PENINGKATAN HASIL BELAJAR
BAHASA INDONESIA MATERI MEMBACA NYARING
MELALUI METODE
SCRAMBLE
PADA SISWA KELAS II
MI AL-ITTIHAD SEMOWO KECAMATAN PABELAN
KABUPATEN SEMARANG SEMESTER II
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
FUADATUN NADIFAH
NIM 11511030
PENINGKATAN HASIL BELAJAR
BAHASA INDONESIA MATERI MEMBACA NYARING
MELALUI METODE
SCRAMBLE
PADA SISWA KELAS II
MI AL-ITTIHAD SEMOWO KECAMATAN PABELAN
KABUPATEN SEMARANG SEMESTER II
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH
IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Ngalah ora kalah
(Orang yang mengalah bukan berarti kalah)
(Ibu Nyai Hj. Maimunah_PP. Sirbin Brabo)~
~
PERSEMBAHAN
Bapak dan Mamak
Terima kasih tak terkira untuk warisan yang tak ternilai
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya, sehingga akhirnya penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita,
Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa risalah islam yang penuh dengan
pengetahuan. Skripsi ini tidak akan terlaksana tanpa adanya bantuan dari berbagai
pihak, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis sampaikan
terima kasih dan penghargaan kepada:
1. Rektor IAIN Salatiga, Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd
2. Bapak Suwardi, M.Pd Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
IAIN Salatiga.
3. Ibu Peni Susapti, M.Si, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah IAIN Salatiga
4. Bapak Imam Mas Arum, M.Pd, selaku pembimbing yang telah memberikan
saran, arahan, dan bimbingan serta keikhlasan dan kebijaksanaan meluangkan
waktu, tenaga dan pikiran, untuk memberikan bimbingan dalam penulisan
skripsi ini.
5. Bapak Drs. M. Choderin, MA, selaku pembimbing akademik yang telah
memberikan nasihat-nasihat serta motivasi setiap bimbingan akademik.
6. Segenap Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan ilmu dan wawasan
pengetahuan kepada penulis.
8. Ibu Avif Nuravifah, S.S, selaku kepala Madrasah Ibtidaiyah Al-Ittihad
Semowo, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang beserta jajarannya yang
telah memberikan ijin dan masukan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
9. Ibu Siti Khodijah, S.Pd.I, selaku wali kelas II Madrasah Ibtidaiyah Al-Ittihad
Semowo Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang yang turut membantu
dalam penelitian dan seluruh siswa kelas II Madrasah Ibtidaiyah Al-Ittihad
Semowo, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang yang telah mmbantu dan
mendukung peneliti dalam melakukan penelitian.
10. Ketiga orang tua, suami, anak dan keluarga tercinta yang selalu mendukung
baik moril maupun spiritual dalam studi penulis.
11. Sahabat PGMI IAIN Salatiga, JQH Al-Furqon, Racana IAIN Salatiga,
Mbak-mbak santri PPNQ Al-Ittihad Semowo serta sahabat-sahabat tercinta yang
senantiasa mengisi hari-hari penulis.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Laporan Penelitian ini masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan adanya kritik,
saran dan masukan yang dapat kami gunakan untuk menyempurnakanhasil
penelitian mendatang.
Akhir ucap terima kasih sambil kulantunkan do’a semoga skripsi ini ada
manfaatnya bagi semua orang.Amin Ya Rabbal’alamin.
Salatiga, Februari 2018 Penulis
ABSTRAK
Nadifah, Fuadatun,. 2018. Peningkatan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Materi Membaca Nyaring melalui Metode Scramble pada Siswa Kelas II Semester II MI Al-Ittihad Semowo Kcamatan Pabelan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2017/2018. Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Imam Mas Arum, M.Pd.
Kata Kunci: Hasil Belajar Bahasa Indonesia, MetodeScramble
Penelitian ini dilatar belakangi oleh rendahnya hasil belajar bahasa Indonesia materi membaca nyaring siswa kelas II Semester II MI Al-Ittihad Semowo Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang. Salah satu penyebab rendahnya hasil belajar yaitu kurangnya pendampingan guru secara intensif karena terbatasnya waktu, kegiatan belajar yang monoton dan tidak bervariasi, dan kurangnya motivasi dari guru. Tujuan utama dalam penelitian ini adalah melalui metode Scrambledapat meningkatkan hasil belajar bahasa Indonesia materi membaca nyaring pada siswa kelas II semester II MI Al-Ittihad Semowo Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2017/2018
Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Subjek dalam penelitian ini yaitu siswa kelas II MI Al-Ittihad Semowo Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2017/2018. Data pada penelitian ini diperoleh dari lembar pengamatan, soal evaluasi berupa tes objektif dan subjektif, dokumentasi, dan observasi pada pembelajaran bahasa Indonesia materi membaca nyaring dengan menggunakan metodeScramble.
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
HALAMAN LOGO
HALAMAN JUDUL
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... i
HALAMAN PENGESAHAN ...Error! Bookmark not defined. PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN... viii
KATA PENGANTAR ... ix
ABSTRAK ... xi
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xviii
DAFTAR LAMPIRAN... xx
BAB IPENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 8
C. Tujuan Penelitian ... 9
E. Manfaat Penelitian...9
F. Definisi Operasional... 11
G. Metode Penelitian... 13
H. Sistematika Pembahasan ... 20
BAB IILANDASAN TEORI ... 21
A. Kajian Teori ... 21
1. Hasil Belajar...21
2. MetodeScramble...28
3. Membaca...33
B. Kajian Pustaka ... 49
BAB IIIPELAKSANAAN PENELITIAN... 53
A. Deskripsi Awal (Pra Siklus) ... 53
B. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I ... 55
C. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II... 66
D. Deskripsi Pelaksanaan Siklus III...75
BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 88
A. Analisis Tiap Siklus ... 88
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 119
A. Kesimpulan ... 127
B. Saran-saran ... 128
DAFTAR PUSTAKA ... 129
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Waktu Penelitian ... 13
Bagan 1.1 Desain Siklus PTK Saur Tampubolon... 15
Bagan 2.1 Aspek-aspek Membaca... 41
Bagan 2.2 Jenis-jenis Membaca ... 42
Tabel 3.1Nilai Pre Test ... 53
Tabel 3.2Data Keadaan Siswa... 54
Tabel 3.3Lembar Observasi Guru Siklus I... 60
Tabel 3.4Nilai Evaluasi Siklus I ... 61
Tabel 3.5Lembar Observasi Aspek Afektif Siswa pada Siklus I ... 63
Tabel 3.6Lembar Observasi Aspek Psikomotorik Siswa Siklus I ... 64
Tabel 3.7Lembar Observasi Guru Siklus II ... 70
Tabel 3.8Nilai Evaluasi Siklus II... 71
Tabel 3.9Lembar Observasi Aspek Afektif Siklus II ... 73
Tabel 3.10Lembar Observasi Aspek Psikomotorik Siklus II ... 74
Tabel 4.1 Rekapitulasi Nilai Hasil Belajar Pra Siklus ... 87
Tabel 4.2 Klasifikasi Hasil Siswa Pra Siklus ... 88
Tabel 4.3 Rekapitulasi Nilai Hasil Belajar Siswa pada Aspek Kognitif Siklus I..90
Tabel 4.6 Klasifikasi Hasil Belajar pada Aspek Afektif Siklus I ... 94
Tabel 4.7 Daftar Nilai Siswa pada Aspek Psikomotorik Siklus I... 95
Tabel 4.8 Klasifikasi Hasil Belajar pada Aspek Psikomotorik Siklus I ... 96
Tabel 4.9 Hasil Observasi Aktifitas Guru Siklus I ... 97
Tabel 4.10 Rekapitulasi Nilai Hasil Belajar Siswa Aspek Kognitif Siklus II... 101
Tabel 4.11 Klasifikasi Hasil Belajar Siswa pada Aspek Kognitif Siklus II... 102
Tabel 4.12 Daftar Nilai Siswa pada Aspek Afektif Siklus II ... 103
Tabel 4.13 Klasifikasi Hasil Belajar pada Aspek Afektif Siklus II... 105
Tabel 4.14 Daftar Nilai Siswa pada Aspek Psikomotorik Siklus II ... 106
Tabel 4.15 Klasifikasi Hasil Belajar pada Aspek Psikomotorik Siklus II ... 107
Tabel 4.16 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II ... 108
Tabel 4.17 Rekapitulasi Nilai Hasil Belajar Siswa Aspek Kognitif Siklus III ... 110
Tabel 4.18 Klasifikasi Hasil Belajar Siswa pada Aspek Kognitif Siklus III ... 111
Tabel 4.19 Daftar Nilai Siswa pada Aspek Afektif Siklus III... 113
Tabel 4.20 Klasifikasi Hasil Belajar pada Aspek Afektif Siklus III ... 114
Tabel 4.21 Daftar Nilai Siswa pada Aspek Psikomotorik Siklus III ... 115
Tabel 4.22 Klasifikasi Hasil Belajar pada Aspek Psikomotorik Siklus III... 116
Tabel 4.24 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa pada Aspek Kognitif Pra Siklus,
Siklus I, Siklus II dan Siklus III ... 119
Tabel 4.25 Klasifikasi hasil Belajar Siswa pada Aspek Kognitif Pra Siklus, Siklus
I, Siklus II dan Siklus III ... 121
Tabel 4.26 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa pada Aspek Afektif Siklus I, Siklus II
dan Siklus III ... 122
Tabel 4.27 Klasifikasi hasil Belajar Siswa pada Aspek Afektif Siklus I, Siklus II
dan Siklus III ... 123
Tabel 4.28 Rekapitlasi Hasil Belajar Siswa pada Aspek Psikomotorik Siklus I,
Siklus II dan Siklus III ... 124
Tabel 4.29 Klasifikasi hasil Belajar Siswa pada Aspek Psikomotorik Siklus I,
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Diagram Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Pra Siklus ... 87
Gambar 4.2 Grafik Hasil Belajar Siswa Pra Siklus ... 88
Gambar 4.3 Diagram Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 91
Gambar 4.4 Grafik Hasil Belajar Siswa pada Aspek Kognitif Siklus I ... 92
Gambar 4.5 Grafik Hasil Belajar Siswa pada Aspek Afektif Siklus I... 95
Gambar 4.6 Grafik Hasil Belajar Siswa pada Aspek Psikomotorik Siklus I ... 97
Gambar 4.7 Diagram Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus II... 102
Gambar 4.8 Grafik Hasil Belajar Siswa pada Aspek Kognitif Siklus II... 103
Gambar 4.9 Grafik Hasil Belajar Siswa pada Aspek Afektif Siklus II... 105
Gambar 4.10 Grafik Hasil Belajar Siswa pada Aspek Psikomotorik Siklus II ... 107
Gambar 4.7 Diagram Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus IIII .... 111
Gambar 4.8 Grafik Hasil Belajar Siswa pada Aspek Kognitif Siklus III ... 112
Gambar 4.9 Grafik Hasil Belajar Siswa pada Aspek Afektif Siklus III ... 114
Gambar 4.10 Grafik Hasil Belajar Siswa pada Aspek Psikomotorik Siklus III.. 117
Gambar 4.11 Grafik Peningkatan Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Pra Siklus, Siklus I, Siklus II dan Siklus III... 120
Gambar 4.13 Grafik Klasifikasi Hasil Belajar Siswa pada Aspek Afektif Siklus I,
Siklus II dan Siklus III ... 124
Gambar 4.14 Grafik Klasifikasi Hasil Belajar Siswa pada Aspek Psikomotorik
DAFTAR LAMPIRAN
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 133
Lembar Evaluasi Siklus I ... 138
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 140
Lembar Evaluasi Siklus II ... 147
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III... 150
Lembar Penilaian Aspek Afektif ... 157
Lembar Penilaian Aspek Psikomotorik Siklus I... 158
Dokumentasi... 159
Daftar Satuan Kredit Kegiatan ... 161
Surat Pembimbing Skripsi... 165
Surat Izin Penelitian... 166
Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 167
Lembar Konsultasi Skripsi ... 168
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dalam
menunjang kemajuan bangsa di masa depan. Melalui pendidikan
manusia sebagai subjek pembangunan dapat dididik, dibina dan
dikembangkan potensi-potensinya. Tujuan ini agar menjadikan
mereka manusia yang berkualitas, sebagaimana yang tertera dalam
Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 tentang fungi pendidikan
nasional Bab II pasal 3 yang berbunyi:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Untuk mewujudkan fungsi pendidikan nasional tersebut setiap
peserta didik harus mempunyai beberapa keterampilan, diantaranya
adalah keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa
mempunyai empat komponen, yaitu keterampilan menyimak
(listening skills), keterampilan berbicara (speaking skills),
(writing skills). Keempat keterampilan tersebut pada dasarnya
merupakan satu kesatuan yang hanya dapat diperoleh dan dikuasai
dengan jalan praktik dan banyak pelatihan.
Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa
disamping keterampilan menyimak, berbicara, dan menulis.
Keterampilan membaca dapat dipelajari dengan berbagai cara.
Adapun cara yang akan ditempuh harus sesuai dengan tujuan yang
hendak dicapai dalam kegiatan membaca sesuai standar kompetensi
dan kompetensi dasar.
Membaca merupakan kemampuan yang kompleks. Membaca
bukanlah kegiatan memandangi lambang-lambang yang tertulis
semata. Bermacam-macam kemampuan dikerahkan oleh seorang
pembaca, agar dia mampu memahami materi yang dibacanya.
Pembaca berupaya agar lambang-lambang yang dilihatnya itu
menjadi lambang-lambang yang bermakna baginya.
Membaca permulaan merupakan tahapan proses belajar
membaca bagi siswa sekolah dasar kelas awal. Siswa belajar untuk
memperoleh kemampuan dan menguasai teknik-teknik membaca
dan menangkap isi bacaan dengan baik. Oleh karena itu, guru perlu
merancang pembelajaran membaca dengan baik sehingga mampu
menumbuhkan kebiasaan membaca sebagai suatu yang
menyenangkan. Suasana belajar harus dapat diciptakan melalui
sesuai dengan karakteristik anak yang masih senang bermain.
Permainan memiliki peran penting dalam perkembangan kognitif
dan sosial anak. Membaca merupakan salah satu keterampilan
berbahasa yang diajarkan dalam mata pelajaran bahasa Indnesia di
Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI).
Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan
kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi secara lisan dan
tulisan. Kemampuan berkomunikasi yang baik dan benar adalah
sesuai dengan konteks waktu, tujuan dan suasana saat komunikasi
dilangsungkan. Standar kompetensi bahasa Indonesia merupakan
kualifikasi kemampuan peserta didik yang menggambarkan
penguasaan, pengetahuan keterampilan berbahasa, dan sikap positif
terhadap bahasa Indonesia. Standar kompetensi yang dimaksud
yaitu, peserta didik dapat mengembangkan potensinya sesuai
dengan kemampuan, kebutuhan, dan minatnya serta dapat
menumbuhkan penghargaan terhadap hasil karya kesastraan.
Keterampilan membaca idealnya dimiliki oleh setiap orang,
terutama siswa SD/MI agar mampu berkomunikasi secara tertulis.
Oleh sebab itu, keterampilan membaca menjadi sangat penting.
Pembelajaran bahasa Indonesia di SD/MI yang bertumpu pada
kemampuan dasar membaca dan menulis perlu diarahkan pada
tercapainya keberhasilan penguasaan. Keterampilan membaca dan
oleh siswa di SD/MI karena keterampilan ini secara langsung
berkaitan dengan seluruh proses belajar siswa SD/MI. Keberhasilan
belajar siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar ditentukan
oleh penguasaan kemampuan membaca mereka.
Siswa yang belum mampu membaca dengan baik akan
mengalami kesulitan dalam mengikuti kegiatan belajar untuk semua
mata pelajaran. Siswa akan mengalami kesulitan dalam menangkap
dan memahami informasi yang disajikan dalam berbagai sumber
belajar. Akibatnya, kemajuan belajarnya juga lamban jika
dibandingkan dengan teman-temannya yang tidak mengalami
kesulitan dalam membaca. Membaca tidak diajarkan sebagai suatu
pokok bahasan yang berdiri sendiri, melainkan merupakan satu
kesatuan dalam pembelajaran bahasa bersama dengan keterampilan
berbahasa yang lain. Kenyataan tersebut dapat dilihat bahwa dalam
proses pembelajaran bahasa, keterampilan berbahasa tertentu dapat
dikaitkan dengan keterampilan berbahasa yang lain. Dalam hal ini
pengaitan antar keterampilan tersebut tidak selalu melibatkan
keempat keterampilan berbahasa sekaligus melainkan dapat
menyangkut dua keterampilan saja.
Pembelajaran bahasa Indonesia keterampilan membaca di
SD/MI dilaksanakan sesuai dengan perbedaan kelas awal dan kelas
tinggi. Pelajaran membaca di kelas awal disebut dengan pelajaran
pelajaran membaca lanjutan. Pelaksanaan membaca permulaan di
kelas awal dilakukan dalam dua tahap, yaitu membaca periode
tanpa buku dan membaca menggunakan buku. Pembelajaran
membaca tanpa buku dilakukan dengan cara mengajar dengan
menggunakan alat peraga atau media selain buku misalya kartu
bergambar, kartu huruf, kartu kata dan kalimat, sedangkan
membaca dengan menggunakan buku merupakan kegiatan
membaca dengan menggunakan buku sebagai media pembelajaran.
Tujuan membaca permulaan di kelas rendah adalah agar siswa
dapat membaca kata-kata dan kalimat sederhana dengan lancar dan
tepat. Kelancaran dan ketepatan anak dalam membaca pada tahap
belajar membaca permulaan dipengaruhi oleh keaktifan dan
kreativitas guru yang mengajar di kelas rendah. Dengan kata lain,
guru memegang peranan penting dalam meningkatkan keterampilan
membaca siswa. Peranan penting tersebut menyangkut peran guru
sebagai fasilitator, motivator, sumber belajar, dan organisator dalam
proses pembelajaran. Menurut Badudu, pelaksanaan pembelajaran
bahasa Indonesia di SD ialah guru terlalu banyak meyuapi, tetapi
kurang menyuruh siswa aktif membaca, menyimak, menulis dan
berbicara.
Kenyataan di lapangan, di MI Al-Ittihad Semowo, Kecamatan
Pabelan, Kabupaten Semarang yang memiliki 170 siswa masih
kelas II MI Al-Ittihad Semowo, Kecamatan Pabelan, Kabupaten
Semarang. Hal ini terbukti dari hasil belajar siswa dalam
kemampuan membaca hanya 46% atau sebanyak 15 siswa dari
keseluruhan siswa (33 siswa) yang memenuhi kriteria ketuntasan
minimum (KKM). Sedangkan KKM pelajaran bahasa Indonesia di
kelas II MI Al-Ittihad Semowo, Kecamatan Pabelan, Kabupaten
Semarang sebesar 70.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, diketahui bahwa
dalam kegiatan pembelajaran biasanya guru hanya meminta siswa
secara bergantian membaca bacaan dari buku paket. Salah satu
siswa membaca dan lainnya menyimak. Kegiatan belajar yang
kurang bervariasi seperti itu membuat siswa yang belum lancar
membaca menjadi jenuh dan kurang bersemangat alam kegiatan
membaca. Pembelajaran bahasa Indonesia kelas II interaksi
belajarnya masih kurang dan siswa yang belum lancar membaca
tidak mendapat tindak lanjut dari guru. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa keterlibatan siswa dalam pembelajaran masih
rendah. Suasana pembelajaran juga tidak mnyenangkan dan siswa
merasa jenuh.
Suasana yang tidak menyenangkan tersebut meenyebabkan
kemampuan membaca permulaan siswa rendah. Hal ini dapat
diketahui dari hasil obervasi siswa kelas II bahwa terdapat beberapa
membaca kata yang panjang, membaca masih terbata-bata, ketika
siswa diminta untuk membaca beberapa kalimat sederhana yang
disajikan oleh guru di depan kelas, siswa mmbutuhkan waktu
cukup lama untuk membaca dan kurang lancar. Diketahui juga
bahwa siswa yang sudah tidak mengeja huruf belum memahami
banyak kosa kata dan ada yang sudah cukup lancar membaca tetapi
dalam menjawab soal berdasarkan teks masih salah.
Pada dasarnya setiap anak memiliki karakteristik
sendiri-sendiri. Siswa satu akan berbeda dengan siswa lainnya dalam
kemampuan belajarnya. Dalam hal ini seorang guru perlu
memperhatikan perbedaan kemampuan dan daya tangkap siswa
dalam belajar. Guru yang mengetahui karakteristik siswanya akan
lebih mudah menciptakan suasana belajar yang menarik dan sesuai
sehingga pmbelajaran akan lebih efektif. Suasana belajar yang
menyenangkan akan lebih memotivasi siswa agar lebih intensif.
Suasana belajar yang menyenangkan untuk kelas rendah dapat
diciptakan melalui metode permainan
Alternatif metode dalam pembelajaran yang didasarkan pada
prinsip “bermain sambil belajar” yaitu metode scramble. Metode
scramble adalah salah satu permainan bahasa. Metode scramble
menurut Robert B. Taylor dalam Miftahul Huda (2013: 303)
merupakan salah satu metode pembelajaran yang dapat
scramble ini akan memungkinkan siswa untuk belajar sambil
bermain, mempelajari sesuatu secara santai dan tidak membuat
siswa tertekan dan bosan. Scramble ini sering dipakai untuk jenis
permainan anak-anak yang merupakan latihan pengembangan dan
peningkatan wawasan pemikiran kosa kata dan huruf yang tersedia.
Aris Shoimin (2014: 166) mengemukakan bahwa metode scramble
merupakan model pembelajaran yang megajak siswa untuk mencari
jawaban terhadap suatu pertanyaan secara kreatif dengan cara
menyuun huruf-huruf atau kata yang disusun secara acak sehingga
membentuk suatu jawaban konsep yang dimaksud.
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka peneliti
mengambil judul “Peningkatan Hasil Belajar Bahasa Indonesia
Materi Membaca Nyaring melalui MetodeScramblepada Siswa
Kelas II Semester II MI Al-Ittihad Semowo Kecamatan Pabelan
Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2017/2018” sebagai
judul dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah Apakah melalui
metode Scramble dapat meningkatkan hasil belajar bahasa
Indonesia materi membaca nyaring pada siswa kelas II semester II
MI Al-Ittihad Semowo, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar
bahasa Indonesia materi membaca nyaring pada siswa kelas II
semester II MI Al-Ittihad Semowo pada tahun pelajaran 2017/2018
melalui metodeScramble.
D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan
1. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah penerapan
metode Scramble dapat meningkatkan hasil belajar bahasa
Indonesia materi membaca nyaring pada siswa kelas II semester
II MI Al-Ittihad Semowo pada tahun pelajaran 2017/2018.
2. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan individu dalam penelitian ini
adalah jika proporsi jawaban benar siswa ≥ 65% danindikator
keberhasilan klasikal dalam penelitian ini adalah jika dalam
kelas tersebut terdapat≥ 85% siswa yang telah tuntas belajarnya
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian tindakan kelas ini di harapkan dapat
memberikan manfaat kepada semua pihak yang terkait, secara
1. Bagi Peneliti
a. Peneliti dapat mengembangkan ilmu yang dimiliki.
b. Menambah pengalaman tentang Penelitian Tindakan Kelas
(PTK).
2. Bagi Guru
a. Untuk meningkatkan kemampuan guru dalam melakukan
metodeScramble.
b. Meningkatkan wawasan, pengetahuan, keterampilan, dan
kepercayaan diri bagi seorang guru.
3. Bagi Siswa
a. Untuk meningkatkan kemampuan membaca siswa.
b. Untuk memotivasi belajar membaca siswa.
c. Metode Scramble dapat meningkatkan motivasi belajar
membaca siswa, mudah menyerap materi, meningkatkan
keaktifan siswa dan memberikan suasana belajar baru dalam
belajar membaca.
4. Bagi Sekolah
a. Memberikan sumbangan yang positif terhadap kemajuan
sekolah.
b. Dapat meningkatkan mutu pendidikan menjadi yang lebih
5. Bagi Pembaca
a. Mendapat wawasan baru mengenai pembeelajaran yang
aktif, kreatif, dan inovatif.
b. Dapat dijadikan kajian positif dan penelitian lebih lanjut.
F. Definisi Operasinal
Untuk memperjelas mengenai judul ini, penulis akan menegaskan
kembali dan memberi arahan tentang apa yang akan di teliti sebagai
berikut:
1. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku siswa baik
pada aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik yang
merupakan timbal balik dari proses belajar mengajar yang telah
dilakukan.(Sudjana, 1989:2).
2. Pembelajaran Bahasa Indonesia
Pembelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu materi
pelajaran yang sangat penting di sekolah. Tujuan pembelajaran
bahasa Indonesia adalah agar siswa memiliki kemampuan
berbahasa Indonesia yang baik dan benar serta dapat
menghayati bahasa dan sastra Indonesia sesuai dengan situasi
dan tujuan berbahasa serta tingkat pengalaman siswa sekolah
dasar.
Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia bagi siswa adalah
dengan kemampuan, kebutuhan, dan minatnya, sedangkan bagi
guru adalah untuk mengembangkan potensi bahasa Indonesia
siswa serta lebih mandiri dalam menentukan bahan ajar
kebahasaan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah dan
kemampuan siswa.
3. Membaca
Membaca menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu
melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis. Membaca
nyaring merupakan proses mengkomunikasikan isi bacaan
(dengan nyaring) kepada orang lain.
4. MetodeScramble
MetodeScramble menurut Robert B. Taylor dalam Miftahul
Huda (2013: 303) merupakan salah satu metode pembelajaran
yang dapat meningkatkan konsentrasi dan kecepatan berpikir
siswa. Scramble kalimat yakni sebuah permainan menyusun
kalimat dari kata-kata acak. (Aris Shoimin, 2014: 166)
Menurut peneliti, metode Scramble adalah metode
pembelajaran yang dapat melatih peserta didik untuk berfikir
secara kritis dan fokus karena dalam metode ini siswa dilatih
untuk jeli dan teliti.
Dari definisi operasional diatas dapat disimpulkan bahwa,
meningkatkan konsentrasi dan kecepatan berfikir siswa serta
melatih siswa untuk jeli, fokus dan teliti.
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Metode dalam penelitian ini menggunakan metode
Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yakni meningkatkan hasil
belajar bahasa Indonesia materi membaca nyaring pada siswa
kelas II semester II MI Al-Ittihad Semowo melalui metode
Scramble.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian yang
dilakukan oleh guru kelasnya sendiri melalui refleksi diri
dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sehingga hasil
belajar siswa meningkat.(Aqib, 2010: 3).
2. Lokasi dan Waktu Penelitian
a. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini berada di MI Al-Ittihad Semowo,
b. Waktu Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini menggunakan model
Refleksi Awal Saur Tampubolon. Adapun bagan PTK
model Refleksi Awal Saur Tampubolon bisa dilihat dalam
Bagan 1.1
Desain Siklus PTK Model Refleksi Awal Saur Tampubolon
(Saur, 2014: 28)
Refleksi Awal Perencanaan
Tindakan Observasi
Evaluasi/ Refleksi
Hasil Penelitian (Pencapaian Indikator Penelitian)
Atau Siklus Berikutnya Evaluasi/
Refleksi Observasi
Pelaksanaan Tindakan Perbaikan
Perencanaan Tindakan Perbaikan Rencana TindakanPerbaikan Siklus II
II
4. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini menggunkan teknik
pengumpulan data sebagai berikut:
a. Metode Observasi
Observasi adalah proses pengambilan data dalam
penelitian, dimana peneliti atau pengamat melihat situasi
penelitian. (Kusumah dan Dwitagama, 2010: 66).
Observasi dilaksanakan untuk memotret seberapa jauh
efek tindakan yang telah mencapai sasaran. Pada langkah
ini peneliti harus menguraikan jenis data yang
dikumpulkan, cara mengumpulkan data yang relefan.
(Suyadi, 2010:63).
Dalam metode ini yang diobservasi meliputi kegiatan
guru di dalam kelas (pengelolaan kelas), kegiatan siswa
dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik, dan
observasi yang berkaitan dengan proses belajar mengajar
yang berkaitan dengan Peningkatan Hasil Belajar Bahasa
Indonesia Materi Membaca Nyaring melalui Metode
Scramble pada Siswa Kelas II MI Al-Ittihad Semowo
Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran
2017/2018. Hal ini dilakukan untuk menarik kesimpulan
pada setiap siklus yang kemudian akan direfleksikan pada
b. Metode Tes
Tes adalah cara (yang dapat dipergunakan) atau
prosedur (yang perlu ditempuh) dalam rangka pengukuran
dan penilaian bidang pendidikan, yang berbentuk
pemberian tugas atau serangkaian tugas (baik berupa
pertanyaan-pertanyaan (yang harus dijawab), atau
perintah-perintah (yang harus dikerjakan) oleh testee,
sehingga (atas dasar data yang diperoleh dari hasil
pengukuran tersebut) dapat dihasilkan nilai yang
melambangkan tingkah laku atau prestasi testee; nilai
mana dapat dibandingkan dengan nilai-nilai yang dicapai
oleh testee lainnya, atau dibandingkan dengan nilai
standar tertentu. (Sudijono, 2011: 67)
Sebagai salah satu indikator penentuan keberhasilan
metode Scramble dalam penelitian tindakan kelas, jenis
tes yang digunakan adalah tes formatif, yang bertujuan
untuk mengukur sejauh mana peserta didik mencapai
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
c. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi digunakan peneliti untuk
memperoleh data tentang jumlah guru dan siswa, sarana
dan prasarana, alat atau media yang digunakan dan lain
5. Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) teknik melengkapi cerita adalah penelitian ini
menggunakan analisis deskriptif. Teknik deskriptif yang
diperlukan berupa perhitungan sebagai berikut:
a. Membandingkan Pencapaian Nilai dengan KKM
Peneliti membandingkan pencapaian nilai dengan KKM
pada setiap siklusnya dengan ketentuan jika nilai siswa ≥
dari batas KKM, yakni 70, maka siswa tersebut telah
mencapai KKM. Jika nilai siswa kurang dari 70 maka siswa
tersebut tidak mencapai KKM.
b. Pencapaian Kriteria Ketuntasan Klasikal
Menurut Depdikbud (dalam Trianto, 2009:241) setiap
siswa dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan individu) jika
proporsi jawaban benar siswa ≥ 65%, dan suatu kelas
dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan klasikal) jika dalam
kelas tersebut terdapat ≥ 85% siswa yang telah tuntas
belajarnya. Tetapi berdasarkan ketentuan KTSP penentuan
ketuntasan belajar ditentukan sendiri oleh masing-masing
sekolah yang dikenal dengan istilah kriteria ketuntasan
minimal, dengan berpedoman pada tiga pertimbangan,
P = × 100
fasilitas (sarana) setiap sekolah berbeda; dan daya dukung
setiap sekolah berbeda.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka keberhasilan
penelitian ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa, yaitu
apabila siswa telah mencapai kriteria ketuntasan klasikal
85% dari jumlah seluruh siswa dengan nilai KKM 70.
Ketuntasan belajar siswa dikatakan meningkat jika
prosentase ketuntasan belajar secara klasikal pada siklus II
lebih besar daripada prosentase ketuntasan belajar secara
klasikal pada siklus I. Prosentase kriteria ketuntasan
klasikal ini diperoleh dengan rumus sebagai berikut:
6. Sistematika Pembahasan
Laporan penelitian ini terdiri dari lima bab, yaitu:
Bab I, Pendahuluan. Pada Bab I terdiri dari latar belakang,
rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis tindakan dan
indikator keberhasilan, manfaat penelitian, definisi operasional,
metode penelitian dan sistematika pembahasan.
Bab II, Landasan Teori. Pada Bab II dibahas tentang hasil
belajar, metodeScramble, serta membaca.
Bab III, Pelakanaan Penelitian. Pada bab ini diuraikan
tentang hasil pengamatan saat penelitian. Bab ini terdiri atas
deskripsi pra siklus, deskripsi siklus I, dan deskripsi siklus II.
Bab IV, Hasil Penelitian dan Pembahasan. Pada bab ini
dianalisis hasil penelian yang telah dilakukan. Bab ini terdiri
atas analisis setiap siklus dan pembahasan hasil penelitian.
Bab V, Penutup. Pada bab ini terdiri atas kesimpulan dan
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Belajar dan mengajar sebagai suatu proses, mengandung tiga
unsur yang dapat mengajar, dan hasil belajar (Sudjana, 1989: 2).
Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku siswa baik dari
aspek kognitif, afektif maupun psikomtorik yang merupakan timbal
balik dari proses belajar mengajar yang telah dilakukan.
Menurut Mulyasa (2009: 212) Hasil belajar adalah prestasi
belajar peserta didik secara keseluruhan yang menjadi indikator
kompetensi dasar dan derajat perubahan perilaku yang
bersangkutan.
Menurut Sam’s (2010: 33) Hasil belajar adalah suatu
kemampuan yang berupa keterampilan dan perilaku baru sebagai
akibat dari latihan atau pengalaman yang diperoleh.
Dari definisi para ahli di atas, peneliti menarik kesimpulan
bahwa hasil belajar merupakan suatu proses latihan yang
mengakibatkan terjadinya perubahan tingkah laku baik pada aspek
b. Macam-Macam Hasil Belajar
Benyamin Bloom secara garis besar mengklasifikasikan
hasil belajar menjadi tiga bagian, yakni:
1) Ranah Kognitif
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual
yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan,
pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.
a) Tipe Pengetahuan
Tipe hasil belajar pengetahuan termasuk kognitif
tingkat rendah yang paling rendah. Namun tipe belajar ini
menjadi prasyarat bagi pemahaman yang berlaku untuk
semua bidang studi. (Sudjana, 1989: 23)
Description of knowledge level is remember (recall)
appropiate, previously learned facts and information.
(Thomas, 2004:6) Level pengetahuan ditandai dengan
kemampuan siswa untuk mengingat kembali fakta dan
informasi yang didapatkan pada pembelajaran yang telah
ditempuh.
b) Tipe Pemahaman
Tipe hasil belajar pemahaman merupakan tipe yang
setingkat lebih tinggi daripada tipe pengetahuan.
Comphrehension level is interpret information (understand
mampu menjelaskan suatu pengetahuan dengan susunan
kalimatnya sendiri. Nana Sudjana mengklasifikasikan tipe
hasil belajar ke dalam tiga tingkat, yakni:
(1) Tingkat Terendah: Pemahaman Terjemahan
Pemahaman tingkat terendah adalah pemahaman
terjemahan dalam arti sebenarnya, misalnya dari bahasa
Inggris ke bahasa Indonesia, mengartikan Bhineka
Tunggal Ika, mengartikan merah putih, dll.
(2) Tingkat Kedua: Pemahaman Penafsiran
Tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran, yakni
menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan yang
diketahui berikutnya, atau menghubungkan beberapa
bagian grafik dengan kejadian, membedakan yang
pokok dengan yang bukan pokok.
(3) Tingkat Ketiga: Pemahaman Ekstrapolasi
Pemahaman tertinggi adalah pemahaman
ekstrapolasi, yakni melihat dibalik yang tertulis, dapat
membuat ramalan tentang konsekuensi, dapat
memperluas presepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus
c) Tipe Aplikasi
Aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi
konkret atau situasi khusus. Abstraksi tersebut mungkin
berupa ide, teori, atau petunjuk teknis.
Application is apply information (use information to
solve problems or procedure)(Thomas, 2004: 6).
Kemampuan siswa pada tipe ini ditandai dengan
pencapaian siswa menggunakan informasi yang telah
didapat untuk memecahkan masalah yang dijumpai. Dalam
bahasa Indonesia, hal ini dapat ditandai dengan kemampuan
siswa dalam menggunakan berbagai macam metode atau
teknik dalam membaca.
d) Tipe Analisis
Analisis adalah usaha memilih suatu integritas
menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga jelas
hirarkinya atau susunannya. Analisis merupakan kecakapan
yang kompleks, yang memanfaatkan ketiga tipe
sebelumnya.
Analysis is break information down into parts.
(Thomas, 2004:6). Dalam tipe analisis, siswa diharapkan
mampu mengklasifikasikan informasi-informasi serta
e) Tipe Sintesis
Synthesis is creatively or divergently apply prior
knowledge and skills to produce a new or original whole.
(Thomas, 2004:6). Sintesis merupakan penyatuan unsur-unsur
atau bagian-bagian ke dalam bentuk menyeluruh. Berpikir
sintesis merupakan ranah berpokir divergen, dimana siswa
dapat menemukan hubungan kausal tertentu, atau menemukan
abstraksi atau operasionalnya.
f) Tipe Belajar Evaluasi
Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai
sesuatu yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara
kerja, pemecahan metode, materi, dll. (Sudjana,1989: 28).
Evaluation is make judgment against st criteria or
standards.(Thomas,2004: 7). Tipe belajar evaluasi
menargetkan siswa mampu menilai sebuah pernyataan atau
keadaan yang dijumpai.
1) Ranah Afektif
Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Dalam
ranah afektif, terdapat lima jnis kategori, yakni:
a) Reciving/Attending
Receiving is a willingness to receive information,
directly related to motivation. (Wirth, 2008: 7) Penerimaan
pembelajaran berlangsung. Siswa menyimak pelajaran
dengan baik.
b) Respondingatau Jawaban
Respon siswa ketika guru atau teman sebaya
mengajukan pertanyaan atau memerintahkan untuk
melakukan sesuatu merupakan indikator afektif tingkat
kedua, rsponding. Rsponding is showing some now
thingking or behavior as a result of an experience.(Wirth,
2008: 7)
c) Valuingatau Penilaian
Valuing is finding worth or value in a subject, activity,
assignment, etc.(Wirth, 2008: 7). Valuing ditandai dengan
kemampuan siswa untuk menerima sebuah nilai,
mempertimbangkan apakah nilai tersebut baik atau buruk.
d) Organisasi
Kemampuan siswa untuk memilah nilai-nilai yang
diterima, untuk kemudian mengorganisasikan sesuai
dengan kategorinya merupakan kemampuan afektif tingkat
ke empat. Organizing is integrating new information and
values into one’s set values. (wirth, 2008: 7)
e) Karakteristik
Characterizing is acting consistently with the new
tertinggi dalam aspek afektif adalah kemampuan siwa
dalam menginternalisasi nilai-nilai yang telah dipelajari
serta meengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari
secara konsisten.
1) Ranah Psikomotorik
Hasil belajar psikomotorik tampak dalam bentuk
ketrampilan dan kemampuan bertindak individu. Ada enam
tingkatan ketrampilan, yakni:
a) Observasi
Langkah pertama untuk membentuk seuah
ketrampilan adalah mengamati gerak-gerik orang lain.
Observation is watching the skill or activity being
performed.(Jones and Bartlett, 2008: 63)
b) Peniruan/Imitasi
Imitation is copying the skill or activity in step by
step manner. (Jones and Bartlett, 2008: 63). Pada langkah
kedua ini, siswa menirukan kegiatan atau keahlian dalam
langkah demi langkah.
c) Manipulasi
Setelah siswa mampu menirukan aktivitas atau keahlian
dalam langkah demi langkah, tahap selanjutnya adalah
Manipulation is performing the skill based on instruction.
(Jones and Bartlett, 2008: 63).
d) Presisi
Precision is performing the skill until it becomes habbit.
(Jones and Bartlett, 2008: 63). Latihan secara terus menerus
diperlukan agar keahlian atau aktivitas yan diharapkan
menjadi sebuah kebiasaan dalam keseharian siswa.
e) Artikulasi
Articulation is combining multiple skills together.
(Jones and Bartlett, 2008: 63). Siswa memerlukan latihan
lebih lanjut untuk menggabungkan keahlian yang telah
dipelajari dengan keahlian lain yang dikuasai, sehingga
memudahkan siswa untuk mengerjakan sebuah aktivitas.
f) Naturalisasi
Tujuan utama penddikan adalah pengaplikasian
ilmu yang dipelajari oleh siswa di sekolah dalam kehidupan
sehari-hari. Disinilah pentingnya naturalisasi kemampuan
psikomotorik siswa. Naturalization is performing multiple
skills correctly all the time.(Jones and Bartlett, 2008: 63)
2. MetodeScramble
a. Pengertian MetodeScramble
Metode scramble adalah salah satu metode permainan bahasa.
(2013: 303) merupakan salah satu metode pembelajaran yang dapat
meningkatkan konsentrasi dan kecepatan berpikir siswa. Metode
scramble ini akan memungkinkan siswa untuk belajar sambil
bermain, mempelajari sesuatu secara santai dan tidak membuat
siswa tertekan dan bosan.
Metode scramble sering digunakan oleh anak-anak sebagai
permainan yang pada dasarnya merupakan latihan pengembangan
dan peningkatan wawasan pemilikan kosakata dan huruf yang
tersedia. Komalasari (Raudhatul Jannah, 2013: 2) mengemukakan
bahwa scramble adalah metode pembelajaran yang mengajak
siswa mencari jawaban terhadap suatu pertanyaan secara kreatif
dengan cara menyusun huruf-huruf atau kata yang disusun secara
acak sehingga membentuk suatu jawaban konsep yang dimaksud.
Scramble atau acak kata merupakan permainan yang digemari
oleh semua siswa, tidak hanya anak-anak karena permainan ini
melibatkan kejelian pikiran dan pengetahuan untuk menyusun kata
ataufrase. (Hanafi, 2009: 207) Metode ini bisa mendorong peserta
didik untuk berfikir secara aktif dengan materi yang ada.
Permainan ini sangat baik untuk mengembangkan daya pikir tinggi
peserta didik.
Dari penjelasan diatas tentang metode scramble, penulis dapat
mengambil kesimpulan bahwa metode ini cocok untuk
awal, terutama dalam membedakan huruf “b”, “d”, “p”, dan “q”,
dan mengeja dalam membaca kata yang panjang.
b. Macam-Macam MetodeScramble
1) ScrambleKata
Scramble kata, yakni sebuah permainan menyusun
kata-kata dan huruf-huruf yang telah dikacaukan letaknya
sehingga membentuk suatu kata tertentu yang bermakna,
mialnya:
Nitape = petani
Bkerjae = bekerja
2) ScrambleKalimat
Scramble kalimat, yakni sebuah permainan menyusun
kalimat dari kata-kata acak. Bentuk kalimat hendaknya logis,
bermakna, tepat, dan benar.
Contohnya:
Pergi-aku-bus-naik-ke-Bandung
Jika disusun menjadi : aku pergi ke Bandung naik bus
3) ScrambleWacana
Scramble wacana, yakni sebuah permainan menyusun
wwacana logis berdasarkan kalimat-kalimat acak. Hasil
c. Langkah-Langkah MetodeScramble
1) Persiapan
a) Guru menyiapkan bahan ajar dan media yang akan
digunakan. Media yang digunakan berupa kartu soal dan
kartu jawaban, yang sebelumnya jaaban telah diacak
sedemikian rupa.
b) Guru menyiapkan kartu sebanyak kelompok yang dibagi.
c) Guru mengatur tempat duduk dan kesiapan belajar siswa.
2) Kegiatan Inti
a) Setiap kelompok melakukan diskusi untuk mengerjakan
soal dan mencari kartu soal untuk jawaban yang
benar/cocok.
b) Guru melakukan diskusi kelompok besar untuk
menganalisis dan mendengar pertanggung jawaban dari
setiap kelompok atas hasil kerjanya.
c) Guru membandingkan dan mengkaji jawaban yang tepaat
dan logis.
3) Tindak Lanjut
a) Guru memberikan tugas yang serupa dengan bahan yang
berbeda.
b) Guru meminta setiap kelompok untuk menyempurnakan
teks, jika terdapat susunan yang tidak logis.
d) Mencari kosakata baru di dalam bacaan dan
mengaplikasikannya (pemakaian dalam kalimat)
e) Membetulkan kesalahan-kesalahan tata bahasa yang
mungkin ditemukan dalam teks wacana latihan.
d. Kelebihan Dan Kekurangan MetodeScramble
1) Kelebihan MetodeScramble
a) Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas segala
sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya. Setiap
anggota kelompok harus mengetahui bahwa semua anggota
mempunyai tujuan yang sama. Mereka harus berbagi tugas
dan tanggung jawab, dikenai evaluasi, dan berbagai
kepemimpinan. Selain itu, setiap anggota kelompok
membutuhkan ketrampilan untuk belajar bersama dan
nantinya akan dimintai pertanggung jawaban secara
individual tentang materi yang ditangani dalam kelompok
kooperatif. Maka dari itu, dalam teknik ini setiap siswa
tidak ada yang diam karena setiap individu diberi tanggung
jawab akan keberhasilan kelompoknya.
b) Model pembelajaran ini memungkinkan siswa untuk saling
belajar sambil bermain. Mereka dapat berkreasi sekaligus
belajar dan berpikir, mempelajari sesuatu secara santai dan
c) Selain membangkitkan kegembiraan dan melatih
ketrampilan tertentu metode ini juga dapat memupu rasa
solidaritas dalam kelompok.
d) Materi yang diberikan melalui salah satu metode permainan
biasanya mengesankan dan sulit untuk dilupakan.
e) Sifat kompetitif dalam metode ini dapat mendorong siswa
berlomba-lomba untuk maju.
2) Kekurangan MetodeScramble
a) Pembelajaran ini terkadang sulit dalam merencanakannya
karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.
b) Terkadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan
waktu yang panjang sehingga guru sulit menyesuaikan
dengan waktu yang telah ditentukan.
c) Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh
kemampuan siswa menguasai materi pelajaran,
pembelajaran akan sulit diimplementasikan guru.
d) Metode permainan ini biasanya menimbulkan suara gaduh.
Hal tersebut jelas akan mengganggu kelas yang berdekatan.
3. Membaca
a. Pengertian Membaca
Membaca menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
yang dikutip oleh Ahmad Susanto(2012: 83) adalah melihat serta
hanya dalam hati). Membaca merupakan salah satu keterampilan
berbahasa disamping keterampilan menyimak, berbicara, dan
menulis. Keterampilan membaca dapat dipelajari dengan berbagai
cara. Adapun cara yang akan ditempuh harus sesuai dengan tujuan
yang hendak dicapai dalam kegiatan membaca sesuai standar
kompetensi dan kompetensi dasar. Membaca merupakan
kemampuan yang kompleks. Membaca bukanlah kegiatan
memandangi lambang-lambang yang tertulis semata.
Bermacam-macam kemampuan dikerahkan oleh seorang pembaca, agar dia
mampu memahami materi yang dibacanya. Pembaca berupaya agar
lambang-lambang yang dilihatnya itu menjadi lambang-lambang
yang bermakna baginya. Membaca adalah salah satu cara agar
melati peserta didik untuk menjadi individu yang lebih terampil.
Membaca juga merupakan aktifitas atau kegiatan yang kompleks
dan disengaja, dalam hal ini berupa proses berpikir dan berbagai
aksi pikiran yang bekerja secara terpadu mengarah pada satu tujuan
yaitu memahami makna paparan tertulis secara keseluruhan.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Soedarso (1999: 4),
bahwa membaca adalah “aktivitas yang kompleks dengan
mengarahkan sejumlah besar tindakan yang terpisah-pisah,
meliputi: orang harus menggunakan pengertian dan khayalan,
mengamati dan mengingat-ingat, kita tidak dapat membaca tanpa
halnya dengan Tarigan (1979: 8) yang mendefinisikan membaca
adalah suatu proses yang mendefinisikan membaca adalah suatu
proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk
memperoleh pesan, yang hendak disampaikan melalui media
kata-kata/bahasa tulis. Selain itu, tarigan menambahkan membaca dapat
pula dianggap sebagai suatu proses untuk memahami yang tersirat
dalam yang tersurat, melihat pikiran yang terkandung di dalam
kata-kata yang tertulis. Sedangkan menurut Crawley dan Mountai
dalam Farida Rahim (2007: 2) Membaca merupakan proses
menerjemahkan simbol tulis ke dalam kata-kata lisan yang
mencakup pengenalan kata, pemahaman literatur, interpretasi,
membaca kritis, dan pemahaman kreatif.
Membaca merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa
tulis yang bersifat reseptif (Damiyati Zuchdi dan Budiasih, 1997:
49). Disebut reseptif karena melalui membaca, seseorang akan
dapat memperoleh informasi, ilmu, dan pengalaman baru. Semua
yang diperoleh dari kegiatan membaca maka seseorang akan
mampu mempertinggi daya pikirnya, serta memperluas
wawasannya. Oleh karena itu kegiatan membaca sangatlah penting
bagi seseorang untuk lebih maju.
Pengertian tersebut sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh
Farida Rahim (2007: 3) bahwa membaca sebagai proses visual
sebagai proses linguistik berarti membaca untuk membangun
makna, sedangkan fonologis, semantik, dan fitur sintaksis
mmbantunya mengkomunikasikan dan menginterpretasikan
pesan-pesan. Proses metakognitif melibatkan perencanaan, pembetulan
suatu strategi, pemonitoran, dan pengevaluasian. Pembaca pada
tahap ini mengidentifikasi tugas membaca untuk membentuk
strategi membaca yang sesuai, memonitor pemahamannya, dan
menilai hasilnya.
Pendapat lain dikemukakanoleh Syafi’ie melalui Farida Rahim
(2007: 2) ada tiga istilah yang sering digunkan untuk memberikan
komponen dasar dari proses membaca, yaitu recording, decoding,
dan meaning. Recording yaitu membaca merujuk pada kata-kata
alam kalimat, kemudian mengasosiasikan dengan bunyi-bunyian
sesuai dengan sistem tulisan yang digunakan. Proses decoding
(penyandian) merujuk pada proses penerjemahan rangkaian grafis
ke dalam kata-kata. Proses recording dan decoding biasanya
berlangsung pada kelas-kelas awal yaitu SD/MI kelas I, II, dan III
yang dikenal dengan istilah membaca permulaan. Sementara tu
proes memahami makna meaning lebih ditekankan di kelas-kelas
tinggi SD/MI (kelas IV, V, dan VI).
Pengertian senada juga disampaikan oleh Klein, dkk melalui
Farida Rahim (2007: 3) bahwa definisi membaca mencakup (1)
dan (3) membaca merupakan interaktif. Membaca merupakan
strategis yaitu membaca menggunakan berbagai strategi membaca
yang sesuai bacaan. Membaca adalah interaktif yaitu keterlibatan
pembaca dengan teks, memenuhi tujuan yang ingin dicapainya
dengan berinteraksi antara pembaca dengan teks bacaan.
Berdasarkan pengertian membaca menurut para ahli diatas,
dapat disimpulkan bahwa membaca merupakan proses interaksi
pembaca dengan teks bacaan untuk memenuhi tujuan yang ingin
dicapainya.
b. Keterampilan Membaca Permulaan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Alwi Hasan, 2007:
1043), keterampilan diartikan sebagai kecakapan dalam
melaksanakan tugas. Sedangkan menurut Soemardji, dkk (1991: 2),
kata keterampilan sama artinya dengan kecekatan. Terampil atau
cekatan adalah kepandaian melakukan sesuatu dengan cepat dan
benar. Seseorang dapat melakukan sesuatu dengan cepat tetapi
salah tidak dapat dikatakan terampil. Demikian juga apabila
seseorang dapat melakukan sesuatu dengan benar tetapi lambat,
hal tersebut tidak dapat dikatakan terampil. Dari pendapat tersebut
keterampilan dapat diartikan sebagai kecakapan dalam
melaksanakan tugas dalam hubungannya dengan objek atau situasi
yang meliputi rangkaian keseluruhan sensori, mekanisme gerak
Menurut Tarigan (1986: 10) keterampilan membaca adalah
suatu keterampilan yang kompleks, yang rumit, yang melibatkan
serangkaian keterampilan-keterampilan yang lebih kecil.
Keterampilan membaca mencakp tiga komponen yakni (1)
pengenalan terhadap aksara serta tanda-tanda baca, (2) korelasi
aksara beserta tanda-tanda baca dengan unsur linguistik yang
formal, dan (3) hubungan lebih lanjut dari A dan B dengan makna.
Keterampilan membaca di SD/MI dilaksanakan sesuai dengan
perbedaan kelas awal dan kelas tinggi. Pada kelas awal kegiatan
membaca ini disebut dengan kegiatan membaca permulaan.
Kegiatan membaca permulaan ditekankan pada pengenalan dan
pengucapan lambang-lambang bunyi yang berupa huruf, kata, dan
kalimat dalam bentuk sederhana. Pengucapan tersebut akan lebih
bermakna jika dapat membangkitkan makna seperti dalam
pembicaraan lisan. Laar belakang siswa juga berpengaruh dalam
pengembangan kosa kata dan konsep dalam membaca permulaan.
Menurut Broghton melalui Tarigan (1986: 11) secara garis
besar terdapat dua aspek penting dalm membaca, yaitu:
1) Keterampilan yang bersifat mekanis (mechanical skills) yang
dianggap berada pada urutan yang paling rendah. Aspek ini
mencakup (1) pengenalan bentuk huruf, (2) pengenalan
unsur-unsur linguistik (fonem/grafem, kata, frasa, pola klause,
pola ejaan dan bunyi (kemampuan menyuarakan bahan
tertulis), dan (4) kecepatan membaca bertaraf lambat.
2) Keterampilan yang bersifat pemahaman yang dianggap berada
pada urutan yang lebih tinggi, aspek ini mencakup (1)
memahami pengertian sederhana (leksikal, gramatial,
retorikal), (2) memahami signifikasi atau makna, (3) evaluasi
atau penilaian, dan (4) kecepatn membaca yang fleksibel, yang
mudah disesuaikan dengan keadaan.
Menurut pendapat diatas keterampilan membaca permulaan
berada pada tahap yang pertama yaitu tahap keterampilan yang
bersifat mekanis (mechanical skills) yang dianggap berada pada
urutan yang paling rendah. Pada tahap ini keterampilan membaca
tingkat dasar yang menunjuk pada pengenalan dan penguasaan
lambang-lambang fonem yang sudah dikenal dan kemampuan
menyuarakan bahan tertulis.
Keterampilan membaca permulaan lebih diorientasikan pada
kemampuan membaca tingkat dasar, yakni kemampuan melek
huruf. Maksudnya, anak-anak dapat mengubah dan melafalkan
lambang-lambang tertulis menjadi bunyi-bunyi bermakna. Pada
tahap ini sangat dimungkinkan anak-anak dapat melafalkan
lambang-lambang huruf yang dibacanya tanpa diikuti oleh
pemahaman terhadap lambang bunyi-bunyi tersebut.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa keterampilan
membaca permulaan merupakan suatu proses keterampilan
membaca tingkat dasar yang menunjuk pada pengenalan dan
penguasaan lambang-lambang fonem yang sudah dikenal dan
kemampuan menyuarakan lambang-lambang tertulis menjadi
bunyi-bunyi bermakna.
c. Tujuan Membaca
Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta
memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan.
Makna, arti (meaning) erat sekali berhubungan dengan maksud
tujuan, atau intensif kita dalam membaca. (Tarigan, 1979: 9)
Selain itu, menurut Tarigan (1979: 13) tujuan membaca
mencakup beberapa hal, antara lain:
1) Kesenangan
2) Menyempurnakan membaca nyaring
3) Menggunakan strategi tertentu
4) Memperbaharui pengetahuannya dengan suatu topik
5) Mengaitkan informasi baru dengan informasi yang baru
diketahuinya
6) Memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis
8) Menampilkan suatu ekperimen atau mengaplikasikan informasi
hubungan bunyi dan huruf
Keterampilan Pemahaman (urutan lebih tinggi) Keterampilan Mekanis
e. Jenis-jenis Membaca
Dalam penelitian ini, tidak semua jenis membaca dikaji, akan
tetapi hanya terbatas pada jenis membaca nyaring yang
dilaksanakan di kelas II SD/MI (pada kelas rendah membaca
nyaring disebut juga membaca permulaan) yaitu dengan Bagan 2.2 Jenis-jenis Membaca
MEMBACA
Membaca dalam Hati Membaca Nyaring
Membaca Intensif Membaca
Ekstensif
• Membaca Survei • Membaca Sekilas • Membaca Dangkal
Membaca Telaah Bahasa Membaca
Telaah Isi
• Membaca Bahasa • Membaca Sastra • Membaca Teliti
memfokuskan pembelajaran dalam membedakan huruf “b”, “d”,
“p”, dan “q”, mengeja dalam membaca kata yang panjang, dan
kelancaran membaca siswa.
Membaca nyaring adalah kegiatan membaca dengan
menyuarakan tulisan yang dibacanya dengan ucapan dan intonasi
yang tepat agar pendengar dan pembaca dapat menangkap
informasi yang disampaikan oleh penulis, baik yang berupa
pikiran, perasaan, sikap ataupun pengalaman penulis.
Keterampilan yang dituntut dalam membaca nyaring adalah
sebagai berikut:
1) Menggunakan ucapan yang tepat.
2) Menggunakan frase yang tepat.
3) Menggunakan intonasi suara yang wajar dalam posisi sikap
yang baik.
4) Menguasai tanda-tanda baca.
5) Membaca dengan terang dan jelas.
6) Membaca dengan penuh perasaan (ekspresif).
7) Membaca dengan tidak terbata-bata (membaca dengan lancar).
8) Mengerti serta memhami bahan bacaan yang dibacanya.
9) Membaca dengan penuh percaya diri.
10) Pembelajaran Membaca Permulaan
Pembelajaran membaca di sekolah memiliki peranan yang
(1992: 29) pembelajaran membaca memiliki peranan penting,
sebab melalui pembelajaran membaca guru dapat memilih
wacana-wacana yang memudahkan penanaman nilai-nilai keindonesiaan
pada peserta didik misalnya wacana yang berkaitan dengan tokoh
nasional, kepahlawanan, kenusantaraan, dan kepariwisataan. Selain
itu, melalui pembelajaran membaca, guru dapat mengembangkan
nilai-nilai moral, kemamun bernalar dan kreativitas anak didik.
Pendapat di atas sejalan dengan yang dikemukakan oleh
Depdikbud (1996: 6) bahwa pembelajaran membaca permulaan
diberikan di kelas I dan II SD/MI. Tujuannya supaya siswa
terampil membaca dan sebagai bekal pengetahuan dan
keterampilan yang diperlukan untuk menghadapi pelajaran bahasa
Indonesia dan juga pelajaran di kelas berikutnya yaitu I, II, dan III.
Berikut ini pembelajaran membaca yang dilaksanakan di
SD/MI menurut Herusantosa (melalui Abbas, 2006: 103), yakni:
1) Pembinaan dasar mekanisme membaca.
2) Mampu memahami dan menyuarakan kalimat sederhana yang
ditulis dengan intonasi yang wajar.
3) Siswa dapat membaca kata-kata dan kalimat sederhana dengan
lancar dan tepat dalam waktu yang relatif singkat. Diperoleh
dari pemercepatan waktu fiksasi dan jarak fiksasi inilah yang
Menurut Damyati Zuchdi dan Budiasih (1997: 51) materi yang
diajarkan dalam membaca permulaan adalah sebagai berikut:
1) Lafal, intonasi dan kalimat sederhana.
2) Huruf-huruf yang sering digunakan dalam kata atau kalimat
sederhana yang dikenal oleh siswa (huruf yang diperkenalkan
secara bertahap sampai dengan 14 huruf). Contohnya: (1) a, i,
m, n. Contoh: ini, mama., (2) u, l, b. Contoh: ibu, lala., (3) e, t,
p. Contoh: ema, topi., (4) o, d. Contoh: bola, didi., (5) k, s.
Contoh: kuda, satu.
3) Kata-kata baru yang menggunakan huruf-huruf yang sudah
dikenal. Contoh: toko, boneka, mata.
4) Lafal dan intonasi kata yang sudah dikenal (huruf yang
diperkenalkan 10 sampai 20 huruf).
5) Puisi yang sesuai dengan umur dan tingkat kemampuan siswa.
6) Bacaan lebih kurang 10 kalimat (lafal dan intonasi wajar).
Pendapat diatas akan dijadikan sebagai pedoman untuk
membuat instrumen penelitian.
Pembelajaran membaca di kelas I dan kelas II merupakan tahap
awal seorang anak belajar membaca. Kemampuan membaca siswa
yang diperoleh pada kelas I dan kelas II menjadi dasar
pembelajaran membaca di kelas berikutnya. Oleh karena itu, sangat
penting untuk dilakukan upaya peningkatan keterampilan membaca
dan Budiasih (1997: 49) yang mengatakan bahwa guru kelas I dan
II haruslah berusaha secara sungguh-sungguh agar dapat
memberikan dasar kemampuan membaca yang memadai kepada
siswa. Untuk dapat melaksanakan pembelajaran secara baik, perlu
ada perencanaan, baik materi, metode, maupun pengembangannya.
Untuk mendukung hal tersebut guru harus mengetahui proses dasar
dalam membaca permulaan seperti yang dikemukakan oleh Abbas
(2006: 103-104) sebagai berikut:
1) Dimulai dari penamaan kesanggupan mengidentifikasi huruf
(lambang bunyi dengan bunyinya), menuju kepenanaman
kesanggupan mengidentifikasi struktur kata dengan struktur
bunyinya. Ini dilakukan dalam proses membaca.
2) Dimulai dari penamaan kesanggupan mengidentifikasi bunyi
dengan huruf (lambang bunyi) menuju kepenanaman
kesanggupan mengidentifikasi struktur bunyi dengan struktur
katanya. Ini dilakukan dalam proses menulis.
Dalam meningkatkan kualitas membaca diperlukan banyak
ulangan (khususnya mengulang kata-kata yang baru diajarkan).
Menurut Abbas (2006: 104) dengan memperbanyak pengulangan
maka akan dicapai hal-hal sebagai berikut:
1) Pemercepatan waktu fiksasi (fixation time) pemahaman kata,
pandangan mata dari kata atau kelompok kata yang satu ke
yang lain makin cepat.
2) Pemerluasan jarak fiksasi (fixation span) pemahaman kata atau
kelompok kata/kalimat. Anak akan dilatih untuk memahami
makna kata/kelompok kata yang satu ke yang lainnya sehingga
pengertian yang dipahami semakin luas.
Dalam Depdikbud (1995: 9-14) pembelajaran membaca
permulaan perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Tingkat perkembangan anak, perkembangan siswa yang satu
dengan yang lainnya berbeda-beda baik fisik maupun mental.
Oleh karena itu guru hendaknya membimbing siswa sesuai
dengan tingkat perkembangannya.
2) Tingkat kesiapan anak, tingkat kesiapan siswa dalam menerima
pelajaran berbeda-beda. Untuk itu guru hendaknya memberikan
perhatian khusus kepada anak yang belum siap agar
menyesuaikan diri dengan baik.
3) RPP mata pelajaran bahasa Indonesia, guru dalam mengajar
hendaknya berpedoman pada garis-garis besar program
pengajaran agar dapat mencapai tujuan yang diinginkan.
4) Tujuan pembelajaran, guru dalam pembelajaran hendaknya
berorientasi pada tujuan yang dibuat oleh guru dengan
5) Sumber bahan pengajaran, bahan ajar yang digunakan guru
dapat diambil dari sumber-sumber yang terpercaya seperti dari
Depdikbud maupun swasta yang telah disahkan.
6) Peralatan dan perlengkapan, guru hendaknya menyiapkan alat
dan prasaan yang menunjang pembelajaran. Alat dan
perlengkapan harus sesuai dengan materi yang diajarkan.
7) Keaktifan anak, guru hendaknya lebih memperhatikan aktivitas
siswa. Guru dapat menciptakan pembelajaran yang aktif,
inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAIKEM) dengan
multimetode.
8) Sikap membaca dan menulis yang benar, sikap yang perlu
diperhatikan dalam membaca diantaranya sikap duduk,
penerangan, dan letak buku.
9) Metode, ada beberapa metode dalam membaca permulaan
antara lain adalah metode abjad, metode bunyi, metode suku
kata, metode kata lembaga, metode global, metode SAS, dll.
Berdasarkan uraian di atas, membaca permulaan dimulai dari
belajar mengidentifikasi huruf, mengidentifikasi struktur kata dan
bunyinya, pengenalan huruf yang lebih menitikberatkan pada lafal
dan intonasi kata, pengenalan huruf-huruf yang sering digunakan
dalam kata atau kalimat sederhana, pengenalan kata-kata baru.
Pembelajaran membaca juga harus memperhatikan beberapa hal