• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Pengertian

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai 42 minggu, dengan berat badan 2.500 sampai 4.000 gram, nilai APGAR > 7 dan tanpa cacat bawaan (Rukiyah dan Yulianti, 2013).

2. Tanda-tanda bayi baru lahir normal

Menurut Rukyah dan Yulianti tahun 2013, bayi baru lahir akan dikatakan normal jika mempunyai beberapa tanda, antara lain :

a. Warna kulit tubuh kemerah-merahan. b. Frekuensi jantung > 100 kali per menit. c. Bereaksi terhadap rangsangan.

f. Tonus otot. g. Gerakan aktif. h. Ada usaha nafas. i. Bayi menangis kuat.

3. Penampilan pada bayi baru lahir

a. Kesadaran dan reaksi terhadap sekeliling. b. Keaktifan.

c. Simetris. d. Muka wajah. e. Mulut.

f. Leher, dada, dan abdomen. g. Punggung.

h. Kulit dan kuku.

i. Kelancaran menghisap dan pencernaan. j. Refleks.

k. Berat badan. 4. Penilaian

Segera setelah bayi lahir letakkan bayi diatas kain bersih dan kering yang disiapkan diatas perut ibu, pastikan area tersebut bersih dan kering dan keringkan bayi terutama muka dan permukaan tubuh dengan kain kering, hangat dan bersih. Kemudian lakukan 2 penilaian awal, sebagai berikut :

a. Menilai bayi menangis kat atau bernafas tanpa kesulitan. b. Bergerak aktif atau lemas.

Jika bayi tidak bernafas, megat-megap, atau lemah maka segera lakukan resusitasi bayi baru lahir. (Rukiyah dan Yulianti, 2013)

5. Inisiasi Menyusui Dini

Manfaat melakukan IMD bagi bayi adalah membantu stabilisasi pernafasan, mengendalikan suhu tubuh bayi lebih baik dibandingkan dengan incubator, menjaga kolonisasi kuman yang aman untuk bayi dan mencegah infeksi nosokomial. Tatalaksana inisiasi menyusui dini, yaitu diantaranya (Sulistyawati dan Nugraheny, 2010) :

a. Anjurkan suami atau keluarga mendampingi saat melahirkan. b. Hindari penggunaan obat kimiawi dalam proses persalinan. c. Segera keringkan bayi tanpa menghilangkan lapisan lemak putih. d. Dalam keadaan ibu dan bayi yang tidak memakai baju,

tengkurapkan bayi di dada atau perut ibu agar terjadi sentuhan kulit ibu dan bayi, kemudian menyelimuti.

e. Anjurkan ibu memberkan sentuhan kepada bayi untuk merangsang bayi mendekati putting.

f. Biarkan bayi bergerak sendiri mencari putting susu ibunya.

g. Biarkan kulit bayi dan kulit ibu bersentuhan minimal selama 1 jam walaupun proses menyusui telah terjadi.

h. Tunda tindakan lain seperti menimbang, mengukur, memberikan suntikan vitamin K sampa proses menyusui selesai.

i. Proses menyusui dini dan kontak kult ibu dan bayi harus diupayakan meskipun ibu melahirkan dengan cara operasi atau

j. Berikan ASI saja tanpa minuman atau cairan lain, kecuali ada indikasi medis yang jelas.

6. Mekanisme Kehilangan Panas (Prawirohardjo, 2009) Bayi dapat kehilangan panas tubuhnya melalui : a. Konduksi

Konduksi terjadi melalui benda-benda padat yang berkontak dengan kulit bayi.

b. Konveksi

Konveksi terjadi akibat pendinginnan melalui aliran udara disekitar bayi.

c. Evaporasi

Evaporasi merupakan kehilangan panas melalui penguapan air pada kulit bayi yang basah.

d. Radiasi

Radiasi terjadi melalui benda padat dekat bayi yang tidak berkontak secara langsung dengan kulit bati.

7. Mencegah Kehilangan Panas (Sulistyawati dan Nugraheny, 2010) a. Keringkan bayi segera setelah lahir.

b. Selimuti tubuh bayi dengan kain bersih dan hangat segera setelah mengeringkan tubuh bayi dan memotong tali pusat.

c. Selimuti bayi bagian kepala.

d. Anjurkan ib untuk memeluk dan menyusui bayinya. e. Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat.

f. Jangan segera atau menimbang bayi atau memandkan bayi sebelum lahir.

8. Pemberian ASI

Rangsangan hisapan bayi pada putting akan diteruskan oleh serabut saraf hipofise anterior untuk mengeluarkan hormone prolaktin. (Sulistyawati dan Nugraheny, 2010)

9. Masalah Janin atau Gawat Janin

Prawirohardjo (2008;h.334), mengatakan bahwa

kegawatdaruratan pada janin terjadi bila janin tidak menerima O2 cukup, sehingga mengalami hipoksia. Adapun janin yang berisiko tinggi untuk mengalami kegawatan adalah :

a. Janin yang pertumbuhannya terhambat b. Janin dari ibu diabetes

c. Janin preterm dan postterm d. Janin dengan kelainan letak

e. Janin kelainan bawaan atau infeksi

Gawat janin dalam persalinan dapat terjadi bila : a. Persalinan berlangsung lama

b. Induksi persalinan dengan oksitosin c. Ada perdarahan atau infeksi

d. Insufisiensi plasenta (postterm dan preeklamsia)

Tanda gawat janin yaitu adanya DJJ yang abnormal dan terdapat mekoneum.

10. Reflek pada Bayi Baru Lahir

macam-a. Reflek menghisap (sucking) yaitu areola putting susu tertekan gusi bayi, lidah dan langit-langit sehingga laktoferus tertekan dan memancarkan ASI.

b. Reflek mencari (rooting), bayi menoleh ke arah sentuhan di pipinya atau di dekat mulut dan berusaha untuk menghisap.

c. Rerflek mengedip merupakan gerakan seperti menutup dan mengejapkan mata, serta berespon terhadap cahaya terang d. Reflek leher (tonic neck), gerakan spontan otot kuduk pada bayi

normal, bila ditengkurapkan akan secara spontan memiringkan kepalanya.

e. Reflek menggenggam (grasping), bila jari kita menyentuh telapak tangan bayi, maka jari-jarinya akan langsung menggenggam dengan kuat.

f. Reflek moro adalah reflek yang terjadi apabila bayi diangkat atau direnggut secara kasar dari gendongan kemudian seolah-olah bayi melakukan gerakan yang mengangkat tubuhnya pada orang yang mendekapnya.

g. Sttapping refleks, reflek kaki secara spontan apabila bayi diangkat tegak dan kakinya satu persatu disentuhkan pada satu dasar maka bayi seolah-olah berjalan.

h. Reflek menelan (swallowing), di mana ASI di mulut bayi mendesak otot di daerah mulut dan faring sehingga mengaktifkan reflek menelan dan mendorong ASI ke dalam lambung.

i. Startle refleks, reaksi emosional berupa hentakkan dan gerakan seperti menggejang pada lengan dan tangan dan sering diikuti dengan tangisan.

j. Reflek plantar, berupa gerakan jari-jari mencengkeram ketika tepak kaki diusap.

k. Breathing refleks, gerakan seperti menghirup dan

menghembuskan nafas (bernafas).

D. NIFAS

1. Pengertian Masa Nifas

Masa Nifas (puerpurium) adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari (Wulandari dan Handayani, 2011).

Masa Nifas (puerpurium) merupakan masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil (Ambarwati dan Wulandari, 2008).

Masa pasca persalinan adalah fase khusus dalam kehidupan ibu serta bayi (Prawirohardjo; 2009).

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa nifas merupakan fase dalam kehidupan dimana masa pulihnya alat-alat reproduksi setelah persalinan kembali pada saat sebelum hamil selama 8 minggu sampai 40 hari.

2. Tujuan Masa Nifas

Tujuan masa nifas normal dibagi menjadi 2, yaitu : a. Tujuan umum

Membantu ibu dan pasangannya selama masa transisi awal mengasuh anak.

b. Tujuan khusus

1) Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologinya.

2) Melaksanakan skiriningyang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu dan bayinya.

3) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB, menyusui, pemberian imunisasi dan perawatan bayi sehat.

(Ambarwati dan Wulandari, 2008)

3. Peran dan Tanggung Jawab Bidan dalam Masa Nifas (Wulandari dan Handayani, 2011)

Peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas adalah memberikan perawatan dan support sesuai kebutuhan ibu secara partnership dengan ibu, selain itu juga :

a. Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada ibu nifas.

b. Menentukan diagnose dan kebutuhan dasar asuhan kebidanan pada masa nifas.

c. Menyusui rencana asuhan kebidanan berdasarkan prioritas masalah.

d. Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana.

e. Mengevaluasi bersama klien asuhan kebidanan yang telah diberikan.

f. Membuat rencana tindak lanjut asuhan kebidanan bersama klien. 4. Tahapan Masa Nifas (Ambarwati dan Wulandari, 2008)

Nifas dibagi menjadi 3 tahap, yaitu : a. Puerpurium Dini

Kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.

b. Puerpurium intermedial

Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu.

c. Remote puerpurium

Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. 5. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas

Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi. Frekuensi kunjungan masa nifas (Wulandari dan Handayani, 2011) :

a. 6-8 jam setelah persalinan. b. 6 hari setelah persalinan. c. 2 minggu setelah persalinan. d. 6 minggu setelah persalinan.

6. Proses Laktasi dan Menyusui a. Pengertian

Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI di produksi sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI (Ambarwati dan Wulandari, 2008).

Menyusui adalah proses yang terjadi secara alami, jadi jarang sekali ada ibu yang gagal atau tidak mampu menyusui bayinya (Wulandari dan Handayani, 2011).

b. Fisiologi Laktasi (Wulandari dan Handayani, 2011)

Dua refleks pada ibu yang sangat penting dalam proses laktasi, yaitu :

1) Refleks prolactin

Sewaktu bayi menyusui, ujung syaraf peraba yang terdapat pada puting susu terangsang.

2) Refleks aliran (Let Down Reflex)

Rangsangan yang ditimbulkan oleh bayi saat menyusui selain mempengaruhi hipofise anterior mengeluarkan hormone prolactin juga mempengaruhi hipofise posterior mengeluarkan hormon oksitosin.

c. Dukungan bidan dalam pemberian ASI

1) Biarkan bayi bersama ibunya segera setelah melahirkan selama beberapa jam pertama.

2) Ajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk mencegah masalah umum yang timbul.

4) Bayi harus ditempatkan dekat pada ibunya dikamar yang sama (rawat gabung, rooming-in).

5) Memberikan ASI pada bayi sesering mungkin. 6) Hanya diberikan kolostrum dam ASI saja. 7) Hindari susu botol dan dot.

d. Manfaat Pemberian ASI (Handayani dan Wulandari, 20011) 1) Bagi bayi

a) Dapat membantu memulai kehidupannya dengan baik. b) Mengandung antibody.

c) ASI mengandung komposisi yang benar. d) Mengurangi kejadian karies dentis.

e) Memberi rasa aman dan nyaman pada bayi dan adanya ikatan antara ibu dan bayi.

f) Terhindar dari alergi.

g) ASI meningkatkan kecerdasan bagi bayi.

h) Membantu perkembangan rahang dan merangsang pertumbuhan gigi karena gerakan menghisap mulut bayi pada payudara.

2) Bagi ibu

a) Aspek kontrasepsi. b) Aspek kesehatan ibu.

c) Aspek penurunan berat badan. d) Aspek psikologi

b) Aspek psikologi. c) Aspek kemudahan. 4) Bagi Negara

a) Menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi. b) Menghemat devisa Negara.

c) Mengurangi subsidi untuk rumah sakit. d) Peningkatan kualitas generasi penerus.

e. Tanda Bayi Cukup ASI (Wulandari dan Handayani, 2011)

1) Bayi kencing setidaknya 6 kali dalam 24 jam dan warnanya jernih sampai kuning muda.

2) Bayi sering BAB berwarna kekuningan “berbiji”.

3) Bayi tampak puas, sewaktu-waktu merasa lapar, bangun dan tidur cukup.

4) Bayi setidaknya menyusui 10-12 kali dalam 24 jam.

5) Payudara ibu terasa lembut dan kosong setiap kali selesai menyusui.

6) Ibu dapat merasakan rasa geli karena aliran ASI, setiap kali bayi mulai menyusu.

7) Bayi bertambah berat badannya.

8) Ibu dapat mendengar suara menelan yang pelan ketika bayi menelan ASI.

f. ASI Eksklusif

ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja selama 6 bulan, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air the dan aor putih, serta tanpa tambahan makanan padat

seperti pisang, bubur susu, biscuit, bubur nasi, dan nasi tim (Ambarwati dan Wulandari (2008).

g. Inisiasi Menyusui Dini (IMD) 1) Pengertian

Inisiasi Menyusui Dini atau permulaan menyusu adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. (Ambarwati dan Wulandari, 2008)

2) Keuntungan IMD (Ambarwati dan Wulandari, 2008) a) Bagi bayi

(1) Makanan dengan kualitas dan kuantitas yang optimal agar kolostrum segera keluar yang disesuaikan dengan kebutuhan bayi.

(2) Memberikan kesehatan bayi dengan kekebalan pasif yang segera kepada bayi.

(3) Meningkatkjan kecerdasan.

(4) Membantu bayi mengkoordinasikan hisap, telan dan nafas.

(5) Meningkatkan jalinan kasih saying ibu dan bayi. (6) Mencegah kehilangan panas.

(7) Merangsang kolostrum segera keluar. b) Bagi ibu

(1) Merangsang produksi oksitosin dan prolactin. (2) Meningkatkan keberhasilan produksi ASI

7. Respon Orang Tua Terhadap Bayi Baru Lahir a. Bounding attachment

1) Pengertian

Bounding attachment adalah seorang bayi yang baru dilahirkan mempunyai kemampuan yang banyak misalnya bayi dapat mencium, merasa, mendengar, dan melihat (Ambarwati dan Wulandari, 2008).

2) Interaksi yang menyenangkan :

a) Sentuhan pada tungkai dan muka bayi secara halus dengan tangan ibu.

b) Sentuhan pada pipi. c) Tatap mata bayi dan ibu. d) Tangis bayi.

3) Menurut Wulandari dan Handayani tahun 2011, Ikatan antara ibu dan bayi bias tertunda karena :

a) Prematuritas. b) Bayi atau ibu sakit. c) Cacat fisik

b. Respon ayah dan keluarga (Wulandari dan Handayani, 2011) 1) Respon positif

a) Ayah dan keluarga menyambut kelahiran bayinya dengan sangat suka cita.

b) Ayah bertambah giat dalam mencari nafkah karena ingin memenuhi kebutuhan bayi dengan baik.

d) Sebagian ayah dan keluarga lebih menyayangi dan mencintai ibu yang telah melahirkan anak yang diidamkan. 2) Respon negastif

a) Keluarga atau ayah dari bayi tidak menginginkan kelahiran bayinya.

b) Kurang bahagia karena kegagalan KB.

c) Ayah merasa kurang mendapat perhatian dari ibu. d) Adanya faktor ekonomi.

e) Anak lahir cacat yang menyebabkan rasa malu bagi keluarga.

f) Bayi yang dilahirkan hasil hubungan haram.

3) Menurut Ambarwati dan Wulandari tahun 2008, respon ortang tua terhadap bayinya dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu :

a) Factor internal

Factor internal, yaitu genetika, kebudayaan yang mereka praktekkan dan menginternalisasikan dalam diri mereka, moral dan nilai, kehamilan sebelumnya, pengalaman yang terkait, pengidentifikasian yang telah mereka lakukan selama kehamilan (mengidentifikasikan diri mereka sendiri sebagai orang tua, keinginan menjadi orang tua yang telah diimpikan, dan efek pelatihan selama kehamilan.

b) Factor eksternal

Factor eksternal, yaitu perhatian yang diterima selama hamil, melahirkan dan post partum, sikap dan perilaku,

selama satu jam pertama dan hari-hari dalam kehidupannya.

4) Respon antara ibu dan bayi sejak kontak awal hingga tahap perkembangan (Wulandari dan Handayani, 2011)

a) Touch (sentuhan).

b) Eye to eye contact (kontak mata) c) Bau badan.

d) Kehangatan tubuh. e) Suara.

f) Gaya bahasa. g) Irama kehidupan.

8. Respon Orang Tua Terhadap Sibling Rivalry

Sibling Rivalry merupakan persaingan antara saudara

kandung.Persaingan antara saudara kandung merupakan hal yang normal seorang anak karena merasa ada ancaman gangguan yang mengganggu kestabilan hubungan keluarganya dengan adanya saudara baru (Ambarwati dan Wulandari, 2008).

a. Penyebab sibling rivalry

1) Kompetensi (kemampuan) kaitannya dengan kecemburuan. 2) Ciri emosional, yakni temperamen, seperti halnya mudah

bosan, mudah frustasi, mudah marah atau sebaliknya. 3) Sifat perasaan anak seusia sampai dengan umur 2-3 tahun. 4) Kelemahan perkembangan seperti halnya lemahnya atau

b. Segi positif sibling rivalry

Sibling rivalry mendorong anak untuk mengatasi perbedaan dengan mengembangkan beberapa ketrampilan penting, diantaranya adalah bagaimana menghargai nilai dan prespektif (pandangan) orang lain (Wulandari dan Handayani, 2011).

9. Perubahan Fisiologi Masa NIfas a. Perubahan sistem reproduksi

1) Involusi

a) Pengertian

Involusi atau pengkerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. (Ambarwati dan Wulandari, 2008)

Involusi uterus adalah kembalinya bentuk uterus ke keadaan sebelum hamil baik dalam bentuk maupun posisi.Selain uterus, vagina, ligament uterus dan otot dasar panggul juga kembali ke keadaan sebelum hami (Wulandari dan Handayani, 2011).

b) Perubahan normal pada uterus selama post partum

Plasenta lahir : tinggi fundus uteri setinggi pusat, berat uterus 1000 gram, diameter uterus 12,5 cm dan palpasi serviksnya lunak.

Minggu pertama : tinggi fundus uteri pertengahan antara pusat shympisis, berat uterus 500 gram, diameter uterus 7,5 cm dan palpasi serviks 2 cm.

Minggu kedua : tinggi fundus uteri tidak teraba, berat uterus 350 gram, diameter uterus 5 cm, dan palpasi serviks 1 cm.

Minggu keenam : tinggi fundus uteri normal, berat uterus 60 gram, diameter uterus 2,5 cm dan palpasi serviks menyempit (Wulandari dan Handayani, 2011).

c) Lochea

Menurut Ambarwati dan Wulandari tahun 2008, lochea adalah ekskresi cairan Rahim selama masa nifas. Proses keluarnya darah pada tahap nifas atau lochea terdiri atas 4 tahapan, yaitu :

(1) Lochea rubra/merah (kruenta)

Muncul hari ke 1-4 masa post partum, darah segar, terdapat jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo (rambut bayi) dan meconium. (2) Lochea sanguinolenta

Cairan yang keluar berwarna merah kecoklatan dan berlendir, berlangsung dari hari ke 4 sampai hari ke 7 post partum.

(3) Lochea serosa

Berwarna kuning kecoklatan karena

mengandung serum, leukosit dan robekan plasenta. Muncul pada hari ke 7 sampai hari ke 14 post partum. (4) Lochea alba/putih

Mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lender serviks dan serabut jaringan yang mati. Lochea ini berlangsung selama 2 sampai 6 minggu post partum.

(5) Serviks

Serviks mengalami involusi bersama-sama dengan uterus.Serviks menjadi berwarna kehitam-hitaman, konsistensinya luinak, terkadang terdapat laserasi/perlukaan kecil.(Wulandari dan Handayani, 2011).

(6) Ovarium dan tuba valopi

Produksi estrogen dan progesterone menurun, sehingga menimbulkan mekanisme timbal balik dari siklus menstruasi.(Wulandari dan Handayani, 2011). (7) Vulva dan vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta pergangan yang sangat besar selama proses persalinan dan akan kembali secara bertahap dalam 6-8 minggu.

b. Perubahan Sistem Pencernaan

Ibu mengalami obstipasi setelah melahirkan anak.Hal ini disebabkan karena pada saat melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan yang menyebabkan colon menjadi kosong, pengeluaran cairan yang berlebihan pada waktu persalinan (dehidrasi) (Ambarwati dan Wulandari, 2008).

c. Perubahan Sistem Perkemihan

Diuresis dapat terjadi setelah 2-3 hari post partum. Hal ini disebabkan karena pengaruh selama kehamilan dimana saluran urinaria mengalami dilatasi. Kondisi ini akan kembali normal setelah 4 minggu post partum. Pada awal post partum, kandung kemih mengalami oedema, kongesti dan hipotonik, karena adanya overdistensi pada saat kala II persalinan dan pengeluaran urin yang tertahan selama proses persalinan (Wulandari dan Handayani, 2011).

d. Perubahan Sistem Endokrin 1) Hormone plasenta

Penurunan hormone Human Placental Lactogen (HPL), estrogen dan progesterone serta plasental enzyme insulinase membalik efek diabetogenik kehamilan, sehingga kadar gula darah menurun secara bermakna pada nifas.

2) Hormone pituitary

Prolactin darah meningkat dengan cepat, pada wanita tidak menyusui menurun dalam waktu 2 minggu.

3) Hormone oksitosin

Oksitosin dikeluarkan dari kelenjar bawah otak bagian belakang (posterior), bekerja terhadap otot uterus dan jaringan payudara. Pada wanita menyusui, isapan bayimerangsang keluarnya oksitosin lagi dsan membantu uterus kembali ke bentuk normal dan pengeluaran air susu.

4) Hipotalamik pituitary ovarium

Untuk wanita menyusui dan tidak menyusui akan mempengaruhi lamanya mendapatkan menstruasi. Menstruasi pertama bersifat anovulasi dikarenakan rendahnya kadar estrogen dan progesterone.

e. Perubahan Tanda-tanda Vital

Menurut Wulandari dan Handayani tahun 2011, perubahan tanda-tanda vital terdiri dari :

1) Suhu badan

Pada 24 jam post partum suhu badan akan naik sedikit menjadi 37,50C-380C.

2) Nadi

Denyut nadi normal 60-80 kali permenit. Denyut nadi yang melebihi 100 kali permenit disebabkan oleh infeksi atau perdarahan post partum yang tertunda.

3) Tekanan darah

Tekanan darah akan rendah setelah ibu bersalin karena ada perdarahan. Tekanan darah yang tinggi akan mengakibatkan

4) Pernafasan

Keadaan pernafasan ibu berhubungan dengan denyut nadi ibu.

f. Perubahan Sistem Kardiovaskuler

Pada persalinan pervaginam kehilangan darah sekitar 300-400 cc. bila kelahiran melalui SC kehilangan darah dapat dua kali lipat.Perubahan terdiri dari volume darah dan hemokonsentrasi. Keadaan ini akan kembali normal setelah 4-6 minggu (Ambarwati dan Wulandari, 2008).

g. Perubahan Sistem Hematologi

Leukositosis mungkin terjadi selama persalinan, sel darah merah berkisar 15.000 selama persalinan.Peningkatan sel darah putih berkisar antara 25.000-30.000 merupakan manifestasi adanya infeksi pada persalinan lama, dapat meningkat pada awal masa nifas yang terjadi bersamaan dengan peningkatan tekanan darah, volume plasma dan volume sel darah merah (Wulandari dan Handayani, 2011).

h. Perubahan Sistem Musculoskeletal

Ligament, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan, setelah bayi lahir, segera berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tak jarang uterus menjadi retrofleksi,karenaligamen rotundum menjadi kendor (Ambarwati dan Wulandari, 2008).

10. Proses Adaptasi Psikologis Ibu dalam Masa Nifas

a. Adaptasi psikologis ibu masa nifas (Wulandari dan Handayani, 2011)

Terdapat 3 tahap adaptasi psikologis ibu masa nifas, antara lain : 1) Fase taking in

Fase ini merupakan periode ketergantungan yang

berlangsung dari hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan.

2) Fase taking hold

Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan.

Pada fase ini ibu akan merasa khawatir akan

ketidakmampuan dan rasa tanggungjawabnya dalam merawat bayi.

3) Fase letting go

Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang berlangsung selama 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai menyesuaikan diri terhadap ketergantungan bayinya.

b. Rooming in

Rooming in plan adalah rencana perawatan ibu dan bayi merupakan perawatan bersama. Artinya ibu dirawat bersama-sama dengan bayinya didalam satu kamar, jadi tempat tidur anak akan terdapat disamping tempat tidur ibu, agar anak tinggal disamping ibunya dan ibunya dapat melihat anaknya setiap saat

c. Post partum blues (Wulandari dan Handayani, 2011)

Baby blues adalah ada kalanya ibu mengalami perasaan sedih yang berkaitan dengan bayinya.

1) Periode emosional stress yang terjadi antara hari ke 3 dank ke 10 setelah persalinan.

2) 80 % pada ibu post partum. 3) Karakteristik : a) iritabilitas meningkat. b) Perubahan mood. c) Cemas. d) Pusing. e) Perasaan sedih. f) Kesendirian.

4) Penyebabnya ada beberapa faktor yang berperan, yaitu : a) Perubahan level hormon.

b) Ketidaknyamanan. c) Kecemasan. d) Breast feeding. e) Perubahan pola tidur. f) Managemen.

5) Tidak ada perawatan khusus pada post partum blues jika tidak ada gejala yang signifikan.

6) Empathy dan support dari keluarga dan staf. 7) Gejalanya :

b) Mengalami perubahan perasaan. c) Cemas.

d) Kesepian.

e) Khawatir mengenai sang bayi. f) Penurunan gairah seeksual.

g) Kurang percaya diri terhadap kemampuan menjadi ibu. 11. Kebutuhan Dasar Ibu Masa Nifas

a. Nutrsi dan cairan

Nutrisi atau gizi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh untuk keperluan metabolismenya. Kebutuhan dasar ibu masa nifas harus mengandung :

1) Sumber tenaga (energy). 2) Sumber pembangun.

3) Sumber pengatur dan pelindung (mineral, vitamin, air). b. Ambulasi

Ambulasi disebut juga early ambulation adalah kebijakan untuk selekas mungkin membimbing klien keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya selekas mungkin berjalan (Wulandari dan Handayani, 2011).

c. Eliminasi 1) Miksi

Miksi disebut normal bila dapat buang air kecil spontan setiap 3-4 jam.

d. Kebersihan diri/perineum dan kebersihan bayi

Melakukan perawatan perineum dan perawatan payudara, e. Istirahat

Anjurkan ibu untuk :

1) Istirahat cukup untuk mengurangi kelelahan. 2) Tidur siang atau istirahat selagi bayi tidur.

3) Kembali ke kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan. 4) Mengatur kegiatan rumahnya sehingga dapat menyediakan

waku untuk istirahat pada siang hari kira-kira 2 jam dam

Dokumen terkait