• Tidak ada hasil yang ditemukan

a. Definisi bayi baru lahir

Menurut Marmi (2012, h. 1) bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi yang baru mengalami kelahiran, berusia 0-28 hari. Bayi baru lahir memerlukan penyesuaian fisiologis yang berupa maturasi, adaptasi (penyesuaian diri dari kehidupan intra uterin ke kehidupan ekstra uterin) untuk hidup dengan baik.

Menurut M. sholeh kosim (2008, h. 5) bayi baru lahir normal adalah bayi dari yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dengan berat lahir 2500 gram – 4000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan congenital (cacat bawaan) yang berat.

Kematian pada bayi dapat disebabkan oleh adanya trauma pada saat persalinan, dan kelainan bawaan yang disebabkan oleh rendahnya status gizi ibu hamil, serta kurangnya jangkauan pelayanan kesehatan dan pertolongan kesehatan oleh tenaga kesehatan menurut Hidayat (2008, h. 2)

b. Adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan diluar uterus

Adaptasi neonatal bayi baru lahir adalah proses penyesuaian fungsional dan kemampuan adaptasi neonatus dari kehidupan didalam uterus ke kehidupan di luar uterus yang disebut juga dengan hemostasis.

i. Menurut Marmi (2012, h.12) Periode transisi yaitu

a) Periode ini merupakan fase tidak stabil selama 6 sampai 8 jam pertama kehidupan yang akan di alami oleh seluruh bayi, dengan mengabaikan usia gestasi atau sifat persalinan dan melahirkan

b) Pada periode pertama reaktivitas (segera setelah lahir), pernafasan hidung sementara, retraksi, dan suara seperti mendengkur dapat terjadi. Denyut jantung dapat mencapai 180 kali permenit selama beberapa menit pertama kehidupan.

c) Tidur pertama ini dikenal sebagai fase tidur dalam 2 jam setelah kelahiran dan berlangsung beberapa menit sampai beberapa jam.

d) Periode kedua reaktivitas, dimulai waktu bayi bangun, ditandai dengan respon berlebihan terhadap timulus, perubahan warna kulit dari merah muda menjadi agak sianosis, dan denyut jantung cepat.

e) Lendir pada mulut dapat menyebabkan masalah besar, misalnya tersedak, tercekik dan batuk.

ii. Faktor – faktor yang mempengaruhi adaptasi bayi baru lahir

a) Pengalaman antepartum ibu dan bayi baru lahir (misal sikap orang tua terhadap kehamilan dan pengasuhan anak)

b) Pengalaman intrapartum ibu dan bayi baru lahir (misal lamanya persalinan)

c) Kapasitas fisiologis bayi baru lahir untuk melakukan transisi ke kehidupan ekstrauterin.

d) Kemampuan tugas kesehatan untuk mengkaji dan merespon masalah dengan tepat.

c. Perubahan fisiologis bayi baru lahir menurut Syaifudin (2007, h. 160- 162)

1.) Perubahan sirkulasi

Setelah bayi lahir, bayi bernafas akan mengalami penurunan pada tekanan arteri pulmonalis, sehingga banyak darah yang mengalir ke paru-paru, duktus arteriosus botali menutup 1-2 menit setelah bayi bernafas.

2.) Perubahan respirasi

Pernafasan bayi baru lahir tidak teratur, kecepatannya dan bervariasi 30– 60 x/mnt.

3.) Perubahan imunitas

Pada sistem imunologi terdapat beberapa jenis imunoglobulin (suatu protein yang mengandung anti bodi) diantaranya: IgG, Pembentukan sel plasma dan anti bodi gamma A,G dan gamma M. IgA telah dibentuk saat kehamilan dua bulan dan baru dapat ditemukan segera setelah lahir, IgM ditemukan pada kehamilan 5 bulan, produksinya meningkat setelah lahir.

4.) Perubahan suhu tubuh

Saat lahir suhu bayi sama dengan suhu ibu, tapi bayi memiliki insulasi lemak, luas permukaan tubuh yang besar, suhu lingkungan harus diatur 36,5 – 37,2 0C. untuk mengurangi kehilangan panas harus dilakukan pengaturan suhu kamar, membungkus badan dan kepala bayi, tempatkan ditempat tidur yang hangat.

5.) Perubahan nadi

Bayi Baru lahir denyut nadi 120-150 x/mnt, tergantung pada aktifitas. Nadi dapat menjadi tidak teratur karena stimulasi fisik atau emosional tertentu seperti gerakan involunter, menangis atau mengalami perubahan suhu yang tiba-tiba.

6.) Perubahan tekanan darah

Tekanan darah pada bayi baru lahir rendah (BBLR) sulit diukur secara akurat dengan spignomanometer konvensional, 80-60/ 45-40 mmHg dan 100/50 mmHg sampai dengan hari ke sepuluh.

7.) Perubahan saluran pencernaan

Pada kehamilan 4 bulan pencernaan telah terbentuk dan janin telah dapat menelan air ketuban dalam jumlah yang cukup, absorpsi air ketuban terjadi melalui mukosa seluruh saluran pencernaan.

8.) Perubahan endokrin

Pada kehamilan 10 minggu kortikotropin telah ditemukan dalam hipofisis, hormon ini diperlukan untuk mempertahankan granula supra renalis. Kelenjar adrenal pada waktu lahir relatif lebih besar dibanding orang dewasa, kelenjar tyroid sudah sempurna saat lahir dan sudah mulai berfungsi sebelum lahir.

9.) Perubahan keseimbangan air dan fungsi ginjal

Glomerolus mulai dibentuk pada janin umur 8 minggu. Pada kehamilan 28 minggu jumlahnya sekitar 350.000, ginjal janin mulai berfungsi pada usia kehamilan 3 bulan. Hingga umur tiga hari ginjal bayi belum dipengaruhi oleh pemberian air minum, sesudah 5 hari ginjal mulai memproses air yang didapat dari luar. 10.) Perubahan susunan saraf

Pada trimester akhir hubungan antara saraf dan fungsi otot-otot menjadi lebih sempurna, asuhan segera pada bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada bayi segera setelah kelahiran. Sebagian besar bayi yang baru lahir akan menunjukkan usaha pernapasan spontan dengan sedikit bantuan atau gangguan.

Semua bayi baru lahir harus dinilai adanya tanda-tanda kegawatan atau kelainan menunjukan suatu penyakit.

Tanda-tanda bayi baru lahir normal : 1. Berat badan : 2500-4000 gram 2. Panjang badan : 48-52 cm 3. Lingkar kepala : 33-35 cm 4. Lingkar dada : 30-38 cm

5. Denyut jantung : 120-160 x/menit 6. Pernafasan : 40-60 x/menit

7. Kulit kemerahan dan licin karena jaringan dan adanya vernik caseosa

8. Rambut lanugo terlihat, rambut kepala biasanya sudah sempurna 9. Kuku agak panjang dan lepas

10. Genetalia : jika perempuan labia mayora telah menutupi labia minora, jika laki-laki testis sudah turun

11. Reflek menghisap dan menelan baik

12. Reflek moro baik (bila dikagetkan akan reflek seperti memeluk) 13. Reflek menggenggam baik

14. Eliminasi : urine dan mekonium akan keluar dalam waktu 24 jam.

e. Kebutuhan bayi baru lahir:

1. Membersihkan jalan nafas 2. Memotong tali pusat 3. Menjaga kehangatan 4. Kontak dini dengan ibu 5. Memberikan Vitamin K

7. Memberikan Hb 0 8. IMD

f. tanda – tanda bahaya bayi baru lahir

Bayi normal akan menangis dalam waktu 30 detik setelah lahir. 1. Apabila bayi tidak bernafas dalam waktu 30 detik, maka harus

segera mencari bantuan. Penanganan persiapan kebutuhan resusitasi untuk setiap bayi dan siapkan rencana untuk meminta bantuan, khususnya apabila ibu memiliki riwayat eklamsia, perdarahan persalinan, persalinan dini atau infeksi.

2. Apabila bayi belum mulai pernafasannya setelah 60 detik, lakukan resusitasi.

3. Kulit bayi sianosis (kebiruan), sukar bernafas (frekuensi pernafasaan kurang dari 30 atau lebih dari 60 kali permenit) berikan oksigen pada bayi dan kateter nasal.

g. Tanda bahaya yang harus dikenali oleh ibu menurut Marmi (2012, h. 84- 85) yaitu :

1. Kesulitan bernafas (pernafasan cepat >60/menit) atau menggunakan otot nafas tambahan

2. Bayi terus menerus tidur tanpa bangun untuk makan

3. Warna kulit dan bibir bayi kebiruan atau bayi sangat kuning. 4. Suhu terlalu panas (febris) atau terlalu dingin (sianosis)

5. Gangguan gastrointestinal (tidak bertinja selama 3 hari pertama setelah lahir, muntah terus menerus, muntah dan perut begah, tinja hijau tua berdarah atau berlendir.

6. Mata bengkak atau mengeluarkan cairan.

h. Tanda –tanda bahaya yang diwaspadai pada bayi baru lahir

a. Pernafasan sulit > 60 kali permenit

b. Terlalu panas (> 38o C atau terlalu dingin < 36o C) c. Mengantuk berlebihan, banyak muntah

d. Tali pusat mengeluarkan cairan atau bau busuk

e. Tidak berkemih dalam 24 jam, tinja lembek, hijau tua, berlendir dan berdarah pada tinja

f. Menggigil, mudah tersinggung, lemes, terlalu mengantuk, lunglai, kejang halus, tidak tenang.

i. Jadwal Imunisai

1.) Imunisai BCG

Imunisai ini diberikan pada usia di bawah dua bulan jika baru diberikan setelah dua bulan disarankan tes tuberculin untuk mengetahui apakah bayi sudah kemasukan kuman mycobacterium tuberculosis atau belum. Imunisasi ini dilakukan apabila hasilnya negativ, pada penderita tuberculosis sebaiknya bayi segera diimunisasi BCG.

2.) Imunisai Hepatitis B

Diberikan pada bayi usia kurang dari 12 jam setelah lahir dengan syarat kondisi bayi stabil tidak ada gangguan pada paru-paru dan jantung menurut Marmi (2012, h. 407-410)

3.) Imunisasi Polio

Pertama diberikan pada bayi umur 0 bulan atau saat lahir selanjutnya diberikan pada usia 2, 4, 6 bulan dilanjutkan pada usia 18 bulan dan 5 tahun kecuali saat lahir pemberian vaksin polio selalu dibarengin dengan vaksin DPT.

4.) Imunisai DPT

Pemberian imunisasi DPT dapat mencegah penyakit difteri, pertusis dan tetanus kekebalan tubuh bereaksi setelah imunisasi. Imunisasi DPT diberikan sebanyak lima kali (3x pada usia bayi 2, 4, 6 bulan, 1x usia 18 bulan, dan 1x diusia 5 tahun). Selanjutnya diusia 12 tahun diberi imunisasi tetanus. Efek samping yang akan terjadi umumnya akan muncul demam yang dapat diatasi dengan obat penurun panas, apabila demam lebih dari dua hari segera dibawa ke dokter namun apabila tidak terjadi demam bukan berarti imunisasi gagal.

5.) Imunisasi Campak

Diberikan sebanyak dua kali, yaitu diberikan di usia 9 bulan dan di usia 6 tahun. Dianjurkan pemberian imunisasi campak pertama sesuai jadwal selain karena faktor anti bodi dari ibu sudah menurun di usia 9 bulan penyakit campak umumnya menyerang anak usia balita.

j. Empat mekanisme kehilangan panas tubuh bayi, yaitu :

1.) Konduksi

Panas dihantarkan dari tubuh bayi ke tubuh benda disekitarnya yang kontak langsung dengan tubuh bayi, contoh menimbang bayi tanpa alas

2.) Konveksi

Panas yang hilang dari bayi ke udara sekitarnya yang sedang bergerak, contoh menempatkan bayi baru lahir di deket jendela 3.) Radiasi

Dilingkungan yang lebih dingin suhunya akan terserah oleh lingkungan, contoh bayi mengalami kehilanagan panas tubuh secara radiasi.

4.) Evaporasi

Panas hilang melalui proses penguapan, tergantung pada kecepatan dan kelembaban menurut Marmi (2012, h. 26-27)

k. Penanganan bayi baru lahir menurut Marmi (2012, h. 85)

1. Berikan ASI sesui kebutuhan setiap 2-3 jam 2. Pertahankan agar bayi selalu dengan ibu 3. Bayi dalam keadaan hangat, bersih dan kering 4. Tali pusat dalam keadaan bersih dan kering

5. Kenali tanda-tanda bahaya, datanglah ke tenaga kesehatan bila perlu.

l. Kebutuhan nutrisi

1.) Nutrisi untuk bayi 0-6 bulan

Bayi usia 0-6 bulan sebaikanya diberikan ASI eksklusif untuk mengoptimalkan perkembangan otak bayi. ASI merupakan sumber makanan utama dan paling sempurna bagi bayi usia 0-6 bulan. Menurut WHO ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa tambahan cairan lain baik susu formula, air putih, jeruk, ataupun makanan tambahan lain. Karena sebelum usia 6 bulan system pencernaan bayi belum mampu berfungsi dengan sempurna sehingga ia belum mencerna makanan selain ASI. Menurut Marmi (2012, h. 383)

Menurut Marmi (2012, h. 383-384) mulai usia 6- 12 bulan perlu diperkenalkan jenis makanan padat yang disebut makanan pendamping ASI (MP-ASI). Contohnya: bubur tepung beras merah, sayuran yang dihaluskan, kacang- kacangan, daging, ayam, ikan. Yang tidak dianjurkan untuk bayi usia 4-6 bulan yaitu jenis makanan yang mengandung protein glutein, biasanya terdapat pada tepung terigu, dll. Protein glutein sering menyebabkan reaksi gluteine intolerance yang menyebabkan perut kembung, mual, diare pada bayi. Hindari pemberian gula, garam, bumbu masak atau penyedap rasa terhadap makanan bayi, makanan terlalu berlemak dan lain- lain.

m. Asuhan pada bayi baru lahir

1.) Asuhan BBL 2-6 hari

Pada hari ke 2-6 hari setelah persalinan ada hal- hal yang perlu diperhatikan pada bayi, yaitu :

a) Minum

Berikan ASI sesering mungkin sesuai dengan keinginan ibu (jika payudara terasa penuh) dan susui sesuai dengan keinginan bayi atau kebutuhan bayi 2-3 jam (paling sedikit 4 jam), secara bergantian antara payudara kanan dan kiri. Seorang bayi biasanya menyusu sebanyak 12- 15 kali dalam 24 jam. Pemberian ASI saja cukup. Pada periode usia 0-6 bulan, kebutuhan gizi bayi baik kualitas ataupun kuantitasnya terpenuhi dari ASI saja. Tanpa harus diberikan makanan tambahan apapun. Pemberian makanan lain akan mengganggu produksi ASI dan dapat mengurangi

kemampuan bayi untuk menghisap menurut Marmi (2012, h. 73 )

b) Buang air besar

Feses bayi dua hari pertama setelah persalinan biasanya berbentuk seperti aspal lembek, zat buangan ini berasal dari pencernaan bayi yang dibawa dari kandungan. Feses bayi yang diberikan ASI eksklusif biasanya tidak berbentuk, biasanya seperti pasta atau krem, berbiji dan bisa juga seprti mencret atau mencair. Sedangkan bayi yang diberikan susu formula fesesnya akan berbentuk padat, bergumpal- gumpal atau agak liat dan bulat. BAB bayi dengan orang dewasa berbeda frekuensinya, bahkan frekuensi BAB akan beda dari minggu ke minggu depannya. Umumnya di 4 atau 5 minggu pertama dalam sehari bisa lebih dari 5 – 6 kali, semua ini normal selama perkembangan bayi bagus.

Bayi yang minum ASI eksklusif bisa saja tidak BAB selama 2- 4 hari bahkan bisa 7 hari sekali, bukan sembelit namun bayi memang tidak ada ampas makanan yang harus dikeluarkan. Semua diliahat dari kondisi bayi apabila bayi anteng- anteng saja tandanya bayi normal menurut Marmi (2012, h. 76-77) c) Buang air kecil

Bayi baru lahir cenderung sering BAK yaitu 7- 10 kali sehari. Umunya bayi cukup bulan akan mengeluarkan urine 15-16 ml/kg/hari. Bayi mulai memiliki fungsi ginjal yang sempurna selama 2 tahun pertama kehidupannya.

d) Tidur

Menurut Marmi (2012, h. 80-81) dalam 2 minggu pertama setelah lahir, bayi normalnya sering tidur, bayi baru lahir usia 3 bulan rata- rata tidur selama 16 jam perhari. Mulai usia 2 bulan bayi mulai lebih banyak tidur pada malam hari dari pada siang hari. Usia 3- 6 bulan jumlah tidurpun semakin berkurang 2-3 kali dan terus terus berkurang hingga 2 kali pada usia 6- 12 bulan.

e) Kebersihan kulit

Muka, pantat dan tali pusat bayi perlu dibersihkan secara teratur, selalu mecuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi. Mandikan bayi dengan cara mengelap seluruh badan dengan menggunakan waslap.

f) Keamanan

Hindarkaan pemberian apapun kemulut bayi selain ASI, karena bayi bisa tersedak, jangan menggunakan alat penghangat buatan di tempat tidur bayi menurut Marmi (2012, h. 82-83)

Dokumen terkait