• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

3. Belajar

a. Pengertian Belajar

Pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Maka belajar dapat diartikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang barusecara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri

dalam interaksi dengan lingkungannya.16

Dalam kehidupan sehari-hari belajar diartikan orang secara sempit atau terbatas dengan mengahafal atau memperoleh pengetahuan. Dalam kaitannya dengan perkembangan manusia, belajar adalah merupakan faktor penentu proses perkembanganmanusia memperoleh hasil perkembangan berupa pengetahuan, sikap, keterampilan, nilai, reaksi keyakinan dan lain-lain tingkah laku yang dimiliki manusia adalah diperoleh melalui belajar. Berikut pengertian belajar menurut para ahli :

15

Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar,(Jakarta: Rajawali Pers, 2014), h.90-91

16

Drs. Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Memperngaruhi, (Jakarta: PT Rineka Cipta,2013), h.2

1) Belajar adalah usaha untuk membentuk hubungan antara perangsang dan reaksi. Pandangan ini dikemukakan oleh aliran psikologi yang dipelopori oleh Thomdike aliran Koneksinonisme. Menurut ajaran koneksinonisme orang belajar karena menghadapi masalah yang harus dipecahkan. Masalah itu merupakan perangsang atau stimulus terhadap individu. Kemudian individu itu mengadakan reaksi terhadap rangsang, dan bila reaksi itu berhasil, maka terjadilah hubungan perangsang dan reaksi dan terjadi pula peristiwa belajar.

2) Belajar adalah usaha untuk menyesuaikan diri terhadap kondisi-kondisi atau

situasi-situasi disekitar kita. Dalam menyesuaikaan diri itu termasuk mendapatkan kecekatan-kecekatan pengertian-pengertian yang baru, dan sikap-sikap yang baru. Pandangan ini pada umumya dikemukakan oleh para pengikut aliran Behaviourisme.

3) Bagi aliran Psycho refleksiologi, belajar dipandanganya sebagai usaha untuk

membentuk reflek-reflek baru. Bagi aliran ini belajar adalah perbuatan yang berwujud rentan dengan gerak reflek itu dapat menimbulkan reflek-reflek buatan.

4) Belajar adalah usaha untuk membentuk tanggapan-tanggapan baru. Pendapat

inidikemukakan oleh para ahli psikologi assosiasi. Peristiwa belajar dipandangnya sebagai peristwa untuk menghadapi masalah-masalah berdasarkan tanggapan-tanggapan yang telah ada. Orang mendapatkan hubungan antara tanggapan itu dan hubungan antara

tanggapan-tangapan dengan obyek-obyek yang dipecahkan.17

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa belajar bukan menghafal dan bukan pula mengingat. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat

ditunjukan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya,

pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilannya, kecakapan dan

17

kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya dan lain-lain aspek yang

ada pada individu.18

Oleh sebab itu belajar adalah proses yang aktif, belajar adalah proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada disekitar individu. Belajar adalah proses yang diarahkan kepada tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar adalah proses melihat, mengamati, memahami sesuatu. Apabila kita berbicara tentang belajar maka kita berbicara bagaimana mengubah tingkah laku seseorang.

b. Ciri dan Kriteria Kegiatan Belajar

Untuk mengenal lebih jelas tentang kegiatan apa yang disebut belajar, maka perlu diketahui mengenai ciri-ciri kegiatan belajar dan kriteria persyaratan yang merupakan kondisi yang fundamental dalam kegiatan belajar itu.

Berdasarkan pengertian atau definisi-definisi belajar yang telah diuraikan di atas, maka belajar sebagai suatu kegiatan dapat diidentifikasi ciri-ciri kegiatannya sebagai berikut :

1) Belajar adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu yang

belajar (dalam arti perubahan tingkah laku) baik aktual maupun potensial

2) Perubahan itu pada dasarnya adalah didapatkannya kemampuan baru yang

berlaku dalam waktu yang relatif lama.

3) Perubahan itu terjadi karena adannya usaha (dengan sengaja).19

c. Tujuan Belajar

Belajar adalah suatu aktivitas yang bertujuan. Tujuan belajar ini ada yang benar-benar disadari dan ada pula yang kurang begitu disadari oleh orang yang belajar. Tujuan belajar tersebut erat kaitannya dengan perubahan/pembentukan tingkah laku tertentu. Dan tujuan belajar yang positif serta dapat dicapai secara efektif hanyalah mungkin terjadi dalam proses belajar mengajar disekolah.

Menurut Winarmo Surachmad, tujuan belajar disekolah itu ditujukan untuk mencapai :

18

Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (2010, Sinar Baru Algesindo, Bandung)h. 28

19

1) Pengumpulan pengetahuan

2) Penanaman konsep dan kecekatan/keterampilan

3) Pembentukan sikap dan perbuatan

Tujuan belajar tersebut dalam dunia pendidikan kita sekarang lebih dikenal dengan tujuan pendidikan menurut Taksonomi Bloom yaitu tujuan belajar siswa diarahkan untuk mencapai ketiga ranah : kognitif, afektif dan psikomotorik. Tujuan belajar kognitif untuk memperoleh pengetahuan fakta /ingatan, pemahaman, aplikasi, dan kemampuan berfikir analisis, sintesis, dan evaluasi. Tujuan belajar afektif untuk memperoleh sikap, apresiasi, karakterisasi dan tujuan psikomotorik untuk memperoleh keterampilan fisik yang berkaitandengan

keterampilan gerakmaupun keterampilan ekspresi vebal dan nonverbal.20

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

Belajar sebagai proses aktivitas disyaratkan oleh banyak sekali hal-hal atau faktor-faktor. Adapun faktor-faktor tersebut terbagi atas dua hal yaitu :

1) Faktor ekstrinsik/faktor yang berasal dari luar diri pelajar, terbagi atas dua

macam yakni :

a) Faktor Nonsosial

Faktor-faktor ini boleh dikatakan juga tak terbilang jumlahnya, seperti misalnya : keadaan udara, suhu udara, cuaca, waktu, tempat (letak, pergedungannya), alat-alat belajar. Semua faktor-faktor yang telah disebutkan, dan juga faktor-faktor lain yang belum disebutkan harus diatur sedemikian rupa, sehingga dapat membantu (menguntungkan) proses/perbuatan belajar secara maksimal. Letak sekolah atau tempat belajar misalnya harus memenuhi syarat-syarat seperti ditempat yang tidak terlalu dekat dengan kebisingan atau jalan ramai.

b) Faktor-faktor sosial

Yang dimaskud dengan faktor-faktor sosial di sini adalah faktor manusia (sesama manusia), baik manusia itu ada (hadir) maupun kehadirannya itu dapat disimpulkan,jadi tidak langsung hadir. Kehadiran

20

orang atau orang-orang lain pada waktu seseorang sedang belajar, banyak sekali mengganggu belajar itu, misalnya seandainya satu kelas murid sedang mengerjakan ujian, lalu terdengar banyak anak-anak lain becakap-cakap di samping kelas. Kecuali kehadiran yang langsung seperti yang telah dikemukakan, mungkin juga oranglain itu hadir tidak langsung atau dapat disimpulkan kehadirannya, misalnya sajapotret dapat merupakan representasi dari seseorang, suara nyanyian yang sedang didengar melalui radio atau tape recorder juga dapat merupakan representasi bagi kehadiran seseorang.

Faktor-faktor sosial seperti yang telah dikemukakan pada umumnya bersifat mengganggu proses belajar dan prestasi belajar. Biasanya faktor-faktor tersebut mengganggu konsentrasi, sehingga perhatian tidak dapat ditujukan kepada hal yang dipelajari atau akitivitas belajar itu semata-mata. Dengan berbagai cara faktor-faktor tersebut harus diatur, supaya belajar dapat berlangsung dengan baik.

2) Faktor Instrinsik/faktor yang berasal dari dalam diri pelajar terbagi atas dua

macam yakni :

a) Faktor Fisiologis terbagi atas dua macam, adalah :

1) Keadaan tonus Jasmani pada umumnya ini dapat dikatakan

melatarbelakangi aktivitas belajar, keadaan jasmani yang segar akan lain pengaruhnya dengan keadaan jasmani yang kurang segar, keadaan jasmani yang lelah lain pengaruhnya daripada yang tidak lelah. Dalam hubungan dengan hal ini ada dua hal yang perlu dikemukakan, yaitu :

(i) Nutrisi harus cukup karena kekurangan kadar makanan ini akan

mengakibatkan kurangnya tonus jasmani, yang pengaruhnya dapat berupa kelesuan, lekas mengantuk, lekas lelah, dan sebagainya.

(ii) Beberapa penyakit yang kronis sangat mengganggu belajar itu.

Penyakit-penyakit seperti pileks, influensa, sakit gigi, batuk dan yang sejenis dengan itu biasa diabaikan karena dipandang tidak

cukup serius untuk mendapatkan perhatian dan pengobatan, akan tetapi dalam kenyataannya penyakit-penyakit semacam ini sangat mengganggu aktivitas belajar.

2) Keadaan fungsi-fungsi jasmani terutama fungsi-fungsi panca indera.

Dalam sistem persekolahan dewasa ini diantara panca indera yang paling berperan dalam belajar adalah mata dan telinga. Karena itu adalah menjadi kewajiban bagi setiap pendidik untuk menjaga, agar panca indera anak didiknya dapat berfungsi dengan baik.

b) Faktor-faktor Psikologi Dalam Belajar

Arden N Frandsen mengatakan bahwa hal yang mendorong seseorang untuk belajar itu adalah :

(i) Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih

luas.

(ii) Adanya sifat kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk

selalu maju

(iii) Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orangtua,

guru, dan teman-teman

(iv) Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalaan yang lalu

dengan usaha yang baru, baik dengan koperasi maupun dengan kompetisi

(v) Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai

pelajaran

(vi) Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir daripada belajar.

Selain itu, Maslow menambahkan motif-motif dalam belajar itu antara lain adalah :

(i) Adanya kebutuhan fisik

(ii) Adanya kebutuhan akan rasa aman, bebas dari kekhawatiran.

(iii) Adannya kebutuhan akan kecintaan dan penerimaan dalam

hubungan dengan orang lain.

(iv) Adanya kebutuhan untuk mendapatkan kehormatan dari

(v) Sesuai dengan sifat untuk mengemukakan atau megetengahkan diri.21

21

Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2013) h. 235-237

Dokumen terkait