• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA MATERI MEMBACA NYARING MELALUI METODE SCRAMBLE PADA SISWA KELAS II SEMESTER II MI AL-ITTIHAD SEMOWO KECAMATAN PABELAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2017/2018 - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA MATERI MEMBACA NYARING MELALUI METODE SCRAMBLE PADA SISWA KELAS II SEMESTER II MI AL-ITTIHAD SEMOWO KECAMATAN PABELAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2017/2018 - Test Repository"

Copied!
193
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR

BAHASA INDONESIA MATERI MEMBACA NYARING

MELALUI METODE

SCRAMBLE

PADA SISWA KELAS II

MI AL-ITTIHAD SEMOWO KECAMATAN PABELAN

KABUPATEN SEMARANG SEMESTER II

TAHUN PELAJARAN 2017/2018

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

FUADATUN NADIFAH

NIM 11511030

(2)
(3)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR

BAHASA INDONESIA MATERI MEMBACA NYARING

MELALUI METODE

SCRAMBLE

PADA SISWA KELAS II

MI AL-ITTIHAD SEMOWO KECAMATAN PABELAN

KABUPATEN SEMARANG SEMESTER II

TAHUN PELAJARAN 2017/2018

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

(4)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH

IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(5)
(6)
(7)
(8)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Ngalah ora kalah

(Orang yang mengalah bukan berarti kalah)

(Ibu Nyai Hj. Maimunah_PP. Sirbin Brabo)~

~

PERSEMBAHAN

Bapak dan Mamak

Terima kasih tak terkira untuk warisan yang tak ternilai

(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya, sehingga akhirnya penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita,

Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa risalah islam yang penuh dengan

pengetahuan. Skripsi ini tidak akan terlaksana tanpa adanya bantuan dari berbagai

pihak, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis sampaikan

terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Rektor IAIN Salatiga, Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd

2. Bapak Suwardi, M.Pd Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

IAIN Salatiga.

3. Ibu Peni Susapti, M.Si, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah

Ibtidaiyah IAIN Salatiga

4. Bapak Imam Mas Arum, M.Pd, selaku pembimbing yang telah memberikan

saran, arahan, dan bimbingan serta keikhlasan dan kebijaksanaan meluangkan

waktu, tenaga dan pikiran, untuk memberikan bimbingan dalam penulisan

skripsi ini.

5. Bapak Drs. M. Choderin, MA, selaku pembimbing akademik yang telah

memberikan nasihat-nasihat serta motivasi setiap bimbingan akademik.

6. Segenap Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan ilmu dan wawasan

pengetahuan kepada penulis.

(10)

8. Ibu Avif Nuravifah, S.S, selaku kepala Madrasah Ibtidaiyah Al-Ittihad

Semowo, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang beserta jajarannya yang

telah memberikan ijin dan masukan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

9. Ibu Siti Khodijah, S.Pd.I, selaku wali kelas II Madrasah Ibtidaiyah Al-Ittihad

Semowo Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang yang turut membantu

dalam penelitian dan seluruh siswa kelas II Madrasah Ibtidaiyah Al-Ittihad

Semowo, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang yang telah mmbantu dan

mendukung peneliti dalam melakukan penelitian.

10. Ketiga orang tua, suami, anak dan keluarga tercinta yang selalu mendukung

baik moril maupun spiritual dalam studi penulis.

11. Sahabat PGMI IAIN Salatiga, JQH Al-Furqon, Racana IAIN Salatiga,

Mbak-mbak santri PPNQ Al-Ittihad Semowo serta sahabat-sahabat tercinta yang

senantiasa mengisi hari-hari penulis.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Laporan Penelitian ini masih jauh

dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan adanya kritik,

saran dan masukan yang dapat kami gunakan untuk menyempurnakanhasil

penelitian mendatang.

Akhir ucap terima kasih sambil kulantunkan do’a semoga skripsi ini ada

manfaatnya bagi semua orang.Amin Ya Rabbal’alamin.

Salatiga, Februari 2018 Penulis

(11)

ABSTRAK

Nadifah, Fuadatun,. 2018. Peningkatan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Materi Membaca Nyaring melalui Metode Scramble pada Siswa Kelas II Semester II MI Al-Ittihad Semowo Kcamatan Pabelan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2017/2018. Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Imam Mas Arum, M.Pd.

Kata Kunci: Hasil Belajar Bahasa Indonesia, MetodeScramble

Penelitian ini dilatar belakangi oleh rendahnya hasil belajar bahasa Indonesia materi membaca nyaring siswa kelas II Semester II MI Al-Ittihad Semowo Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang. Salah satu penyebab rendahnya hasil belajar yaitu kurangnya pendampingan guru secara intensif karena terbatasnya waktu, kegiatan belajar yang monoton dan tidak bervariasi, dan kurangnya motivasi dari guru. Tujuan utama dalam penelitian ini adalah melalui metode Scrambledapat meningkatkan hasil belajar bahasa Indonesia materi membaca nyaring pada siswa kelas II semester II MI Al-Ittihad Semowo Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2017/2018

Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Subjek dalam penelitian ini yaitu siswa kelas II MI Al-Ittihad Semowo Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2017/2018. Data pada penelitian ini diperoleh dari lembar pengamatan, soal evaluasi berupa tes objektif dan subjektif, dokumentasi, dan observasi pada pembelajaran bahasa Indonesia materi membaca nyaring dengan menggunakan metodeScramble.

(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

HALAMAN LOGO

HALAMAN JUDUL

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... i

HALAMAN PENGESAHAN ...Error! Bookmark not defined. PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN... viii

KATA PENGANTAR ... ix

ABSTRAK ... xi

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN... xx

BAB IPENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 9

(13)

E. Manfaat Penelitian...9

F. Definisi Operasional... 11

G. Metode Penelitian... 13

H. Sistematika Pembahasan ... 20

BAB IILANDASAN TEORI ... 21

A. Kajian Teori ... 21

1. Hasil Belajar...21

2. MetodeScramble...28

3. Membaca...33

B. Kajian Pustaka ... 49

BAB IIIPELAKSANAAN PENELITIAN... 53

A. Deskripsi Awal (Pra Siklus) ... 53

B. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I ... 55

C. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II... 66

D. Deskripsi Pelaksanaan Siklus III...75

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 88

A. Analisis Tiap Siklus ... 88

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 119

(14)

A. Kesimpulan ... 127

B. Saran-saran ... 128

DAFTAR PUSTAKA ... 129

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Waktu Penelitian ... 13

Bagan 1.1 Desain Siklus PTK Saur Tampubolon... 15

Bagan 2.1 Aspek-aspek Membaca... 41

Bagan 2.2 Jenis-jenis Membaca ... 42

Tabel 3.1Nilai Pre Test ... 53

Tabel 3.2Data Keadaan Siswa... 54

Tabel 3.3Lembar Observasi Guru Siklus I... 60

Tabel 3.4Nilai Evaluasi Siklus I ... 61

Tabel 3.5Lembar Observasi Aspek Afektif Siswa pada Siklus I ... 63

Tabel 3.6Lembar Observasi Aspek Psikomotorik Siswa Siklus I ... 64

Tabel 3.7Lembar Observasi Guru Siklus II ... 70

Tabel 3.8Nilai Evaluasi Siklus II... 71

Tabel 3.9Lembar Observasi Aspek Afektif Siklus II ... 73

Tabel 3.10Lembar Observasi Aspek Psikomotorik Siklus II ... 74

Tabel 4.1 Rekapitulasi Nilai Hasil Belajar Pra Siklus ... 87

Tabel 4.2 Klasifikasi Hasil Siswa Pra Siklus ... 88

Tabel 4.3 Rekapitulasi Nilai Hasil Belajar Siswa pada Aspek Kognitif Siklus I..90

(16)

Tabel 4.6 Klasifikasi Hasil Belajar pada Aspek Afektif Siklus I ... 94

Tabel 4.7 Daftar Nilai Siswa pada Aspek Psikomotorik Siklus I... 95

Tabel 4.8 Klasifikasi Hasil Belajar pada Aspek Psikomotorik Siklus I ... 96

Tabel 4.9 Hasil Observasi Aktifitas Guru Siklus I ... 97

Tabel 4.10 Rekapitulasi Nilai Hasil Belajar Siswa Aspek Kognitif Siklus II... 101

Tabel 4.11 Klasifikasi Hasil Belajar Siswa pada Aspek Kognitif Siklus II... 102

Tabel 4.12 Daftar Nilai Siswa pada Aspek Afektif Siklus II ... 103

Tabel 4.13 Klasifikasi Hasil Belajar pada Aspek Afektif Siklus II... 105

Tabel 4.14 Daftar Nilai Siswa pada Aspek Psikomotorik Siklus II ... 106

Tabel 4.15 Klasifikasi Hasil Belajar pada Aspek Psikomotorik Siklus II ... 107

Tabel 4.16 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II ... 108

Tabel 4.17 Rekapitulasi Nilai Hasil Belajar Siswa Aspek Kognitif Siklus III ... 110

Tabel 4.18 Klasifikasi Hasil Belajar Siswa pada Aspek Kognitif Siklus III ... 111

Tabel 4.19 Daftar Nilai Siswa pada Aspek Afektif Siklus III... 113

Tabel 4.20 Klasifikasi Hasil Belajar pada Aspek Afektif Siklus III ... 114

Tabel 4.21 Daftar Nilai Siswa pada Aspek Psikomotorik Siklus III ... 115

Tabel 4.22 Klasifikasi Hasil Belajar pada Aspek Psikomotorik Siklus III... 116

(17)

Tabel 4.24 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa pada Aspek Kognitif Pra Siklus,

Siklus I, Siklus II dan Siklus III ... 119

Tabel 4.25 Klasifikasi hasil Belajar Siswa pada Aspek Kognitif Pra Siklus, Siklus

I, Siklus II dan Siklus III ... 121

Tabel 4.26 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa pada Aspek Afektif Siklus I, Siklus II

dan Siklus III ... 122

Tabel 4.27 Klasifikasi hasil Belajar Siswa pada Aspek Afektif Siklus I, Siklus II

dan Siklus III ... 123

Tabel 4.28 Rekapitlasi Hasil Belajar Siswa pada Aspek Psikomotorik Siklus I,

Siklus II dan Siklus III ... 124

Tabel 4.29 Klasifikasi hasil Belajar Siswa pada Aspek Psikomotorik Siklus I,

(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Diagram Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Pra Siklus ... 87

Gambar 4.2 Grafik Hasil Belajar Siswa Pra Siklus ... 88

Gambar 4.3 Diagram Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 91

Gambar 4.4 Grafik Hasil Belajar Siswa pada Aspek Kognitif Siklus I ... 92

Gambar 4.5 Grafik Hasil Belajar Siswa pada Aspek Afektif Siklus I... 95

Gambar 4.6 Grafik Hasil Belajar Siswa pada Aspek Psikomotorik Siklus I ... 97

Gambar 4.7 Diagram Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus II... 102

Gambar 4.8 Grafik Hasil Belajar Siswa pada Aspek Kognitif Siklus II... 103

Gambar 4.9 Grafik Hasil Belajar Siswa pada Aspek Afektif Siklus II... 105

Gambar 4.10 Grafik Hasil Belajar Siswa pada Aspek Psikomotorik Siklus II ... 107

Gambar 4.7 Diagram Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus IIII .... 111

Gambar 4.8 Grafik Hasil Belajar Siswa pada Aspek Kognitif Siklus III ... 112

Gambar 4.9 Grafik Hasil Belajar Siswa pada Aspek Afektif Siklus III ... 114

Gambar 4.10 Grafik Hasil Belajar Siswa pada Aspek Psikomotorik Siklus III.. 117

Gambar 4.11 Grafik Peningkatan Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Pra Siklus, Siklus I, Siklus II dan Siklus III... 120

(19)

Gambar 4.13 Grafik Klasifikasi Hasil Belajar Siswa pada Aspek Afektif Siklus I,

Siklus II dan Siklus III ... 124

Gambar 4.14 Grafik Klasifikasi Hasil Belajar Siswa pada Aspek Psikomotorik

(20)

DAFTAR LAMPIRAN

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 133

Lembar Evaluasi Siklus I ... 138

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 140

Lembar Evaluasi Siklus II ... 147

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III... 150

Lembar Penilaian Aspek Afektif ... 157

Lembar Penilaian Aspek Psikomotorik Siklus I... 158

Dokumentasi... 159

Daftar Satuan Kredit Kegiatan ... 161

Surat Pembimbing Skripsi... 165

Surat Izin Penelitian... 166

Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 167

Lembar Konsultasi Skripsi ... 168

(21)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dalam

menunjang kemajuan bangsa di masa depan. Melalui pendidikan

manusia sebagai subjek pembangunan dapat dididik, dibina dan

dikembangkan potensi-potensinya. Tujuan ini agar menjadikan

mereka manusia yang berkualitas, sebagaimana yang tertera dalam

Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 tentang fungi pendidikan

nasional Bab II pasal 3 yang berbunyi:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan

dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat

dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Untuk mewujudkan fungsi pendidikan nasional tersebut setiap

peserta didik harus mempunyai beberapa keterampilan, diantaranya

adalah keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa

mempunyai empat komponen, yaitu keterampilan menyimak

(listening skills), keterampilan berbicara (speaking skills),

(22)

(writing skills). Keempat keterampilan tersebut pada dasarnya

merupakan satu kesatuan yang hanya dapat diperoleh dan dikuasai

dengan jalan praktik dan banyak pelatihan.

Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa

disamping keterampilan menyimak, berbicara, dan menulis.

Keterampilan membaca dapat dipelajari dengan berbagai cara.

Adapun cara yang akan ditempuh harus sesuai dengan tujuan yang

hendak dicapai dalam kegiatan membaca sesuai standar kompetensi

dan kompetensi dasar.

Membaca merupakan kemampuan yang kompleks. Membaca

bukanlah kegiatan memandangi lambang-lambang yang tertulis

semata. Bermacam-macam kemampuan dikerahkan oleh seorang

pembaca, agar dia mampu memahami materi yang dibacanya.

Pembaca berupaya agar lambang-lambang yang dilihatnya itu

menjadi lambang-lambang yang bermakna baginya.

Membaca permulaan merupakan tahapan proses belajar

membaca bagi siswa sekolah dasar kelas awal. Siswa belajar untuk

memperoleh kemampuan dan menguasai teknik-teknik membaca

dan menangkap isi bacaan dengan baik. Oleh karena itu, guru perlu

merancang pembelajaran membaca dengan baik sehingga mampu

menumbuhkan kebiasaan membaca sebagai suatu yang

menyenangkan. Suasana belajar harus dapat diciptakan melalui

(23)

sesuai dengan karakteristik anak yang masih senang bermain.

Permainan memiliki peran penting dalam perkembangan kognitif

dan sosial anak. Membaca merupakan salah satu keterampilan

berbahasa yang diajarkan dalam mata pelajaran bahasa Indnesia di

Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI).

Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi secara lisan dan

tulisan. Kemampuan berkomunikasi yang baik dan benar adalah

sesuai dengan konteks waktu, tujuan dan suasana saat komunikasi

dilangsungkan. Standar kompetensi bahasa Indonesia merupakan

kualifikasi kemampuan peserta didik yang menggambarkan

penguasaan, pengetahuan keterampilan berbahasa, dan sikap positif

terhadap bahasa Indonesia. Standar kompetensi yang dimaksud

yaitu, peserta didik dapat mengembangkan potensinya sesuai

dengan kemampuan, kebutuhan, dan minatnya serta dapat

menumbuhkan penghargaan terhadap hasil karya kesastraan.

Keterampilan membaca idealnya dimiliki oleh setiap orang,

terutama siswa SD/MI agar mampu berkomunikasi secara tertulis.

Oleh sebab itu, keterampilan membaca menjadi sangat penting.

Pembelajaran bahasa Indonesia di SD/MI yang bertumpu pada

kemampuan dasar membaca dan menulis perlu diarahkan pada

tercapainya keberhasilan penguasaan. Keterampilan membaca dan

(24)

oleh siswa di SD/MI karena keterampilan ini secara langsung

berkaitan dengan seluruh proses belajar siswa SD/MI. Keberhasilan

belajar siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar ditentukan

oleh penguasaan kemampuan membaca mereka.

Siswa yang belum mampu membaca dengan baik akan

mengalami kesulitan dalam mengikuti kegiatan belajar untuk semua

mata pelajaran. Siswa akan mengalami kesulitan dalam menangkap

dan memahami informasi yang disajikan dalam berbagai sumber

belajar. Akibatnya, kemajuan belajarnya juga lamban jika

dibandingkan dengan teman-temannya yang tidak mengalami

kesulitan dalam membaca. Membaca tidak diajarkan sebagai suatu

pokok bahasan yang berdiri sendiri, melainkan merupakan satu

kesatuan dalam pembelajaran bahasa bersama dengan keterampilan

berbahasa yang lain. Kenyataan tersebut dapat dilihat bahwa dalam

proses pembelajaran bahasa, keterampilan berbahasa tertentu dapat

dikaitkan dengan keterampilan berbahasa yang lain. Dalam hal ini

pengaitan antar keterampilan tersebut tidak selalu melibatkan

keempat keterampilan berbahasa sekaligus melainkan dapat

menyangkut dua keterampilan saja.

Pembelajaran bahasa Indonesia keterampilan membaca di

SD/MI dilaksanakan sesuai dengan perbedaan kelas awal dan kelas

tinggi. Pelajaran membaca di kelas awal disebut dengan pelajaran

(25)

pelajaran membaca lanjutan. Pelaksanaan membaca permulaan di

kelas awal dilakukan dalam dua tahap, yaitu membaca periode

tanpa buku dan membaca menggunakan buku. Pembelajaran

membaca tanpa buku dilakukan dengan cara mengajar dengan

menggunakan alat peraga atau media selain buku misalya kartu

bergambar, kartu huruf, kartu kata dan kalimat, sedangkan

membaca dengan menggunakan buku merupakan kegiatan

membaca dengan menggunakan buku sebagai media pembelajaran.

Tujuan membaca permulaan di kelas rendah adalah agar siswa

dapat membaca kata-kata dan kalimat sederhana dengan lancar dan

tepat. Kelancaran dan ketepatan anak dalam membaca pada tahap

belajar membaca permulaan dipengaruhi oleh keaktifan dan

kreativitas guru yang mengajar di kelas rendah. Dengan kata lain,

guru memegang peranan penting dalam meningkatkan keterampilan

membaca siswa. Peranan penting tersebut menyangkut peran guru

sebagai fasilitator, motivator, sumber belajar, dan organisator dalam

proses pembelajaran. Menurut Badudu, pelaksanaan pembelajaran

bahasa Indonesia di SD ialah guru terlalu banyak meyuapi, tetapi

kurang menyuruh siswa aktif membaca, menyimak, menulis dan

berbicara.

Kenyataan di lapangan, di MI Al-Ittihad Semowo, Kecamatan

Pabelan, Kabupaten Semarang yang memiliki 170 siswa masih

(26)

kelas II MI Al-Ittihad Semowo, Kecamatan Pabelan, Kabupaten

Semarang. Hal ini terbukti dari hasil belajar siswa dalam

kemampuan membaca hanya 46% atau sebanyak 15 siswa dari

keseluruhan siswa (33 siswa) yang memenuhi kriteria ketuntasan

minimum (KKM). Sedangkan KKM pelajaran bahasa Indonesia di

kelas II MI Al-Ittihad Semowo, Kecamatan Pabelan, Kabupaten

Semarang sebesar 70.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, diketahui bahwa

dalam kegiatan pembelajaran biasanya guru hanya meminta siswa

secara bergantian membaca bacaan dari buku paket. Salah satu

siswa membaca dan lainnya menyimak. Kegiatan belajar yang

kurang bervariasi seperti itu membuat siswa yang belum lancar

membaca menjadi jenuh dan kurang bersemangat alam kegiatan

membaca. Pembelajaran bahasa Indonesia kelas II interaksi

belajarnya masih kurang dan siswa yang belum lancar membaca

tidak mendapat tindak lanjut dari guru. Dengan demikian, dapat

dikatakan bahwa keterlibatan siswa dalam pembelajaran masih

rendah. Suasana pembelajaran juga tidak mnyenangkan dan siswa

merasa jenuh.

Suasana yang tidak menyenangkan tersebut meenyebabkan

kemampuan membaca permulaan siswa rendah. Hal ini dapat

diketahui dari hasil obervasi siswa kelas II bahwa terdapat beberapa

(27)

membaca kata yang panjang, membaca masih terbata-bata, ketika

siswa diminta untuk membaca beberapa kalimat sederhana yang

disajikan oleh guru di depan kelas, siswa mmbutuhkan waktu

cukup lama untuk membaca dan kurang lancar. Diketahui juga

bahwa siswa yang sudah tidak mengeja huruf belum memahami

banyak kosa kata dan ada yang sudah cukup lancar membaca tetapi

dalam menjawab soal berdasarkan teks masih salah.

Pada dasarnya setiap anak memiliki karakteristik

sendiri-sendiri. Siswa satu akan berbeda dengan siswa lainnya dalam

kemampuan belajarnya. Dalam hal ini seorang guru perlu

memperhatikan perbedaan kemampuan dan daya tangkap siswa

dalam belajar. Guru yang mengetahui karakteristik siswanya akan

lebih mudah menciptakan suasana belajar yang menarik dan sesuai

sehingga pmbelajaran akan lebih efektif. Suasana belajar yang

menyenangkan akan lebih memotivasi siswa agar lebih intensif.

Suasana belajar yang menyenangkan untuk kelas rendah dapat

diciptakan melalui metode permainan

Alternatif metode dalam pembelajaran yang didasarkan pada

prinsip “bermain sambil belajar” yaitu metode scramble. Metode

scramble adalah salah satu permainan bahasa. Metode scramble

menurut Robert B. Taylor dalam Miftahul Huda (2013: 303)

merupakan salah satu metode pembelajaran yang dapat

(28)

scramble ini akan memungkinkan siswa untuk belajar sambil

bermain, mempelajari sesuatu secara santai dan tidak membuat

siswa tertekan dan bosan. Scramble ini sering dipakai untuk jenis

permainan anak-anak yang merupakan latihan pengembangan dan

peningkatan wawasan pemikiran kosa kata dan huruf yang tersedia.

Aris Shoimin (2014: 166) mengemukakan bahwa metode scramble

merupakan model pembelajaran yang megajak siswa untuk mencari

jawaban terhadap suatu pertanyaan secara kreatif dengan cara

menyuun huruf-huruf atau kata yang disusun secara acak sehingga

membentuk suatu jawaban konsep yang dimaksud.

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka peneliti

mengambil judul “Peningkatan Hasil Belajar Bahasa Indonesia

Materi Membaca Nyaring melalui MetodeScramblepada Siswa

Kelas II Semester II MI Al-Ittihad Semowo Kecamatan Pabelan

Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2017/2018” sebagai

judul dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah Apakah melalui

metode Scramble dapat meningkatkan hasil belajar bahasa

Indonesia materi membaca nyaring pada siswa kelas II semester II

MI Al-Ittihad Semowo, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang

(29)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar

bahasa Indonesia materi membaca nyaring pada siswa kelas II

semester II MI Al-Ittihad Semowo pada tahun pelajaran 2017/2018

melalui metodeScramble.

D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan

1. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah penerapan

metode Scramble dapat meningkatkan hasil belajar bahasa

Indonesia materi membaca nyaring pada siswa kelas II semester

II MI Al-Ittihad Semowo pada tahun pelajaran 2017/2018.

2. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan individu dalam penelitian ini

adalah jika proporsi jawaban benar siswa ≥ 65% danindikator

keberhasilan klasikal dalam penelitian ini adalah jika dalam

kelas tersebut terdapat≥ 85% siswa yang telah tuntas belajarnya

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian tindakan kelas ini di harapkan dapat

memberikan manfaat kepada semua pihak yang terkait, secara

(30)

1. Bagi Peneliti

a. Peneliti dapat mengembangkan ilmu yang dimiliki.

b. Menambah pengalaman tentang Penelitian Tindakan Kelas

(PTK).

2. Bagi Guru

a. Untuk meningkatkan kemampuan guru dalam melakukan

metodeScramble.

b. Meningkatkan wawasan, pengetahuan, keterampilan, dan

kepercayaan diri bagi seorang guru.

3. Bagi Siswa

a. Untuk meningkatkan kemampuan membaca siswa.

b. Untuk memotivasi belajar membaca siswa.

c. Metode Scramble dapat meningkatkan motivasi belajar

membaca siswa, mudah menyerap materi, meningkatkan

keaktifan siswa dan memberikan suasana belajar baru dalam

belajar membaca.

4. Bagi Sekolah

a. Memberikan sumbangan yang positif terhadap kemajuan

sekolah.

b. Dapat meningkatkan mutu pendidikan menjadi yang lebih

(31)

5. Bagi Pembaca

a. Mendapat wawasan baru mengenai pembeelajaran yang

aktif, kreatif, dan inovatif.

b. Dapat dijadikan kajian positif dan penelitian lebih lanjut.

F. Definisi Operasinal

Untuk memperjelas mengenai judul ini, penulis akan menegaskan

kembali dan memberi arahan tentang apa yang akan di teliti sebagai

berikut:

1. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku siswa baik

pada aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik yang

merupakan timbal balik dari proses belajar mengajar yang telah

dilakukan.(Sudjana, 1989:2).

2. Pembelajaran Bahasa Indonesia

Pembelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu materi

pelajaran yang sangat penting di sekolah. Tujuan pembelajaran

bahasa Indonesia adalah agar siswa memiliki kemampuan

berbahasa Indonesia yang baik dan benar serta dapat

menghayati bahasa dan sastra Indonesia sesuai dengan situasi

dan tujuan berbahasa serta tingkat pengalaman siswa sekolah

dasar.

Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia bagi siswa adalah

(32)

dengan kemampuan, kebutuhan, dan minatnya, sedangkan bagi

guru adalah untuk mengembangkan potensi bahasa Indonesia

siswa serta lebih mandiri dalam menentukan bahan ajar

kebahasaan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah dan

kemampuan siswa.

3. Membaca

Membaca menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu

melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis. Membaca

nyaring merupakan proses mengkomunikasikan isi bacaan

(dengan nyaring) kepada orang lain.

4. MetodeScramble

MetodeScramble menurut Robert B. Taylor dalam Miftahul

Huda (2013: 303) merupakan salah satu metode pembelajaran

yang dapat meningkatkan konsentrasi dan kecepatan berpikir

siswa. Scramble kalimat yakni sebuah permainan menyusun

kalimat dari kata-kata acak. (Aris Shoimin, 2014: 166)

Menurut peneliti, metode Scramble adalah metode

pembelajaran yang dapat melatih peserta didik untuk berfikir

secara kritis dan fokus karena dalam metode ini siswa dilatih

untuk jeli dan teliti.

Dari definisi operasional diatas dapat disimpulkan bahwa,

(33)

meningkatkan konsentrasi dan kecepatan berfikir siswa serta

melatih siswa untuk jeli, fokus dan teliti.

G. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Metode dalam penelitian ini menggunakan metode

Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yakni meningkatkan hasil

belajar bahasa Indonesia materi membaca nyaring pada siswa

kelas II semester II MI Al-Ittihad Semowo melalui metode

Scramble.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian yang

dilakukan oleh guru kelasnya sendiri melalui refleksi diri

dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sehingga hasil

belajar siswa meningkat.(Aqib, 2010: 3).

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

a. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini berada di MI Al-Ittihad Semowo,

(34)

b. Waktu Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini menggunakan model

Refleksi Awal Saur Tampubolon. Adapun bagan PTK

model Refleksi Awal Saur Tampubolon bisa dilihat dalam

(35)

Bagan 1.1

Desain Siklus PTK Model Refleksi Awal Saur Tampubolon

(Saur, 2014: 28)

Refleksi Awal Perencanaan

Tindakan Observasi

Evaluasi/ Refleksi

Hasil Penelitian (Pencapaian Indikator Penelitian)

Atau Siklus Berikutnya Evaluasi/

Refleksi Observasi

Pelaksanaan Tindakan Perbaikan

Perencanaan Tindakan Perbaikan Rencana TindakanPerbaikan Siklus II

II

(36)

4. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini menggunkan teknik

pengumpulan data sebagai berikut:

a. Metode Observasi

Observasi adalah proses pengambilan data dalam

penelitian, dimana peneliti atau pengamat melihat situasi

penelitian. (Kusumah dan Dwitagama, 2010: 66).

Observasi dilaksanakan untuk memotret seberapa jauh

efek tindakan yang telah mencapai sasaran. Pada langkah

ini peneliti harus menguraikan jenis data yang

dikumpulkan, cara mengumpulkan data yang relefan.

(Suyadi, 2010:63).

Dalam metode ini yang diobservasi meliputi kegiatan

guru di dalam kelas (pengelolaan kelas), kegiatan siswa

dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik, dan

observasi yang berkaitan dengan proses belajar mengajar

yang berkaitan dengan Peningkatan Hasil Belajar Bahasa

Indonesia Materi Membaca Nyaring melalui Metode

Scramble pada Siswa Kelas II MI Al-Ittihad Semowo

Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran

2017/2018. Hal ini dilakukan untuk menarik kesimpulan

pada setiap siklus yang kemudian akan direfleksikan pada

(37)

b. Metode Tes

Tes adalah cara (yang dapat dipergunakan) atau

prosedur (yang perlu ditempuh) dalam rangka pengukuran

dan penilaian bidang pendidikan, yang berbentuk

pemberian tugas atau serangkaian tugas (baik berupa

pertanyaan-pertanyaan (yang harus dijawab), atau

perintah-perintah (yang harus dikerjakan) oleh testee,

sehingga (atas dasar data yang diperoleh dari hasil

pengukuran tersebut) dapat dihasilkan nilai yang

melambangkan tingkah laku atau prestasi testee; nilai

mana dapat dibandingkan dengan nilai-nilai yang dicapai

oleh testee lainnya, atau dibandingkan dengan nilai

standar tertentu. (Sudijono, 2011: 67)

Sebagai salah satu indikator penentuan keberhasilan

metode Scramble dalam penelitian tindakan kelas, jenis

tes yang digunakan adalah tes formatif, yang bertujuan

untuk mengukur sejauh mana peserta didik mencapai

tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

c. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi digunakan peneliti untuk

memperoleh data tentang jumlah guru dan siswa, sarana

dan prasarana, alat atau media yang digunakan dan lain

(38)

5. Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam Penelitian Tindakan

Kelas (PTK) teknik melengkapi cerita adalah penelitian ini

menggunakan analisis deskriptif. Teknik deskriptif yang

diperlukan berupa perhitungan sebagai berikut:

a. Membandingkan Pencapaian Nilai dengan KKM

Peneliti membandingkan pencapaian nilai dengan KKM

pada setiap siklusnya dengan ketentuan jika nilai siswa ≥

dari batas KKM, yakni 70, maka siswa tersebut telah

mencapai KKM. Jika nilai siswa kurang dari 70 maka siswa

tersebut tidak mencapai KKM.

b. Pencapaian Kriteria Ketuntasan Klasikal

Menurut Depdikbud (dalam Trianto, 2009:241) setiap

siswa dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan individu) jika

proporsi jawaban benar siswa ≥ 65%, dan suatu kelas

dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan klasikal) jika dalam

kelas tersebut terdapat ≥ 85% siswa yang telah tuntas

belajarnya. Tetapi berdasarkan ketentuan KTSP penentuan

ketuntasan belajar ditentukan sendiri oleh masing-masing

sekolah yang dikenal dengan istilah kriteria ketuntasan

minimal, dengan berpedoman pada tiga pertimbangan,

(39)

P = × 100

fasilitas (sarana) setiap sekolah berbeda; dan daya dukung

setiap sekolah berbeda.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka keberhasilan

penelitian ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa, yaitu

apabila siswa telah mencapai kriteria ketuntasan klasikal

85% dari jumlah seluruh siswa dengan nilai KKM 70.

Ketuntasan belajar siswa dikatakan meningkat jika

prosentase ketuntasan belajar secara klasikal pada siklus II

lebih besar daripada prosentase ketuntasan belajar secara

klasikal pada siklus I. Prosentase kriteria ketuntasan

klasikal ini diperoleh dengan rumus sebagai berikut:

(40)

6. Sistematika Pembahasan

Laporan penelitian ini terdiri dari lima bab, yaitu:

Bab I, Pendahuluan. Pada Bab I terdiri dari latar belakang,

rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis tindakan dan

indikator keberhasilan, manfaat penelitian, definisi operasional,

metode penelitian dan sistematika pembahasan.

Bab II, Landasan Teori. Pada Bab II dibahas tentang hasil

belajar, metodeScramble, serta membaca.

Bab III, Pelakanaan Penelitian. Pada bab ini diuraikan

tentang hasil pengamatan saat penelitian. Bab ini terdiri atas

deskripsi pra siklus, deskripsi siklus I, dan deskripsi siklus II.

Bab IV, Hasil Penelitian dan Pembahasan. Pada bab ini

dianalisis hasil penelian yang telah dilakukan. Bab ini terdiri

atas analisis setiap siklus dan pembahasan hasil penelitian.

Bab V, Penutup. Pada bab ini terdiri atas kesimpulan dan

(41)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Belajar dan mengajar sebagai suatu proses, mengandung tiga

unsur yang dapat mengajar, dan hasil belajar (Sudjana, 1989: 2).

Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku siswa baik dari

aspek kognitif, afektif maupun psikomtorik yang merupakan timbal

balik dari proses belajar mengajar yang telah dilakukan.

Menurut Mulyasa (2009: 212) Hasil belajar adalah prestasi

belajar peserta didik secara keseluruhan yang menjadi indikator

kompetensi dasar dan derajat perubahan perilaku yang

bersangkutan.

Menurut Sam’s (2010: 33) Hasil belajar adalah suatu

kemampuan yang berupa keterampilan dan perilaku baru sebagai

akibat dari latihan atau pengalaman yang diperoleh.

Dari definisi para ahli di atas, peneliti menarik kesimpulan

bahwa hasil belajar merupakan suatu proses latihan yang

mengakibatkan terjadinya perubahan tingkah laku baik pada aspek

(42)

b. Macam-Macam Hasil Belajar

Benyamin Bloom secara garis besar mengklasifikasikan

hasil belajar menjadi tiga bagian, yakni:

1) Ranah Kognitif

Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual

yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan,

pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.

a) Tipe Pengetahuan

Tipe hasil belajar pengetahuan termasuk kognitif

tingkat rendah yang paling rendah. Namun tipe belajar ini

menjadi prasyarat bagi pemahaman yang berlaku untuk

semua bidang studi. (Sudjana, 1989: 23)

Description of knowledge level is remember (recall)

appropiate, previously learned facts and information.

(Thomas, 2004:6) Level pengetahuan ditandai dengan

kemampuan siswa untuk mengingat kembali fakta dan

informasi yang didapatkan pada pembelajaran yang telah

ditempuh.

b) Tipe Pemahaman

Tipe hasil belajar pemahaman merupakan tipe yang

setingkat lebih tinggi daripada tipe pengetahuan.

Comphrehension level is interpret information (understand

(43)

mampu menjelaskan suatu pengetahuan dengan susunan

kalimatnya sendiri. Nana Sudjana mengklasifikasikan tipe

hasil belajar ke dalam tiga tingkat, yakni:

(1) Tingkat Terendah: Pemahaman Terjemahan

Pemahaman tingkat terendah adalah pemahaman

terjemahan dalam arti sebenarnya, misalnya dari bahasa

Inggris ke bahasa Indonesia, mengartikan Bhineka

Tunggal Ika, mengartikan merah putih, dll.

(2) Tingkat Kedua: Pemahaman Penafsiran

Tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran, yakni

menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan yang

diketahui berikutnya, atau menghubungkan beberapa

bagian grafik dengan kejadian, membedakan yang

pokok dengan yang bukan pokok.

(3) Tingkat Ketiga: Pemahaman Ekstrapolasi

Pemahaman tertinggi adalah pemahaman

ekstrapolasi, yakni melihat dibalik yang tertulis, dapat

membuat ramalan tentang konsekuensi, dapat

memperluas presepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus

(44)

c) Tipe Aplikasi

Aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi

konkret atau situasi khusus. Abstraksi tersebut mungkin

berupa ide, teori, atau petunjuk teknis.

Application is apply information (use information to

solve problems or procedure)(Thomas, 2004: 6).

Kemampuan siswa pada tipe ini ditandai dengan

pencapaian siswa menggunakan informasi yang telah

didapat untuk memecahkan masalah yang dijumpai. Dalam

bahasa Indonesia, hal ini dapat ditandai dengan kemampuan

siswa dalam menggunakan berbagai macam metode atau

teknik dalam membaca.

d) Tipe Analisis

Analisis adalah usaha memilih suatu integritas

menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga jelas

hirarkinya atau susunannya. Analisis merupakan kecakapan

yang kompleks, yang memanfaatkan ketiga tipe

sebelumnya.

Analysis is break information down into parts.

(Thomas, 2004:6). Dalam tipe analisis, siswa diharapkan

mampu mengklasifikasikan informasi-informasi serta

(45)

e) Tipe Sintesis

Synthesis is creatively or divergently apply prior

knowledge and skills to produce a new or original whole.

(Thomas, 2004:6). Sintesis merupakan penyatuan unsur-unsur

atau bagian-bagian ke dalam bentuk menyeluruh. Berpikir

sintesis merupakan ranah berpokir divergen, dimana siswa

dapat menemukan hubungan kausal tertentu, atau menemukan

abstraksi atau operasionalnya.

f) Tipe Belajar Evaluasi

Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai

sesuatu yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara

kerja, pemecahan metode, materi, dll. (Sudjana,1989: 28).

Evaluation is make judgment against st criteria or

standards.(Thomas,2004: 7). Tipe belajar evaluasi

menargetkan siswa mampu menilai sebuah pernyataan atau

keadaan yang dijumpai.

1) Ranah Afektif

Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Dalam

ranah afektif, terdapat lima jnis kategori, yakni:

a) Reciving/Attending

Receiving is a willingness to receive information,

directly related to motivation. (Wirth, 2008: 7) Penerimaan

(46)

pembelajaran berlangsung. Siswa menyimak pelajaran

dengan baik.

b) Respondingatau Jawaban

Respon siswa ketika guru atau teman sebaya

mengajukan pertanyaan atau memerintahkan untuk

melakukan sesuatu merupakan indikator afektif tingkat

kedua, rsponding. Rsponding is showing some now

thingking or behavior as a result of an experience.(Wirth,

2008: 7)

c) Valuingatau Penilaian

Valuing is finding worth or value in a subject, activity,

assignment, etc.(Wirth, 2008: 7). Valuing ditandai dengan

kemampuan siswa untuk menerima sebuah nilai,

mempertimbangkan apakah nilai tersebut baik atau buruk.

d) Organisasi

Kemampuan siswa untuk memilah nilai-nilai yang

diterima, untuk kemudian mengorganisasikan sesuai

dengan kategorinya merupakan kemampuan afektif tingkat

ke empat. Organizing is integrating new information and

values into one’s set values. (wirth, 2008: 7)

e) Karakteristik

Characterizing is acting consistently with the new

(47)

tertinggi dalam aspek afektif adalah kemampuan siwa

dalam menginternalisasi nilai-nilai yang telah dipelajari

serta meengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari

secara konsisten.

1) Ranah Psikomotorik

Hasil belajar psikomotorik tampak dalam bentuk

ketrampilan dan kemampuan bertindak individu. Ada enam

tingkatan ketrampilan, yakni:

a) Observasi

Langkah pertama untuk membentuk seuah

ketrampilan adalah mengamati gerak-gerik orang lain.

Observation is watching the skill or activity being

performed.(Jones and Bartlett, 2008: 63)

b) Peniruan/Imitasi

Imitation is copying the skill or activity in step by

step manner. (Jones and Bartlett, 2008: 63). Pada langkah

kedua ini, siswa menirukan kegiatan atau keahlian dalam

langkah demi langkah.

c) Manipulasi

Setelah siswa mampu menirukan aktivitas atau keahlian

dalam langkah demi langkah, tahap selanjutnya adalah

(48)

Manipulation is performing the skill based on instruction.

(Jones and Bartlett, 2008: 63).

d) Presisi

Precision is performing the skill until it becomes habbit.

(Jones and Bartlett, 2008: 63). Latihan secara terus menerus

diperlukan agar keahlian atau aktivitas yan diharapkan

menjadi sebuah kebiasaan dalam keseharian siswa.

e) Artikulasi

Articulation is combining multiple skills together.

(Jones and Bartlett, 2008: 63). Siswa memerlukan latihan

lebih lanjut untuk menggabungkan keahlian yang telah

dipelajari dengan keahlian lain yang dikuasai, sehingga

memudahkan siswa untuk mengerjakan sebuah aktivitas.

f) Naturalisasi

Tujuan utama penddikan adalah pengaplikasian

ilmu yang dipelajari oleh siswa di sekolah dalam kehidupan

sehari-hari. Disinilah pentingnya naturalisasi kemampuan

psikomotorik siswa. Naturalization is performing multiple

skills correctly all the time.(Jones and Bartlett, 2008: 63)

2. MetodeScramble

a. Pengertian MetodeScramble

Metode scramble adalah salah satu metode permainan bahasa.

(49)

(2013: 303) merupakan salah satu metode pembelajaran yang dapat

meningkatkan konsentrasi dan kecepatan berpikir siswa. Metode

scramble ini akan memungkinkan siswa untuk belajar sambil

bermain, mempelajari sesuatu secara santai dan tidak membuat

siswa tertekan dan bosan.

Metode scramble sering digunakan oleh anak-anak sebagai

permainan yang pada dasarnya merupakan latihan pengembangan

dan peningkatan wawasan pemilikan kosakata dan huruf yang

tersedia. Komalasari (Raudhatul Jannah, 2013: 2) mengemukakan

bahwa scramble adalah metode pembelajaran yang mengajak

siswa mencari jawaban terhadap suatu pertanyaan secara kreatif

dengan cara menyusun huruf-huruf atau kata yang disusun secara

acak sehingga membentuk suatu jawaban konsep yang dimaksud.

Scramble atau acak kata merupakan permainan yang digemari

oleh semua siswa, tidak hanya anak-anak karena permainan ini

melibatkan kejelian pikiran dan pengetahuan untuk menyusun kata

ataufrase. (Hanafi, 2009: 207) Metode ini bisa mendorong peserta

didik untuk berfikir secara aktif dengan materi yang ada.

Permainan ini sangat baik untuk mengembangkan daya pikir tinggi

peserta didik.

Dari penjelasan diatas tentang metode scramble, penulis dapat

mengambil kesimpulan bahwa metode ini cocok untuk

(50)

awal, terutama dalam membedakan huruf “b”, “d”, “p”, dan “q”,

dan mengeja dalam membaca kata yang panjang.

b. Macam-Macam MetodeScramble

1) ScrambleKata

Scramble kata, yakni sebuah permainan menyusun

kata-kata dan huruf-huruf yang telah dikacaukan letaknya

sehingga membentuk suatu kata tertentu yang bermakna,

mialnya:

Nitape = petani

Bkerjae = bekerja

2) ScrambleKalimat

Scramble kalimat, yakni sebuah permainan menyusun

kalimat dari kata-kata acak. Bentuk kalimat hendaknya logis,

bermakna, tepat, dan benar.

Contohnya:

Pergi-aku-bus-naik-ke-Bandung

Jika disusun menjadi : aku pergi ke Bandung naik bus

3) ScrambleWacana

Scramble wacana, yakni sebuah permainan menyusun

wwacana logis berdasarkan kalimat-kalimat acak. Hasil

(51)

c. Langkah-Langkah MetodeScramble

1) Persiapan

a) Guru menyiapkan bahan ajar dan media yang akan

digunakan. Media yang digunakan berupa kartu soal dan

kartu jawaban, yang sebelumnya jaaban telah diacak

sedemikian rupa.

b) Guru menyiapkan kartu sebanyak kelompok yang dibagi.

c) Guru mengatur tempat duduk dan kesiapan belajar siswa.

2) Kegiatan Inti

a) Setiap kelompok melakukan diskusi untuk mengerjakan

soal dan mencari kartu soal untuk jawaban yang

benar/cocok.

b) Guru melakukan diskusi kelompok besar untuk

menganalisis dan mendengar pertanggung jawaban dari

setiap kelompok atas hasil kerjanya.

c) Guru membandingkan dan mengkaji jawaban yang tepaat

dan logis.

3) Tindak Lanjut

a) Guru memberikan tugas yang serupa dengan bahan yang

berbeda.

b) Guru meminta setiap kelompok untuk menyempurnakan

teks, jika terdapat susunan yang tidak logis.

(52)

d) Mencari kosakata baru di dalam bacaan dan

mengaplikasikannya (pemakaian dalam kalimat)

e) Membetulkan kesalahan-kesalahan tata bahasa yang

mungkin ditemukan dalam teks wacana latihan.

d. Kelebihan Dan Kekurangan MetodeScramble

1) Kelebihan MetodeScramble

a) Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas segala

sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya. Setiap

anggota kelompok harus mengetahui bahwa semua anggota

mempunyai tujuan yang sama. Mereka harus berbagi tugas

dan tanggung jawab, dikenai evaluasi, dan berbagai

kepemimpinan. Selain itu, setiap anggota kelompok

membutuhkan ketrampilan untuk belajar bersama dan

nantinya akan dimintai pertanggung jawaban secara

individual tentang materi yang ditangani dalam kelompok

kooperatif. Maka dari itu, dalam teknik ini setiap siswa

tidak ada yang diam karena setiap individu diberi tanggung

jawab akan keberhasilan kelompoknya.

b) Model pembelajaran ini memungkinkan siswa untuk saling

belajar sambil bermain. Mereka dapat berkreasi sekaligus

belajar dan berpikir, mempelajari sesuatu secara santai dan

(53)

c) Selain membangkitkan kegembiraan dan melatih

ketrampilan tertentu metode ini juga dapat memupu rasa

solidaritas dalam kelompok.

d) Materi yang diberikan melalui salah satu metode permainan

biasanya mengesankan dan sulit untuk dilupakan.

e) Sifat kompetitif dalam metode ini dapat mendorong siswa

berlomba-lomba untuk maju.

2) Kekurangan MetodeScramble

a) Pembelajaran ini terkadang sulit dalam merencanakannya

karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.

b) Terkadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan

waktu yang panjang sehingga guru sulit menyesuaikan

dengan waktu yang telah ditentukan.

c) Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh

kemampuan siswa menguasai materi pelajaran,

pembelajaran akan sulit diimplementasikan guru.

d) Metode permainan ini biasanya menimbulkan suara gaduh.

Hal tersebut jelas akan mengganggu kelas yang berdekatan.

3. Membaca

a. Pengertian Membaca

Membaca menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

yang dikutip oleh Ahmad Susanto(2012: 83) adalah melihat serta

(54)

hanya dalam hati). Membaca merupakan salah satu keterampilan

berbahasa disamping keterampilan menyimak, berbicara, dan

menulis. Keterampilan membaca dapat dipelajari dengan berbagai

cara. Adapun cara yang akan ditempuh harus sesuai dengan tujuan

yang hendak dicapai dalam kegiatan membaca sesuai standar

kompetensi dan kompetensi dasar. Membaca merupakan

kemampuan yang kompleks. Membaca bukanlah kegiatan

memandangi lambang-lambang yang tertulis semata.

Bermacam-macam kemampuan dikerahkan oleh seorang pembaca, agar dia

mampu memahami materi yang dibacanya. Pembaca berupaya agar

lambang-lambang yang dilihatnya itu menjadi lambang-lambang

yang bermakna baginya. Membaca adalah salah satu cara agar

melati peserta didik untuk menjadi individu yang lebih terampil.

Membaca juga merupakan aktifitas atau kegiatan yang kompleks

dan disengaja, dalam hal ini berupa proses berpikir dan berbagai

aksi pikiran yang bekerja secara terpadu mengarah pada satu tujuan

yaitu memahami makna paparan tertulis secara keseluruhan.

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Soedarso (1999: 4),

bahwa membaca adalah “aktivitas yang kompleks dengan

mengarahkan sejumlah besar tindakan yang terpisah-pisah,

meliputi: orang harus menggunakan pengertian dan khayalan,

mengamati dan mengingat-ingat, kita tidak dapat membaca tanpa

(55)

halnya dengan Tarigan (1979: 8) yang mendefinisikan membaca

adalah suatu proses yang mendefinisikan membaca adalah suatu

proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk

memperoleh pesan, yang hendak disampaikan melalui media

kata-kata/bahasa tulis. Selain itu, tarigan menambahkan membaca dapat

pula dianggap sebagai suatu proses untuk memahami yang tersirat

dalam yang tersurat, melihat pikiran yang terkandung di dalam

kata-kata yang tertulis. Sedangkan menurut Crawley dan Mountai

dalam Farida Rahim (2007: 2) Membaca merupakan proses

menerjemahkan simbol tulis ke dalam kata-kata lisan yang

mencakup pengenalan kata, pemahaman literatur, interpretasi,

membaca kritis, dan pemahaman kreatif.

Membaca merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa

tulis yang bersifat reseptif (Damiyati Zuchdi dan Budiasih, 1997:

49). Disebut reseptif karena melalui membaca, seseorang akan

dapat memperoleh informasi, ilmu, dan pengalaman baru. Semua

yang diperoleh dari kegiatan membaca maka seseorang akan

mampu mempertinggi daya pikirnya, serta memperluas

wawasannya. Oleh karena itu kegiatan membaca sangatlah penting

bagi seseorang untuk lebih maju.

Pengertian tersebut sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh

Farida Rahim (2007: 3) bahwa membaca sebagai proses visual

(56)

sebagai proses linguistik berarti membaca untuk membangun

makna, sedangkan fonologis, semantik, dan fitur sintaksis

mmbantunya mengkomunikasikan dan menginterpretasikan

pesan-pesan. Proses metakognitif melibatkan perencanaan, pembetulan

suatu strategi, pemonitoran, dan pengevaluasian. Pembaca pada

tahap ini mengidentifikasi tugas membaca untuk membentuk

strategi membaca yang sesuai, memonitor pemahamannya, dan

menilai hasilnya.

Pendapat lain dikemukakanoleh Syafi’ie melalui Farida Rahim

(2007: 2) ada tiga istilah yang sering digunkan untuk memberikan

komponen dasar dari proses membaca, yaitu recording, decoding,

dan meaning. Recording yaitu membaca merujuk pada kata-kata

alam kalimat, kemudian mengasosiasikan dengan bunyi-bunyian

sesuai dengan sistem tulisan yang digunakan. Proses decoding

(penyandian) merujuk pada proses penerjemahan rangkaian grafis

ke dalam kata-kata. Proses recording dan decoding biasanya

berlangsung pada kelas-kelas awal yaitu SD/MI kelas I, II, dan III

yang dikenal dengan istilah membaca permulaan. Sementara tu

proes memahami makna meaning lebih ditekankan di kelas-kelas

tinggi SD/MI (kelas IV, V, dan VI).

Pengertian senada juga disampaikan oleh Klein, dkk melalui

Farida Rahim (2007: 3) bahwa definisi membaca mencakup (1)

(57)

dan (3) membaca merupakan interaktif. Membaca merupakan

strategis yaitu membaca menggunakan berbagai strategi membaca

yang sesuai bacaan. Membaca adalah interaktif yaitu keterlibatan

pembaca dengan teks, memenuhi tujuan yang ingin dicapainya

dengan berinteraksi antara pembaca dengan teks bacaan.

Berdasarkan pengertian membaca menurut para ahli diatas,

dapat disimpulkan bahwa membaca merupakan proses interaksi

pembaca dengan teks bacaan untuk memenuhi tujuan yang ingin

dicapainya.

b. Keterampilan Membaca Permulaan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Alwi Hasan, 2007:

1043), keterampilan diartikan sebagai kecakapan dalam

melaksanakan tugas. Sedangkan menurut Soemardji, dkk (1991: 2),

kata keterampilan sama artinya dengan kecekatan. Terampil atau

cekatan adalah kepandaian melakukan sesuatu dengan cepat dan

benar. Seseorang dapat melakukan sesuatu dengan cepat tetapi

salah tidak dapat dikatakan terampil. Demikian juga apabila

seseorang dapat melakukan sesuatu dengan benar tetapi lambat,

hal tersebut tidak dapat dikatakan terampil. Dari pendapat tersebut

keterampilan dapat diartikan sebagai kecakapan dalam

melaksanakan tugas dalam hubungannya dengan objek atau situasi

yang meliputi rangkaian keseluruhan sensori, mekanisme gerak

(58)

Menurut Tarigan (1986: 10) keterampilan membaca adalah

suatu keterampilan yang kompleks, yang rumit, yang melibatkan

serangkaian keterampilan-keterampilan yang lebih kecil.

Keterampilan membaca mencakp tiga komponen yakni (1)

pengenalan terhadap aksara serta tanda-tanda baca, (2) korelasi

aksara beserta tanda-tanda baca dengan unsur linguistik yang

formal, dan (3) hubungan lebih lanjut dari A dan B dengan makna.

Keterampilan membaca di SD/MI dilaksanakan sesuai dengan

perbedaan kelas awal dan kelas tinggi. Pada kelas awal kegiatan

membaca ini disebut dengan kegiatan membaca permulaan.

Kegiatan membaca permulaan ditekankan pada pengenalan dan

pengucapan lambang-lambang bunyi yang berupa huruf, kata, dan

kalimat dalam bentuk sederhana. Pengucapan tersebut akan lebih

bermakna jika dapat membangkitkan makna seperti dalam

pembicaraan lisan. Laar belakang siswa juga berpengaruh dalam

pengembangan kosa kata dan konsep dalam membaca permulaan.

Menurut Broghton melalui Tarigan (1986: 11) secara garis

besar terdapat dua aspek penting dalm membaca, yaitu:

1) Keterampilan yang bersifat mekanis (mechanical skills) yang

dianggap berada pada urutan yang paling rendah. Aspek ini

mencakup (1) pengenalan bentuk huruf, (2) pengenalan

unsur-unsur linguistik (fonem/grafem, kata, frasa, pola klause,

(59)

pola ejaan dan bunyi (kemampuan menyuarakan bahan

tertulis), dan (4) kecepatan membaca bertaraf lambat.

2) Keterampilan yang bersifat pemahaman yang dianggap berada

pada urutan yang lebih tinggi, aspek ini mencakup (1)

memahami pengertian sederhana (leksikal, gramatial,

retorikal), (2) memahami signifikasi atau makna, (3) evaluasi

atau penilaian, dan (4) kecepatn membaca yang fleksibel, yang

mudah disesuaikan dengan keadaan.

Menurut pendapat diatas keterampilan membaca permulaan

berada pada tahap yang pertama yaitu tahap keterampilan yang

bersifat mekanis (mechanical skills) yang dianggap berada pada

urutan yang paling rendah. Pada tahap ini keterampilan membaca

tingkat dasar yang menunjuk pada pengenalan dan penguasaan

lambang-lambang fonem yang sudah dikenal dan kemampuan

menyuarakan bahan tertulis.

Keterampilan membaca permulaan lebih diorientasikan pada

kemampuan membaca tingkat dasar, yakni kemampuan melek

huruf. Maksudnya, anak-anak dapat mengubah dan melafalkan

lambang-lambang tertulis menjadi bunyi-bunyi bermakna. Pada

tahap ini sangat dimungkinkan anak-anak dapat melafalkan

lambang-lambang huruf yang dibacanya tanpa diikuti oleh

pemahaman terhadap lambang bunyi-bunyi tersebut.

(60)

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa keterampilan

membaca permulaan merupakan suatu proses keterampilan

membaca tingkat dasar yang menunjuk pada pengenalan dan

penguasaan lambang-lambang fonem yang sudah dikenal dan

kemampuan menyuarakan lambang-lambang tertulis menjadi

bunyi-bunyi bermakna.

c. Tujuan Membaca

Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta

memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan.

Makna, arti (meaning) erat sekali berhubungan dengan maksud

tujuan, atau intensif kita dalam membaca. (Tarigan, 1979: 9)

Selain itu, menurut Tarigan (1979: 13) tujuan membaca

mencakup beberapa hal, antara lain:

1) Kesenangan

2) Menyempurnakan membaca nyaring

3) Menggunakan strategi tertentu

4) Memperbaharui pengetahuannya dengan suatu topik

5) Mengaitkan informasi baru dengan informasi yang baru

diketahuinya

6) Memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis

(61)

8) Menampilkan suatu ekperimen atau mengaplikasikan informasi

hubungan bunyi dan huruf

Keterampilan Pemahaman (urutan lebih tinggi) Keterampilan Mekanis

(62)

e. Jenis-jenis Membaca

Dalam penelitian ini, tidak semua jenis membaca dikaji, akan

tetapi hanya terbatas pada jenis membaca nyaring yang

dilaksanakan di kelas II SD/MI (pada kelas rendah membaca

nyaring disebut juga membaca permulaan) yaitu dengan Bagan 2.2 Jenis-jenis Membaca

MEMBACA

Membaca dalam Hati Membaca Nyaring

Membaca Intensif Membaca

Ekstensif

• Membaca Survei • Membaca Sekilas • Membaca Dangkal

Membaca Telaah Bahasa Membaca

Telaah Isi

• Membaca Bahasa • Membaca Sastra • Membaca Teliti

(63)

memfokuskan pembelajaran dalam membedakan huruf “b”, “d”,

“p”, dan “q”, mengeja dalam membaca kata yang panjang, dan

kelancaran membaca siswa.

Membaca nyaring adalah kegiatan membaca dengan

menyuarakan tulisan yang dibacanya dengan ucapan dan intonasi

yang tepat agar pendengar dan pembaca dapat menangkap

informasi yang disampaikan oleh penulis, baik yang berupa

pikiran, perasaan, sikap ataupun pengalaman penulis.

Keterampilan yang dituntut dalam membaca nyaring adalah

sebagai berikut:

1) Menggunakan ucapan yang tepat.

2) Menggunakan frase yang tepat.

3) Menggunakan intonasi suara yang wajar dalam posisi sikap

yang baik.

4) Menguasai tanda-tanda baca.

5) Membaca dengan terang dan jelas.

6) Membaca dengan penuh perasaan (ekspresif).

7) Membaca dengan tidak terbata-bata (membaca dengan lancar).

8) Mengerti serta memhami bahan bacaan yang dibacanya.

9) Membaca dengan penuh percaya diri.

10) Pembelajaran Membaca Permulaan

Pembelajaran membaca di sekolah memiliki peranan yang

(64)

(1992: 29) pembelajaran membaca memiliki peranan penting,

sebab melalui pembelajaran membaca guru dapat memilih

wacana-wacana yang memudahkan penanaman nilai-nilai keindonesiaan

pada peserta didik misalnya wacana yang berkaitan dengan tokoh

nasional, kepahlawanan, kenusantaraan, dan kepariwisataan. Selain

itu, melalui pembelajaran membaca, guru dapat mengembangkan

nilai-nilai moral, kemamun bernalar dan kreativitas anak didik.

Pendapat di atas sejalan dengan yang dikemukakan oleh

Depdikbud (1996: 6) bahwa pembelajaran membaca permulaan

diberikan di kelas I dan II SD/MI. Tujuannya supaya siswa

terampil membaca dan sebagai bekal pengetahuan dan

keterampilan yang diperlukan untuk menghadapi pelajaran bahasa

Indonesia dan juga pelajaran di kelas berikutnya yaitu I, II, dan III.

Berikut ini pembelajaran membaca yang dilaksanakan di

SD/MI menurut Herusantosa (melalui Abbas, 2006: 103), yakni:

1) Pembinaan dasar mekanisme membaca.

2) Mampu memahami dan menyuarakan kalimat sederhana yang

ditulis dengan intonasi yang wajar.

3) Siswa dapat membaca kata-kata dan kalimat sederhana dengan

lancar dan tepat dalam waktu yang relatif singkat. Diperoleh

dari pemercepatan waktu fiksasi dan jarak fiksasi inilah yang

(65)

Menurut Damyati Zuchdi dan Budiasih (1997: 51) materi yang

diajarkan dalam membaca permulaan adalah sebagai berikut:

1) Lafal, intonasi dan kalimat sederhana.

2) Huruf-huruf yang sering digunakan dalam kata atau kalimat

sederhana yang dikenal oleh siswa (huruf yang diperkenalkan

secara bertahap sampai dengan 14 huruf). Contohnya: (1) a, i,

m, n. Contoh: ini, mama., (2) u, l, b. Contoh: ibu, lala., (3) e, t,

p. Contoh: ema, topi., (4) o, d. Contoh: bola, didi., (5) k, s.

Contoh: kuda, satu.

3) Kata-kata baru yang menggunakan huruf-huruf yang sudah

dikenal. Contoh: toko, boneka, mata.

4) Lafal dan intonasi kata yang sudah dikenal (huruf yang

diperkenalkan 10 sampai 20 huruf).

5) Puisi yang sesuai dengan umur dan tingkat kemampuan siswa.

6) Bacaan lebih kurang 10 kalimat (lafal dan intonasi wajar).

Pendapat diatas akan dijadikan sebagai pedoman untuk

membuat instrumen penelitian.

Pembelajaran membaca di kelas I dan kelas II merupakan tahap

awal seorang anak belajar membaca. Kemampuan membaca siswa

yang diperoleh pada kelas I dan kelas II menjadi dasar

pembelajaran membaca di kelas berikutnya. Oleh karena itu, sangat

penting untuk dilakukan upaya peningkatan keterampilan membaca

(66)

dan Budiasih (1997: 49) yang mengatakan bahwa guru kelas I dan

II haruslah berusaha secara sungguh-sungguh agar dapat

memberikan dasar kemampuan membaca yang memadai kepada

siswa. Untuk dapat melaksanakan pembelajaran secara baik, perlu

ada perencanaan, baik materi, metode, maupun pengembangannya.

Untuk mendukung hal tersebut guru harus mengetahui proses dasar

dalam membaca permulaan seperti yang dikemukakan oleh Abbas

(2006: 103-104) sebagai berikut:

1) Dimulai dari penamaan kesanggupan mengidentifikasi huruf

(lambang bunyi dengan bunyinya), menuju kepenanaman

kesanggupan mengidentifikasi struktur kata dengan struktur

bunyinya. Ini dilakukan dalam proses membaca.

2) Dimulai dari penamaan kesanggupan mengidentifikasi bunyi

dengan huruf (lambang bunyi) menuju kepenanaman

kesanggupan mengidentifikasi struktur bunyi dengan struktur

katanya. Ini dilakukan dalam proses menulis.

Dalam meningkatkan kualitas membaca diperlukan banyak

ulangan (khususnya mengulang kata-kata yang baru diajarkan).

Menurut Abbas (2006: 104) dengan memperbanyak pengulangan

maka akan dicapai hal-hal sebagai berikut:

1) Pemercepatan waktu fiksasi (fixation time) pemahaman kata,

(67)

pandangan mata dari kata atau kelompok kata yang satu ke

yang lain makin cepat.

2) Pemerluasan jarak fiksasi (fixation span) pemahaman kata atau

kelompok kata/kalimat. Anak akan dilatih untuk memahami

makna kata/kelompok kata yang satu ke yang lainnya sehingga

pengertian yang dipahami semakin luas.

Dalam Depdikbud (1995: 9-14) pembelajaran membaca

permulaan perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1) Tingkat perkembangan anak, perkembangan siswa yang satu

dengan yang lainnya berbeda-beda baik fisik maupun mental.

Oleh karena itu guru hendaknya membimbing siswa sesuai

dengan tingkat perkembangannya.

2) Tingkat kesiapan anak, tingkat kesiapan siswa dalam menerima

pelajaran berbeda-beda. Untuk itu guru hendaknya memberikan

perhatian khusus kepada anak yang belum siap agar

menyesuaikan diri dengan baik.

3) RPP mata pelajaran bahasa Indonesia, guru dalam mengajar

hendaknya berpedoman pada garis-garis besar program

pengajaran agar dapat mencapai tujuan yang diinginkan.

4) Tujuan pembelajaran, guru dalam pembelajaran hendaknya

berorientasi pada tujuan yang dibuat oleh guru dengan

(68)

5) Sumber bahan pengajaran, bahan ajar yang digunakan guru

dapat diambil dari sumber-sumber yang terpercaya seperti dari

Depdikbud maupun swasta yang telah disahkan.

6) Peralatan dan perlengkapan, guru hendaknya menyiapkan alat

dan prasaan yang menunjang pembelajaran. Alat dan

perlengkapan harus sesuai dengan materi yang diajarkan.

7) Keaktifan anak, guru hendaknya lebih memperhatikan aktivitas

siswa. Guru dapat menciptakan pembelajaran yang aktif,

inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAIKEM) dengan

multimetode.

8) Sikap membaca dan menulis yang benar, sikap yang perlu

diperhatikan dalam membaca diantaranya sikap duduk,

penerangan, dan letak buku.

9) Metode, ada beberapa metode dalam membaca permulaan

antara lain adalah metode abjad, metode bunyi, metode suku

kata, metode kata lembaga, metode global, metode SAS, dll.

Berdasarkan uraian di atas, membaca permulaan dimulai dari

belajar mengidentifikasi huruf, mengidentifikasi struktur kata dan

bunyinya, pengenalan huruf yang lebih menitikberatkan pada lafal

dan intonasi kata, pengenalan huruf-huruf yang sering digunakan

dalam kata atau kalimat sederhana, pengenalan kata-kata baru.

Pembelajaran membaca juga harus memperhatikan beberapa hal

Gambar

Tabel 1.1 Waktu Penelitian
Tabel 3.1 Nilai Pre Test
Tabel 3.3 Lembar Observasi Guru Siklus I
Tabel 3.4 Nilai Evaluasi Siklus I
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada gambar terlihat jelas bahwa semakin kuat asam serta semakin besar konsentrasi larutan yang digunakan ketika proses delignifikasi semakin besar pula kadar

Biohidrogel dapat diproduksi dengan teknik grafting. Produksi biohidrogel dengan teknik grafting dipengaruhi oleh jenis polimer ataupun monomer yang terlibat. Monomer

Pada penelitian kualitatif landasan teori yang dimiliki peneliti sebaiknya luas, dalam arti peneliti banyak pengetahuan/ ilmu tentang studi yang akan

pembinaan pengembangan nasionalisme dan Ahli Media Pembelajaran Dosen Departmen Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) UPI Bandung sebagai informan ahli tentang

Selain pekerjaan, pendidikan dan pendapatan yang menjadi ukuran status sosial ekonomi seseorang, masih ada lagi yaitu pemilikan.Pemilikan barang-barang yang

Mengomentari buku cerita yang dibaca dengan alasan yang logis dan bahasa yang santun. Mampu menentukan unsur/bagian buku cerita yang akan

Tahun 2019 yang akan datang, Gereja KAJ mengangkat tema "Amalkan Pancasila: Kita Berhikmat, Bangsa Bermartabat." Pemaparan historis, filosofis, politik

operasi terhadap likuiditas adalah penelitian yang dilakukan oleh Suhermawan... (2005) dan menyatakan bahwa arus kas berpengaruh terhadap