• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Kajian Teori

1. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku siswa baik

pada aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik yang

merupakan timbal balik dari proses belajar mengajar yang telah

dilakukan.(Sudjana, 1989:2).

2. Pembelajaran Bahasa Indonesia

Pembelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu materi

pelajaran yang sangat penting di sekolah. Tujuan pembelajaran

bahasa Indonesia adalah agar siswa memiliki kemampuan

berbahasa Indonesia yang baik dan benar serta dapat

menghayati bahasa dan sastra Indonesia sesuai dengan situasi

dan tujuan berbahasa serta tingkat pengalaman siswa sekolah

dasar.

Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia bagi siswa adalah

dengan kemampuan, kebutuhan, dan minatnya, sedangkan bagi

guru adalah untuk mengembangkan potensi bahasa Indonesia

siswa serta lebih mandiri dalam menentukan bahan ajar

kebahasaan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah dan

kemampuan siswa.

3. Membaca

Membaca menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu

melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis. Membaca

nyaring merupakan proses mengkomunikasikan isi bacaan

(dengan nyaring) kepada orang lain.

4. MetodeScramble

MetodeScramble menurut Robert B. Taylor dalam Miftahul

Huda (2013: 303) merupakan salah satu metode pembelajaran

yang dapat meningkatkan konsentrasi dan kecepatan berpikir

siswa. Scramble kalimat yakni sebuah permainan menyusun

kalimat dari kata-kata acak. (Aris Shoimin, 2014: 166)

Menurut peneliti, metode Scramble adalah metode

pembelajaran yang dapat melatih peserta didik untuk berfikir

secara kritis dan fokus karena dalam metode ini siswa dilatih

untuk jeli dan teliti.

Dari definisi operasional diatas dapat disimpulkan bahwa,

meningkatkan konsentrasi dan kecepatan berfikir siswa serta

melatih siswa untuk jeli, fokus dan teliti.

G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Metode dalam penelitian ini menggunakan metode

Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yakni meningkatkan hasil

belajar bahasa Indonesia materi membaca nyaring pada siswa

kelas II semester II MI Al-Ittihad Semowo melalui metode

Scramble.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian yang

dilakukan oleh guru kelasnya sendiri melalui refleksi diri

dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sehingga hasil

belajar siswa meningkat.(Aqib, 2010: 3).

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

a. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini berada di MI Al-Ittihad Semowo,

b. Waktu Penelitian

Tabel 1.1 Waktu Penelitian No Deskripsi

November Desember Januari I-

III IV I-IV I II III IV 1. Penyusunan Proposal Penelitian v 2. Penyusunan Landasan Teori v v 3. Persiapan Penelitian v 4. Pelaksanaan Penelitian v v 5. Input Data v v 6. Analisis Data v 7. Penyusunan Laporan Penelitian (SKRIPSI) v v v 3. Langkah-Langkah Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini menggunakan model

Refleksi Awal Saur Tampubolon. Adapun bagan PTK

model Refleksi Awal Saur Tampubolon bisa dilihat dalam

Bagan 1.1

Desain Siklus PTK Model Refleksi Awal Saur Tampubolon

(Saur, 2014: 28)

Refleksi Awal Perencanaan

Tindakan Observasi

Evaluasi/ Refleksi

Hasil Penelitian (Pencapaian Indikator Penelitian)

Atau Siklus Berikutnya Evaluasi/ Refleksi Observasi Pelaksanaan Tindakan Perbaikan Perencanaan Tindakan Perbaikan Rencana TindakanPerbaikan Siklus II

II

4. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini menggunkan teknik

pengumpulan data sebagai berikut:

a. Metode Observasi

Observasi adalah proses pengambilan data dalam

penelitian, dimana peneliti atau pengamat melihat situasi

penelitian. (Kusumah dan Dwitagama, 2010: 66).

Observasi dilaksanakan untuk memotret seberapa jauh

efek tindakan yang telah mencapai sasaran. Pada langkah

ini peneliti harus menguraikan jenis data yang

dikumpulkan, cara mengumpulkan data yang relefan.

(Suyadi, 2010:63).

Dalam metode ini yang diobservasi meliputi kegiatan

guru di dalam kelas (pengelolaan kelas), kegiatan siswa

dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik, dan

observasi yang berkaitan dengan proses belajar mengajar

yang berkaitan dengan Peningkatan Hasil Belajar Bahasa

Indonesia Materi Membaca Nyaring melalui Metode

Scramble pada Siswa Kelas II MI Al-Ittihad Semowo

Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran

2017/2018. Hal ini dilakukan untuk menarik kesimpulan

pada setiap siklus yang kemudian akan direfleksikan pada

b. Metode Tes

Tes adalah cara (yang dapat dipergunakan) atau

prosedur (yang perlu ditempuh) dalam rangka pengukuran

dan penilaian bidang pendidikan, yang berbentuk

pemberian tugas atau serangkaian tugas (baik berupa

pertanyaan-pertanyaan (yang harus dijawab), atau

perintah-perintah (yang harus dikerjakan) oleh testee,

sehingga (atas dasar data yang diperoleh dari hasil

pengukuran tersebut) dapat dihasilkan nilai yang

melambangkan tingkah laku atau prestasi testee; nilai

mana dapat dibandingkan dengan nilai-nilai yang dicapai

oleh testee lainnya, atau dibandingkan dengan nilai

standar tertentu. (Sudijono, 2011: 67)

Sebagai salah satu indikator penentuan keberhasilan

metode Scramble dalam penelitian tindakan kelas, jenis

tes yang digunakan adalah tes formatif, yang bertujuan

untuk mengukur sejauh mana peserta didik mencapai

tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

c. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi digunakan peneliti untuk

memperoleh data tentang jumlah guru dan siswa, sarana

dan prasarana, alat atau media yang digunakan dan lain

5. Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam Penelitian Tindakan

Kelas (PTK) teknik melengkapi cerita adalah penelitian ini

menggunakan analisis deskriptif. Teknik deskriptif yang

diperlukan berupa perhitungan sebagai berikut:

a. Membandingkan Pencapaian Nilai dengan KKM

Peneliti membandingkan pencapaian nilai dengan KKM

pada setiap siklusnya dengan ketentuan jika nilai siswa ≥ dari batas KKM, yakni 70, maka siswa tersebut telah

mencapai KKM. Jika nilai siswa kurang dari 70 maka siswa

tersebut tidak mencapai KKM.

b. Pencapaian Kriteria Ketuntasan Klasikal

Menurut Depdikbud (dalam Trianto, 2009:241) setiap

siswa dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan individu) jika

proporsi jawaban benar siswa ≥ 65%, dan suatu kelas dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan klasikal) jika dalam

kelas tersebut terdapat ≥ 85% siswa yang telah tuntas belajarnya. Tetapi berdasarkan ketentuan KTSP penentuan

ketuntasan belajar ditentukan sendiri oleh masing-masing

sekolah yang dikenal dengan istilah kriteria ketuntasan

minimal, dengan berpedoman pada tiga pertimbangan,

P = × 100

fasilitas (sarana) setiap sekolah berbeda; dan daya dukung

setiap sekolah berbeda.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka keberhasilan

penelitian ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa, yaitu

apabila siswa telah mencapai kriteria ketuntasan klasikal

85% dari jumlah seluruh siswa dengan nilai KKM 70.

Ketuntasan belajar siswa dikatakan meningkat jika

prosentase ketuntasan belajar secara klasikal pada siklus II

lebih besar daripada prosentase ketuntasan belajar secara

klasikal pada siklus I. Prosentase kriteria ketuntasan

klasikal ini diperoleh dengan rumus sebagai berikut:

6. Sistematika Pembahasan

Laporan penelitian ini terdiri dari lima bab, yaitu:

Bab I, Pendahuluan. Pada Bab I terdiri dari latar belakang,

rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis tindakan dan

indikator keberhasilan, manfaat penelitian, definisi operasional,

metode penelitian dan sistematika pembahasan.

Bab II, Landasan Teori. Pada Bab II dibahas tentang hasil

belajar, metodeScramble, serta membaca.

Bab III, Pelakanaan Penelitian. Pada bab ini diuraikan

tentang hasil pengamatan saat penelitian. Bab ini terdiri atas

deskripsi pra siklus, deskripsi siklus I, dan deskripsi siklus II.

Bab IV, Hasil Penelitian dan Pembahasan. Pada bab ini

dianalisis hasil penelian yang telah dilakukan. Bab ini terdiri

atas analisis setiap siklus dan pembahasan hasil penelitian.

Bab V, Penutup. Pada bab ini terdiri atas kesimpulan dan

BAB II

LANDASAN TEORI A. Kajian Teori

1. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Belajar dan mengajar sebagai suatu proses, mengandung tiga

unsur yang dapat mengajar, dan hasil belajar (Sudjana, 1989: 2).

Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku siswa baik dari

aspek kognitif, afektif maupun psikomtorik yang merupakan timbal

balik dari proses belajar mengajar yang telah dilakukan.

Menurut Mulyasa (2009: 212) Hasil belajar adalah prestasi

belajar peserta didik secara keseluruhan yang menjadi indikator

kompetensi dasar dan derajat perubahan perilaku yang

bersangkutan.

Menurut Sam’s (2010: 33) Hasil belajar adalah suatu kemampuan yang berupa keterampilan dan perilaku baru sebagai

akibat dari latihan atau pengalaman yang diperoleh.

Dari definisi para ahli di atas, peneliti menarik kesimpulan

bahwa hasil belajar merupakan suatu proses latihan yang

mengakibatkan terjadinya perubahan tingkah laku baik pada aspek

b. Macam-Macam Hasil Belajar

Benyamin Bloom secara garis besar mengklasifikasikan

hasil belajar menjadi tiga bagian, yakni:

1) Ranah Kognitif

Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual

yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan,

pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.

a) Tipe Pengetahuan

Tipe hasil belajar pengetahuan termasuk kognitif

tingkat rendah yang paling rendah. Namun tipe belajar ini

menjadi prasyarat bagi pemahaman yang berlaku untuk

semua bidang studi. (Sudjana, 1989: 23)

Description of knowledge level is remember (recall) appropiate, previously learned facts and information. (Thomas, 2004:6) Level pengetahuan ditandai dengan

kemampuan siswa untuk mengingat kembali fakta dan

informasi yang didapatkan pada pembelajaran yang telah

ditempuh.

b) Tipe Pemahaman

Tipe hasil belajar pemahaman merupakan tipe yang

setingkat lebih tinggi daripada tipe pengetahuan.

Comphrehension level is interpret information (understand in your own words). (Thomas, 2004: 6) Pada tipe ini siswa

mampu menjelaskan suatu pengetahuan dengan susunan

kalimatnya sendiri. Nana Sudjana mengklasifikasikan tipe

hasil belajar ke dalam tiga tingkat, yakni:

(1) Tingkat Terendah: Pemahaman Terjemahan

Pemahaman tingkat terendah adalah pemahaman

terjemahan dalam arti sebenarnya, misalnya dari bahasa

Inggris ke bahasa Indonesia, mengartikan Bhineka

Tunggal Ika, mengartikan merah putih, dll.

(2) Tingkat Kedua: Pemahaman Penafsiran

Tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran, yakni

menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan yang

diketahui berikutnya, atau menghubungkan beberapa

bagian grafik dengan kejadian, membedakan yang

pokok dengan yang bukan pokok.

(3) Tingkat Ketiga: Pemahaman Ekstrapolasi

Pemahaman tertinggi adalah pemahaman

ekstrapolasi, yakni melihat dibalik yang tertulis, dapat

membuat ramalan tentang konsekuensi, dapat

memperluas presepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus

c) Tipe Aplikasi

Aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi

konkret atau situasi khusus. Abstraksi tersebut mungkin

berupa ide, teori, atau petunjuk teknis.

Application is apply information (use information to solve problems or procedure)(Thomas, 2004: 6).

Kemampuan siswa pada tipe ini ditandai dengan

pencapaian siswa menggunakan informasi yang telah

didapat untuk memecahkan masalah yang dijumpai. Dalam

bahasa Indonesia, hal ini dapat ditandai dengan kemampuan

siswa dalam menggunakan berbagai macam metode atau

teknik dalam membaca.

d) Tipe Analisis

Analisis adalah usaha memilih suatu integritas

menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga jelas

hirarkinya atau susunannya. Analisis merupakan kecakapan

yang kompleks, yang memanfaatkan ketiga tipe

sebelumnya.

Analysis is break information down into parts.

(Thomas, 2004:6). Dalam tipe analisis, siswa diharapkan

mampu mengklasifikasikan informasi-informasi serta

e) Tipe Sintesis

Synthesis is creatively or divergently apply prior knowledge and skills to produce a new or original whole. (Thomas, 2004:6). Sintesis merupakan penyatuan unsur-unsur

atau bagian-bagian ke dalam bentuk menyeluruh. Berpikir

sintesis merupakan ranah berpokir divergen, dimana siswa

dapat menemukan hubungan kausal tertentu, atau menemukan

abstraksi atau operasionalnya.

f) Tipe Belajar Evaluasi

Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai

sesuatu yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara

kerja, pemecahan metode, materi, dll. (Sudjana,1989: 28).

Evaluation is make judgment against st criteria or standards.(Thomas,2004: 7). Tipe belajar evaluasi

menargetkan siswa mampu menilai sebuah pernyataan atau

keadaan yang dijumpai.

1) Ranah Afektif

Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Dalam

ranah afektif, terdapat lima jnis kategori, yakni:

a) Reciving/Attending

Receiving is a willingness to receive information, directly related to motivation. (Wirth, 2008: 7) Penerimaan

pembelajaran berlangsung. Siswa menyimak pelajaran

dengan baik.

b) Respondingatau Jawaban

Respon siswa ketika guru atau teman sebaya

mengajukan pertanyaan atau memerintahkan untuk

melakukan sesuatu merupakan indikator afektif tingkat

kedua, rsponding. Rsponding is showing some now

thingking or behavior as a result of an experience.(Wirth,

2008: 7)

c) Valuingatau Penilaian

Valuing is finding worth or value in a subject, activity, assignment, etc.(Wirth, 2008: 7). Valuing ditandai dengan

kemampuan siswa untuk menerima sebuah nilai,

mempertimbangkan apakah nilai tersebut baik atau buruk.

d) Organisasi

Kemampuan siswa untuk memilah nilai-nilai yang

diterima, untuk kemudian mengorganisasikan sesuai

dengan kategorinya merupakan kemampuan afektif tingkat

ke empat. Organizing is integrating new information and

values into one’s set values. (wirth, 2008: 7)

e) Karakteristik

Characterizing is acting consistently with the new values, having a value set. (Wirth, 2008: 7). Tingkat

tertinggi dalam aspek afektif adalah kemampuan siwa

dalam menginternalisasi nilai-nilai yang telah dipelajari

serta meengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari

secara konsisten.

1) Ranah Psikomotorik

Hasil belajar psikomotorik tampak dalam bentuk

ketrampilan dan kemampuan bertindak individu. Ada enam

tingkatan ketrampilan, yakni:

a) Observasi

Langkah pertama untuk membentuk seuah

ketrampilan adalah mengamati gerak-gerik orang lain.

Observation is watching the skill or activity being performed.(Jones and Bartlett, 2008: 63)

b) Peniruan/Imitasi

Imitation is copying the skill or activity in step by step manner. (Jones and Bartlett, 2008: 63). Pada langkah

kedua ini, siswa menirukan kegiatan atau keahlian dalam

langkah demi langkah.

c) Manipulasi

Setelah siswa mampu menirukan aktivitas atau keahlian

dalam langkah demi langkah, tahap selanjutnya adalah

Manipulation is performing the skill based on instruction. (Jones and Bartlett, 2008: 63).

d) Presisi

Precision is performing the skill until it becomes habbit. (Jones and Bartlett, 2008: 63). Latihan secara terus menerus

diperlukan agar keahlian atau aktivitas yan diharapkan

menjadi sebuah kebiasaan dalam keseharian siswa.

e) Artikulasi

Articulation is combining multiple skills together. (Jones and Bartlett, 2008: 63). Siswa memerlukan latihan

lebih lanjut untuk menggabungkan keahlian yang telah

dipelajari dengan keahlian lain yang dikuasai, sehingga

memudahkan siswa untuk mengerjakan sebuah aktivitas.

f) Naturalisasi

Tujuan utama penddikan adalah pengaplikasian

ilmu yang dipelajari oleh siswa di sekolah dalam kehidupan

sehari-hari. Disinilah pentingnya naturalisasi kemampuan

psikomotorik siswa. Naturalization is performing multiple

skills correctly all the time.(Jones and Bartlett, 2008: 63)

Dokumen terkait