h. Pasal 1149 KUH Perdata.91
Pengertian jaminan menurut Pasal 1131 KUH Perdata bersifat umum, karena semua harta benda milik debitur menjadi jaminan bersama-sama bagi semua krediturnya, jadi jaminan umum adalah jaminan yang diberikan bagi kepentingan semua kreditur dan menyangkut semua harta kekayaan debitur.92
90 J. Andy Hartanto, Hukum Jaminan dan Kepailitan : Hak Kreditur Separatis Dalam Pembagian Hasil Penjualan Benda Jaminan Debitur Pailit¸ (Surabaya: Laksbang Justitia Surabaya, 2015), hal. 16
91Ibid., hal. 17-19
92 Frieda Husni Hasbullah, Hukum Kebendaan Perdata, Hak-hak yang Memberi Jaminan (Jakarta: Ind-Hill-Co, 2002) hal. 9
Berdasarkan ketentuan Pasal 1132 dapat disimpulkan bahwa kedudukan pihak pemberi pinjaman dapat dibedakan atas dua golongan yaitu kreditur yang mempunyai kedudukan berimbang sesuai dengan piutang
masing-masing yang disebut kreditur konkuren dan kreditur yang mempunyai kedudukan didahulukan dari pihak pemberi pinjaman yang lain berdasarkan suatu peraturan perundang-undangan yang disebut dengan kreditur preferen.93
Dalam perkembangannya, terdapat satu jenis kreditur yang kedudukan dan haknya dipisahkan dari kreditur lainnya yang dikenal dengan istilah kreditur separatis, kreditur separatis adalah kreditur yang memiliki hutang kebendaan yang berupa pemegang hak
tanggungan, hipotik, gadai dan fidusia.94 Jaminan kebendaan yang paling banyak diminati oleh bank adalah tanah dan bangunan karena bank menilai tanah dan bangunan mempunyai prospek yang sangat menguntungkan dan merupakan jaminan yang dianggap paling efektif dan aman, kepastian dalam eksekusinya, dan hutang yang dijamun dengan hak tanggungan harus dibayar terlebih dahulu daripada tagihan piutang lainnya dengan uang hasil pelelangan yang menjadi objek hak tanggungan.95 Jaminan pemberian kredit bank tersebut pada hakikatnya untuk menjamin kepastian akan pelunasan hutang debitur bila debitur cidera janji atau dinyatakan pailit.96
Jaminan merupakan sumber terakhir bagi pelunasan kredit yang diberikan oleh bank kepada nasabah debitur lainnya bila ternyata sumber utama pelunasan nasabah debitur berupa hasil laba dari perusahaan debitur sudah tidak mencukupi untuk membayar kredit yang ada, maka hasil eksekusi jaminan tersebut diharapkan menjadi sumber alternatif pelunasan terakhir untuk kredit yang ada.97
93 J. Andy Hartanto, Op.Cit., hal. 20
94 Ivida Dewi Amrih Suci dan Herawati Poesoko, Op.Cit., hal. 93
95 J. Andy Hartanto, Op.Cit., hal. 21
96 Djoni. S. Gazali, Hukum Perbankan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2010), hal. 270
97 J. Andy Hartanto, Op.Cit., hal. 21
Fungsi jaminan secara yuridis adalah
kepastian hukum pelunasan hutang di dalam perjanjian hutang-piutang atau kepastian realisasi suatu prestasi dalam suatu perjanjian, dengan mengadakan perjanjian penjaminan melalui lembaga-lembaga jaminan yang dikenal dalam hukum nasional.98
a. Memberikan hak dan kekuasaan kepada bank untuk mendapatkan pelunasan dengan barang-barang jaminan (agunan) tersebut, bilamana nasabah melakukan cidera janji yaitu tidak membayar kembali hutangnya pada waktu yang telah ditetapkan dalam perjanjian.
Adapun fungsi jaminan dalam pemberian kredit adalah sebagai berikut:
b. Menjamin agar nasabah berperan serta didalam transaksi untuk membiayai usaha atau proyeknya sehingga kemungkinan untuk meninggalkan usaha atau proyeknya dengan merugikan diri sendiri atau perusahaannya dapat dicegah atau sekurang-kurangnya kemungkinan untuk dapat berbuat demikian diperkecil terjadinya.
c. Memberi dorongan kepada debitur (tertagih) untuk memenuhi perjanjian kredit, khususnya mengenai pembayaran kembali (pelunasan) sesuai dengan syarat-syarat yang telah disetujui agar ia tidak kehilangan kekayaan yang telah dijaminkan kepada bank.99
1) Jaminan Perorangan Dan Jaminan Kebendaan
Menurut sifatnya, ada jaminan bersifat umum, yaitu jaminan yang diberikan bagi kepentingan semua kreditur dan menyangkut semua harta debitur, sebagaimana yang diatur dalam Pasal 1131 KUH Perdata.100 Selanjutnya, ada jaminan yang bersifat khusus yang merupakan jaminan dalam bentuk penunjukan atau penyerahan barang tertentu secara khusus, sebagai jaminan atas pelunasan kewajiban/utang debitur kepada kreditur tertentu, yang hanya berlaku untuk kreditur tertentu tersebut, baik secara kebendaan maupun perorangan.101
98 Djuhaendah Hasan, Seri Dasar Hukum Ekonomi 4: Hukum Jaminan Indonesia- Lembaga Jaminan (Jakarta: ELIPS, 1998), hal. 68
99 Thomas Suyatno, Dasar-dasar Perkreditan, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum, 2003), hal. 16
100 Gunawan Widjaja & Ahmad Yani, Jaminan Fidusia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000), hal. 79
101Ibid. hal. 80
Jaminan perorangan (personlijk), yaitu adanya orang tertentu yang sanggup membayar atau memenuhi prestasi jika debitur cidera janji. Jaminan perorangan ini tunduk pada ketentuan hukum perjanjian yang diatur dalam Buku III KUH Perdata.102 Pada jaminan yang bersifat perorangan, tuntutan guna memenuhi pelunasan utang yang dijamin hanya dapat dilakukan secara pribadi oleh kreditur sebagai pemilik piutang dengan jamin (atau ahli waris beserta mereka yang memperoleh hak dan kewajiban dari kedua belah pihak tersebut), dan tidak dapat dipergunakan untuk merugikan pihak lainnya dengan alasan apa pun.103
Terhadap diri orang perorangan atau pihak lain yang memberikan jaminan perorangan tersebut akan berlaku kembali ketentuan Pasal 1131 KUH Perdata, selain aturan dasar mengenai perjanjian penjaminan yang disepakati dan disetujui oleh kreditur dan penjamin.104 Jaminan perorangan memiliki ciri dan akibat hukum yang menimbulkan hubungan langsung pada diri orang perorangan atau pihak tertentu yang memberikan penjaminan, dan hanya dapat dipertahankan terhadap pihak penjaminan tertentu tersebut, terhadap harta kekayaan miliknya tersebut. Ini berarti bahwa dalam jaminan perorangan ini berlaku asas persamaan yaitu bahwa tidak ada beda antara piutang yang datang lebih dahulu dan yang kemudian. Semua kreditur atas harta debitur, memiliki kedudukan yang sama, tanpa memperhatikan urutan terjadinya.105
Jaminan yang bersifat kebendaan yaitu adanya benda tertentu yang dijadikan jaminan (zakelijk). Ilmu hukum tidak membatasi kebendaan yang dapat dijadikan jaminan,
102Ibid.
103Ibid.hal. 81
104Ibid.
105Ibid. hal. 82
hanya saja kebendaan yang dijaminkan tersebut haruslah merupakan milik dari pihak yang memberikan jaminan kebendaan tersebut.106 Jaminan yang bersifat kebendaan dilembagakan dalam bentuk hak tanggungan, gadai, fidusia dan hipotik. Jaminan kebendaan ini merupakan hak kebendaan yang diberikan atas dasar jura in re aliena, dan karenanya wajib memenuhi asas pencatatan dan publisitas agar dapat melahirkan hak mutlak atas kebendaan yang dijaminkan tersebut.107