• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.3 Belajar dalam Pandangan Ahli

Beberapa teori belajar yang mendukung penelitian ini, antara lain sebagai berikut.

2.1.3.1 Belajar dalam Pandangan Piaget

Menurut Jean Piaget, sebagaimana dikutip oleh Rifa’i (2012: 170),

mengemukakan tiga prinsip utama pembelajaran, yaitu sebagai berikut. (1) Belajar Aktif

Proses pembelajaran adalah proses aktif, karena pengetahuan terbentuk dari dalam subyek belajar. Untuk membantu perkembangan kognitif anak, kepadanya perlu diciptakan suatu kondisi belajar yang memungkinkan anak belajar sendiri, misalnya melakukan percobaan, manipulasi simbol-simbol, mengajukan pertanyaan dan mencari jawab sendiri, membandingkan penemuan sendiri dengan penemuan temannya.

(2) Belajar lewat interaksi sosial

Dalam belajar perlu diciptakan suasana yang memungkinkan terjadinya interaksi diantara subyek belajar. Tanpa interaksi sosial perkembangan kognitif anak akan tetap egosentris. Sebaliknya lewat interaksi sosial, perkembangan kognitif anak akan mengarah ke banyak pandangan, artinya khasanah kognitif anak akan diperkaya dengan macam-macam sudut pandangan dan alternatif tindakan.

(3) Belajar lewat pengalaman sendiri

Perkembangan kognitif anak akan lebih berarti apabila didasarkan pada pengalaman nyata dari pada bahasa yang digunakan berkomunikasi. Bahasa

memang memegang peranan penting dalam perkembangan kognitif, namun bila menggunakan bahasa yang digunakan tanpa pernah karena pengalaman sendiri, maka perkembangan kognitif anak cenderung mengarah ke verbalisme.

Keterkaitan penelitian ini dengan teori pembelajaran Piaget adalah adanya kegiatan dalam proses pembelajaran yang dirancang sehingga memberikan kesempatan siswa untuk mengamati dan menginvestigasi media alat peraga secara langsung diikuti dengan kegiatan diskusi kelompok untuk menyelesaikan masalah yang diberikan terkait dengan materi prisma. Proses pembelajaran yang dirancang peneliti melibatkan siswa untuk aktif dalam menemukan konsep prisma serta dapat berinteraksi dengan teman sebayanya. Walaupun dalam interaksi tersebut pertukaran gagasan tidak dapat dihindari, namun akan mampu mengembangkan kemampuan berpikir kritis terutama dalam mengemukakan, mempertahankan dan bertanggung jawab atas pendapatnya berdasarkan pengalaman yang dimiliki walaupun pendapat itu mungkin salah. Dan dari pengalaman tersebut siswa dapat mengkonstruksi pengetahuannya terhadap konsep prisma.

2.1.3.2 Belajar dalam Pandangan Bruner

Pendekatan Bruner terhadap belajar didasarkan pada dua asumsi (Rosser, 1984). Asumsi pertama ialah perolehan pengetahuan merupakan proses interaktif. Bruner yakin bahwa orang belajar berinteraksi dengan lingkungannya secara aktif, perubahan tidak hanya terjadi di lingkungannya, tetapi juga dalam orang itu sendiri. Asumsi kedua ialah orang mengkonstruksi pengetahuannya

dengan menghubungkan informasi yang masuk dengan informasi yang disimpan yang diperoleh sebelumnya.

Menurut Dahar (2011: 79), salah satu model instruksional kognitif yang sangat berpengaruh ialah model dari Jerome Bruner (1966) yang dikenal dengan nama belajar penemuan. Bruner menganggap bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik. Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna.

Bruner menyarankan agar siswa hendaknya belajar melalui partisipasi secara aktif dengan konsep dan prinsip-prinsip agar mereka dianjurkan untuk memperoleh pengalaman dan melakukan eksperimen-eksperimen yang mengijinkan mereka untuk menemukan prinsip-prinsip itu sendiri.

Pengetahuan yang diperoleh dengan belajar penemuan memberikan manfaat seperti pengetahuan itu akan bertahan lebih lama dibandingkan dengan cara lain, hasil belajar penemuan mempunyai efek transfer yang lebih baik daripada hasil belajar lainnya serta belajar penemuan mampu meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berpikir secara bebas. Belajar penemuan juga mampu membangkitkan keingintahuan siswa, memberi motivasi untuk bekerja terus sampai menemukan jawaban-jawaban.

Bruner menyadari bahwa belajar penemuan yang murni memerlukan waktu sehingga ia menyarankan agar penggunaan belajar penemuan hanya diterapkan pada konsep-konsep dasar bidang studi itu.

Keterkaitan penelitian ini dengan teori belajar Bruner adalah selama proses pembelajaran dalam memahami konsep dasar prisma, siswa diajak untuk menyelidiki dan menemukan konsep tersebut melalui media pembelajaran yang diberikan sehingga siswa dapat dengan berpartisipasi secara aktif dalam pembelajaran. Dengan menguasai konsep dasar, maka dia akan mampu mengkonstruksi pengetahuannya dengan menghubungkan informasi yang masuk dengan informasi yang disimpan dan diperoleh sebelumnya. Sehingga, siswa dapat meningkatkan penalaran dan kemampuan berpikir kritisnya karena mampu menghubungkan informasi yang dimiliki dengan hal-hal lainnya.

2.1.3.3 Belajar dalam Pandangan Van Hiele

Menurut Van Hiele (Suherman, et al, 2003) mengemukakan bahwa tiga unsur utama dalam pengajaran geometri yaitu waktu, materi pengajaran, dan metode pengajaran yang diterapkan, jika ditata secara terpadu akan dapat meningkatkan kemampuan berpikir anak kepada tingkatan yang lebih tinggi.

Lima tahap belajar geometri menurut Van Hiele (Orton, 2004) adalah sebagai berikut.

1) Tahap 1 : Visualisasi

Siswa baru mengenal bentuk suatu benda geometri secara keseluruhan tanpa mengetahui sifat-sifatnya, contoh: siswa mengetahui suatu benda adalah kubus tetapi tidak memahami sifatnya.

2) Tahap 2 : Analisis.

Siswa telah mengenal sifat-sifat dasar dari suatu benda geometri yang diamatinya, contoh siswa mengerti bahwa kubus memiliki 6 sisi kongruen.

3) Tahap 3 : Abstraksi dan Deduksi Informal

Pada tahap ini siswa mulai mampu melakukan penarikan kesimpulan, misalnya siswa menyimpulkan bahwa beberapa sifat kubus juga dimiliki oleh balok.

4) Tahap 4 : Deduksi

Siswa mulai mampu menarik kesimpulan secara deduktif. Mereka telah mengenal adanya aksioma, definisi, teorema yang selanjutnya akan digunakan sebagai pembuktian.

5) Tahap 5 : Rigor (Akurasi)

Siswa menyadari betapa pentingnya ketepatan dan prinsip dasar yang melandasi suatu pembuktian, contoh: siswa mampu berpikir abstrak, membandingkan sistem dan menarik kesimpulan dari suatu teorema.

Keterkaitan penelitian ini dengan teori belajar Van Hiele adalah teori ini sebagai panduan peneliti dalam melaksanakan pembelajaran di kelas terutama dalam pembelajaran materi prisma. Jika siswa dapat memahami konsep prisma dengan baik maka siswa akan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kepada tingkatan yang lebih tinggi terutama dalam kemampuan berpikir kritis.