• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN

C. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Interprestasi dan Pemaknaan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka penulis memberikan

interpretasi terhadap angka indeks korelasi r product moment melalui dau cara

yaitu :

a. Interpretasi secara sederhana atau kasar

Interpretasi terhadap rxydan perhitungan di atas ternyata angka korelasi antara variabel X dan Variabel Y bertanda negative, berarti diantara kedua variabel tersebut tidak terdapat korelasi. Dengan memperhatikan besarnya

rxy(yaitu 0, 164), berarti antara variabel X dan Y memang tidak terdapat

korelasi yang signifikan. Hal ini mengacu pada Angka Indeks Korelasi “r” Product Moment yaitu :

Tabel 25

Indeks Korelasi Product Moment Besarnya "r"

Product Moment (rxy) Interpretasi

0,00-0,20

Antara variable X dengan variable Y memang terdapat korelasi, akan tetapi korelasi itu sangat lemah atau sangat rendah sehingga korelasi itu diabaikan ( di anggap tidak ada korelasi antara variable X dengan variable Y )

0,20 -0,40 Antara variable X dengan variable Y terdapat korelasi

yang lemah atau sangant rendah

0,40 -0,70 Antara variable X dengan variable Y terdapat korelasi

yang sedang atau cukup

0,70 -0,90 Antara variable X dengan variable Y terdapat korelasi

yang kuat atau tinggi

0,90 -1,00 Antara variable X dengan variable Y terdapat korelasi

yang sangat tinggi

b. Interpretasi dengan menggunakan tabel nilai “r” product moment

Rumusan Hipotesa Alternatif (Ha) dan Hipotesa Nihil (Ho), yang penulis ajukan adalah :

1) Hipotesis alternative (Ha), yaitu adanya pengaruh yang signifikan antara

Hubungan Merokok dengan Motivasi Belajar Mahasiswa PAI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2) Hipotesis Nol (Ho), yaitu tidak ada pengaruh yang signifikan antara

Hubungan Merokok dengan Motivasi Belajar Mahasiswa PAI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Adapun kriteria pengajuannya adalah : jika r hitung> r tabel maka Ha diterima dan Ho ditolak. Sebaliknya jika r hitung< r tabelmaka Ha ditolak dan Ho diterima. Kemudian penulis mencari derajat bebasnya (df atau db) dengan rumusnya adalah: Df = N – nr

= 28 – 2 = 26

Dengan memeriksa tabel “r” roduct moment ternyata df sebesar 26 sehingga diperoleh rtabel pada taraf signifikasi 5% adalah 0, 388 dan pada taraf signifikasi 1% adalah 0, 496. Dengan demikian hasil yang diperoleh adalah r hitung< r tabel(r hitung 0, 164 <r tabel 5% = 0, 388 / r hitung 0, 164 <r tabel1% = 0, 496) yang artinya r hitunglebih kecil (0, 164) dari r tabel5% (0, 388) dan r tabel1% (0, 496). Maka hasil akhir yang diperoleh adalah bahwa hubungan antara merokok dengan motivasi belajar mahasiswa PAI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tidak terdapat korelasi yang positif yakni tidak terdapat hubungan yang signifikan.

2. Keterkaitan Hubungan Rokok dengan Motivasi Belajar Mahasiswa

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan, bahwa merokok di kalangan mahasiwa PAI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap motivasi belajar mahasiswa di kampus. Hal ini menggambarkan bahwa pada realitanya rokok merupakan solusi dalam setiap permasalahan yang di alami setiap manusia khususnya para mahasiswa PAI yang selalu merokok demi mendapatkan rasa nyaman dan rasa percaya diri dalam menjalani proses belajar mengajar di kampus.

Kepercayaan yang diyakini oleh sebagian mahasiswa yang merokok ketika ingin melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kampus demi mendapatkan kenyamanan ketika belajar hanyalah mitos belaka. Karena tidak ada bukti yang real untuk membenarkan alasan tersebut. Justru sebaliknya merokok dapat menyebabkan kerusakan anggota tubuh terutama bagian dalam. Ketika manusia sudah ketagihan dan bergantung terhadap rokok maka sudah dapat dipastikan beragam penyakit akan segera dideritanya. Semisal dengan kerusakan sel-sel pada otak dengan terjadinya penyempitan pembuluh darah otak, hal ini disebabkan oleh bahan nikotin yang terdapat dalam rokok yang dapat mengganggu suplai oksigen keseluruh tubuh manusia.

Sementara apabila ada mahasiswa yang membenarkan adanya motivasi ketika mereka merokok demi memunculkan rasa nyaman dan percaya diri ketika ingin mengikuti kegiatan belajar di kampus hanyalah mitos. Karena hal tersebut tidak didasari alasan yang tepat. Alasan terjadinya hal tersebut dikarenakan efek

samping dari salah satu bahan rokok yaitu nikotin yang memberikan efek ketagihan bahkan ketergantungan bagi setiap perokok.

Sehingga ketika mahasiswa yang sudah mengalami ketergantungan terhadap rokok akan sulit beraktivitas jika tidak dibarengi dengan merokok. Perasaan mereka akan menjadi tidak tenang sehingga ketika melakukan aktivitas apapun ada rasa tidak percaya diri muncul dalam diri mereka. Dan ketika mereka mulai merokok rasa percaya diri mereka barulah akan muncul. Hal tersebut terjadi karena faktor terbiasa merokok dalam melakukan aktivitas apapun, sehingga ketika tidak merokok akan muncul perasaan resah dan gelisah.

Jika memperhatikan hal-hal yang dapat memotivasi diri untuk belajar lebih giat diantaranya adalah adanya keinginan yang besar dari diri sendiri untuk menyelesaikan pelajaran dengan sangat baik serta adanya dorongan dari luar seperti dukungan dari orangtua ataupun orang terdekat lainnya selama proses belajar mengajar berlangsung.

Sebagai contoh kecil, seseorang akan semakin giat belajar jika ia dapat

memahami pelajaran walaupun tidak banyak ketika seorang guru

menerangkannya. Ketika ia sudah memahaminya maka akan muncul rasa keingintahuan yang lebih dalam untuk menggali terus pengetahuan yang ia pahami. Sebaliknya jika ia tidak dapat memahami sekalipun sudah dijelaskan berkali-kali tentang sebuah pelajaran, maka sedikitnya akan muncul rasa enggan bahkan menolak untuk mengikuti proses belajar mengajar di pelajaran yang tidak ia pahami atau sukai.

Dengan demikian, faktor yang dapat memotivasi seorang dalam menjalani proses belajar mengajar adalah murni didapat melalui proses belajar mengajar itu sendiri. Baik melalui situasi dan kondisi ketika proses belajar mengajar berlangsung semisal dengan metode pembelajaran yang digunakan guru ataupun melalui kondisi fisik seorang semisal dalam keadaan sehat/fit 100% ataupun sedang dalam keadaan sakit sehingga dapat mengganggu konsentrasi dalam belajar. Dan hal tersebut biasa disebut dengan faktor internal dan eksternal dalam belajar.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa rokok tidaklah dapat memotivasi seorang untuk dapat mengikuti proses belajar mengajar dengan baik, karena dengan merokok justru akan memunculkan kerugian-kerugian tersendiri sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya.

3. Keterkaitan Hasil Penelitian dengan Penelitian Terpadu

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa hubungan merokok dengan motivasi belajar mahsiswa PAI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tidak memiliki hubungan yang signifikan. Hal ini dikarenakan fakta bahwa rokok tidak memiliki efek positif bagi penikmatnya bahkan rokok hanya dapat mendatangkan efek yang negatif baik bagi perokok aktif maupun perokok pasif. Dan motivasi dalam belajar tidak datang dari prilaku merokok melainkan dari ketertarikan seorang terhadap pelajaran tersebut.

Dalam kajian terdahulu dijelaskan bahwa, ketertarikan seorang pelajar terhadap sebuah pelajaran menjadi motivasi yang mendasar bagi setiap pelajar yang mengikuti proses belajar dengan baik dan aktif. Selain itu, faktor penggunaan metode yang digunakan oleh setiap pengajar menjadi faktor penentu dalam memotivasi seorang pelajar agar dapat mengikuti pelajaran dengan baik dan semangat.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa merokok bukanlah termasuk dalam hal yang dapat memotivasi seorang pelajar untuk dapat mengikuti pelajaran dengan semangat dan baik. Karena dengan merokok justru akan merusak kesehatan organ tubuh bagian dalam. Semisal dengan kerusakan fungsi otak yang akan selalu mengalami penurunan selama kegiatan merokok itu berlanjut. Sementara otak merupakan organ tubuh yang paling penting dan paling dibutuhkan ketika proses belajar mengajar berlangsung. Ketika otak mengalami gangguan maka proses belajar mengajar tidak akan berjalan dengan baik.

Dokumen terkait