• Tidak ada hasil yang ditemukan

Belajar dan Pembelajaran a. Pengertian Belajar

Belajar merupakan ciri khas manusia dan aktivitas yang dilakukan sehari-hari oleh siapa saja, kapan saja dan dimana saja. Menurut Suyono dan Hariyanto dalam bukunya Belajar dan Pembelajaran (2012: 9) menyatakan bahwa, “Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan memperkokoh kepribadian”. Menurut Slameto yang dikutip oleh Hamdani (2011: 20) menyatakan bahwa,

“Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 295) mengemukakan, “Belajar adalah kegiatan individu memperoleh pengetahuan, perilaku dan keterampilan dengan cara mengolah bahan ajar”.

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli diatas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa belajar adalah suatu proses sebagai hasil dari pengalamannya sendiri untuk memperoleh perubahan tingkah laku, pengetahuan dan meningkatkan keterampilan dengan cara mengolah bahan ajar secara keseluruhan. Perubahan yang dilakukan dari hasil belajar ini bersifat konstan, sehingga seseorang dapat dikatakan belajar

apabila telah terjadi perubahan-perubahan pada dirinya sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya.

b. Ciri-Ciri Belajar

Adapun ciri-ciri umum belajar menurut Aunurrahman (2010: 36) adalah sebagai berikut :

1) Pertama, belajar menunjukkan suatu aktivitas pada diri seseorang yang disadari atau sengaja. Oleh sebab itu pemahaman kita pertama yang sangat penting adalah bahwa kegiatan belajar merupakan kegiatan yang disengaja atau direncanakan oleh pembelajar sendiri dalam bentuk suatu aktivitas tertentu. Aktivitas ini menunjuk pada keaktifan seseorang dalam melakukan sesuatu kegiatan tertentu, baik pada aspek-aspek jasmaniah maupun aspek mental yang memungkinkan terjadinya perubahan pada dirinya. Dengan demikian dapat dipahami bahwa suatu kegiatan belajar dikatakan semakin baik, bilamana intensitas keaktifan jasmaniah maupun mental seseorang semakin tinggi.

2) Kedua, belajar merupakan interaksi individu dengan lingkungannya.

Lingkungan dalam hal ini dapat berupa manusia atau obyek-obyek lain yang memungkinkan individu memperoleh pengalaman-pengalaman atau pengetahuan, baik pengalaman-pengalaman atau pengetahuan baru maupun sesuatu yang pernah diperoleh atau ditemukan sebelumnya akan tetapi menimbulkan perhatian kembali bagi individu tersebut sehingga memungkinkan terjadinya interaksi. Adanya interaksi individu dengan lingkungan ini mendorong seseorang untuk lebih intensif meningkatkan keaktifan jasmaniah maupun mentalnya guna lebih mendalami sesuatu yang menjadi perhatian.

3) Ketiga, hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku.

Walaupun tidak semua perubahan tingkah laku merupakan hasil belajar, akan tetapi aktivitas belajar umumnya disertai perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku pada kebanyakan hal merupakan sesuatu perubahan yang dapat diamati. Perubahan-perubahan yang

dapat diamati kebanyakan berkenaan dengan perubahan aspek-aspek motorik.

c. Pembelajaran

1) Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran atau instruction merupakan suatu proses yang diberikan oleh seorang pendidik untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan lebih baik. Menurut Rosdiani (2013: 73) menyatakan bahwa, “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”. Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas yang dikutip oleh Rosdiani (2013: 73) menyatakan bahwa, “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”. Sedangkan Aunurrahman (2010: 34) mengemukakan bahwa :

“Pembelajaran berupaya mengubah masukan berupa siswa yang belum terdidik, menjadi siswa yang terdidik, siswa yang belum memiliki pengetahuan tentang sesuatu, menjadi siswa yang memiliki pengetahuan. Demikian pula siswa yang memiliki sikap, kebiasaan atau tingkah laku yang belum mencerminkan eksistensi dirinya sebagai pribadi baik atau positif, menjadi siswa yang memiliki sikap, kebiasaan, dan tingkah laku yang baik”.

Pembelajaran yang baik dan berkualitas harus didukung oleh seorang pendidik yang dapat memotivasi peserta didik dalam proses pembelajaran agar lebih baik. Begitu pula pembelajaran efektif harus didukung oleh pendidik yang efektif. Untuk itu sebagai seorang pendidik dituntut untuk menciptakan pembelajaran yang dapat memotivasi peserta didik untuk belajar dan dituntut untuk memiliki sikap terbuka dan sabar dalam memahami siswanya. Sehingga dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik sehingga terjadi perubahan perilaku yang lebih baik bagi peserta didik.

2) Ciri-Ciri Pembelajaran

Ciri-ciri pembelajaran menurut Darsono yang dikutip oleh Hamdani dalam bukunya Strategi Belajar Mengajar (2011: 47) adalah sebagai berikut :

a) Pembelajaran dilakukan secara sadar dan direncanakan secara sistematis.

b) Pembelajaran dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi siswa dalam belajar.

c) Pembelajaran dapat menyediakan bahan ajar yang menarik perhatian dan menantang siswa.

d) Pembelajaran dapat menggunakan alat bantu belajar yang tepat dan menarik.

e) Pembelajaran dapat menciptakan suasana belajar yang aman dan menyenangkan bagi siswa.

f) Pembelajaran dapat membuat siswa siap menerima pelajaran, baik secara fisik maupun psikologi.

g) Pembelajaran menekankan keaktifan siswa.

h) Pembelajaran dilakukan secara sadar dan sengaja.

3) Media Pembelajaran

Pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses komunikasi antara guru dengan Peserta didik. Peserta didik sebagai komunikator dan guru sebagai fasilitator, sehingga tercipta proses interaksi dalam pembelajaran. Seorang guru harus menyadari bahwa proses komunikasi dalam pembelajaran tidaklah selamanya lancar, terkadang sering menimbulkan kebingungan, salah pengertian dan salah konsep bagi siswa dalam menangkap materi pembelajaran yang diberikan oleh guru. Sehingga kesalahan-kesalahan dalam komunikasi pembelajaran tersebut dirasakan oleh siswa sebagai penghambat pembelajaran. Oleh karena itu guru yang bertindak sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran harus mampu untuk menghindari dan mengurangi terjadinya salah komunikasi, maka guru harus mampu menciptakan suatu sarana yang dapat membantu dalam proses pembelajaran yaitu media pembelajaran.

Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengiriman kepada penerima pesan (Hamdani, 2011: 72). Media pembelajaran merupakan segala bentuk perangsang dan alat yang disediakan guru untuk mendorong siswa belajar secara cepat, tepat, mudah, benar, dan tidak terjadinya verbalisme (Rosdiani, 2013: 75). Media pembelajaran harus dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

Menurut Kemp dan Dayton yang dikutip oleh Hamdani (2011: 73) mengidentifikasikan tentang manfaat media sebagai berikut :

a) Penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan.

b) Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik.

c) Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif.

d) Efisien dalam waktu dan tenaga.

e) Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa.

f) Memungkinkan proses belajar dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja.

g) Media dapat menumbuhkan sikap positif terhadap materi dan proses belajar.

h) Mengubah peran guru ke arah yang lebih positif produktif.

4) Hakikat Paradigma Baru Pembelajaran Penjelasan Paradigma Kontruktivistik

Pemahaman konsep pembelajaran kontruktivisme dalam pembelajaran ini perlu diciptakan suasana yang membuat peserta didik antusias terhadap persoalan yang ada sehingga mereka mau mencoba memecahkan persoalannya. Pembelajar perlu membantu mengaktifkan peserta didik untuk berfikir. (Yamin, 2013:22)

Perbedaan Pembelajaran Kontruktivisme dengan Pembelajaran Konvensional.

Filosofi pembelajaran konstektual adalah kontruktivistik, yaitu belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal. Peserta didik mengkontruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri, (Yamin, 2013:22)

Tabel 2.1 Perbedaan Pembelajaran Kontekstual dengan pembelajaran Konvensional

No Pembelajaran Konstektual Pembelajaran Konvensional 1 Mengutamakan pada pemahaman

peserta didik

Mengutamakan daya ingat dan hafalan

2 Peserta didik secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran

Peserta didik penerima informasi secara pasif

3 Mendorong pembelajaran aktif dan pembelajaran berpusat pada peserta didik (student centered)

Mengupayakan peserta didik menerima materi yang disampaikan oleh pembelajar (teacher centered) 4 Hasil belajar diukur melalui

penerapan penilaian autentik (pengetahuan, keterampilan , dan sikap)

Hasil belajar diukur melalui kegiatan akademik dalam bentuk tes/ujian/ulangan

(Sumber:Yamin, 2013:191) 5) Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)

Menurut pendapat para ahli pengertian pembelajaran langsung salah satunya menurut Arends (2001):”

“A teaching model that is aimed at helping student learn is basic skills and knowledge that can be taught in a step-by-step fashion. For our purposes here, the model is labeled the direct instruction model&rdquo”. Artinya; Sebuah model pengajaran yang bertujuan untuk membantu siswa mempelajari keterampilan dasar dan pengetahuan yang dapat diajarkan langkah demi langkah. Untuk tujuan tersebut, model yang digunakan dinamakan model pengajaran langsung.

Lebih lanjut Arends (2001) menyatakan ”

“Direct instruction teacher centered model that has five steps:

establishing set explanation and/or demonstration, guided practice feedback, and extended practice a direct instruction lesson requires carefull orchestration by the teacher and a learning and environment that businesslike and task-oriented”. Artinya pengajaran langsung adalah model berpusat pada guru yang memiliki 5 langkah: menetapkan tujuan, penjelasan dan/atau demonstrasi, panduan praktek, umpan balik, dan perluasan praktek.

Model pembelajaran langsung memiliki lima (5) tahapan dalam pembelajaran yaitu :

a) Fase pertama : Fase Orientasi

Pada fase ini guru memberikan kerangka pelajaran dan orientasi terhadap materi pelajaran yang meliputi:

(1) Kegiatan pendahuluan untuk mengetahui pengetahuan yang relevan dengan pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik.

(2) Mendiskusikan atau menginformasikan tujuan pembelajaran.

(3) Memberi penjelasan atau arahan mengenai kegiatan yang akan dilakukan.

(4) Menginformasikan materi atau konsep yang akan digunakan dan kegiatan yang akan dilakukan selama pembelajaran.

(5) Menginformasikan kerangka pembelajaran.

(6) Memotivasi peserta didik.

b) Fase Kedua:Fase Presentasi/Demontrasi

Pada fase ini guru menyajikan materi pembelajaran baik berupa konsep atau keterampilan yang meliputi :

(1) Penyajian materi

(2) Pemberian contoh konsep

(3) Pemodelan/peragaan keterampilan.

(4) Menjelaskan ulang hal yang di anggap sulit atau kurang dimengerti peserta didik.

c) Fase Ketiga: Fase Latihan Terstruktur

Dalam fase ini, guru merencanakan dan memberikan bimbingan kepada peserta didik untuk melakukan latihan-latihan awal. Guru memberikan penguatan terhadap respon peserta didik yang benar mengoreksi yang salah.

d) Fase Keempat: Fase Latihan Terbimbing

Pada fase ini, peserta didik diberi kesempatan untuk berlatih konsep dan keterampilan serta menerapkan pengetahuan atau keterampilan tersebut ke situasi kehidupan nyata. Latihan terbimbing ini dapat digunakan guru untuk mengakses kemampuan siswa dalam melakukan tugas, mengecek apakah peserta didik telah berhasil melakukan tugas dengan baik atau tidak, serta memberikan umpan balik. Guru memonitor dan memberikan bmbingan jika perlu.

e) Fase Kelima: Fase Latihan Mandiri

Peserta didik melakukan kegiatan latiahan secara mandiri, dan guru memberikan umpan balik bagi keberhasilan peserta didik.

6) Model Pembelajaran

a) Pengertian Model Pembelajaran

Menurut Majid ( 2013 : 13) “Model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan, serta model juga dapat diartikan sebagai barang atau benda tiruan dari benda yang sesungguhnya”. Sedangkan pembelajaran (instruction) bermakna sebagai “Upaya untuk membelajarkan seseorang atau kelompok orang melalui berbagai upaya (Effort) dan berbagai strategi, metode dan pendekatan kearah pencapaian tujuan yang telah direncanakan”. Dari pengertian tersebut bisa diambil kesimpulan bahwa model pembelajaran merupakan kerangka dasar pembelajaran yang dapat diisi oleh ragam muatan mata pelajaran sesuai dengan karakteristik kerangka dasarnya.

Melihat adanya reformasi pembelajaran yang sedang dikembangkan di Indonesia, para guru atau calon guru saat ini banyak dibekali dengan aneka pilihan model pembelajaran, yang kadang-kadang untuk kepentingan penelitian (penelitian akademik maupun penelitian tindakan) sangat sulit menermukan sumber-sumber literarturnya. Namun jika para guru (calon guru)

telah dapat memahami konsep atau teori dasar pembelajaran yang merujuk pada proses (beserta konsep dan teori) pembelajaran sebagaimana dikemukakan di atas, maka pada dasarnya guru pun dapat secara kreatif melakukan, mencoba dan mengembangkan model pembelajaran tersendiri yang khas, sesuai dengan kondisi nyata di sekolah masing-masing.

Mengaplikasikan model pembelajaran yang menarik akan berpengaruh terhadap respon gerak, perhatian, memori, kesenangan dan motivasi peserta didik pada saat berlangsungnya proses pembelajaran. Pembelajaran yang menarik memudahkan peserta didik untuk memahami materi pembelajaran, bagi guru akan memudahkan dalam melaksanakan tugas pembelajaran dan langkah-langkah yang akan ditempuh sesuai dengan waktu yang tersedia, tujuan yang hendak dicapai, kemampuan daya serap peserta didik, serta ketersediaan media yang ada, dan juga dipakai sebagai alat mendorong aktivitas peserta didik dalam pembelajaran.

Kelemahannya yang ada dalam model pembelajaran, yaitu dapat menjadikan seseorang kurang berinisiatif dalam mengkreasikan kegiatan-kegiatan. Hal tersebut bisa diatasi jika suatu model dapat menjamin adanya fleksibilitas sehingga memungkinkan seseorang yang menggunakan model tertentu untuk mengadakan penyesuaian terhadap situasi atau kondisi secara lebih baik. Apalagi dalam menangani masalah-masalah pendidikan, banyak hal sangat berpengaruh oleh perubahan variabel-variabel lain diluar bidang pendidikan tersebut. Karena itu dalam mengaplikasikan suatu model sebaiknya dimungkinkan diadakannya perubahan-perubahan dalam mengadakan penyesuaian terhadap kebutuhan yang ada.

5. Kompetensi Pembelajaran

Dokumen terkait