• Tidak ada hasil yang ditemukan

BEBERAPA PERTIMBANGAN PRA ANESTESI LOKAL

Dalam dokumen ANESTESI LOKAL BAB I PENDAHULUAN (Halaman 43-48)

Sebelum memberikan suatu perawatan pada pasien, seorang dokter gigi seharusnya melakukan pemeriksaan yang menyeluruh pada pasiennya untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan sehubungan dengan rencana terapi yang akan dilakukan. Informasi yang diperoleh dapat membantu operator di dalam menentukan beberapa hal seperti : keadaan umum penderita, riwayat penyakit yang pernah diderita, kepekaan penderita terhadap obat-obat tertentu, dll.

Sebelum melaksanakan tindakan anestesi lokal, dokter gigi perlu menanyakan tentang riwayat kesehatan pasien untuk menentukan keadaan umum penderita tersebut. Informasi tentang riwayat kesehatan meliputi :

1. Status kardiovaskuler 2. Masalah sistim respiratorik 3. Defisiensi metabolik 4. Kehamilan 5. Ketidakseimbangan endokrin 6. Manifestasi alergi 7. Kelainan hematologik 1. Status kardiovaskuler

Seringkali dokter gigi dihadapkan pada persoalan apakah kandungan adrenalin paa larutan anestesi lokal merupakan kontraindikasi pada penderita yang mempunyai penyakit atau kelainan jantung. Seperti diketahui campuran adrenalis pada obat anestesia lokal umumnya memenuhi persyaratan farmakoterapi (obat anestasi lokal standar yang beredar di Indonesia mempunyai konsentrasi 1:80.000 atau setiap 1 ml larutan anestesi lokal mengandung 12,5 mcg adrenalin). Dosis ini tidak mempunyai efek kardiovaskular yang merugikan terhadap kerja jantung dan dapat ditolerir, khususnya pada penderita-penderita pra-bedah jantung.

Pada penderita penyakit kardiovaskuler yang lain seperti : hipertensi, penyakit jantung koroner, dan infark miokardium pemakaian adrenalin harus

hati-hati. Dalam hal ini adrenalin bukan kontraindikasi mutlak. Adrenalin boleh dipakai dengan memperhatikan hal-hal di bawah ini :

1. Lakukanlah aspirasi sebelum injeksi larutan anestesi 2. Injeksi larutan anestesi dengan perlahan-lahan

3. Gunakan konsentrasi adrenalin seminimal mungkin (dianjurkan 1:200.000) Pada penderita kelainan sistim kardiovaskular New York Heart Association merekomendasikan pemakaian adrenalin dalam larutan anestesi lokal tidak boleh melebihi 0,04 mg, sementara pada orang normal atas maksimalnya adalah 0,2 mg. Jenis obat anestesi lain yang dapat digunakan pada kasus ini yaitu : mepivacaine 3% atau prilocaine 4% tanpa vasokonstriktor, atau dengan vasokonstriktor felypressin yang relatif aman untuk jantung.

Vasokonstriktor Konsentrasi Dosis maksimal yang aman

penderita normal penderita jantung dosis (mg) jumlah cartridge dosis (mg) jumlah cartridge Adrenalin 1:50.000 1:100.000 1:200.000 0,2 0,2 0,2 5 11 22 0,4 0,4 0,4 1 2 4

Tabel 2. Data tentang pemakaian adrenalin pada penderita normal dan penderita jantung : kaitan antara konsentrasi obat dengan dosis maksimal dan jumlah cartridge yang boleh digunakan. (diambil dari Requa-Clark,

B.S. & Holroy, S.V., 1995)

2. Masalah sistim respiratorik

Kelainan sistim pernapasan yang mungkin dijumpai oleh dokter gigi di tempat pratek yakni : ronchitis, emphysema, dan asma. Secara umum dapat dikatakan bahwa anestesi lokal bukan merupakan kontra indikasi pada penderita kelainan sistim pernapasan.

Yang perlu mendapatkan perhatian adalah bahwa pada penderita bronchitis dan emphysema perlu diberikan kesempatan untuk mengeluarkan semua produk batuk dan membersihkan saluran pernapasan. Untuk itu perawatan akan lebih baik bila dilakukan pada sore hari. Premedikasi seperti sedatif dan hipnotik lebih baik dihindarkan karena akan mengganggu refleks batuk dan membahayakan ventilasi penderita.

Pada penderita asma hindarkan prosedur perawatan yang dapat merangsang terjadinya serangan, misalnya : perawatan yang terlalu lama dan melelahkan penderita, tindakan operator yang dapat menimbulkan rasa takut atau terkejut pada penderita, bahan-bahan yang allergen (misalnya anestesi spray), dll.

3. Defisiensi metabolik

Yang termasuk di dalam defisiensi metabolik adalah diabetes mellitus,

oesitas, dan defisiensi enzim cholinesterase.

Perlu diingat bahwa penyakit diabetes mellitus merupakan penyakit metabolik sekaligus kelainan sistim kardiovaskuler. Setiap prosedur bedah (termasuk anestesi) harus terbebas dari kemungkinan kontaminasi kuman. Mengingat terganggunya kondisi kardiovaskuler, khususnya komplikasi pada jantung dan paru, pada penderita diabetes mellitus tak terkontrol dosis pemakaian adrenalin perlu ditekan seminimal mungkin.

Informasi tentang penyakit defisiensi enzim chlonesterase dapat diperoleh dengan pemeriksaan yang teliti. Penderita mempunyai riwayat tentang terjadinya reaksi toksik terhadap obat anestesi lokal, dan efek muscle relazant (apnea) yang berkepanjangan setelah prosedur pembiusan umum dalam mana digunakan

succinylcholine sebagai obat untuk memudahkan intubasi endrotrakheal. Pada

penderita tersebut kontraindikasi penggunaan obat anestesi golongan ester karena hidrolisa obat ini dikatalisa oleh enzim cholinesterasi plasma. Obat anestesi pilihan adalah dari golongan amida.

4. Kehamilan

Pada prinsipnya perawatan elektif pada penderita hamil sebaiknya ditunda setelah masa persalinan. Pada keadaan tertentu perawatan giginya tidak dapat ditunda dan memerlukan prosedur anestesi lokal. Dalam hal ini obat-obatan anestesi lokal bukan kontra indikasi. Yang perlu diperhatikan adalah kondisi fisik dan mental penderita pada saat akan menerima perawatan giginya, dan persetujuan dari dokter kandungan yang merawatnya mengenai rencana tindakan

bedah (mis : pencabutan) yang akan kita lakukan pada penderita yang bersangkutan.

5. Ketidakseimbangan endokrin

Ketidakseimbangan endokrin yang erat hubungannya dengan bidang kedokteran gigi adalah : hipertiroidisme dan insufiensi adrenokortikal.

Penderita hipertiriisme memerlukan perawatan yang ekstra hati-hati. Sebaiknya dilakukan konsultasi terlebih dulu dengan dokter yang merawatnya sebelum menangani penderita ini. Penderita perlu diberikan premedikasi, biasanya dengan arbiturat. Pemakaian adrenalin sebagai vasokonstriktor adalah kontra indikasi mutlak, karena dalam jumlah yang kecil sekalipun akan membahayakan penderita. Penderita hipertiroidisme mempunyai predisposisi terhadap gangguan fungsi jantung apabila produksi hormon tiroid yang berlebihan tidak terkontrol. Pada kondisi demikian adrenalin akan menyebabkan aritmia jantung. Sebagai obat pilihan dapat diberikan mepivacaine, lidocaine tanpa vasokonstriktor, atau prilocaine dengan vasoknstriktor felypressin.

Penderita insufiensi adrenokortikal (Addison’s disease) dapat disebabkan karena berbagai faktor seperti : penyakit adrenokortikal primer, adrenalektomi, dan terapi kortikosteroid jangka panjang. Penderita ini cenderung tidak dapat mentolerir adanya stres yang mungkin timbul selama perawatan giginya termasuk prosedur anestesi lokal. Obat anestesi lokal sendiri bukan merupakan kontraindikasi. Namun perlu diingat bahwa sebelum pemberian anestesi lokal penderita perlu premedikasi kortikosteriod untuk mengantisipasi terjadinya stres fisiologis. Tanpa premedikasi keadaan stres demikian dapat menyebabkan kolaps pembuluh darah perifer, syok, dan yang lebih fatal lagi yakni terjadinya cardiac

arrest.

Reaksi alergi terhadap obat anestesi lokal dapat dikatakan jarang, namun bukan berarti tidak ada. Penderita dengan riwayat alergi terhadap suatu jenis anestesi lokal, biasanya akan memberikan reaksi yang sama terhadap obat lain dari jenis yang sama. Pada penderita yang alergi terhadap semua janis larutan anestesi lokal dan pada suatu saat memerlukan tindakan operatif yang membutuhkan peranan anestesi lokal, dapat dipakai injeksi dyphenhydramine (Benadryl) sebagai obat anestesi pengganti dengan dosis 1,5 sampai 2 cc (15 sampai 20 mg).

Reaksi alergi terhadap vasokonstriktor dapat dikatakan tidak ada, oleh karena itu vaskonstriktor sebagai penyebab alergi dapat disampingkan.

7. Kelainan hematologik

Pada penderita dengan kelainan hematologik seperti kelainan pada sistim pembekuan darahnya (misalnya : hemofilia), dan penderita yang sedang menjalani terapi antikoagulan, tidak ada kontra indikasi pada obat anestesi lokal maupun vasokonstriktor. Untuk menghindarkan terjadinya perdarahan akibat tindakan anestesi lokal, beberapa hal di bawah ini dapat dipakai sebagai petunjuk umum, yakni :

1. Usahakan anestesi dengan teknik infiltrasi, sedapat mungkin hindarkan anestesi blok.

2. Lakukan insersi jarum dengan perlahan-lahan dengan jarum yang atraumatik 3. Hindarkan penyuntikan di daerah-daerah yang beresiko terjadinya kerusakan

pembuluh darah (mis : inferior alveolar nerve block, posterior alveolar nerve block).

Dalam dokumen ANESTESI LOKAL BAB I PENDAHULUAN (Halaman 43-48)

Dokumen terkait