan dalam keadaan basah. Bila bayi dibiarkan dalalm suhu kamar 25°C, maka bayi akan kehilangan panas melalui proses evaporasi, konveksi, konduksi, dan radiasi sebanyak 200 kalori/BB/menit. Sementara itu pembentukan panas yang yang dapat diproduksi hanya 1/10 dari pada yang tertera diatas dalam waktu yang bersamaan. Hal ini akan menyebabkan penurunan suhu tubuh.

Mekanisme kehilangan panas menurut Buku APN (2014). Bayi baru lahir dapat kehilangan pans tubuhnya melalui cara-cara berikut: a) Evaporasi adalah jalan utama bayi kehilangan panas. Kehilangan

panas dapat terjadi karena penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri karena setelah lahir, tubuh bayi tidak segera dikeringkan. Kehilangan panas juga terjadi pada yang terlalu cepat dimandikan dan tubuhnya tidak segera dikeringkan dan di selimuti.

b) Kondusi adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan permukan yang dingin. Meja, tempat tidur atau timbangan yang temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi melalui mekanisme kondusi apabila bayi diletakan di atas benda-benda tersebut.

c) Konveksi adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih dingin. Bayi yang dilahirkan atau ditempatkan didalam ruangan yang dingi akan cepat mengalami

kehilangan panas. Kehilangan panas juga terjadi jika terjadi aliran udara dari kipas angin, hembusan udara melalui ventilasi atau pendingin ruangan.

d) Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena ditempatkan didekat benda-benda yang mempunyai suhu lebih rendah dari suhu tubuh bayi. Bayi bisa kehilangan panas dengan cara ini karena benda-benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan secara langsung).

g. Adaptasi Neurologis

Adapatasi neurologis bayi baru lahir menurut Sondakh (2013) yaitu: 1) Sistem neurologis bayi secara anatomic atau fisiologis belum

berkembang sempurna.

2) Bayi baru lahir menunjukan gerakan-gerakan tidak terkoordinasi, pengaturan suhu yang labil, kontrol otot yang buruk, mudah terkejut dan tremor pada ekstremisitas.

3) Perkembangn neonatus terjadi cepat. Saat bayi tumbuh, perilaku yang lebih kompleks (misalnya: kontrol kepala, tersenyum dan meraih dengan tujuan), akan berkembang.

4) Reflek bayi baru lahir merupakan indicator penting perkembangan normal.

h. Adaptasi Gastrointestinal

Adaptasi gastroinestinal pada bayi baru lahir menurut Sondakh (2013) yaitu:

1) Enzim-enzim digestif aktif pada saat lahir dan dapat menyokong kehidupan ekstrauterin pada kehamilan 36-38 minggu.

2) Perkembangan otot dan reflek yang paling penting untuk menghantarkan makanan sudah terbentuk saat lahir

3) Pencernaan protein dan karbohidrat telah tercapai, penyerapan dan absorbs lemak kurang baik tidak kuatnya enzim-enzim pancreas dan lipase.

4) Kelenjar saliva imatur saat lahir, sedikit saliva diolah sampai berusia 3 tahun.

5) Pengeluaran mekonium yaitu feses berwarna hitam kehijauan lengket dan mengandung darah samar, dieksresikan dalam 24 jam 90% bayi baru lahir yang normal.

6) Variasi besar terjadi diantara bayi baru lahir tentang minat terhadap makanan gejala lapar dan jumlah makanan yang ditelan pada setiap kali pemberian makanan.

7) Beberpa bayi baru lahir menyusu segera bila diletakkan pada payudara, sebagian lainnya perlu waktu 48 jam untuk menyusu secar efektif.

8) Gerakan acak tangan ke mulut dan menghisap jari telah diamati didalam uterus, tindakan-tindakan ini berkembang baik saat lahir dan diperkuat dengan rasa lapar. Oleh karena kadar gula darah tali pusat 65mg/100 ml akan menurun menjadi 50mg/100ml dalam waktu 2 jam setelah lahir, energi tambahan yang diperlukan

neonatus pada jam-jam pertama sesudah lahir diambil dari hasil metabolisme asam, lemak sehingga kadar gula akan mencapai 120 mg/100 ml. Bila perubahan glikogen meningkat atau adanaya gangguan metabolism asam lemak yang tidak dapat memenuhi kebutuhan neonatus, maka kemungkinan besar bayi mengalami hipogilikenia.

i. Adaptasi Ginjal

Adaptasi ginjal pada bayi baru lahir menurut Sondakh (2013) yaitu: 1) Laju filtrasi glomerulus relative rendah pada saat lahir disebabkan

oleh tidak ada kuatnya area permukaan kapiler glomerulus.

2) Meskipun keterbatasan ini tidak mengancam bayi baru lahir yang normal, tetapi menghambat kapasitas bati untuk merespon terhadap stressor.

3) Penurunan kemampuan untuk mengekskresikan obat-obatan dan kehilangan cairan yang berlebihan meningkatkan aisodis dan ketidakseimbangan cairan.

4) Sebagian besar bayi baru lahir berkemih dalam 24 jam pertama setelah lahir dan 2-6 kali sehari pada 1-2 hari pertama, setalah itu mereka berkemih 5-20 kali dalam 24 jam.

5) Urin dapat keruh karena lender dan garam asam urat: noda kemerahan (debu batu bata) dapat diaamati pada popok karena kristal asam urat.

j. Adaptasi Hati

Adaptasi hati bayi baru lahir menurut Sondakh (2013) yaitu:

1) Selama kehidupan janin dan sampai tingkat tertentu setelah lahir, hati terus membantu pembentukan darah.

2) Selama periode neonatus, hati memproduksi zat yang esensial untuk pembentukan darah.

3) Penyimpanan zat besi ibu cukup memadai bagi bayi sampai 5 bulan kehidupan ekstrauterin, pada saat ini bayi baru lahir menjadi rentan terhadap devisiensi zat besi.

4) Hati juga mengontrol jumlah bilirubin tak terkonjugasi yang bersirkulasi, pigmen berasal dari hemoglobin dan dilepaskan bersamaan dengan pemecah sel darah merah.

5) Bilirubin tak terkonjugasi dapat meningkatkan sistem vascular dan dapat menembus ekstra vascular lainnya (misalnya: kulit, sklera, dan membrane mukosaoral) mengakibatkan warna kuning yang disebut ikterus.

6) Pada stress dingin yang lama, glikolisis anaerobic terjadi karena yang mengakibatkan produksi asam. Asidosis metabolic terjadi dan jika tedapat devek fungsi pernapasan, asidosis resoiratorik dapat terjadi.

7) Asam lemak yang berlebihan menggeser bilirubin dari tempat pengikatan albumin. Peningkatan kadar bilirubin tidak berikatan

yang bersirkulasi mengakibatkan peningkatan resiko kern-ikterus bahkan pada kadar bilirubin serum 10 mg/dl atau kurang.

k. Adaptasi Imun

Adaptasi imun pada bayi baru lahir menurut Sondakh (2013) yaitu: 1) Bayi baru lahir tak bisa membatasi organisme penyerang dipintu

masuk

2) Imaturitas jumlah sistem pelindung secara signifikan meningkatkan resiko infeksi pada periode bayi baru lahir

a) Respon inflamasi berkurang, baik secara kualitatif maupun kuantitatif

b) Fagositosis lambat

c) Keasaman lambung dan produksi pepsin dan tripsin belum berkembang sempurna sampai usia 3-4 minggu.

d) Imunuglubulin A hilang dari saluran pernapasan dan perkemihan, kecuali bayi tersebut menyusui ASI.

l. Pemeriksaan Bayi Baru Lahir

Menurut Varney (2008) pemeriksan bayi baru lahir yang lengkap terdiri dari 3 bagian yaitu:

1) Riwayat baru lahir

Riwayat baru lahir dilihat dari tinjauan bagan dan wawancara dengan ibu dan (jika mungkin) ayah baru lahir. Ketika informasi dikumpulkan, bidan membuat daftar tentang area

persoalan termasuk faktor lingkungan, genetic, social, medis maternal, perinatal dan neonatus.

a) Faktor lingkungan dan genetic

Faktor lingkungan yang mempengaruhi bayi baru lahir dapat meliputi pemajanan prenatal terhadap materi berbahaya ditempat kerja ibu, misalnya: sinar-x, radiasi lain, bahan palarut, bahan infeksius, uap/ asap, atau gas.

b) Riwayat genentik

Riwayat genetik harus meliputi informasi tentang anggota keluarga yang hidup atau telah meninggal, yang mengalami cacat fisik atau mental, dana tau penyakit yang diwariskan.

c) Faktor sosial

Riwayat sosial meliputi tentang tempat tinggal ibu, pola perawatan prenatal, dan status sosio ekonomi

d) Faktor prenatal dan medis ibu

Bidan harus mencatat usia ibu, periode menstruasi terakhir, dan perkiraan waktu lahir. Jumlah kunjungan prenatal dicatat bersama setiap masalah yang ada. Semua hasil laboratorium dan pengujian prenatal termasuk laporan USG harus ditinjau.

e) Faktor neonatus

Data yang berharga dari periode neonatus dini meliputi nilai apgar pada menit pertama dan kelima.

2) Pengkajian usia gestasi

Usia gestasi bayi baru lahir yang dapat ditentukan adalah sampai 20 minggu. Bayi baru lahir premature harus dikaji segera setelah lahir karena terjadi perubahan yang cepat pada kulit dan keseluruhan pada mereka. Prodedur yang tepat selama pengkajian maturilitas fisik:

a) Cek lanugo pada punggung dengan pencahayaan langsung sehingga pandangan menjadi jelas

b) Palpasi seluruh pina telinga untuk mengetahui adanya kartilago c) Palpasi untuk mengkaji jaringan payudara secara akurat

3) Pemeriksaan fisik bayi baru lahir

a) Selama pemeriksaan bayi baru lahir, bidan menggunakan empat teknik dasar pemeriksaan fisik, yaitu: inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi.

b) antopometri, evaluasi sistem organ, dan evaluasi neurologis m. Perlindungan Termal (Termoregulasi)

Perlindungan Termal (Termoregulasi) pada bayi baru lahir menurut Sondakh (2013) yaitu:

1) Pastikan bayi tersebut tetap hangat dan terjadi kontak antara kulit bayi dengan kulit ibu.

2) Gantilah handuk/ kain yang basah dan bungkus bayi tersebut dengan selimut, serta jangan lupa memastikan bahwa kepala telah terlindung dengan baik untuk mencegah keluarnya panas tubuh. 3) Mempertahankan lingkungan termal netral

a) Letakkan bayi dibawah alat penghangat pancaran dengan menggunkan sensor kulit untuk memantau tubuh sesuai kebutuhan.

b) Tunda memandikan bayi sampai suhu stabil.

c) Pasang tutup kepala rajutan untuk mencegah kehilangan panas dari kepala bayi.

n. Pemeliharaan Pernapasan

Mempertahankan terbentuknya jalan napas, sediakan balon penghisap dari karet ditempat tidur bayi untuk menghisap lendir atau ASI dari mulut dengan cepat dalam upaya mempertahankan jalan napas yang bersih (Sondakh, 2013 ).

o. Pemotongan Talipusat

Pemotongan dan pengikatan talipusat merupakan pemisahan fisik terakhir antara ibu dan bayi. Pemotongan sampai denyut nadi tali pusat berhenti dapat dilakukan pada bayi normal. Sedangkan pada bayi gawat napas dapat dilakukan pemotongan secepat mungkin agar dapat dilakukan resusitasi sebaik-baiknya (Sondakh, 2013).

p. Penilaian APGAR

Penilaian keadaan umum bayi dimulai satu menit setelah lahir dengan menggunakan APGAR. Penilaian berikutnya dilakukan pada menit kelima dan kesepuluh. Penilaian ini perlu untuk mengetahui apakah bayi menderita asfiksia atau tidak.

Tabel 2.6 Penilaian keadaan umum bayi berdasarkan nilai APGAR

Indikator 0 1 2 Appearance (warna kulit) Pulse rate (frekuensi nadi) Grimace (reaksi rangsang)

Activity (tonus otot)

Respiration (pernapasan) Pucat Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Badan merah, Ekstremitas biru Kurang dari 100 Sedikit gerakan mimic Ekstremitas dalam sedikit fleksi Lemah/ tidak terratur Seluruh tubuh kemerah-merahan Lebih dari 100 Gerakan aktif Gerakan aktif Baik/ menangis Sumber: Sondakh, 2013

Setiap variable diberi nilai 0, 1, 2 sehingga nilai tertinggl adalah 10. Nilai 7-10 pada menit pertama menunjukan bahwa bayi berada dalam kondisi baik. Nilai 4-6 menunjukan adanya depresi sedang dan membutuhkan beberapa tindakan resutisasi. Bayi dengan nilai 0-3 menunjukkan depresi serius dan membutuhkan resutisasi segera dan mungkin memerlukan ventilasi.

q. Komplikasi Neonatus

Menurut Mochtar (2012) komplikasi neonatus yaitu: 1) Asfiksia

Asfiksia adalah keadaan bayi yang baru dilahirkan tidak segera bernapas secara spontan dan teratur setelah dilahirkan. Penanganan: jangan biarkan bayi kedinginan, lakukan resutisasi 2) Penyakit trauma pada bayi baru lahir

a) Respiratory distress syndrome b) Gangguan retina

c) Sevalo hematoma

d) Pendarahan sub-abneoritik 3) Kelainan congenital

Kelainan kongenital adalah kelainan dalam pertumbuhan janin yang terjadi sejak konsepsi dan selama kandungan

4) Infeksi neonatus

5) Berat badan lahir rendah (BBLR) r. Kunjungan Bayi Baru Lahir

Menurut buku Saku (2013) terdapat minimal tiga kali kunjungan ulang bayi baru lahir yaitu:

1) Pada usia 6-48 jam 2) Pada usia 3-7 hari 3) Pada usia 8-18 hari

Lakukan pemeriksaan fisik, timbang berat badan, periksa suhu, dan kebiasaan makan bayi. Periksa tanda bahayanya:

a) Tidak mau minum atau memuntahkan semua b) Kejang

c) Bergerak hanya jika dirangsang d) Nafas cepat (>60 kali/menit) e) Nafas lambat (<30 kali/ menit)

f) Tarikan dinding dada kedalam yang sangat kuat g) Merintih

h) Teraba demam i) Teraba dingin

j) Nanah yang banyak dimata k) Pusar kemerahan ke dinding perut l) Diare

m) Tampak kuning pada telapak tangan dan kaki n) Pendarahan

Periksa tanda-tanda infeksi kulit superfisial, seperti nanah keluar dan umbilicus kemerahan disekitar umbilicus, adanya lebih dari 10 pustula kulit, pembengkakan, kemerahan, pengerasan kulit. Bila terdapat tanda bahaya atau infeksi, rujuk bayi ke fasilitas kesehatan s. Kunjungan Neonatal

a) Untuk bayi yang lahir difasilitas kesehatan pelayanan dapat dilaksanakan sebelum bayi pulang dari fasilitas kesehatan (≥24

jam).

b) Untuk bayi yang lahir dirumah, bila bidan meninggalkan bayi sebelum 24 jam, maka pelayanan dilaksanakan pada 6 jam setelah lahir. Hal yang dilakukan:

(1) Jaga kehangatan tubuh bayi (2) Berikan ASI ekslusif (3) Cegah infeksi

(4) Rawat tali pusat

2) Kunjungan neonatal ke-2 (hari ke-3 sampai dengan hari ke-7) a) Jaga kehangatan tubuh bayi

b) Berikan ASI ekslusif c) Cegah infeksi

d) Rawat tali pusat

3) Kunjungan neonatal ke-3 (hari ke-8 sampai dengan hari ke-28) a) Memeriksa ada/tidaknya tanda bahaya atau gejala sakit pada

bayi

b) Menjaga kehangatan bayi c) Memberikan ASI ekslusif

Dokumen terkait