• Tidak ada hasil yang ditemukan

BEBERAPA JENIS MEMBACA

Dalam dokumen Post (Halaman 67-74)

b. Menentukan makna Kata melalui gambar

PEMBELAJARAN KEMAHIRAN MEMBACA

C. BEBERAPA JENIS MEMBACA

Untuk melatih dua aspek kemahiran tersebut ada beberapa jenis kegiatan membaca, antara lain :

1. Membaca Keras (

ﺔﻳﺮﻬﺠﻟا ةءاﺮﻘﻟا

)

Dalam kegiatan membaca keras ini, yang terutama ditekankan adalah kemampuan membaca dengan :

- menjaga ketepatan bunyi bahasa Arab, baik dari segi makhraj maupun sifat-sifat bunyi yang lain;

- irama yang tepat dan ekspresi yang menggambarkan perasaan penulis;

- lancar, tidak tersendat-sendat dan terulang-ulang; - memperhatikan tanda baca (pungtuasi)

Membaca keras yang juga disebut dengan “membaca teknis” betapapun mengandung aspek artistik. Tidak setiap orang, penutur asli sekalipun, punya kemampuan untuk membaca teknis ini secara efektif. Namun usaha ke arah itu dalam pengajaran bahasa harus terus dilakukan hingga mencapai hasil maksimal.

Tanda baca (pungtuasi/

ﻢﻴﻗﱰﻟا ﺔﻣﻼﻋ

) yang digunakan dalam bahasa

Arab pada dasarnya sama saja dengan tanda baca dalam bahasa Indonesia, hanya namanya yang berbeda, yakni sebagai berikut:

) ﺔﻃﺮﺷ ،(:) ﺔﻃﻮﻘﻨﻣ ﺔﻠﺼﻓ ،(:) نﺎﺘﻄﻘﻧ ،(،) ﺔﻠﺼﻓ ،(.) ﺔﻄﻘﻧ

-،( ) مﺎﺳﻮﻗ -،(

؟) مﺎﻬﻔﺘﺳﻻا ﺔﻣﻼﻋ

) ﺐﺠﻌﺘﻟا ﺔﻣﻼﻋ ،(

!

) ﻞﺋﺎﻤﻟا ﻂﺨﻟا ،(") ﺺﻴﺼﻨﺘﻟا ﺔﻣﻼﻋ ،(

\

.(

2. Membaca Dalam Hati (

ﺔﺘﻣﺎﺼﻟا ةءاﺮﻘﻟا

)

Membaca dalam hati bertujuan untuk memperoleh pengertian, baik pokok-pokok maupun rincian-rinciannya. Oleh karena itu, ia merupakan sarana bagi jenis membaca yang lain, yakni membaca analisis, membaca cepat, membaca rekreatif dan sebagainya.

Dalam kegiatan al-qira`ah ash-shamitah, perlu diciptakan suasana

kelas yang tertib sehingga memungkinkan siswa berkonsentrasi kepada bacaanya. Secara fisik membaca dalam hati itu harus menghindari :

- pengulangan membaca yaitu mengulangi gerak mata (penglihatan) kepada kalimat sebelumnya yang sudah dibaca;

- menggunakan telunjuk/penunjuk atau gerakan kepala.

3. Membaca Cepat (

ﺔﻌﻳﺮﺴﻟا ةءاﺮﻘﻟا

)

Tujuan utama membaca cepat ialah untuk menggalakkan siswa agar berani membaca lebih cepat daripada kebiasaannya. Kecepatan menjadi tujuan tetapi tidak boleh mengorbankan pengertian.

Dalam membaca cepat ini siswa tidak diminta memahami rincian-rincian isi, tetapi cukup pokok-pokoknya saja. Para ahli kajian membaca melaporkan bahwa membaca cepat tidak hanya memperbaiki prestasi waktu, tetapi menambah banyaknya informasi yang dapat diserap oleh pembaca. Ini dimungkinkan karena pembaca tidak lagi mempunyai kebiasaan membaca kata demi kata, tetapi ia dapat menggerakkan matanya dengan pola-pola tertentu, sehingga pengertiannya dapat ditangkap dengan efisien. Dari segi inilah, membaca cepat juga disebut

dengan membaca perluasan (

ﺔﻌﺳﻮﻤﻟا ةءاﺮﻘﻟا

)

4. Membaca Rekreatif (

ﺔﻴﻋﺎﺘﻤﺘﺳﻻا ةءاﺮﻘﻟا

)

Jenis membaca ini ada hubungannya dengan jenis membaca di atas. Tujuan membaca rekreatif bukanlah untuk menambah jumlah kosa kata, bukan untuk mengajarkan pola-pola baru, bukan pula untuk pemahaman teks bacaan secara rinci, tetapi untuk memberikan latihan kepada para siswa membaca cepat dan menikmati apa yang dibacanya. Tujuannya lebih jauh adalah untuk membina minat dan kecintaan membaca.

Bahan bacaan dipilihkan yang ringan populer, baik ditinjau dari segi isi maupun susunan bahasanya, biasanya berupa cerita pendek atau novel yang telah dipermudah bahasanya sesuai dengan tingkatan pelajar

yang menjadi sasarannya. Baik membaca cepat maupun membaca rekreatif, biasanya dilaksanakan di luar kelas, dengan cara penugasan kepada siswa untuk membaca buku tertentu, dan dalam waktu yang ditentukan siswa harus menyerahkan laporan tertulis tentang buku yang telah dibacanya.

Sungguhpun sangat diperlukan, tetapi harus diingat bahwa tidak setiap bahan bacaan dapat dijadikan bahan membaca cepat dan membaca rekreatif. Masalahnya adalah bahwa bahan bacaan yang cocok untuk latihan mambaca cepat dalam bahasa Arab itu tidak mudah didapat, namun bukan berarti tidak ada. Para guru hendaknya aktif menjalin komunikasi dengan jurusan-jurusan sastra Arab atau pendidikan bahasa Arab di berbagai perguruan tinggi yang ada di Indonesia. Jurusan Sastra

Arab Universitas Negeri Malang sebagai contoh, telah memiliki Markaz

at-Ta’allum adz-Dzati (Self Access Center) yang cukup lengkap. Berbagai bahan bacaan berbahasa Arab dari tingkat dasar sampai dengan tingkat lanjut tersedia dan dapat dimanfaatkan oleh umum.

5. Membaca Analitis (ﺔﻴﻠﻴﻠﺤﺘﻟا ةءاﺮﻘﻟا )

Tujuan utama membaca analitis ialah untuk melatih siswa agar memiliki kemampuan mencari informasi dari bahan tertulis. Selain itu siswa dilatih agar dapat menggali dan menunjukkan ditel-ditel yang memperkuat ide utama yang disajikan penulis. Siswa juga dilatih berfikir secara logis, mencari hubungan antara satu kejadian dengan kejadian yang lain, dan menarik kesimpulan walaupun ia tidak tertulis secara eksplisit dalam bacaan.

D. TINGKATAN (

تﺎﻳﻮﺘﺴﻣ

) KEMAHIRAN MEMBACA

Membaca dapat dibedakan menjadi tiga tingkatan, yaitu:

1. Membaca Baris (Permukaan) atau Reading the lines (روط اةءار), yang

kemudian pemahaman makna teks yang terdiri dari rangkaian kata-kata dengan struktur tertentu secara terpadu. Makna yang ditemukan dari membaca tingkat pertama ini adalah makna tersurat atau eksplisit

(

ظﻮﻔﻠﻤﻟا ﻰﻨﻌﻤﻟا

).

2. Membaca di Antara Baris atau Reading beween the Lines (روط ا ن ةءار),

yang berusaha menangkap maksud atau pesan dari penulis teks, dan menafsirkan gagasan-gagasannya. Makna yang ditemukan dari membaca tingkat kedua ini bukan hanya makna eksplisit tapi juga

makna tersirat atau implisit (

ظ ﻮﺤﻠﻤﻟا ﻰﻨﻌﻤﻟا

).

3. Membaca di Balik Baris atau Reading beyond the lines ( ءارو ةءار

روط ا), yaitu kegiatan membaca yang melewati batas permukaan atau

menemukan makna di belakang baris-baris teks. Pembaca melakukan penilaian, generalisasi, penataan kembali gagasan-gagasan penulis dan memadukannya dengan pengetahuan dan gagasan pembaca sendiri.

E. Teknik dan Model Latihan Membaca BerbasisPengalaman Belajar

Agar pengajaran kemahiran membaca dapat terarah kepada tujuan, maka bacaan-bacaan yang disajikan perlu dilengkapi dengan pertanyaan-pertanyaan atau model-model latihan. Bentuk dan sistematika pertanyaan-pertanyaan disesuaikan dengan tujuan atau jenis membaca atau pengalaman belajar apa yang ingin dilatihkan kepada siswa. Adapun pengalaman belajar dalam membaca antara lain sebagai berikut.

1.Belajar memahami bacaan

Untuk keperluan ini hendaknya siswa diberi bacaan-bacaan

pendek dan dilatih untuk membedakan gagasan utama dengan gagasan sampingan. Gagasan utama memerlukan perhatian lebih besar. Gagasan sampingan merupakan unsur penjelas, pelengkap atau pendukung gagasan utama. Ada penanda-penanda tertentu yang dapat dijadikan

pedoman untuk membedakan antara gagasan pokok dan gagasan sampingan. Contoh :

-ﺪﻬﺘﳎ ﻪﻧﻷ نﺎﺤﺘﻣﻻا ﰲ ﻲﻤﻬﻓ ﺢﳒ

-

سرﺪﻟا تﺮﻀﺣ ﺎﻣ ﻚﻟﺬﻟ ﺎﻀﻳﺮﻣ ﺖﻨﻛ

-ﺮﻳﺰﻏ ﺮﻄﳌا نأ ﻢﻏر ﺪﺠﺴﳌا ﱃإ دﻮﻤﳏ ﺐﻫذ

Dalam kalimat-kalimat di atas, gagasan yang terletak sebelum kata-kata:

نﻷ ،ﻚﻟﺬﻟ ،نأ ﻢﻏر

adalah gagasan pokok.

Dalam paragraf, gagasan utama mungkin terletak dalam kalimat pertama, sedang kalimat-kalimat berikutnya memuat gagasan-gagasan sampingan. Atau mungkin sebaliknya, gagasan utama terletak di tengah atau bahkan di belakang. Masing-masing penulis mempunyai gaya penulisan sendiri-sendiri.

2. Belajar memperkaya kosa kata

Kosa kata merupakan salah satu unsur bahasa yang harus dikuasai untuk memperoleh kemahiran berbahasa, termasuk kemahiran membaca. Dalam hubungan dengan kegiatan membaca, siswa hendaknya dibiasakan untuk menggunakan kamus. Keterampilan menggunakan kamus sangat penting untuk mengembangkan pengetahuan siswa. Kamus bahasa Arab mempunyai sistemnya tersendiri yang relatif sukar. Ini sebagai akibat dari sistem tata kata bahasa Arab yang memang lebih rumit dan kompleks. Oleh karena itu siswa harus sebanyak mungkin dilatih menggunakan kamus. Kamus yang dilatihkan penggunannya jangan hanya terbatas pada kamus bilingual (Indonesia – Arab atau Arab- Indonesia) saja; sedikit demi sedikit mereka juga harus dikenalkan dan dilatih menggunakan Kamus Umum Bahasa Arab.

- mencari padanan kata/sinonim (

فداﺮﻣ

)

- mencari lawan kata/antonim (

ﺪﺿ

)

- mencari makna lain dari kata yang sama (

ﻆﻔﻠﻟا كاﺮﺘﺷا

)

3. Belajar Menarik Kesimpulan

Dalam latihan ini guru dapat mengajukan pertanyaan :

1

-؟ﺔﻟﺎﻘﳌا ﻦﻣ ﺞﺘﻨﺘﺴﺗ اذﺎﻣ

2

-؟ﺔﺼﻘﻟا ﻩﺬﻫ ّﺐﻟ ﺎﻣ

Jawaban siswa dapat diperiksa bersama-sama. Guru kemudian menunjukkan kesimpulan yang sebenarnya, yang dimaksud oleh

penulisnya, dengan menunjukkan bagian-bagian bacaan yang

mendukung kesimpulan tersebut. Guru juga menunjukkan bagian-bagian bacaan yang menunjukkan sebab dan bagian-bagian bacaan yang menunjukkan akibat.

Cara lain untuk melatih siswa menarik kesimpulan ini, umpamanya dengan memberikan teks tanpa judul. Setelah siswa membacanya, mereka diminta membuat judul yang sesuai dengan isi bacaan.

4. Belajar Pola Kalimat

Bahan bacaan yang disajikan di sini memang dimaksudkan untuk memperkenalkan pola kalimat baru kepada siswa. Untuk itu harus dipersiapkan latihan/drill guna memantapkan pola kalimat tersebut, secara lisan maupun tulis. Drill pola kalimat itu pada tahap pertama bisa dilakukan dengan drill manipulatif (model stimulus-respon), tapi harus segera dikembangkan menjadi drill semi-komunikatif (bermakna) dan

berujung pada drill komunikatif, guna memantapkan penguasaan pola kalimat.

5. Belajar Menganalisa

Dalam latihan ini, guru hendaknya mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan dengan baik. Perlu diingat bahwa pertanyaan-pertanyaan-pertanyaan-pertanyaan yang terlalu mudah membuat siswa jemu, sedang pertanyaan-pertanyaan yang sangat sukar membuat siswa putus asa. Pertanyaan-pertanyaan ini

dapat dibedakan menjadi tiga macam: (a) pertanyaan eksplisit (

ظﻮﻔﻠﻣ

), (b)

Pertanyaan implisit (

ظﻮﺤﻠﻣ

), dan (c) Pertanyaan aplikatif (

ﻲﻘﻴﺒﻄﺗ

).

Pertanyaan eksplisit adalah tentang hal-hal yang dinyatakan secara tersurat dalam teks; pertanyaan implisit adalah tentang hal-hal yang tersirat, yang tidak dinyatakan dalam teks tapi bisa dipahami secara logika, analogi dan sebagainya; sedangkan pertanyaan aplikatif adalah tentang hal-hal yang berhubungan dengan isi teks tapi diaplikasikan atau diterapkan pada situasi atau kenyataan yang ada pada diri siswa atau lingkungan siswa.

Dalam dokumen Post (Halaman 67-74)

Dokumen terkait