• Tidak ada hasil yang ditemukan

3. Fungsi Interdependen. Fungsi perawat dalam interdependen ini bahwasanya tindakan perawat berdasarkan pada kerja sama dengan tim perawatan atau tim

2.4. Rumah Sakit

2.5.1. Beban Kerja

2.5. Landasan Teoritis

2.5.1. Beban Kerja

Yang dimaksud dengan beban kerja disini adalah beban kerja perawat dimana perawat merupakan tenaga penting dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit, mengingat pelayanan keperawatan diberikan selama 24 jam terus menerus. Pelayanan keperawatan yang bermutu, efektif dan efisien dapat tercapai bila didukung dengan keseimbangan beban kerja dengan jumlah perawat yang tepat sesuai dengan kebutuhan. Oleh karena itu, perencanaan tenaga perawat terutama dalam menentukan jumlah kebutuhan tenaga perlu dilakukan dengan sebaik-baiknya agar dapat diperoleh ketenagaan yang efektif dan efisien, (Sukardi, 2005).

Munandar (2001), menyatakan bahwa fluktuasi beban kerja terjadi pada jangka waktu tertentu, sehingga terkadang bebannya sangat ringan dan pada saat-saat lain bebannya bisa berlebihan. Situasi tersebut dapat di jumpai pada perawat yang bekerja di rumah sakit khususnya perawat. Keadaan yang tidak stabil tersebut dapat menimbulkan kecemasan, ketidak puasan kerja dan cenderung meninggalkan kerja. Menurut Kusmiati (2003), yang memengaruhi beban kerja perawat adalah kondisi pasien yang selalu berubah, jumlah rata - rata jam perawatan yang

dibutuhkan untuk memberikan pelayanan langsung pada pasien dan dokumentasi asuhan keperawatan serta banyaknya tugas tambahan yang harus dikerjakan oleh seorang perawat sehingga dapat mengganggu penampilan kerja dari perawat tersebut. Akibat pengaruh negatif dari permasalahan ini, kemungkinan timbul emosi perawat yang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Beban kerja yang berlebihan ini sangat berpengaruh terhadap produktifitas tenaga kesehatan dan tentu saja berpengaruh

terhadap produktifitas rumah sakit itu sendiri, sebagai tempat bekerja. Disamping tugas tambahan beban kerja seorang perawat juga sangat

dipengaruhi oleh waktu kerjanya. Apabila waktu kerja yang harus ditanggung oleh perawat melebihi dari kapasitasnya maka akan berdampak buruk bagi produktifitas perawat tersebut. Hal ini menyebabkan pasien mengeluh karena pasien merasa tidak langsung diberikan tindakan atau merasa tidak dihiraukan oleh perawat.

Sehubungan dengan hal tersebut diatas, selain perawat melaksanakan tugas pokoknya juga melakukan tugas lain seperti administrasi (mengimput dan mengolah data pasien, membuat laporan visum, dan lain-lain), hal ini akan berpengaruh atau menambah waktu kerja perawat dalam bertugas. Dengan pembagian jumlah perawat yang tidak proporsional sehingga perawat merasa beban kerjanya tinggi karena waktu kerjanya terkadang berlebih, hal ini diakibatkan oleh karena banyaknya pasien yang masuk, belum lagi jika ada kejadian luar biasa seperti keracunan massal sehingga perawat dalam penanganannya menjadi kewalahan dan memerlukan waktu tambahan (ekstra waktu).

Untuk lebih memperjelas pengertian tentang beban kerja, dibawah ini akan diutarakan beberapa pengertian antara lain:

1. Beban kerja adalah merupakan perbandingan antara jumlah tenaga kesehatan khususnya tenaga perawat dengan volume kerja yang harus diselesaikan pada suatu unit dalam jangka waktu tertentu (Ilyas, 2000).

2. Beban kerja adalah jumlah orang yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan sama dengan jumlah waktu untuk menyelesaikan pekerjaan dibagi dengan waktu yang diberikan kepada satu orang (Moekijat, 1995).

3. Beban kerja adalah sekumpulan atau sejumlah kegiatan yang harus diselesaikan oleh suatu unit organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu (Men-PAN, 1997).

4. Beban kerja adalah jumlah jam kerja orang yang digunakan atau dibutuhkan untuk merampungkan suatu pekerjaan dalam waktu tertentu, atau dengan kata lain berapa jumlah personalia dan berapa jumlah tanggung jawab atau beban kerja yang tepat dilimpahkan kepada seorang petugas (Komaruddin, 1996). Berdasarkan uraian sebelumnya bahwa beban kerja terdiri dari beberapa sub variabel. 1. Personalia

Dalam penyelesaian suatu pekerjaan perlu ditentukan jumlah personalia yang tepat agar petugas dapat bekerja secara efektif dan efisien dan pekerjaan selesai sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

2. Tanggung Jawab

suatu pekerjaan dalam periode tertentu, untuk itu berapa jumlah tanggung jawab

yang tepat dilimpahkan kepada seorang petugas. 2.5.2. Uraian Jabatan (Job Description)

Yang dimaksud Uraian Jabatan (Job Description) disini adalah uraian jabatan perawat untuk mengetahui apa, kumpulan tanggung jawab/aktifitas perawat tersebut, maka perlu ada analisa yang disebut sebagai analisa jabatan (job analysis), sebagai suatu proses mengumpulkan, mengkategorikan dan mendokumentasikan seluruh informasi yang relevan tentang jabatan tersebut dalam periode tertentu. Hasilnya, sudah tentu dinamakan uraian pekerjaan/uraian jabatan (job description).

Manfaat dari uraian jabatan (job description) :

1. Atasan- untuk mengoptimalkan peran dan tanggung bawahan.

2. Pimpinan Organisasi- untuk dapat memimpin dan memberikan motivasi agar pemegang jabatan menghasilkan kinerja yang optimal.

3. Pemegang jabatan- sebagai panduan dan pedoman kerja serta mengetahui apa yang harus dilakukan dan diharapkan dari organisasi.

4. Perekrut- untuk mengetahui kandidat yang tepat dan paling cocok sesuai jabatan. 5. Trainer- untuk mengetahui kebutuhan pelatihan bagi pemegang jabatan.

6. Assessor- untuk melakukan analisa terhadap pemegang jabatan (competency assessment, in-depth interview dll)

7. Perencana Karir (Succession Planner)- untuk menempatkan individu sesuai dengan peran, tanggung jawab dan kebutuhan organisasi.

8. Job Evaluator- untuk membobot jabatan dan membandingkan jabatan lain dalam organisasi.

Maka jelaslah bahwa job description adalah bagian penting dari sistem pengembangan SDM. Ibarat navigator, job description adalah peta yang menentukan arah, kemana harus berbelok, berapa kecepatan yang diperlukan dan seterusnya. (http://ilmusdm.wordpress.com/2007/11/30/membuat-uraian jabatan-job description) 2.5.3. Rasio Jumlah Perawat : Pasien

1. Peraturan Menkes RI No. 262/Menkes/Per/VII/1979, tentang perbandingan tempat tidur dengan jumlah perawat : RS tipe A-B, perbandingan minimal 3 – 4 perawat : 2 tempat tidur.

(http://komitekeperawatanrsia.wordpress.com/2009/07/01/117/)

2. Menurut standar yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan RI rasio ideal perawat untuk pasien di rumah sakit di Indonesia adalah 2 : 1 untuk memungkinkan shift kerja 24-jam. (www.who.int/bulletin/volumes/88/5/10-020510/en/index.html). 2.5.4. Komunikasi Terapeutik

Pada profesi keperawatan komunikasi menjadi sangat penting karena komunikasi merupakan alat dalam melaksanakan proses keperawatan. Dalam asuhan keperawatan, komunikasi ditujukan untuk mengubah perilaku klien dalam mencapai tingkat kesehatan yang optimal (Stuart, 1998). Oleh karena tujuan adalah untuk terapi maka komunikasi dalam keperawatan disebut komunikasi terapeutik, karena inti dari komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan untuk tujuan terapi.

Pada awal menjadi mahasiswa keperawatan dan ketika untuk pertama kali

terlibat interaksi dengan pasien, pertanyaan yang sering diajukan adalah “bagaimana saudara memperoleh pengetahuan tentang pasien saudara ?” Tugas ini bukan

pekerjaan yang mudah namun sering menjadi penghambat dalam menciptakan hubungan yang efektif. Seorang perawat tidak akan dapat mengetahui tentang kondisi klien jika tidak ada kemampuan menghargai keunikan klien. Tanpa mengetahui keunikan masing-masing kebutuhan klien, perawat juga akan kesulitan memberikan bantuan kepada klien dalam mengatasi masalah klien. Melalui komunikasi terapeutik diharapkan perawat dapat menghadapi, mempersepsikan, bereaksi, dan menghargai keunikan klien. Komunikasi terapeutik tidak dapat berlangsung dengan sendirinya, tapi harus direncanakan, dipertimbangkan, dan dilaksanakan secara profesional. Sehingga jangan sampai karena terlalu banyaknya atau asiknya bekerja, perawat melupakan klien sebagai manusia dengan latar belakang dan permasalahannya.

Untuk lebih jelasnya dibawah ini akan diutarakan beberapa pengertian dari komunikasi terapeutik:

1. Stuart (1998) menyatakan bahwa, “Komunikasi terapeutik merupakan

hubungan interpersonal antara perawat dan klien, dalam hubungan ini perawat dan klien memperoleh pengalaman belajar bersama dalam rangka memperbaiki

pengalaman emosional klien”.

2. Komunikasi terapeutik berarti suatu proses penyampaian nasehat kepada klien untuk mendukung upaya penyembuhan. (Ermawati, dkk, 2009).

3. Northouse (1998) menyatakan bahwa, “Komunikasi terapeutik adalah

kemampuan atau keterampilan perawat untuk membantu klien beradaptasi terhadap stres, mengatasi gangguan psikologis, dan belajar bagaimana berhubungan dengan

orang lain”.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa komunikasi terapeutik terdiri dari beberapa komponen atau sub variabel antara lain:

1. Kemampuan (Capability) adalah keterampilan yang dimiliki oleh seorang perawat untuk memanfaatkan sumber daya atau potensi yang ada untuk membantu klien.

2. Beradaptasi (adaptability) adalah proses penyesuaian diri seorang perawat, dalam membantu klien menyesuaikan diri terhadap stres atau masalah yang dihadapinya.

3. Mengatasi adalah bantuan yang diberikan seorang perawat kepada klien untuk menghilangkan gangguan psikologis (kejiwaan) yang dihadapi klien. 4. Berhubungan (relationship) adalah merupakan pembelajaran yang diberikan

oleh perawat kepada klien untuk berineraksi kepada orang lain, sebagai komunikasi kesehatan yang terjadi antara perawat dengan klien atau keluarga klien. (Northouse, 1998) dalam Suryani, 2006.

Dari beberapa pengertian diatas dapat dipahami bahwa komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan atau dirancang untuk tujuan terapi. Seorang penolong (helper) atau perawat dapat membantu klien mengatasi masalah yang dihadapinya melalui komunikasi.

Dokumen terkait