• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Program Keluarga Berencana a. Pengertian

Menurut WHO (Expert Committee 1970), Keluarga Berencana merupakan tindakan yang membantu individu atau pasutri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang diinginkan, mengatur interval di antara kehamilan, dan menentukan jumlah anak dalam keluarga (Sulistyawati,2011).

Menurut Undang-Undang N0. 10 tahun 1992, Keluarga Berencana merupakan upaya peningkatan kepedulian masyarakat dalam mewujudkan keluarga kecil yang bahagia sejartera (sulistyawati,2011).

Keluarga Berencana adalah usaha untuk mengukur jumlah dan jarak anak yang diinginkan. Agar dapat mencapai hal tersebut, maka dibuatlah beberapa cara atau alternative untuk mencegah ataupun menunda kehamilan (Sulistyawati,2011).

Keluarga Berencana (Family Planning/Planned

Parenthood) merupakan suatu usaha menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan menggunakan

Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 1999, program Keluarga Berencana merupakan bagian yang terpadu (integral) dalam program pembangunan nasional dan bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan ekonomi, spiritual dan social budaya penduduk Indonesia agar dapat dicapai keseimbangan yang baik dengan kemampuan produksi nasional (Handayani,2010).

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat

disimpulkan bahwa program Keluarga Berencana adalah peningkatan yang membantu individu untuk mengukur jumlah anak serta menjarangkan kehamilan atau menunda kehamilan untuk menciptakan keluarga kecil dengan menggunakan kontrasepsi yang bertujuan menciptakan kesejahteraan ekonomi, spiritual dan social budaya untuk mewujudkan keluarga sejahtera. b. Tujuan Program KB

Program keluarga berencana mempunyai 2 tujuan yaitu tujuan umum dan tujuan pokok. Tujuan umum Keluarga Berencana adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga, dengan cara mengatur kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Selain itu juga terdapat tujuan umum yang lain meliputi pengaturan kelahiran, pendewasaan usia perkawinan, peningkatan ketahanan dan kesejahteraan keluarga. Hal ini sesuai dengan tujuan umum pemerintah untuk lima tahun kedepan dalam mewujudkan visi dan

misi program KB, yaitu membangun kembali dan melestarikan pondasi yang kokoh bagi pelaksanaan program KB di masa mendatang untuk mencapai keluarga berkualitas tahun 2015 (Sulistyawati,2011).

Tujuan pokok Keluarga Berencana yaitu menurunkan angka kelahiran yang bermakna, untuk mencapai tujuan tersebut maka ditempuh kebijaksanaan mengkatagorikan tiga fase untuk mencapai sasaran tersebut, yaitu :

1) Fase Menunda/Mencegah Kehamilan

Fase menunda kehamilan bagi PUS dengan usia isteri

kurang dari 20 tahun dianjurkan untuk menunda

kehamilannya.

Alasan menunda/mencegah kehamilan :

a) Umur dibawah 20 tahun adalah usia yang sebaiknya tidak mempunyai anak dulu karena berbagai alasan.

b) Prioritas penggunaan kontrasepsi Pil oral, karena peserta masih muda.

c) Penggunaan kondom kurang menguntungkan, karena pasangan muda masih tinggi frekuensi bersenggamanya, sehingga akan mempunyai kegagalan tinggi.

d) Penggunaan IUD-Mini bagi yang belum mempunyai anak pada masa ini dapat dianjurkan, terlebih bagi calon peserta dengan kontraindikasi terhadap Pil oral.

a) Reversibilitas yang tinggi, artinya kembalinya kesuburan dapat terjamin hamper 100%, karena pada masa ini peserta belum mempunyai anak.

b) Efektifitas yang tinggi, karena kegagalan akan menyebabkan terjadinya kehamilan dengan risiko tinggi dan kegagalan ini merupakan kegagalan program.

2) Fase Menjarangkan Kehamilan

Periode usia isteri antara 20 sampai 30/35 tahun merupakan periode usia paling baik untuk melahirka, dengan jumlah anak 2 orang dan jarak antara kelahiran adalah 2 sampai 4 tahun. Alas an menjarangkan kehamilan, yaitu : a) Umur antara 20 sampai 30 tahun merupakan usia yang

terbaik untuk mengandung dan melahirkan.

b) Segera setelah anak pertama lahir, maka dianjurkan untuk memakai IUD sebagai pilihan utama.

c) Kegagalan yang menyebabkan kehamilan cukup tinggi namun disini tidak/kurang berbahaya karena yang bersangkutan berada pada usia mengandung dan melahirkan yang baik.

d) Disini kegagalan kontrasepsi buknlah kegagalan program. Ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan yaitu :

a) Efektivitas cukup tinggi

b) Reversibilitas cukup tinggi karena peserta masih mengharapkan punya anak lagi.

c) Dapat dipakai 2 sampai 4 tahun yaitu sesuai dengan jarak kehamilan anak yang direncanakan.

d) Tidak menghambat air susu ibu (ASI), karena ASI adalah makanan terbaik untuk bayi sampai umur 2 tahun dan akan mempengaruhi angka kesakitan dan kematian anak. 3) Fase Menghentikan/Mengakhiri Kehamilan/Kesuburan

Peiode umur isteri di atas 30 tahun, terutama diatas 35 tahun, sebaiknya mengakhiri kesuburan setelah mempunyaai 2 orang anak. Alas an mengakhiri kesuburan yaitu :

a) Ibu-ibu dengan usia ditas 30 tahun dianjurkan untuk tidak hamil/tidak punya anak lagi, karena alas an medis dan alas an lainnya.

b) Pilihan utama adalah kontrasepsi mantap.

c) Dan Pil oral kurang dianjurkan karena usia ibu yang relative tua dan mempunyai kemungkinan timbulnya akibat sampingan dan komplikasi.

(Pinem, 2011)

c. Sasaran Keluarga Berencana

Menurut Anggraini dan Martini tahun 2011, sasaran program KB tertuang dalam RPJMN 2004-2009, adalah sebagai berikut: a) Menurunnya rata-rata laju pertumbuhan penduduk menjadi

1,14% per tahun.

b) Menurunnya angka kelahiran total (TFR) menjadi sekitar 2,2 per tahun.

c) Menurunnya PUS yang tidak ingin punya anak lagi dan ingin menjarangkan kelahiran berikutnya, tetapi tidak memakai alat/cara kontrasepsi (unmet need) menjadi 6%.

d) Meningkatnya peserta KB laki-laki menjadi 4,5%.

e) Meningkatnya penggunaan metode kontrasepsi yang rasional, efektif, dan efisien.

f) Meningkatnya rata-rata usia perkawinan pertama perempuan menjadi 21 tahun.

g) Meningkatkan partisipasi keluarga dalam pembinaan tumbuh kembang anak.

h) Meningkatnya jumlah keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera 1 yang aktif dalam usaha ekonomi produktif.

i) Meningkatnya jumlah institusi masyarakat dalam

penyelenggaraan pelayanan program KB Nasional. (Sulistyawati, 2011)

2. Pengertian Kontrasepsi

Kontrasepsi merupakan bagian dari pelyanan kesehatan reproduksi untuk pengaturan kehmilan, dan merupakan hak setiap individu sebagai makhluk social (BKKBN, 2010).

Menurut Prawirohardjo tahun 2009, daya guna kontrasepsi terdiri atas daya guna teoritis atau fisiologik (theoretical effectiveness), daya guna pemakaian (use effectiveness). Daya guna teoritis merupakan kemampuan suatu cara kontrasepsi untuk mengurangi terjadinya kehamilan yang tidak diingini, apabila cara tersebut digunakan terus-menerus dan sesuai dengan petunjuk yang

diberikan. Daya guna pemakaian adalah kemampuan suatu cara kontrasepsi dalam keadaan sehari-hari dimana pemakaiannya dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti pemakai tidak berhati-hati, kurang taat pada peraturan, dan sebagainya.

3. Macam-macam alat kontrasepsi a. Metode Amenorea Laktasai (MAL)

b. Metode Keluarga Berencana Alamiah (KBA) c. Metode Senggama Terputus atau Coitus Interuptus d. Metode Barrier

e. Kontrasepsi Hormonal 1) Pil Oral Kombinasi

2) Kontrasepsi Pil yang Berisi Progestin Saja atau Mini Pil. 3) Kontrasepsi Suntikan

Berdasarkan BKKBN tahun 2010, kontrasepsi suntikan progestin sangat efektif dan aman, serta dapat dipakai oleh semua perempuan dalam usia reproduksi, kembalinya kesuburan lebih lambat rata-rata 4 bulan, dan cocok untuk masa laktasi karena tidak menekan produksi ASI.Tersedia 2 jenis kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung progestin, yaitu :

a) Depo Medroksiprogesteron Asetat (Depoprovera), mengandung 150 mg DMPA, yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik intramuscular (di daerah bokong).

b) Depo Nerotisteron Enantat (Depo Noristerat), yang mengandung 200 mg Nerotindron Enantat, diberikan setiap 2 bulan dengan cara disuntik intramuscular.

Cara Kerja :

a) Mencgah ovulasi

b) Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma.

c) Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi. d) Menghambat transportasi gamet oleh tuba. Efektivitas :

Kedua kontrasepsi tersebut memiliki efektivitas yang tinggi, dengan 0,3 kehamilan per 100 perempuan pertahunnya, asal penyuntikannya dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang telah ditentukan.

Keuntungan : a) Sangat efektif.

b) Pencegahan kehamilan jangka panjang.

c) Tidak berpengaruh pada hubungan suami isteri.

d) Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung, dan gangguan pembekuan darah.

e) Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI. f) Sedikit efek samping.

h) Dapat digunakan oleh perempuan usia> 35 tahun sampai perimenopause.

i) Membantu mencegah kanker endometrium dan

kehamilan ektopik.

j) Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara.

k) Mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul. l) Menurunkan krisis anemia bulan sabit (sicle cell).

Keterbatasan :

a) Sering ditemukan gangguan haid.

b) Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan (harus kembali untuk suntikan).

c) Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikut.

d) Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering.

e) Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual, virus hepatitis B, atau infeksi virus HIV. f) Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian

pemakaian.

g) Terlambatnya kembali kesuburan bukan karena terjadinya kerusakan/kelainan pada organ genitalia, melainkan karena belum habisnya pelepasan obat suntikan dari deponya (tempat suntikan).

i) Pada penggunaan jangka panjang dapat sedikit menurunkan kepadatan tulang (densitas).

j) Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan pada vagina, menurunkan libido, gangguan emosi (jarang), sakit kepala, nervositas, jerawat.

Yang bpleh menggunakan kontrasepsi suntikan progestin : a) Usia reproduksi.

b) Nulipara dan yang tidak memiliki anak.

c) Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki efektivitas tinggi.

d) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai. e) Setelah melahirkan dan tidak menyusui.

f) Setelah abortus atau keguguran.

g) Tidak banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi. h) Perokok.

i) Tekanan darah <180/110 mmHg, dengan masalah gangguan pembekuan darah atau anemia bulan sabit. j) Menggunakan obat untuk epilepsy (fenitoin dan

barbiturat) atau obat tuberculosis (rifampisin).

k) Tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen.

l) Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi. m) Anemia defisiensi besi.

n) Mendekati usia menopause yang tidak mau atau tidak boleh menggunakan pil kontrasepsi kombinasi.

Yang tidak boleh menggunakan kontrasepsi suntikan progestin :

a) Hamil atau dicurigai hamil (risiko cacat pada pada janin 7 per 100.000 kelahiran).

b) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya. c) Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid,

terutama amenorea.

d) Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara.

e) Diabetes mellitus disertai komplikasi.

Waktu mulai menggunakan kontrasepsi suntikan progestin : a) Setiap saat selama siklus haid, asal ibu tersebut tidak

hamil.

b) Mulai hari pertama sampai hari he 7 siklus haid.

c) Pada ibu yang tidak haid, injeksi pertama dapat diberikan setiap saat, asalkan saja ibu tersebut tidak hamil. Selama 7 hari setelah disuntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual.

d) Ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin mengganti dengan kontrasepsi suntikan.

e) Bila ibu sedang menggunakan jenis kontrasepsi jenis lain dan ingin menggantinya dengan jenis kontrasepsi suntikan yang lain lagi.

subtikan pertama kontrasepsi hormonal yang akan diberikan dapat segera diberikan, asal saja ibu tersebut tidak hamil, dan pemberiannya tidak perlu menunggu haid berikutnya dating.

g) Ibu ingin menggantikan AKDR dengan kontrasepsi hormonal.

h) Ibu tidak haid atau ibu dengan perdarahan tidak teratur. 4) Kontrasepsi Implan (Subdermal) atau Alat Kontrasepsi Bawah

Kulit (AKBK)

f. Kontrasepsi Non Hormonal

1) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) atau IUD

2) Kontrasepsi dengan Metode Operasi Wanita (MOW) atau Tubektomi

3) Kontrasepsi dengan Metode Operasi Pria (MOP) atau Vasektomi

Dokumen terkait