• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

6

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka

1. Pendidikan Jasmani

a. Pengertian Pendidikan Jasmani

Pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan melalui aktivitas jasmani, permainan dan atau olahraga untuk mencapai tujuan pendidikan.

Menurut WHO yang dikutip Rahayu (2013:7) mengemukakan bahwa,

“Pendidikan jasmani adalah kegiatan jasmani yang diselenggarakan untuk menjadi media bagi kegiatan pendidikan”. Pendidikan merupakan proses kegiatan untuk mengembangkan kemampuan dan sikap rohaniah yang meliputi aspek mental, intelektual, dan spiritual.

Peranan pendidikan jasmani sangatlah penting karena dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat langsung dalam aneka pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, bermain dan olahraga yang dilakukan secara sistematis.

Dengan pendidikan jasmani siswa akan memperoleh berbagai ungkapan yang erat kaitannya dengan kesan pribadi yang menyenangkan serta berbagai ungkapan yang kreatif, inovatif, terampil, memiliki kebugaran jasmani, kebiasaan hidup sehat, dan memiliki pengetahuan serta pemahaman terhadap gerak manusia.

Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan dan bertujuan untuk mengembangkan aspek kesehatan, kebugaran jasmani, keterampilan berpikir kritis, stabilitas emosional, keterampilan sosial, penalaran, dan tindakan moral melalui aktivitas jasmani dan olahraga.

b. Hakikat Pendidikan Jasmani

Dalam buku Rosdiani yang berjudul perencanaan pembelajaran dalam pendidikan jasmani dan kesehatan (2013:172) menyatakan Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan

(2)

aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental serta emosional. Pendidikan jasmani memperlakukan peserta didk sebagai sebuah kesatuan utuh, makhluk sosial, daripada hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya.

Pada kenyataanya, pendidikan jasmani adalah suatu bidang kajian yang sungguh luas. Titik perhatiannya adalah peningkatan gerak manusia.

Lebih khusus lagi, pendidikan jasmani berkaitan dengan hubungan antara gerak manusia dan wilayah pendidikan lainnya, misalnya hubungan dari perkembangan tubuh-fisik dengan fikiran dan jiwanya. Karenanya pendidikan jasmani ini harus menyebabkan perbaikan dalam pikiran (psikis) dan tubuh (fisik) yang mempengaruhi seluruh aspek kehidupan harian seseorang. Pendekatan holistik tubuh-jiwa ini termasuk pula penekanan pada ketiga domain kependidikan: psikomotor, kognitif dan afektif. Pendidikan jasmani diharapkan mampu menciptakan tubuh yang baik bagi pemikiran atau jiwa.

Pendidikan jasmani merupakan suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi. Lingkungan belajar diatur secara seksama untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan seluruh ranah, yaitu jasmani, psikomotor, kognitif, dan afektif.

Materi mata pelajaran pendidikan jasmani meliputi pengalaman mempraktikkan dasar permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan, uji diri, aktivitas ritmik, akuatik (aktivitas air), pendidikan luar kelas (outdoor education), dan kesehatan. Materi-materi semacam ini disajikan untuk membantu peserta didik agar memahami mengapa manusia bergerak dan bagaimana cara melakukan gerakan secara aman, efisien dan afektif.

Adapun implementasinya perlu dilakukan secara terencana, bertahap dan

(3)

berkelanjutan yang pada gilirannya siswa diharapkan dapat meningkatkan sikap positif bagi diri sendiri dan menghargai manfaat aktivitas jasmani.

c. Tujuan Pendidikan Jasmani

Tujuan pendidikan jasmani yaitu memberikan kesempatan kepada anak untuk mempelajari berbagai kegiatan yang membina sekaligus mengembangkan potensi anak, baik dalam aspek fisik, mental, sosial, dan emosional. Adapun tujuan pendidikan jasmani menurut Rahayu (2013: 19) adalah sebagai berikut:

1) Meletakkan landasan karakter yang kuat melalui internalisasi nilai dalam pendidikan jasmani.

2) Membangun landasan kepribadian yang kuat, sikap cinta damai, sikap sosial, dan toleransi dalam konteks kemajemukan budaya, etnis dan agama.

3) Menumbuhkan kemampuan berpikir kritis melalui tugas-tugas pembelajaran pendidikan jasmani.

4) Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab, kerjasama, percaya diri, dan demokratis melalui aktivitas jasmani.

5) Mengembangkan keterampilan gerak dan keterampilan teknik serta strategi berbagai permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan senam, aktivitas ritmik, akuatik (aktivitas air), dan pendidikan luar kelas (outdoor education).

6) Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani.

7) Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri dan orang lain.

8) Mengetahui dan memahami konsep aktivitas jasmani sebagai informasi untuk mencapai kesehatan, kebugaran dan pola hidup sehat.

9) Mampu mengisi waktu luang dengan aktivitas jasmani yang bersifat rekreatif.

Tujuan pendidikan jasmani tercakup dalam tujuan pembelajarannya yang meliputi domain kognitif, afektif dan psikomotor, dalam pendidikan jasmani domain psikomotor lebih dominan dari pada domain yang lain.

Perkembangan pengetahuan atau sifat-sifat sosial bukan sekedar dampak pengiring yang menyertai keterampilan gerak. Tujuan itu harus masuk dalam perencanaan dan skenario pembelajaran.

Kedudukannya sama dengan tujuan pembelajaran pengembangan

(4)

domain psikomotor. Dalam hal ini, untuk mencapai tujuan tersebut, guru perlu membiasakan diri untuk mengajar anak tentang apa yang akan dipelajari berlandaskan pemahaman tentang prinsip-prinsip yang mendasarinya. Pergaulan yang terjadi di dalam adegan yang bersifat mendidik itu dimanfaatkan secara sengaja untuk menumbuhkan berbagai kesadaran emosional dan sosial anak. Dengan demikian anak akan berkembang secara menyeluruh, yang akan mendukung tercapainya aneka kemampuan.

d. Ruang Lingkup Pendidikan Jasmani

Ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk meliputi aspek-aspek sebagai berikut.

1. Permainan dan olahraga meliputi: olahraga tradisional, permainan.

eksplorasi gerak, keterampilan lokomotor, non-lokomotor, dan manipulatif, atletik, kasti, rounders, kippers, sepak bola, bola basket, bola voli, tenismeja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya

2. Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh, komponen kebugaran jasmani, dan bentuk postur tubuh serta aktivitas lainnya 3. Aktivitas senam meliputi: ketangkasan sederhana, ketangkasan tanpa

alat, ketangkasan dengan alat, dan senam lantai, serta aktivitas lainnya 4. Aktivitas ritmik meliputi: gerak bebas, senam pagi, SKJ, dan senam

aerobik serta aktivitas lainnya

5. Aktivitas air meliputi: permainan di air, keselamatan air, keterampilan bergerak di air, dan renang serta aktivitas lainnya

6. Kesehatan, meliputi penanaman budaya hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari, khususnya yang terkait dengan perawatan tubuh agar tetap sehat, merawat lingkungan yang sehat, memilih makanan dan minuman yang sehat, mencegah dan merawat cidera, mengatur waktu istirahat yang tepat dan berperan aktif dalam kegiatan P3K dan UKS. Aspek kesehatan merupakan aspek tersendiri, dan secara implisit masuk ke dalam semua aspek.

(5)

2. Keterampilan Gerak Dasar (KGD) Kontrol Objek a. Pengertian KGD

Keterampilan gerak dasar adalah aktivitas gerak umum yang dapat diamati dalam pola gerak spesifik. Keterampilan gerak yang umumnya digunakan dalam aktivitas gerak olahraga adalah KGD tingkat lanjut (advance). Beberapa contoh aktivitas gerak dalam olahraga yaitu Menangkap dalam softball dan criket, melempar pada baseball, lempar lembing, servis tenis, lempar pada netbal; merupakan gerak lanjut dari gerak melempar overhand. Keberadaan seluruh atau sebagian dari lemparan overhand dapat dideteksi dalam pola yang digunakan dalam keterampilan gerak olahraga yang spesifik.

Gambar 2.1 Hubungan antara Keterampilan Gerak Dasar dengan Keterampilan Olahraga Spesifik (Overarm Throw)

(Sumber : Development of education, 2013)

Perkembangan motorik (gerak) manusia tidak terlepas dengan ilmu gerak, performance manusia, pendidikan jasmani, dan body movement.

Gerak merupakan istilah umum untuk berbagai bentuk perilaku gerak manusia. Perilaku gerak (motor behavior) merupakan sub disiplin yang menekankan pada investigasi mengenai prinsip-prinsip perilaku manusia.

Secara kodrati setiap anak memiliki kemampuan gerak dasar yang dibawa sejak lahir. Beberapa ahli mengemukakan pendapat mengenai pengertian gerak dasar. Syarifuddin dan Muhadi (1992: 24) menyatakan, “Gerak dasar manusia adalah jalan, lari, lompat dan lempar”. Ma’mun dan Saputra (2000: 20) menyatakan bahwa, “Kemampuan gerak dasar merupakan kemampuan yang biasa siswa lakukan guna meningkatkan kualitas hidup”.

(6)

Sedangkan menurut Department of Education (2013:15)

“Fundamental Movement Skills (FMS) are movement patterns that involve different body parts such as the legs, arms, trunk and head, and include such skills as running, hopping, catching, throwing, striking and balancing”. Maksudnya keterampilan gerak dasar adalah pola gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh yang berbeda seperti kaki, lengan, leher dan kepala, dan termasuk keterampilan seperti berlari, melompat, menangkap, melempar, memukul, dan keseimbangan.

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh para ahli di atas tersebut dapat disimpulkan bahwa gerak dasar adalah pola gerak mendasar atau fundamental yang biasa dilakukan serta melibatkan bagian-bagian tubuh yang berbeda guna meningkatkan kualitas hidup.

b. Klasifikasi KGD

Pola gerak dasar Menurut Ma’mun dan Saputra (2000:20) gerakan- gerakan sederhana yang bisa dibagi kedalam tiga bentuk gerak sebagai berikut :

1) Kemampuan Gerak dasar lokomotor adalah digunakan untuk memindahkan tubuh dari satu tempat ke tempat lain untuk mengangkat tubuh ke atas seperti lompat, dan loncat. Kemampuan gerak lainnya adalah berjalan, berlari, skipping, melompat, meluncur, dan lari seperti kuda berlari (gallop).

2) Gerakan non-lokomotor adalah gerakan yang tidak menyebabkan berpindah tempat. Umumnya anak-anak kurang menyukai gerakan- gerakan ini dibanding kepada gerakan-gerakan lokomotor.

3) Keterampilan manipulatif adalah bagian dari keterampilan dasar yang harus dipelajari anak bersama-sama dengan keterampilan lokomotor dan nonlokomotor. Di sebut manipulatif, karena pada keterampilan ini, anak-anak harus berhubungan dengan benda di luar dirinya yang harus dimanipulasi sedemikian rupa sehingga terbentuk satu keterampilan. Keterampilan-keterampilan tersebut bisa melempar, menendang, menangkap, menyetop bola, memukul dengan raket, memukul dengan pemukul softball, dsb. Sedangkan benda-benda yang dilibatkan adalah berupa bola, pemukul, raket, balon, simpai,

(7)

Menurut (ACHPER, 2009. Online: www.sportnz.org.nz. 2012) yang dikutip Sarwono.@fkip.uns.ac.id Keterampilan-keterampilan gerak dasar dan aktivitasnya dikelompokkan dalam tiga kategori:

1) Keterampilan lokomotor melibatkan gerak tubuh ke segala arah dari satu titik ke titik yang lain. Yang termasuk keterampilan lokomotor ini adalah berjalan, berlari, menghindar, meloncat, melompat, dan melompat-lompat.

2) Keterampilan stabilitas melibatkan baik keseimbangan statis (dalam keadaan diam) maupun dinamis (dalam keadaan bergerak ), dan rotasi (putaran).

3) Keterampilan manipulatif melibatkan memegang dan mengendalikan alat dengan tangan, kaki atau menggunakan (tongkat, pemukul atau raket). Yang terkategori keterampilan manipulatif adalah melempar, dan menangkap, memukul dengan tangan, kaki dan aplikasinya (misalnya menendang, memvoli,memukul, dan mendribel).

c. Fase belajar KGD

Dalam keterampilan gerak dibagi/digolongkan ke dalam tiga fase belajar yang merupakan kemajuan dari yang sederhana (discovering) menuju ke yang lebih kompleks (consolidating = penggabungan) (Sarwono.@fkip.uns.ac.id). Setiap siswa akan berbeda pada fase yang berbeda bergantung pada pengalaman belajar dan sebelum belajar.

Setiap fase belajar memiliki karakteristik berbeda. Secara rinci, karakteristik setiap fase belajar tersebut adalah:

1) Pada fase penemuan (discovering), anak sebagai pembelajar berupaya dengan terkonsentrasi untuk mempelajari gerakan. Aktivitas pada tahap ini memungkinkan anak untuk mengeksplorasi (menjelajahi=menggali) dan menemukan sendiri apa yang dibutuhkan dalam melakukan keterampilan gerak tertentu.

2) Pada fase pengembangan (developing) pembelajar lebih efisien dan lebih halus dalam melakukan gerakan terampil melalui pengulangan dan latihan dalam berbagai konteks.

3) Pada fase konsolidasi (consolidating = penggabungan), lebih menggunakan gerakan otomatis daripada saat fase pengembangan.

Mereka dapat mengaplikasikan keterampilan gerak dengan berbagai

(8)

cara dan mengkombinasikannya dengan gerakan lain pada aktivitas dan permainan yang lebih kompleks.

d. Periode Fase Perkembangan Gerak Dasar 1) Fase Perkembangan Gerak Dasar Usia 2-7 tahun

Anak berusia 2-7 tahun, pada dasarnya sedang menjalani masa pertumbuhan, mengalami bertambahnya pengalaman, dan bergantung pada instruksi serta meniru yang lain. Anak menjadi lebih terampil dalam menguasai keterampilan gerak dasar. Pola gerak dasar merupakan pola perilaku yang dapat diamati. Kemampuan gerak dasar yang meningkat pada usia ini terjadi secara berangsur-angsur dan bertahap.

Fase perkembangan gerak dasar pada usia ini menurut Saputra (2001: 15) dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu sebagai berikut:

a) Tingkat awal, merupakan awal dari munculnya kesadaran anak akan pola gerak dasar, meskipun perpaduan dan koordinasi geraknya masih belum sempurna.

b) Tingkat dasar, merupakan proses menuju pematangan ke arah pola gerak dasar. Kesadaran mengenai ruang dan waktu sudah terbentuk, sehingga gerak koordinasi sudah mulai lebih baik dari pada tahapan sebelumnya.

c) Tingkat kematangan, merupakan tahap pematangan gerak dasar yang ditandai dengan semakin efisiennya koordinasi gerak yang dilakukan. Biasanya, anak yang berada pada fase ini, sudah layak untuk mendapatkan bentuk-bentuk gerak yang lebih kompleks lagi.

2) Fase Transisi Usia 7-10 tahun

Pada fase ini anak sudah dapat mengkombinasikan dan menerapkan keterampilan gerak dasar yang terkait dalam aktivitas jasmani, misalnya lompat tali dan bermain sepak bola. Gerakan yang dilakukan berisikan unsur yang sama, seperti gerak dasar, tetapi pelaksanaannya lebih akurat dan terkendali.

Keterampilan berolahraga pada masa transisi adalah penerapan sederhana dari gerak dasar menuju bentuk-bentuk gerakan yang lebih komples dan spesifik. Pada masa ini merupakan masa yang tepat untuk menentukan kecabangan olahraga yang diinginkan oleh anak. Karena selama masa ini, anak terlibat secara aktif dalam pencarian dan

(9)

pengkombinasian berbagai macam pola gerak dan keterampilan, sehingga kemampuan anak akan cepat meningkat.

3) Fase Spesifikasi Usia 10-13 tahun

Pada fase ini, anak sudah dapat menentukan cabang olahraga yang disukainya. Anak pada umumnya sudah memiliki kemampuan dalam koordinasi dan kelincahan yang jauh lebih baik. Mereka sudah mulai bisa memahami kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya, serta mulai mencari atau menghindari aktivitas yang tidak disukainya.

e. KGD Kontrol Objek

Menurut Liang (2013) kemampuan mengontrol obyek dibutuhkan anak untuk mengontrol objek menggunakan bagian tubuh atau menggunakan suatu alat. Ada dua tipe dari mengontrol obyek yaitu: pertama populsif (Mengirim suatu obyek, contoh melempar, menendang, memukul), kedua receltif (menerima obyek, Contohnya menangkap, mendrible bola, dan menerima shuttlecoc).

Kemampuan populsif lebih mudah karena anak tidak mengontrol obyek yang dikirim. Tidak kemampuan receptif yang memerlukan kemampuan perseptual dan koordinasi untuk memindah tubuh ke dalam posisi untuk menerima obyek yang datang. Dalam kehidupan sehari-hari, sebagaimana dalam banyak permainan dan olahraga, sering diperlukan keduanya yaitu kemampuan populsif dan receptif (menangkap dan mempassingnya kembali atau menerima dan memukul balik).

Kemampuan keterampilan kontrol objek merupakan bentuk ketangkasan bermain atau kinerja dimana satu orang atau lebih secara fisik berinteraksi dengan satu atau lebih objek. Keterampilan manipulatif objek/kontrol objek adalah keterampilan yang dibutuhkan untuk bola bergerak dan objek-objek disekitar. Melibatkan penerapan pengendalian objek tangan, dan kaki, penerapan (tongkat, bat atau raket).Keterampilan manipulatif termasuk melempar, dan menangkap, memukul dengan tangan, kaki (Misalnya menendang, voli, batting, dan dribbling).

(www.sportwellington.org.nz).

(10)

Dalam pengembangannya ada 3 keterampilan yang dibutuhkan untuk memanipulasi objek : (1) pengembangan mata, (2) tangan-mata/koordinasi kaki-mata dan (3) sentuhan, pengalaman sentuhan. Pengembangan kemampuan untuk menggunakan tangan dan mata secara bersama-sama merupakan bagian penting dalam perkembangan anak. Koordinasi mata tangan adalah kemampuan sistem visi untuk mengkoordinasikan informasi yang diterima dan untuk mengarahkan tangan ke arah objek (misal menangkap bola), menggunkan objek bergerak lambat memberikan kesempatan mata untuk melacak dan cukup waktu untuk memiliki reaksi dan mencoba untuk menangkap objek.

1) Lemparan Atas

Melempar adalah gerakan mengarahkan suatu benda yang dipegang dengan cara mengayunkan tangan ke arah tertentu (Sugiyanto,2001:3.30). Gerakan melempar dilakukan menggunakan kekuatan tangan dan lengan serta memerlukan koordinasi beberapa unsur gerakan yaitu ayunan lengan dengan gerakan jari-jari yang harus melepaskan benda yang dipegang pada saat yang tepat.

Melempar adalah suatu keterampilan manipulatif yang kompleks di mana satu atau dua tangan digunakan untuk melontarkan suatu objek menjauhi tubuh ke ruang tertentu. Bergantung pada banyak faktor (misalnya ukuran objeknya, ukuran pelempar, dll), lemparan itu bisa dilakukan dengan cara lemparan bawah, lemparan atas kepala, lemparan atas lengan, atau lemparan samping lengan. Ada juga lemparan dua tangan atas kepala yang digunakan untuk melontarkan benda-benda yang besar.

Lemparan bola atas, yang juga dikenal sebagai lemparan batas, adalah sebuah keterampilan yang paling umum digunakan dalam olahraga-olahraga untuk melempar jauh dan untuk membuat operan yang cepat dan akurat.

Variasi lemparan atas digunakan dalam banyak perlombaan atletik lapangan, dalam kegiatan melempar dan menangkap, dan dalam

(11)

sebuah pertandingan bola (misalnya bola basket). Kebanyakan anak tidak akan secara naluriah mengetahui bagaimana cara melempar atas dengan efisien. Untuk mencapai fase keterampilan yang matang, mereka memerlukan berbagai macam kesenangan dan melibatkan kesempatan-kesempatan berlatih.

Fase-fase Perkembangan Melempar bola atas : Tahap Awal

a) Lemparan menyerupai sebuah dorongan. Gerakan dibatasi pada bagian depan badan dan hanya siku yang digunakan untuk mendorong benda.

b) Lemparan masih menggunakan jari-jari.

c) Tubuh tetap lurus dengan sedikit atau tanpa putaran bahu tubuh

Gambar 2.2 Tahap Awal Lemparan Atas (Sumber : Liang, 2013:85) Tahap Dasar

a) Saat persiapan, lengan yang melempar mengayun dan membawa bola setinggi kepala.

b) Tubuh berputar sedikit kearah sisi lemparan

c) Kaki pada sisi yang sama seperti lengan yang melempar melangkah maju.

d) Saat melempar, lengan mengayun tinggi diatas bahu dengan tubuh miring kedepan

e) Lengan yang melempar menggapai kedepan dan kebawah setelah bola dilepaskan.

(12)

Gambar 2.3 Tahap Dasar Lemparan Atas (Sumber : Liang, 2013:85)

Tahap matang

a) Dalam persiapan, lengan yang melempar mengayun kebelakang dan keatas.

b) Siku bergerak mendekati telinga, yang mengarahkan lemparan.

c) Sebuah langkah maju diambil dengan kaki yang berlawanan dengan lengan yang melempar (berkesinambungan)

d) Dalam lemparan, tubuh berputar untuk menghadap kedepan dan berat badan pindah dari kaki belakang ke kaki depan.

e) Siku lurus sebelum pelepasan, dengan lengan yang melempar menggapai kedepan dan kebawah dalam follow-through.

Gambar 2.4 Tahap Matang Lemparan Atas (Sumber : Liang, 2013:85)

2) Lemparan bawah

Melempar adalah gerakan mengarahkan suatu bendayang dipegang dengan cara mengayunkan tangan ke arah tentu (Sugiyanto, 2001:3.30).

Lemparan bawah adalah sebuah keterampilan mendorong yang cukup mudah bagi peserta didik. Sebuah underarm roll yang bagus meliputi melangkah maju dengan kaki yang berlawanan dengan tangan yang memegang bola (ball-hand). Hal ini diikuti dengan menekuk lutut

(13)

ketika tangan yang memegang bola mengayun kedepan dalam lengkungan kebawah untuk melepaskan bola. Underarm rolling digunakan dalam permainan-permainan seperti bowling. Peserta didik akan menyukai aktivitas melempar bola bawah karena ini menyenangkan untuk melepaskan sebuah benda dan melihatnya berjalan, khususnya jika ia merobohkan benda-benda lain (misalnya pin bowling atau sasaran).

Fase Perkembangan Lemparan bola bawah Tahap Awal

a) Kedua Kaki dibuka

b) Tangan memegang bola pada kedua sisi dengan telapak tangan saling berhadapan

c) Lengan lurus, mengayun kedepan dan ke belakang

d) Tubuh membungkuk pada pinggang. Tubuh lurus keatas saat melepaskan bola.

e) Mata fokus kepada bola.

Gambar 2.5 Tahap Awal Lemparan Bawah (Sumber : Liang, 2013:74)

Tahap Dasar

a) Satu kaki melangkah kedepan. Satu tangan berada pada bagian atas bola dan yang lain di bagian bawah.

b) Kedua lengan berada pada sisi yang berlawanan dari kaki depan, Lengan mengayun bola ke belakang.

c) Bola dilepas ke depan perlahan pada saat setinggi lutut.

d) Mata fokus kedepan.

(14)

Gambar 2.6 Tahap Dasar Lemparan Bawah (Sumber : Liang, 2013:74)

Tahap Matang

a) Salah satu kaki kebelakang, bola dipegang disebelah kaki yang melangkah kedepan.Tangan yang memegang bola di ayun ke belakang.

b) Kemudian di ayun kedepan. Menekuk lutut dan berat badan dipindahkan dari kaki belakang menuju kaki depan selama mengayun.

c) Mata fokus kedepan.

Gambar 2.7 Tahap Matang Lemparan Bawah (Sumber : Liang, 2013:74)

3) Menangkap

Kemampuan menangkap berkembang sejalan dengan kemampuan anak untuk menaksir kecepatan dan jarak benda yang akan ditangkap serta ketepatan reaksi gerak tangannya (Sugiyanto, 2001:3.33).

Menangkap adalah gerakan yang melibatkan penghentian momentum suatu objek dan menambahkan kontrol terhadap objek tersebut dengan menggunakan satu tangan atau dua tangan. Tergantung kepada kecepatan, arah, dan jenis serta besarnya benda yang bergerak, dalam gerakan menangkap ini diperlukan koordinasi untuk membuat posisi tubuh yang tepat dalam menyerap dan menyalurkan energi yang dibawa benda/objek bersangkutan. Dengan demikian dikenal beberapa

(15)

macam tangkapan, di antaranya tangkapan dengan satu tangan, dengan dua tangan, tangkapan atas, tangkapan bawah, dan tangkapan samping.

Kecenderungan penghindaran adalah hal yang umum diantara anak-anak kecil yang secara naluriah memalingkan wajah mereka atau menutup mata mereka untuk menghindari pukulan dari bola tersebut.

Tahapan untuk pemula dengan benda-benda yang terang, ringan, dan berjalan perlahan (misalnya selendang, mainan yang diisi, balon).

Keterampilan ini mungkin perlu diajarkan bersama-sama dengan keterampilan melempar.

Fase Perkembangan Menangkap:

Tahap Awal

a) Kedua tangan diluruskan, telapak tangan menghadap keatas.

b) Wajah berpaling untuk menghindari benda yang datang atau reflek mengangkat lengan dan tangan untuk melindungi kepala.

c) Siku terjulur agar lengan menangkap benda didekatan dada dengan mencondongkan ke depan.

Gambar 2.8 Tahap Awal Menangkap (Sumber : Liang, 2013:97) Tahap Dasar

a) Lengan ditekuk didepan badan, telapak tangan saling berhadapan, dengan ibu jari menunju keatas.

b) Mata mungkin ditutup saat benda datang kearah lengan.

c) Tangan dengan cepat menerima objek, menggenggam objek dengan cepat dekat dengan tubuh

(16)

Gambar 2.9 Tahap Dasar Menangkap (Sumber : Liang, 2013:97) Tahap Matang

a) Mata terfokus kepada objek dan melihat objek yang mendekat.

b) Siku ditekuk dan lengan dibiarkan relaks disamping atau didepan badan.

c) Lengan dan kaki membuat penyesuaiaan berdasarkan objek yang datang.

d) Tangan menangkap benda dengan waktu yang tepat. Lengan menarik kedalam saat menyentuh benda untuk menyerap gayanya.

Gambar 2.10 Tahap Matang Menangkap (Sumber : Liang, 2013:97) 4) Menendang

Kemampuan melakukan gerakan menendang pada anak kecil berkembang sejalan dengan meningkatkan kekuatan kaki, keseimbangan dan koordinasi tubuh. (Sugiyanto,2001:3.30). Gerakan memendang yang dimulai dengan ayunan kaki kebelakang sebagai awalan dan disertai dengan gerakan lanjutan sesudah kaki mengenai objek yang ditendang.

Menendang adalah suatu pola keterampilan manipulatif yang menggunakan kaki untuk memukul suatu benda. Tendangan diam (stationary kicking) adalah dasar dari keterampilan menendang lain

(17)

seperti menendang bola yang sedang bergerak. Dalam hal ini, keseimbangan dinamis yang baik adalah faktor penting dalam perkembangan keberhasilan keterampilan menendang ini, di samping melibatkan sejumlah bagian tubuh dalam menghasilkan tenaga dorongan yang kuat terhadap benda yang ditendang. Secara umum, jenis-jenis tendangan terhadap bola dapat dikelompokkan ke dalam: tendangan kura-kura kaki, yaitu tendangan dengan bagian atas atau punggung kaki, dan tendangan dengan bagian dalam kaki.

Dalam menendang, gaya diterapkan pada sebuah obyek (benda) dengan kaki. Keterampilan ini memerlukan keseimbangan dinamis yang bagus karena berat badan harus seimbang diatas satu kaki pada saat kaki yang menendang diangkat menjauh dari tanah saat menendang.

Menendang digunakan dalam sepak bola dan kegiatan-kegiatan sehari- hari lainnya seperti menendang sebuah batu keluar dari jalan.

Anak-anak kecil umumnya melakukan tendangan dengan ujung jari yang tidak membuat benda tersebut jauh. Untuk gaya dan jarak, anak- anak perlu menendang dengan in-step (langkah masuk) mereka, yang merupakan area diatas ujung kaki dimana tali sepatu diikat. Menendang dengan bagian dalam kaki (area diantara jari besar dengan bagian sisi tengah kaki) juga bermanfaat karena menghasilkan kontrol menendang atas obyek tersebut.

Fase Perkembangan Menendang Tahap Awal

a) Tubuh tegak lurus dan diam, dengan lengan berada disamping atau didepan tubuh untuk keseimbangan

b) Kaki yang menendang mengayun kebelakang pada fase persiapan c) Ayunan kedepan dan berhenti pada saat bola ditendang.

d) Cenderung menendang dengan jari kaki (toe-kicking) atau dengan bagian ujung kaki.

(18)

Gambar 2.11 Tahap Awal Menendang (Sumber : Liang, 2013:105) Tahap Dasar

a) Tubuh tegak lurus, dengan lengan berada di samping atau didepan tubuh untuk keseimbangan

b) Kaki yang menendang mengayun kebelakang pada fase persiapan.

Kaki tetap ditekuk saat mengayun kedepan dan lurus untuk menyentuh bola.

c) Cenderung menendang dengan jari atau bagian ujung kaki

Gambar 2.12 Tahap Dasar Menendang (Sumber : liang, 2013:105) Tahap Matang

a) Kaki yang tidak menendang diletakkan didekat/disamping bola

b) Kaki yang menendang mengayun kebelakang dengan lutut ditekuk sebelum mengayun kedepan untuk menendang bola.

c) Ketika bagian atas kaki (area tali sepatu) menyentuh bola, lengan mengayun berlawanan dengan kaki untuk mempertahankan keseimbangan.

d) Ketika menendang, tubuh sedikit membungkuk kedepan (follow- through).

(19)

Gambar 2.13 Tahap Matang Menendang (Sumber : Liang, 2013:105) 5) Memantulakan bola dengan tangan

Kemampuan memantul-mantulkan bola berulangkali tanpa menangkap berkembang sejalan dengan kemampuan mengontrol kekuatan tangan dan arah tegaknya bola (Dr.sugiyanto,2001:3.34).

Penguasaan gerakan memantul-mantulkan bola menggunakan satu tangan berkembang lebih awal dibanding menggunakan dua tangan.

Menggunakan dua tangan lebih sukar dibanding menggunakan satu tangan, karena memmbutuhkan koordinasi dan sinkronisasi antara tangan kanan dan tangan kiri, disamping itu pengaturan badan juga lebih sukar.

Memantulakan bola dengan tangan terjadi pada saat bola didorong kearah gerakan maju dan turun. Hal ini memerlukan keseimbangan dinamis dan pemahaman ruang yang bagus karena peserta didik perlu berjalan dengan sebuah bola yang biasanya didepannya. Secara umum, hanya anak-anak yang telah mencapai suatu kemahiran dengan pantulan yang dapat memantulkan bola dengan tangan. Walaupun Memantulkan bola dengan tangan merupakan sebuah keterampilan yang terutama digunakan dalam permainan bola basket.

Fase Perkembangan Memantulkan Tahap Awal

a) Pegang bola dengan telapak tangan yang saling berhadapan.

b) Berat badan bertumpu pada kedua kaki.

c) Lengan menurunkan bola kebawah dan telapak tangan mencoba mendorong bola saat ia melambung.

(20)

d) Bola melambung mendekati tubuh. Ketinggian lambungan berkurang dengan setiap dorongan apabila ada yang gagal.

e) Mata terfokus kepada bola

Gambar 2.14 Tahap Awal Memantulkan Bola (Sumber : Liang, 2013:129)

Tahap Dasar

a) Pegang bola dengan satu tangan diatas dan tangan yang lain dibagian bawah bola.

b) Tangan dan lengan mendorong bola kebawah dengan gaya yang tidak sesuai untuk pantulan-pantulan berikutnya.

c) siku terjulur dan telapak tangan mendorong bola.

d) Tidak dapat mengontrol bola setelah dua sampai tiga pantulan pertama.

e) Mata terfokus sesekali pada pantulan bola.

Gambar 2.15 Tahap Dasar Memantulkan Bola (Sumber : Liang, 2013:129)

Tahap Matang

a) Satu kaki dibelakang kaki yang lain, dengan kaki yang berlawanan tangan yang memantulkan didepan.

b) Tubuh sedikit miring kedepan, dengan bola dipertahankan setinggi atau hampir setinggi pinggang.

(21)

c) Lengan lurus pada saat follow-through, dengan kontrol bola yang baik.

d) Mampu menerapkan gaya yang konsisten untuk memantulkan yang terus menerus dan memantulkan dengan salah satu tangan.

e) Mata terfokus sesekali pada pantulan bola.

Gambar 2.16 Tahap Matang Memantulkan Bola (Sumber : Liang, 2013:129)

6. Pukulan lengan samping dua tangan

Pukulan lengan samping dua tangan umumnya digunakan dalam permainan bola seperti rounders, teeball, softball dan baseball. Pukulan lengan samping dengan tangan adalah koordinasi tangan-mata dan kaki yang menantang bagi anak kecil, khususnya jika bola berjalan kearahnya.

Mulai dengan membiarkan peserta didik memukul sebuah bola yang diam atau bola yang digantung setinggi pinggang.memberikan perintah pada peserta didik untuk mencoba memukul dengan tangan atau kepalan tangan terlebih dahulu, sebelum kemudian menggunakan alat pemukul atau raket (misalnya surat kabar yang digulung, pemukul busa, raket badminton berbatang pendek).

Fase Perkembangan Pukulan Lengan Samping Dua Tangan Tahap Awal

a) Kaki diam

b) Siku ditekuk dan lengan mengayun tongkat pemukul dari belakang kedepan.

c) Tubuh menghadap kearah datangnya benda/objek.

(22)

d) Gaya yang dihasilkan dengan meluruskan siku dan mengayunkan tongkat pemukul kearah datangnya bola.

Gambar 2.17 Tahap Awal Memukul dengan Kedua Tangan (Sumber : Liang, 2013:123)

Tahap Dasar

a) Tangan memegang tongkat pemukul didekat tubuh.

b) Sebelum memukul, tubuh berputar ke samping, menjauh dari objek.

c) Tubuh berputar kearah objek, dengan transfer berat badan minimal dari kaki belakang ke kaki depan.

d) Gaya dihasilkan pada saat siku lurus dan tongkat pemukul dibawa untuk memukul objek arah datangnya bola.

Gambar 2.18 Tahap Dasar Memukul dengan Kedua Tangan (Sumber : Liang, 2013:123)

Tahap Matang

a) Tangan memegang tongkat pemukul hampir setinggi bahu dengan siku-siku yang ditekuk pada sudut sekitar 90°.

b) Untuk menghasilkan gaya, tubuh berputar ke samping saat berat badan berpindah ke kaki belakang sebelum memukul.

c) Ketika tubuh berputar, tongkat pemukul diayunkan dan berat badan bergeser dari kaki belakang ke kaki depan.

d) Tongkat pemukul memukul objek ketika tubuh berputar.

e) Berat badan menuju pada kaki depan pada saat bersentuhan. Lengan mengikuti, mengayunkan tongkat pemukul diatas bahu (gerak lanjut).

(23)

Gambar 2.19 Tahap Matang Memukul dengan Kedua Tangan (Sumber : Liang, 2013:123)

3. Anak Sekolah Dasar

Anak Sekolah dasar merupakan anak dengan kategori banyak mengalami perubahan yang sangat drastis baik mental maupun fisik.

a) Perkembangan fisik peserta didik Sekolah Dasar (SD)

Mencakup perkembangan biologis misalnya pertumbuhan otak, otot, dan tulang. Menurut sugiyoto dalam jurnal karakteristik anak Sekolah Dasar Halaman 1 mengatakan bahwa :

1) Usia masuk kelas satu SD dan MI berada pada periode peralihan dan pertumbuhan cepat masa anak-anak awal ke suatu fase perkembangan yang lebih lambat. Ukuran tubuh anak relatif kecil perubahannya selama tahun-tahun di sekolah dasar.

2) Usia 9 tahun tinggi dan berat badan anak laki-laki dan perempuan kurang lebih sama. Sebelum usia 9 tahun anak perempuan relatif sedikit lebih pendek dan lebih langsing dari anak laki-laki.

3) Akhir kelas empat, pada umumnya anak perempuan mulai mengalami masa lonjakan pertumbuhan. Lengan dan kaki mulai bertumbuh cepat.

4) Pada akhir kelas lima, umumnya anak perempuan lebih tinggi, lebih berat dan lebih kuat daripada anak laki-laki. Anak laki-laki memulai lonjakan pertumbuhan pada usia sekitar 11 tahun.

5) Menjelang awal kelas enam, kebanyakan anak perempuan mendekati puncak tertinggi pertumbuhan mereka. Periode pubertas yang ditandai dengan menstruasi umumnya dimulai pada usia 12-13 tahun. Anak laki-laki memasuki masa pubertas dengan ejakulasi yang terjadi antara usia 13-16 tahun.

(24)

6) Perkembangan fisik selama remaja dimulai dari masa pubertas. Pada masa ini terjadi perubahan fisiologis yang mengubah manusia yang belum mampu bereproduksi menjadi mampu bereproduksi.

b) Kebutuhan Peserta didik Sekolah Dasar

Menurut sugiyoto dalam jurnal karakteristik anak Sekolah Dasar Halaman 5 mengatakan bahwa :

1) Anak SD Senang Bermain.

Karakteristik ini menuntut guru SD untuk melaksanakan kegiatan pendidikan yang bermuatan permainan lebih-lebih untuk kelas rendah. Guru SD seyogyanya merancang model pembelajaran yang memungkinkan adanya unsur permainan di dalamanya.

Guru hendaknya mengembangkan model pembelajaran yang serius tapi santai. Penyusunan jadwal pelajaran hendaknya diselang seling antara mata pelajaran serius seperti IPA, Matematika, dengan pembelajaran yang mengandung unsur permainan seperti pendidikan jasmani atau seni budaya dan keterampilan.

2) Anak SD Senang bergerak

Orang dewasa dapat duduk berjam-jam, sedangkan anak SD dapat duduk dengan tenang paling lama sekitar 30menit. Oleh karena itu, guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak berpindah atau bergerak menyuruh anak untuk duduk rapi untuk jangka waktu yang lama, dirasakan anak sebagai siksaan.

3) Anak SD Senang Bekerja dalam kelompok

Anak usia SD dalam pergaulannya dengan kelompok sebaya, mereka belajar aspek-aspek yang penting dalam proses sosialisasi, Seperti : belajar memenuhi atauran-aturan kelompok, belajar setia kawan, belajar tidak tergantung diterimanya dilingkungan, belajar menerimanya tanggung jawab, belajar bersaing dengan orang lain secara sehat (sportif), mempelajari olahraga dan membawa implikasi bahwa guru harus merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak untuk bekerja atau belajar dalam kelompok, serta belajar keadilan dan demokrasi. Karakteristik ini membawa implikasi bahwa guru harus merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak untuk bekerja atau belajar dalam kelompok.

Guru dapat meminta siswa untuk membentuk kelompok kecil dengan anggota 3-4 orang untuk mempelajari atau menyelesaikan suatu tugas secara kelompok.

4) Anak SD senang merasakan atau melakukan/memperagakan sesuatu secara langsung

Ditinjau dari perkembangan kognitif, anak SD memasuki tahap operasional konkret. Dari apa yang dipelajari disekolah, ia belajar

(25)

menghubungkan konsep-konsep baru dengan konsep-konsep lama. Berdasar pengalaman ini, siswa membentuk konsep tentang angka, ruang, waktu, fungsi-fungsi badan, peran jenis kelamin, moral, dan sebagainya. Bagi anak SD, penjelasan guru tentang materi pelajaran akan lebih dipahami jika anak melaksanakan sendiri, sama halnya dengan memberi contoh bagi orang dewasa.

Dengan demikian guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak terlihat langsung dalam proses pembelajaran. Sebagian contoh anak akan lebih memahami tentang arah mata angin , dengan cara membawa anak langsung keluar kelas, kemudian menunjuk langsung setiap arah angin, bahkan dengan sedikit menjulurkan lidahnya akan diketahui secara persis dari arah mata angin saat itu bertiup.

4. Belajar dan Pembelajaran a. Pengertian Belajar

Belajar merupakan ciri khas manusia dan aktivitas yang dilakukan sehari-hari oleh siapa saja, kapan saja dan dimana saja. Menurut Suyono dan Hariyanto dalam bukunya Belajar dan Pembelajaran (2012: 9) menyatakan bahwa, “Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan memperkokoh kepribadian”. Menurut Slameto yang dikutip oleh Hamdani (2011: 20) menyatakan bahwa,

“Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 295) mengemukakan, “Belajar adalah kegiatan individu memperoleh pengetahuan, perilaku dan keterampilan dengan cara mengolah bahan ajar”.

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli diatas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa belajar adalah suatu proses sebagai hasil dari pengalamannya sendiri untuk memperoleh perubahan tingkah laku, pengetahuan dan meningkatkan keterampilan dengan cara mengolah bahan ajar secara keseluruhan. Perubahan yang dilakukan dari hasil belajar ini bersifat konstan, sehingga seseorang dapat dikatakan belajar

(26)

apabila telah terjadi perubahan-perubahan pada dirinya sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya.

b. Ciri-Ciri Belajar

Adapun ciri-ciri umum belajar menurut Aunurrahman (2010: 36) adalah sebagai berikut :

1) Pertama, belajar menunjukkan suatu aktivitas pada diri seseorang yang disadari atau sengaja. Oleh sebab itu pemahaman kita pertama yang sangat penting adalah bahwa kegiatan belajar merupakan kegiatan yang disengaja atau direncanakan oleh pembelajar sendiri dalam bentuk suatu aktivitas tertentu. Aktivitas ini menunjuk pada keaktifan seseorang dalam melakukan sesuatu kegiatan tertentu, baik pada aspek-aspek jasmaniah maupun aspek mental yang memungkinkan terjadinya perubahan pada dirinya. Dengan demikian dapat dipahami bahwa suatu kegiatan belajar dikatakan semakin baik, bilamana intensitas keaktifan jasmaniah maupun mental seseorang semakin tinggi.

2) Kedua, belajar merupakan interaksi individu dengan lingkungannya.

Lingkungan dalam hal ini dapat berupa manusia atau obyek-obyek lain yang memungkinkan individu memperoleh pengalaman- pengalaman atau pengetahuan, baik pengalaman atau pengetahuan baru maupun sesuatu yang pernah diperoleh atau ditemukan sebelumnya akan tetapi menimbulkan perhatian kembali bagi individu tersebut sehingga memungkinkan terjadinya interaksi. Adanya interaksi individu dengan lingkungan ini mendorong seseorang untuk lebih intensif meningkatkan keaktifan jasmaniah maupun mentalnya guna lebih mendalami sesuatu yang menjadi perhatian.

3) Ketiga, hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku.

Walaupun tidak semua perubahan tingkah laku merupakan hasil belajar, akan tetapi aktivitas belajar umumnya disertai perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku pada kebanyakan hal merupakan sesuatu perubahan yang dapat diamati. Perubahan-perubahan yang

(27)

dapat diamati kebanyakan berkenaan dengan perubahan aspek-aspek motorik.

c. Pembelajaran

1) Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran atau instruction merupakan suatu proses yang diberikan oleh seorang pendidik untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan lebih baik. Menurut Rosdiani (2013: 73) menyatakan bahwa, “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”. Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas yang dikutip oleh Rosdiani (2013: 73) menyatakan bahwa, “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”. Sedangkan Aunurrahman (2010: 34) mengemukakan bahwa :

“Pembelajaran berupaya mengubah masukan berupa siswa yang belum terdidik, menjadi siswa yang terdidik, siswa yang belum memiliki pengetahuan tentang sesuatu, menjadi siswa yang memiliki pengetahuan. Demikian pula siswa yang memiliki sikap, kebiasaan atau tingkah laku yang belum mencerminkan eksistensi dirinya sebagai pribadi baik atau positif, menjadi siswa yang memiliki sikap, kebiasaan, dan tingkah laku yang baik”.

Pembelajaran yang baik dan berkualitas harus didukung oleh seorang pendidik yang dapat memotivasi peserta didik dalam proses pembelajaran agar lebih baik. Begitu pula pembelajaran efektif harus didukung oleh pendidik yang efektif. Untuk itu sebagai seorang pendidik dituntut untuk menciptakan pembelajaran yang dapat memotivasi peserta didik untuk belajar dan dituntut untuk memiliki sikap terbuka dan sabar dalam memahami siswanya. Sehingga dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik sehingga terjadi perubahan perilaku yang lebih baik bagi peserta didik.

(28)

2) Ciri-Ciri Pembelajaran

Ciri-ciri pembelajaran menurut Darsono yang dikutip oleh Hamdani dalam bukunya Strategi Belajar Mengajar (2011: 47) adalah sebagai berikut :

a) Pembelajaran dilakukan secara sadar dan direncanakan secara sistematis.

b) Pembelajaran dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi siswa dalam belajar.

c) Pembelajaran dapat menyediakan bahan ajar yang menarik perhatian dan menantang siswa.

d) Pembelajaran dapat menggunakan alat bantu belajar yang tepat dan menarik.

e) Pembelajaran dapat menciptakan suasana belajar yang aman dan menyenangkan bagi siswa.

f) Pembelajaran dapat membuat siswa siap menerima pelajaran, baik secara fisik maupun psikologi.

g) Pembelajaran menekankan keaktifan siswa.

h) Pembelajaran dilakukan secara sadar dan sengaja.

3) Media Pembelajaran

Pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses komunikasi antara guru dengan Peserta didik. Peserta didik sebagai komunikator dan guru sebagai fasilitator, sehingga tercipta proses interaksi dalam pembelajaran. Seorang guru harus menyadari bahwa proses komunikasi dalam pembelajaran tidaklah selamanya lancar, terkadang sering menimbulkan kebingungan, salah pengertian dan salah konsep bagi siswa dalam menangkap materi pembelajaran yang diberikan oleh guru. Sehingga kesalahan- kesalahan dalam komunikasi pembelajaran tersebut dirasakan oleh siswa sebagai penghambat pembelajaran. Oleh karena itu guru yang bertindak sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran harus mampu untuk menghindari dan mengurangi terjadinya salah komunikasi, maka guru harus mampu menciptakan suatu sarana yang dapat membantu dalam proses pembelajaran yaitu media pembelajaran.

(29)

Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengiriman kepada penerima pesan (Hamdani, 2011: 72). Media pembelajaran merupakan segala bentuk perangsang dan alat yang disediakan guru untuk mendorong siswa belajar secara cepat, tepat, mudah, benar, dan tidak terjadinya verbalisme (Rosdiani, 2013: 75). Media pembelajaran harus dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

Menurut Kemp dan Dayton yang dikutip oleh Hamdani (2011: 73) mengidentifikasikan tentang manfaat media sebagai berikut :

a) Penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan.

b) Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik.

c) Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif.

d) Efisien dalam waktu dan tenaga.

e) Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa.

f) Memungkinkan proses belajar dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja.

g) Media dapat menumbuhkan sikap positif terhadap materi dan proses belajar.

h) Mengubah peran guru ke arah yang lebih positif produktif.

4) Hakikat Paradigma Baru Pembelajaran Penjelasan Paradigma Kontruktivistik

Pemahaman konsep pembelajaran kontruktivisme dalam pembelajaran ini perlu diciptakan suasana yang membuat peserta didik antusias terhadap persoalan yang ada sehingga mereka mau mencoba memecahkan persoalannya. Pembelajar perlu membantu mengaktifkan peserta didik untuk berfikir. (Yamin, 2013:22)

Perbedaan Pembelajaran Kontruktivisme dengan Pembelajaran Konvensional.

Filosofi pembelajaran konstektual adalah kontruktivistik, yaitu belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal. Peserta didik mengkontruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri, (Yamin, 2013:22)

Tabel 2.1 Perbedaan Pembelajaran Kontekstual dengan pembelajaran Konvensional

(30)

No Pembelajaran Konstektual Pembelajaran Konvensional 1 Mengutamakan pada pemahaman

peserta didik

Mengutamakan daya ingat dan hafalan

2 Peserta didik secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran

Peserta didik penerima informasi secara pasif

3 Mendorong pembelajaran aktif dan pembelajaran berpusat pada peserta didik (student centered)

Mengupayakan peserta didik menerima materi yang disampaikan oleh pembelajar (teacher centered) 4 Hasil belajar diukur melalui

penerapan penilaian autentik (pengetahuan, keterampilan , dan sikap)

Hasil belajar diukur melalui kegiatan akademik dalam bentuk tes/ujian/ulangan

(Sumber:Yamin, 2013:191) 5) Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)

Menurut pendapat para ahli pengertian pembelajaran langsung salah satunya menurut Arends (2001):”

“A teaching model that is aimed at helping student learn is basic skills and knowledge that can be taught in a step-by- step fashion. For our purposes here, the model is labeled the direct instruction model&rdquo”. Artinya; Sebuah model pengajaran yang bertujuan untuk membantu siswa mempelajari keterampilan dasar dan pengetahuan yang dapat diajarkan langkah demi langkah. Untuk tujuan tersebut, model yang digunakan dinamakan model pengajaran langsung.

Lebih lanjut Arends (2001) menyatakan ”

“Direct instruction teacher centered model that has five steps:

establishing set explanation and/or demonstration, guided practice feedback, and extended practice a direct instruction lesson requires carefull orchestration by the teacher and a learning and environment that businesslike and task- oriented”. Artinya pengajaran langsung adalah model berpusat pada guru yang memiliki 5 langkah: menetapkan tujuan, penjelasan dan/atau demonstrasi, panduan praktek, umpan balik, dan perluasan praktek.

(31)

Model pembelajaran langsung memiliki lima (5) tahapan dalam pembelajaran yaitu :

a) Fase pertama : Fase Orientasi

Pada fase ini guru memberikan kerangka pelajaran dan orientasi terhadap materi pelajaran yang meliputi:

(1) Kegiatan pendahuluan untuk mengetahui pengetahuan yang relevan dengan pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik.

(2) Mendiskusikan atau menginformasikan tujuan pembelajaran.

(3) Memberi penjelasan atau arahan mengenai kegiatan yang akan dilakukan.

(4) Menginformasikan materi atau konsep yang akan digunakan dan kegiatan yang akan dilakukan selama pembelajaran.

(5) Menginformasikan kerangka pembelajaran.

(6) Memotivasi peserta didik.

b) Fase Kedua:Fase Presentasi/Demontrasi

Pada fase ini guru menyajikan materi pembelajaran baik berupa konsep atau keterampilan yang meliputi :

(1) Penyajian materi

(2) Pemberian contoh konsep

(3) Pemodelan/peragaan keterampilan.

(4) Menjelaskan ulang hal yang di anggap sulit atau kurang dimengerti peserta didik.

c) Fase Ketiga: Fase Latihan Terstruktur

Dalam fase ini, guru merencanakan dan memberikan bimbingan kepada peserta didik untuk melakukan latihan- latihan awal. Guru memberikan penguatan terhadap respon peserta didik yang benar mengoreksi yang salah.

d) Fase Keempat: Fase Latihan Terbimbing

(32)

Pada fase ini, peserta didik diberi kesempatan untuk berlatih konsep dan keterampilan serta menerapkan pengetahuan atau keterampilan tersebut ke situasi kehidupan nyata. Latihan terbimbing ini dapat digunakan guru untuk mengakses kemampuan siswa dalam melakukan tugas, mengecek apakah peserta didik telah berhasil melakukan tugas dengan baik atau tidak, serta memberikan umpan balik. Guru memonitor dan memberikan bmbingan jika perlu.

e) Fase Kelima: Fase Latihan Mandiri

Peserta didik melakukan kegiatan latiahan secara mandiri, dan guru memberikan umpan balik bagi keberhasilan peserta didik.

6) Model Pembelajaran

a) Pengertian Model Pembelajaran

Menurut Majid ( 2013 : 13) “Model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan, serta model juga dapat diartikan sebagai barang atau benda tiruan dari benda yang sesungguhnya”. Sedangkan pembelajaran (instruction) bermakna sebagai “Upaya untuk membelajarkan seseorang atau kelompok orang melalui berbagai upaya (Effort) dan berbagai strategi, metode dan pendekatan kearah pencapaian tujuan yang telah direncanakan”. Dari pengertian tersebut bisa diambil kesimpulan bahwa model pembelajaran merupakan kerangka dasar pembelajaran yang dapat diisi oleh ragam muatan mata pelajaran sesuai dengan karakteristik kerangka dasarnya.

Melihat adanya reformasi pembelajaran yang sedang dikembangkan di Indonesia, para guru atau calon guru saat ini banyak dibekali dengan aneka pilihan model pembelajaran, yang kadang-kadang untuk kepentingan penelitian (penelitian akademik maupun penelitian tindakan) sangat sulit menermukan sumber-sumber literarturnya. Namun jika para guru (calon guru)

(33)

telah dapat memahami konsep atau teori dasar pembelajaran yang merujuk pada proses (beserta konsep dan teori) pembelajaran sebagaimana dikemukakan di atas, maka pada dasarnya guru pun dapat secara kreatif melakukan, mencoba dan mengembangkan model pembelajaran tersendiri yang khas, sesuai dengan kondisi nyata di sekolah masing-masing.

Mengaplikasikan model pembelajaran yang menarik akan berpengaruh terhadap respon gerak, perhatian, memori, kesenangan dan motivasi peserta didik pada saat berlangsungnya proses pembelajaran. Pembelajaran yang menarik memudahkan peserta didik untuk memahami materi pembelajaran, bagi guru akan memudahkan dalam melaksanakan tugas pembelajaran dan langkah-langkah yang akan ditempuh sesuai dengan waktu yang tersedia, tujuan yang hendak dicapai, kemampuan daya serap peserta didik, serta ketersediaan media yang ada, dan juga dipakai sebagai alat mendorong aktivitas peserta didik dalam pembelajaran.

Kelemahannya yang ada dalam model pembelajaran, yaitu dapat menjadikan seseorang kurang berinisiatif dalam mengkreasikan kegiatan-kegiatan. Hal tersebut bisa diatasi jika suatu model dapat menjamin adanya fleksibilitas sehingga memungkinkan seseorang yang menggunakan model tertentu untuk mengadakan penyesuaian terhadap situasi atau kondisi secara lebih baik. Apalagi dalam menangani masalah-masalah pendidikan, banyak hal sangat berpengaruh oleh perubahan variabel-variabel lain diluar bidang pendidikan tersebut. Karena itu dalam mengaplikasikan suatu model sebaiknya dimungkinkan diadakannya perubahan-perubahan dalam mengadakan penyesuaian terhadap kebutuhan yang ada.

(34)

5. Kompetensi Pembelajaran a. Pengertian Kompetensi

Kompetensi dalam belajar, Hosnan (2014:23) berpendapat, pembelajaran yang dilakukan dengan orientasi pencapaiaan kompetensi peserta didik. Muara dari pembelajaran tersebut meningkatkan kompetensi peserta didik yang dapat di ukur dalam pola sikap, pengetahuan, dan ketrampilannya. Sedangkan dalam direktorat pembinaan SMK Depdikbud (2008) yang dikutip Hosnan berpendapat bahwa kompetensi Yaitu “Spesifikasi dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap serta penerapan dari pengetahuan, keterampilan tersebut dalam suatu pekerjaan atau lintas industri, sesuai dengan standar kinerja yang diisyaratkan. Konsep kompetensi difokuskan pada apa yang diharapkan dari seorang pekerja di tempat kerja dan bukan dalam proses belajar.

Semua aspek pelaksanaan pekerjaan dan yang termasuk di dalamnya bukan hanya tugas kecil adalam arti sempit.

Adanya kompetensi diharapkan agar lulusan sekolah mampu menjadi lulusan yang memiliki keterampilan sehingga peserta didik mampu hidup kapan dan dimana dia berada. Untuk menghasilkan lulusan dalam proses pembelajaran tersebut guru harus mampu menyusun suatu rencana pembelajaran yang tidak saja baik, tetapi juga mampu memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mencari, membangun, membentuk serta mengaplikasikan pengetahuan dalam kehidupannya.

Dalam kegiatan kompetensi pembelajaran menurut Hosnan (2014:27) berpendapat untuk memperdayakan semua potensi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang diharapkan. Kegiatan pembelajaran mengembangkan kemampuan untuk mengetahui, memahami, melakukan sesuatu, hidup dalam kebersamaan dan mengaktualisasi diri. Dengan demikian, kegiatan-kegiatan pembelajaran perlu :

1) Berpusat pada peserta didik.

(35)

2) Mengembangkan kreativitas peserta didik.

3) Menciptakan kondisi yang menyenangkan dan menantang.

4) Bermuatan nilai, etika, estetika, logika, dan kinestetik.

5) Menyediakan pengalaman belajar yang beragam.

Prinsip pembelajaran berbasis kompetensi menurut Hari yang dikutip Hosnan (2014:28) dalam buku pendekatan saintifik dan kontekstual dalam pembelajaran abad 21mengatakan bahwa prinsip pembelajaran berbasis kompetensi yaitu :

1) Berpusat pada peserta didik/sisiwa (student centre) agar mencapai kompetensi yang diharapkan. Peserta didik menjadi subjek pembelajaran sehingga keterlibatan aktivitasnya dalam pembelajaran tinggi. Tugas guru adalah mendesain pembelajaran agar tersedia ruang dan waktu bagi peserta didik belajar secara aktif dalam mencapai kompetensi.

2) Peran guru sebagai fasilitator, motivator dan narasumber dalam kegiatan pembelajaran.

3) Pembelajaran dilakukan dengan sudut pandang adanya keunikan individual setiap peserta didik. Peserta didik memiliki karakteristik, potensi, dan kecepatan belajar yang beragam. Oleh karena itu, dalam kelas dengan jumlah tertentu, guru perlu memberikan layanan individual agar mengenal dan mengembangkan peserta didiknya.

4) Pembelajaran terpadu agar kompetensi yang dirumuskan dalam KI dan SK tercapai secara utuh.

5) Aspek kompetensi yang terdiri atas sikap (attitude), Pengetahuan (knowledge), dan Keterampilan (skill) yang terintegrasi menjadi satu kesatuan.

6) Pembelajaran dihadapkan pada pemecahan masalah, sehingga peserta didik menjadi pembelajaran yang kritis, kreatif, dan mampu memecahkan masalah yang dihadapi. Oleh karena itu, guru perlu mendesain pembelajaran yang berkaitan dengan permasalahan kehidupan atau konteks kehidupan peserta didik dan lingkungan.

7) Pembelajaran dilakukan secara bertahap dan terus-menerus menerapkan prinsip pembelajaran tuntas (master learning) sehingga mencapai ketuntasan yang ditetapkan. Peserta didik yang belum tuntas diberikan layanan remidial, sedangkan yang sudah tuntas diberikan layanan pengayaan atau melanjutkan kompetensi berikutnya.

8) Pembelajran dilakukan dengan multistrategi dan multimedia sehingga memberikan pengalaman belajar beragam bagi peserta didik.

(36)

Tingkat kompetensi merupakan batas minimal pencapaiaan kompetensi sikap, pengetahuan, dan ketrampilan. Pencapaiaan kompetensi sikap dinyatakan dalam deskripsi kualitas tertentu, sedangkan pencapaiaan kompetensi pengetahuan dinyatakan dalam skor tertentu untuk kemampuan berfikir dan dimensi pengetahuannya, sedangkan untuk kompetensi ketrampilan dinyatakan dalam deskripsi kemahiran dan/skor teretentu. Pencapaiaan tingkat kompetensi dinyatakan dalam bentuk deskripsikemampuan dan/atau skor yang diprasyaratkan.(Permendikbud Republik Indonesia Nomor104 tahun 2014 tentang penilaiaan hasil belajar oleh peserta didik pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah).

b. Karakteristik Kompetensi :

1) Motif-motif (motivies), sesuatu yang secara konsisten dipikirkan dan diinginkan, yang menyebabkan tindakanseseorang.

2) Ciri-ciri (traits), karakteristik fisik dan respon-respon yang konsisten terhadap situasi atau informasi.

3) Konsep diri(self-Concep), sikap-sikap, nilai-nilai atau gambaran tentang diri sendiri seseorang.

4) Pengetahuan (knowledge), informasi yang dimiliki seseorang dalam area spesifik.

5) Keterampilan (skill), kecakapan seseorang untuk menampilkan tugas fisik atau tugas mental tertentu.

(sumber:www.definisi.blogspot.com/2012/08/definisikompetensi.html?

m=1)

Jadi kompetensi dalam belajar yang telah dikemukakan para ahli dapat disimpulkan, suatu kompetensi mengarah pada kapasitas yang harus dimiliki seseorang untuk mengembangkan kemampuan, baik untuk saat ini maupun mendatang sehingga yang dimaksud dengan kompetensi tidak hanya berhubungan dengan kinerja yang saat ini, selain dapat juga digunakan untuk memprediksi kinerja yang akan datang.Di dalam kompetensi terdapat unsur p engetahuan, keahlian, dan sikap perilaku yang

(37)

diperlukan dalam pelaksanaanengembangkan kemampuan untuk mengetahui, memahami, melakukan sesuatu, hidup dalam kebersamaan dan mengaktualisasi diri

6. Bermain dan Berolahraga a. Bermain

1) Pengertian Bermain

Dalam bermain ada beberapa pengertian menurut pendapat para ahli yaitu :

a) Pengertian bermain menurut Mukholid dan Satyawan, sebagai suatu aktivitas spontan yang dilakukan sesuai pilihan pelakunya dengan didasari motivasi dari dalam diri pelaku, dimana aktivitas yang dilakukannya merupakan bentuk ekspresi dirinya yang secara tidak disadari berpengaruh pada perkembangan pelaku secara multilateral. (2009 : 20).

b) Bermain adalah aktivitas yang menyenangkan, serius, dan sukarela, dimana anak berada dalam dunia yang tidak nyata sesungguhnya.

Bermain bersifat menyenangkan karena anak diikat oleh sesuatu yang menyenangkan, dengan tidak banyak memerlukan pemikiran.

(Hidayatullah, 2008:4). Bermain adalah kegiatan yang spontan, sukarela, menyenangkan, dan fleksibel yang melibatkan kombinasi dari tubuh, penggunaan simbol dan hubungan objek. Berbeda dengan permainan, bermain perilaku lebih teratur dan biasanya dilakukan demi kepentingan sendiri (yaitu : Proses lebih penting daripada tujuan apapun atau titik akhir), (Smith,2013:i) (Online:http://www.childencyclopedia.com/Pages/PDF/play.pdf)

Dapat disimpulkan Ada beberapa pengertian bermain menurut pendapat para ahli yaitu bermain merupakan bagian dari kehidupan anak, dan bagian dari proses pendewasaan dan pembentukan kepribadian anak. Artinya, dengan dan dari suatu permainan atau bermain, anak belajar hidup. Banyak hal yang didapat dari bermain yaitu dapat memberikan pengalaman belajar

(38)

mengerti dan mentaati peraturan yang disepakati, belajar menghargai orang lain, belajar berkompetisi secara sehat dan jujur, belajar mengenal orang lain dari segala kepribadian, belajar memecahkan suatu masalah baik sendiri maupun bersama-sama, belajar mengenal dan memahami nilai moral yang ada dalam permainan maupun interaksinya selama bermain. Disamping itu, kreativitas anak juga akan semakin berkembang lewat permainan tersebut.

2) Kriteria Bermain

Kriteria yang dapat membantu untuk menentukan bermain.

a) Kebebasan Pilihan b) Kesenangan Pribadi

c) Fokusnya adalah pada aktivitas itu sendiri daripada hasil.

Tiga kriteria ini dasar untuk proses bermain dan dalam menghubungkan perkembangan anak-anak dengan pembelajaran mereka. Jadi dapat disimpulkan dari teori teori di atas bahwa bermain merupakn kegiatan atau perbuatan sukarela, yang dilakukan dalam batas – batas ruang dan waktu tertentu yang sudah ditetapkan, menurut atauran yang telah diterima secara sukarela, tetapi mengikat sepenuhnya, disertai perasaan tegang dan gembira.

3) Karakteristik Bermain

Mandiri, diri sendiri, terbuka, sukarela, menyenangkan, fleksibel, memotivasi, individu, atau kelompok.

Dalam hal ini karakteristik dibedakan dalam 3 hal.

a) Bebas : pemain tidak dapat dipaksa untuk berpartisipasi tanpa permainan tersebut secara tiba-tiba merubah sifatnya.

b) Terpisah : dibatasi oleh waktu dan ruang yang sudah dipastikan sebelumnya.

c) Peraturan : merujuk pada aturan yang telah disepakati sebelumnya.

(39)

4) Fungsi Bermain dan Permainan

Fungsi bermain memungkinkan anak-anak untuk : a) Memahami dunia mereka

b) Memperluas pemahaman sosial dan budaya c) Mengekspresikan pikiran pribadi dan perasaan d) Berlatih berfikir fleksibel dan berbeda

e) Menemukan dan menentukan masalah nyata

f) Belajar untuk mempertimbangkan perspektif orang lain g) Melakukan diskusi peran bermain dan rencana bermain.

h) Mengembangkan kontrol diri

i) Meningkatkan perkembangan otak dan motorik

Melalui bermain anak dapat mengembangkan seluruh aspek perkembangannya. Bagi anak, bermain adalah belajar. Bila orang dewasa membangun pengetahuannya lewat membaca, maka anak membangun pengetahuannya lewat bermain.

Bermain merupakan salah satu aktivitas di dunia yang paling menyenangkan. Kesenangan akan bermain selalu ada pada setiap orang tanpa memandang usia tua maupun muda, siapapun bisa bermain.

Bermain lebih sering dijumpai pada anak-anak, bahkan aktivitas satu- satunya bagi anak-anak adalah bermain. Dengan bermain anak akan merasa senang dan gembira.

Berdasarkan pernyataan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa bermain mempunyai arti sebagai berikut :

a) Anak mengembangkan potensi-potensi yang ada padanya b) Memberikan peluang untuk berkembang seutuhnya, baik fisik,

intelektual, bahasa dan perilaku.

c) Anak terbiasa menggunakan seluruh aspek panca inderanya sehingga terlatih dengan baik.

d) Kesenangan pribadi

e) bermain merupakan kegiatan yang spontan, sukarela,dan menyenagkan

(40)

Definisi permainan menurut Hidayatullah yaitu dimainkan dengan membutuhkan banyak keterikatan dan banyak energi, lebih kuat dan serius daripada bermain, dan lebih memungkinkan memberikan penghargaan terhadap pemenuhan dan keberhasilan. Oleh karena itu permainan dapat didefinisikan sebagai aktivitas yang dibatasi oleh aturan-aturan yang lengkap dan terdapat suatu kontes di antara para pemain agar supaya menghasilkan hasil yang dapat diprediksi (2008:5).

Permainan merupakan alat yang baik untuk mengembangkan aspek sosial dan moral anak, karena ada aturan-aturan tertentu yang harus diikuti semua anak. Jika permainan menjadi lebih terorganisasi dan aturan-aturan dapat diterapkan, maka anak belajar memodifikasi perilakunya untuk menghormati yang lain, dan mematuhi batas-batas sosial. Jika anak matang maka akan sadar mengenai kebutuhan kerja tim.

b. Berolahraga

Beberapa ahli berpendapat mengenai pengertian olahraga. Istilah olahraga menurut Webster’s New Collegiate Dictionary (1980) yang dikutip syarifudin dari buku Azas dan Falsafah Penjaskes (2004:1.5) mengatakan bahwa olahraga yaitu ikut serta dalam aktivitas fisik untuk mendapat kesenangan, dan aktivitas khusus seperti berburu atau dalam olahraga pertandingan (athletik games). Sedangkan dalam pola pembangunan olahraga yang disusun kantor menpora (Menpora;1984) yang dikutip Syarifuddin dalam buku Azas dan Falsafah Penjas disebutkan bahwa

“olahraga dalah bentuk-bentuk kegiatan jasmani yang terdapat didalam permainan, perlombaan, dan kesegaran jasmani yang intensif dalam rangka memperoleh rekreasi, kemenangan dan prestasi optimal”.

Olahraga mengandung arti akan adanya sesuatu yang berhubungan dengan peristiwa mengolah yaitu mengolah raga dan atau mengolah jasmani. Selaras dengan hal itu Giriwijoyo (2005:30) mengatakan bahwa olahraga adalah serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana yang dilakukan orang dengan sadar untuk meningkatkan kemampuan

(41)

fungsionalnya. Selanjutnya supandi (1990) yang dikutip oleh kusmaedi (2002:1) menyatakan bahwa kata olahraga berasal dari :

1. Disport, yaitu bergerak dari satu tempat ke tempat lain

2. Field Sport, kegiatan yang dilakukan oleh para bangsawan yang terdiri dari kegiatan menembak dan berburu.

3. Desporter, yaitu membuang lelah.

4. Sport, yaitu pemuasan atau hobi.

5. Olahraga, yaitu latihan gerak badan, seperti berenang, main bola, agar tumbuh menjadi sehat.

Sedangkan pengertian menurut International Council of Sport and education yang dikutip oleh Lutan (1992:7) bahwa “Olahraga adalah kegiatan fisik yang mengandung sifat permainan dan berisi perjuangan dengan diri sendiri atau perjuangan dengan orang lain serta konfrontasi dengan unsur alam”.Selanjutnya Kosasih (1985:4) menyatakan bahwa olahraga adalah kegiatan untuk memperkembangkan kekuatan fisik dan jasmani supaya badannya cukup kuat dan tenaganya cukup terlatih, menjadi tangkas untuk perjuangan hidupnya. Berolahraga adalah aktivitas jasmani yang berbentuk perlombaan atau pertandingan untuk memperoleh prestasi yang tinggi, kemenangan dan rekreasi (Syarifudin:2004:1.11). Berolahraga Suatu bentuk yang khusus dari perilaku gerak insani (human movement).

Tujuan, capaiannya, waktu dan lokasinya dicirikan oleh perbedaan yang luas. Dilaksanakan bersamaan kecenderungan yang membawanya ke dalam hubungan yang dekat dengan ideologi, profesi organisasi, pendidikan, dan ilmu.

Dari berbagai penjelasan dapat disimpulkan bahwa olahraga adalah kegiatan-kegiatan yang bersifat fisik mengandung sifat permainan serta berisi perjuangan dengan diri sendiri, serta orang lain, dan atau konfrontasi dengan unsur alam yang terbuka bagi seluruh lapisan masyarakat sesuai dengan kemampuan dan kesenangan.

1) Ciri-ciri Berolahraga

Melanjutkan pengertian olahraga yang telah dikemukakan diatas, maka terdapat ciri-ciri berolahraga menurut Lutan (1992: 13-15) yaitu :

Gambar

Gambar 2.1 Hubungan antara Keterampilan Gerak Dasar dengan  Keterampilan Olahraga Spesifik (Overarm Throw)
Gambar 2.2 Tahap Awal Lemparan Atas  (Sumber :  Liang, 2013:85)  Tahap Dasar
Gambar 2.3 Tahap Dasar Lemparan Atas  (Sumber : Liang, 2013:85)
Gambar 2.5 Tahap Awal Lemparan Bawah  (Sumber : Liang, 2013:74)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sertifikasi Bidang Studi NRG

Data hasil pretes dan postes yang telah diperoleh akan dianalisis untuk melihat bagaimana efektivitas model pembelajaran reflektif untuk meningkatkan pemahaman

Penelitian mengenai pengaruh gelombang mikro terhadap tubuh manusia menyatakan bahwa untuk daya sampai dengan 10 mW/cm2 masih termasuk dalam nilai ambang batas aman

In measuring phase the sequences (i.e. patterns) of HO and LAU zones can be determined and stored in database on each road. There are operating solutions and IPRs based

Layanan Dial-Up merupakan jasa akses internet yang memanfaatkan jaringan telepon biasa dan modem dial up, pelanggan diharuskan berlangganan ke Internet Service Provider

Kas CV. Surat Pesanan CV. Surat Pengiriman CV. Kartu Stock Barang CV. Kartu Hutang Piutang CV. Tanda Terima CV. Serah Terima Tagihan CV. Bukti Penerimaan Kas CV. TPS. 1.14

Kami juga akan memberikan dukungan dan pantauan kepada yang bersangkutan dalam mengikuti dan memenuhi tugas-tugas selama pelaksanaan diklat online. Demikian

dan M otivasi Belajar Siswa SM K Pada Topik Limbah Di Lingkungan Kerja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu.