Tindakan Negara-negara dalam melakukan intervensi kemanusiaan sering didasari alasan bahwa telah terjadi tragedy kemanusiaan yang luar biasa sehingga dapat mengancam kedamaian dan keamanan internasional yang merupakan tujuan dari dibentuknya PBB.37
Perkembangan dalam hukum internasional juga telah mengindikasikan bahwa hak asasi manusia merupakan salah satu isu penting dan universal sehingga perlindungan terhadap hak-hak tersebut harus diutamakan dalam hubungan antar Negara. Indikasinya dapat terlihat dengan lahirnya Universal Declaratioan of Human Rights (1948), International Convenant on Civil and Political Rights (ICCPR) dan International Convenant on Economic, Social and Cultural Rights (ICESCR) 1966.
Atas dasar itulah mengapa beberapa Negara mengartikan ahwa intervensi yang mereka lakukan tidak melanggar ketentuan hukum internasional.
Pada awal penerimaan dan pemberlakuan hak asasi manusia, tiap-tiap Negara memiliki perbedaan yang mendasar. Perbedaan yang cukup besar adalah mengenai universalitas hak asasi manusia itu sendiri. Namun, dalam Deklarasi Wina 1993, tiap-tiap Negara telah berkomitmen bahwa setiap hak asasi manusia itu bersifat universal
36
“Intelijen Israel Diduga Otak Pembajakan di Uganda”sumber: antaranews.com, diakses pada tanggal 14 November 2011
37
(universal), tidak dapat dipisahkan (indivisible), saling ketergantungan (interdependence), dan saling terkait (interrelated).38
Komitmen masyarakat internasional atas perlindungan hak asasi manusia dewasa ini dapat dikatakn sudah melampaui batas territorial (wilayah). Argumen tersebut sangat jelas jika dilihat dari sejarah peradaban manusia dan hubungan antar Negara. Tindakan sewenang-wenang yang dilakukan oleh Negara terhadap penduduknya telah memberikan pelajaran berharga bahwa kewenangan Negara atas penduduknya harus dibatasi. Pembatasan tersebut tidak dilihat sebagai pemangkasan kedaulatan Negara, namun merupakan sebuah tindakan pencegahan agar Negara tidak dapat bertindak sesuka hatinya. Kelanjutan pembatasan wewenang itu di lain pihak akan menumbuhkan kesadaran dalam masyarakat internasional untuk meningkatkan kerjasamanya dalam hal perlindungan dan penghormatan atas nama kemanusiaan.
Bila suatu intervensi itu dilakukan dengan tujuan lain yang dilarang oleh hukum internasional, maka motivasi Negara yang melakukan intervensi diukur dari sudut kepentingan Negara yang mengintervensi.39
38
Deklarasi Wina, 1993, Pasal 5
Suatu Negara akan memandang secara sepihak, apakah salah satu kepentingan dari negaranya akan terganggu dengan adanya kerusuhan dalam satu Negara atau antara dua Negara. Maka untuk membela kepentingan itu suatu Negara akan turut campur dan bentuk dari turut campur itu mungkin akan lebih bergantung pada kemauan dari Negara yang mengintervensi. Jadi jelaslah alasan-alasan
39
Kepentingan ini dapat mencakup banyak hal, misalnya: kepentingan ekonomi, politik, pertahanan, keamanan, dan mungkin paduan dari kepentingan-kepentingan tersebut.
untuk tindakan intervensi dalam dunia internasional hanya digerakkan oleh pertimbangan-pertimbangan sepihak dari Negara yang bersangkutan.
Dengan asumsi tersebut, maka penerapan doktrin intervensi kemanusiaan dalam hukum internasional menjadi sangat penting. Terutama jika dilihat bahwa peristiwa-peristiwa di dunia saat ini cukup banyak memperlihatkan bahwa pelanggaran atas hak asasi manusia dalam yurisdiksi domestik kerap terjadi.
D. Beberapa Praktik Intervensi Negara Dalam Perspektif Hukum Internasional
Praktek negara dalam melakukan intervensi dapat ditemukan pada intervensi Amerika Serikat terhadap Vietnam yang terjadi pada tahun 1965-1966. Intervensi ini dilakukan karena adanya permintaan dari pemerintah Vietnam Selatan. Pada awalnya pihak Amerika Serikat hanya mengirimkan penasihat militer, namun kemudian diikuti dengan pengiriman beberapa bataliyon dan divisi angkatan bersenjata. Pengiriman ini adalah untuk memberantas dan menindas NLF (National Front for the Liberation of South Vietnam) yang berada di wilayah Vietnam Utara.40
Pada tahun 1991, pasukan koalisi Amerika Serikat, Inggris dan Perancis melakukan intervensi terhadap Irak. Koalisi tersebut menyambut Resolusi Dewan Keamanan PBB 688 yang mengutuk tindakan pemerintahan Irak kepada suku Kurdi. Dalam resolusi tersebut dewan keamanan tidak menyebutkan sebuah tindakan bersenjata
40
Earl L. Tilford, Setup: What the Air Force did in Vietnam and Why. Maxwell Air Force Base AL: Air University Press1991, hal.89
kolektif maupun intervensi menggunakan kekerasan senjata. Namun, beberapa bulan kemudian tiga negara tersebut melakukan operasi Safe Hands di Irak Utara dengan alasan kemanusiaan. Sekjen PBB, Perez de Cuellar, menyebutkan bahwa operasi tersebut dapat melanggar kedaulatan Irak, apabila tidak ada izin dari pemerintahan Irak atau otorisasi dari dewan keamanan.41
Kasus tersebut dapat dijadikan contoh intervensi kemanusiaan. Seperti apa yang dikatakan pemerintah Inggris, bahwa intervensi yang dilakukan di Irak Utara memang pada kenyataannya tidak diberikan mandat oleh PBB. Namun, PBB bertindak di Irak Utara berdasarkan prinsip intervensi kemanusiaan yang diatur dalam hukum kebiasaan internasional.
Namun, Sekjen PBB juga mengungkapkan pentingnya tindakan atas dasar tujuan moral dan kemanusiaan. Untuk melegalisasi tindakan koalisi tersebut, akhirnya, Irak memberikan izinnya kepada PBB untuk mengirim bantuan kemanusiaan di Irak Utara.
42
Praktek intervensi kemanusiaan yang terjadi di Irak juga terjadi di Yugoslavia dan Somalia pada tahun 1992. Meskipun, dewan keamanan mempunyai legitimasi untuk menggunakan kekuatan bersenjata berdasarkan bab VII Piagam PBB, namun yang terjadi adalah bahwa negara atau sekelompok negara melakukan sebuah intervensi dengan alasan kemanusiaan dan kemudian di legitimasi oleh resolusi dewan keamanan. Untuk menganalisa intervensi kemanusiaan tersebut, menurut Dinstein harus dilihat beberapa keadaan yang merupakan sebuah pengecualian; Pertama, kekuatan pasukan koalisi bertindak pada saat tindakan permusuhan telah diberhentikan sementara melalui gencatan
41
Michael Byers, War Law: Understanding International Law and Armed Conflict. Douglas & McIntyre 2005 hal.41
42
senjata. Kedua, resolusi dewan keamanan mendasari putusannya bahwa tindakan yang terjadi merupakan sebuah ancaman terhadap keamanan dan perdamaian internasional.43
43