• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOMPLIKASI AKIAT INSRSI JARUM/TEKNIK PENYUNTIKAN Syncope (Fainting)

Dalam dokumen ANESTESI LOKAL BAB I PENDAHULUAN (Halaman 37-42)

KOMPLIKASI PADA ANESTESI LOKAL DAN PENANGANANNYA

KOMPLIKASI AKIAT INSRSI JARUM/TEKNIK PENYUNTIKAN Syncope (Fainting)

Syncope merupakan komplikasi yang paling sering terjadi pada tindakan

anestesi lokal. Komplikasi ini meruakan bentuk neurogenic shock yang disebabkan karena terjadinya iskemia cerebral sebagai akibat dari vasodilatasi dan turunnya perfusi jaringan serebral. Keadaan ini terutama dipengaruhi oleh faktor

emotional stress seperti : perasan gelisah, takut, rasa sakit yang sangat.

Faktor-faktor lain yang dapat menimbulkan syncope adalah perasaan lapar (renahnya kadar gula darah), kelelahan, posisi uuk tegak, dan suhu udara yang panas dan lembab. Biasanya dialami oleh penderita pria yang berumur 15 – 40 tahun.

Gejala-gejala klinis neurogenic syncope yaitu : pucat, berkeringat, sering menguap, takhikardi. Penderita merasakan adanya perasaan yang lain, pusing, mual, lemah an jantung berdebar. Biasanya penderita mengeluhkan akan pinsan namun kesadaran paa umumnya masih ada.

Untuk menanganinya dapat dilakukan langkah-langkah berikut :

1. Tempatkan penderita pada posisi supine dengan posisi tungkai setinggi kepala 2. Penderita diinstruksikan untuk menarik napas dalam beberapa kali

3. Kendorkan pakaian yang terlalu ketat

4. Berikan bau-bauan yang dapat merangsang pernapasan seperti : amonia atau alkohol

5. Bila perlu dapat dilakukan inhalasi oksigen

Trismus

Trismus termasuk salahs atu komplikasi anestesi lokal yang umum dijumpai, khususnya setelah tindakan mandibular nerbe block. Penyebab dari kelainan ini adalah karena terjadinya trauma, perdarahan, atau infeksi derajat ringan pada otot yang disebabkan oleh karena insersi jarum. Penyebab utama trismus adalah gangguan pada musculus pterygoideus internus (medialis)oleh

karena insersi jarum yang terlalu ke medial pada teknik mandibular block (inferior alveolar nerve block).

Perawatan yang diberikan tergantung pada derajat keparahan trismus. Pada trismus ringan perawatan cukup bersifat simptomatik, yaitu : analgesik, dan kumur-kumur air garam hangat. Bila dicurigai adanya infeksi dapat diberikan antibiotika. Pada trismus yang agak berat dan berlangsung lama dapat dilakukan perawatan panas (kompres panas) latihan buka tutup mulut, analgesik, dan bila perlu dapat ditambahkan antibiotika dan CNS muscle relaxant.

Rasa Sakit atau Hyperesthesia

Rasa sakit selama atau setelah tindakan anestesi lokal adalah hal yang wajar, terutama bila operator kurang hati-hati didalam melakukan teknik yang benar. Namun rasa sakit juga bisa disebabkan karena infeksi pada tempat insersi jarum.

Untuk mencegah timbulnya rasa sakit yang berlebihan perlu diperhatikan beberapa faktor sebagai berikut :

1. Gunakan jarum yang tajam

2. Area tempat insersi diulasi larutan anestesi topikal

3. Insersi jarum dilakukan perlahan-lahan dan sedapat mungkin hindarkan trauma yang tak diperlukan (misalnya : insersi jarum berulang-ulang pada tempat yang sama).

4. Injeksikan larutan anestesi dengan perlahan-lahan dan gunakan tekanan yang sekecil mungkin.

Infeksi

Setiap kali kita melakukan injeksi intra oral sejumlah mikroorganisme akan terbawa masuk ke dalam jaringan. Namun karena mekanisme pertahanan tuuh yang sedemikian baik di rongga mulut maka cukup jarang dijumpai terjadinya asus infeksi setelah insersi jarum. Disamping itu sterilitas jarum dan larutan anestesi yang terjamin dan pemakaian alat injeksi yang disposable merupakan faktor yang mendukung fenomena tersebut.

Infeksi pasca anestesi lokal dapat terjadi oleh karena ; 1. Injeksi pada daerah yang mengalami infeksi

2. Pemakaian cartridge atau jarum pada lebih dari satu pasien 3. Injeksi berulang-ulang pada tempat yang sama

Apabila terjadi biasanya infeksi yang timbul bersifat ringan dan setempat, serta dapat sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan.

Patahnya Jarum Suntik

Meskipun sekarang hal ini jarang terjadi, patahnya jarum akan sangat mengganggu dan membuat ngeri penerita. Kepatahan biasanya terjadi pada pangkal (hub) dari jarum. Oleh karena itu sangat tidak dianjurkan untuk menginsersikan keseluruhan jarum sampai pada pangkalnya. Untuk menghindarkan hal ini perhatikan hal-hal berikut :

1. Jangan memaksakan jarum pada jaringan yang keras (tulang atau periosteum).

2. Jangan mengubah arah jarum selagi jarum berada jauh di dalam jaringan 3. Jangan menggunakan jarum dengan diameter yang terlalu kecil

4. Jangan mensteril ulang jarum habis pakai, karena akan menyebabkan jarum mudah patah

5. Jangan menginsersikan jarum terlalu jauh ke dalam jaringan; sisakan sedikitnya sepertiga panjang jarum di luar jaringan

6. Jangan mengejutkan penderita dengan insersi jarum yang tiba-tiba tanpa sepengetahuan penderita.

Anestesia Berkepanjangan

Anestesia yang berkepanjangan biasanya bukan karena pengaruh obat anestesianya, melainkan oleh trauma jarum suntik. Penyebab yang paling mungkin adalah terjadinya kerusakan pada serat saraf oleh karena tusukan jarum pada tkenik inferior alveolar nerve block. Hal ini dapat juga disebabkan karena terjadinya perdarahan pada selaput pembungkus serat saraf sehingga menimbulkan tekanan dan anestesia. Anestesia yang terjadi berkepanjangan

karena absorpsi perdarahan memakan waktu cukup lama mengingat sirkulasi darah yang minim di daerah tersebut.

Trauma pada jaringan di seitar serat saraf dapat juga menyebabkan keradangan, an pembengkakan yang timbul dapat menyebabkan perubahan-perubahan pada serat saraf. Akibat dari hal itu adalah turunnya sensasi sensoris.

Komplikasi ini biasanya dapat sembuh secara spontan dalam waktu beberapa minggu. Bila dalam waktu tiga bulan tidak ada tanda-tanda regenerasi saraf, dapat diindikasikan untuk perbaikan saraf melalui tinakan bedah.

Hematoma

Hematoma adalah salah satu komplikasi yang sering terjadi pada teknik anestesi lokal, biasanya terjadi setelah penyuntikan block pada nervus alveolaris superior posterior dan nervus infraoritalis.

Hematoma adalah keluarnya darah ke dalam jaringan sekitarnya sebagai akibat dari terkoyaknya pembuluh darah. Hematoma biasnaya terjadi karena tusukan pada arteri atau sobekan pada vena, atau karena adanya gangguan pada proses koagulasi dari penderita yang bersangkutan.

Tanda-tanda klinis hematoma karena perdarahan arteri antara lain : pembengkakan ekstra oral yang timbulnya mendadak, asimetri wajah, dapat disertai trismus ringan.

Hematoma sebenarnya tidak berbahaya meskipun tampaknya sangat mengerikan an menimbulkan gangguan kosmetis pada penderita. Untuk menanganinya dapat dilakukan beberapa cara antara lain :

1. Kompres dingin pada hari pertama setelah kejadian untuk menghambat pembengkakan.

2. Terapi panas setelah 24 jam

3. Pemberian antibiotika bila dicurigai adanya infeksi (menurut beberapa ahli kecenderungan terjadinya infeksi pada hematoma cukup tinggi).

Tindakan anestesi lokal yang kurang tepat dapat menyebabkan terjadinya nerve block yang tidak diinginkan. Siptoma neurologis yang timbul merupakan akibat dari salah satu dari tiga kemungkinan penyebabnya : penyimpangan arah jarum, injeksi intra vaskuler, atau pola distribusi obat anestesi yang tidak umum. Komplikasi ini biasanya terjadi pada tindakan nerve block pada nervus alveolaris inferior (lihat gambar).

Insersi jarum yang terlalu dapat dapat mengenai kapsul kelenjar parotis dan menyebabkan anestesia pada nervus facialis (saraf kranial ke-7). Akibatnya dapat terjadi paralisa hemifacialis dan hilangnya reflek menutup dari kelopak mata yang bersifat sementara.

Insersi jarum secara tak sengaja pada areri carotis interna, atau penyearan larutan anestesi pada lateral pharyngeal space dapat menyebabkan blokade saraf simpatis yang melayani kepala. Manifestasinya berupa : ptosis kelopak mata bagian atas, vasodilatasi konjungtiva dan kepala bagian kiri, penyumbatan rongga hidung, dan konstriksi pupil. Bila terjadi juga blokade pada nervus laryngeus recurrens dapat menyebabkan suara serak dan perasaan tercekik.

Injeksi larutan anestesi ke dalam pembuluh darah arteri (arteri alveolaris inferior atau cabang-cabang arteri di rahang atas) dapat menyebabkan distribusi obat anestesia tersebut ke dalam arteri meningeus medialis yang berhubungan dengan arteria ophthalmicus. Simptoma klinis yang mungkin terjadi adalah : pusing, diplopia akibat palsy otot bola mata, atau bahkan dapat terjadi kebutaan sementara adalah : infraorbital nerve block, posterior superior alveolar nerve

block, maxillary nerve block xxxxxxxxxx

Gambar 11. Beberapa kesalahan letak jarum pada regio pterygomandibularis. 1. Jarum pada posisi yang benar pada teknik inferior alveolar nerve block. Reaksi neurologis yang timbul mungkin disebabkan karena pola distribusi yang menyimpang dari obat anestesi. 2. Injeksi pada

musculus pterygoid medialis yang dapat menyebabkan trismus. 3.

Penempatan jarum pada glandula parotis yang dapat menyebabkan anestesia nervus facialis dan paralisa hemifacialis. 4. Injeksi intravskular. Simptom yang timbul tergantung dari distribusi obat melalui cabang-cabang pembuluh darah yang ada. (diambil dari

xxx

Gambar 12. Aliran larutan anestesi yang dapat mengakibatkan kebutaan sementara atau paralisa saraf motoris dari mata. (diambil dari Jastak,

J.T., & Yagiela, J.A., 1981)

Dalam dokumen ANESTESI LOKAL BAB I PENDAHULUAN (Halaman 37-42)

Dokumen terkait