• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil Belajar (IPK) pada Masing-Masing Kriteria Tingkat Keseriusan Berdasarkan hasil analisis uji korelasi PEARSON, didapatkan hasil bahwa

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

4. Hasil Belajar (IPK) pada Masing-Masing Kriteria Tingkat Keseriusan Berdasarkan hasil analisis uji korelasi PEARSON, didapatkan hasil bahwa

ada hubungan yang erat antara tingkat keseriusan gaya belajar visual dengan hasil belajar sebesar 0,817 dan besarnya pengaruh sebesar 66,81%, ada hubungan antara tingkat keseriusan gaya belajar auditori dengan hasil belajar sebesar 0,752 dan besarnya pengaruh sebesar 56,51%, dan ada hubungan tingkat keseriusan gaya belajar kinestetik dengan hasil belajar sebesar 0,837 dan besarnya pengaruh sebesar 70,16%. Hasil ini menunjukkan bahwa ada korelasi yang positif antara tingkat keseriusan mahasiswa dalam melaksanakan gaya belajarnya dengan hasil belajar yang dicapainya. Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa

memahami gaya belajar sendiri adalah salah satu cara terbaik untuk memaksimalkan proses belajar di kelas. Setelah menemukan gaya belajar dan mengetahui metode terbaik untuk membantu diri sendiri dalam belajar melalui gaya itu, maka seseorang dapat berkembang dan berprestasi dengan baik (De Porter 2004).

Sehubungan dengan hal ini maka perlu kiranya bagi mereka yang kurang serius dalam melaksanakan gaya belajarnya untuk meningkatkan tingkat keseriusannya agar hasil belajar yang dicapai lebih optimal.

5. Hasil Wawancara

Hasil wawancara untuk mengetahui tanggapan mahasiswa terhadap dukungan proses pembelajaran di jurusan Biologi yang sudah ada selama ini dan harapan mahasiswa pada masing-masing gaya belajarnya, secara rinci tersaji sebagai berikut:

a. Mahasiswa dengan gaya belajar visual

Mahasiswa kelompok ini mengemukakan bahwa selama ini hampir semua dosen sudah menggunakan power point dalam proses pembelajaran akan tetapi sebagian besar masih sangat sederhana. Mahasiswa yang bergaya belajar visual ini berharap, tampilan power point dibuat lebih menarik dengan banyak variasi warna, khususnya pada bagian yang penting agar ditebalkan atau diberi warna yang lebih mencolok. Selain itu, ia juga berharap diktat kuliah disempurnakan dengan memperbanyak gambar yang jelas, tabel, grafik, dan berwarna. Hal ini sesuai dengan pendapat De Porter & Hernacki (2004) yang menyatakan bahwa gaya belajar visual memiliki kepekaan yang kuat terhadap warna, tabel, dan grafik serta lebih senang membaca daripada dibacakan.

Saran berikutnya yang diberikan mahasiswa ini adalah perlu adanya reflektif jurnal di akhir perkuliahan pada setiap mata kuliah, seperti yang sudah diterapkan pada pembelajaran Biologi Molekuler. Hal ini menurutnya sangat membantu karena ada tuntutan untuk mencatat hal-hal penting terkait materi yang baru saja diajarkan bahkan kegiatan pada waktu itu juga dicatat, sehingga untuk dapat mengingatnya dengan cepat, cukup membaca jurnal tersebut. Bentuk reflektif

jurnal yang dibuat disarankan bebas sesuai tingkat kreatifitas mahasiswa. Hal ini sesuai dengan teori cara belajar yang mudah, cepat, dan efektif sesuai dengan masing-masing gaya belajar yang menyatakan bahwa instruksi yang sesuai untuk gaya belajar visual adalah hanya perlu mengingat setiap detail, menulis point-point yang penting, membuat gambaran sekilas pada materi yang akan atau sudah dipelajari (Anonim 2011).

b. Mahasiswa dengan gaya belajar auditori

Mahasiswa ini menyatakan cukup merasa kesulitan belajar dikarenakan sebagian besar dosen sudah sangat jarang menerapkan metode ceramah, sedangkan mahasiswa yang bergaya belajar auditori adalah mahasiswa yang lebih menempatkan pendengaran sebagai alat utama menyerap informasi atau pengetahuan (De Porter & Hernacki 2004).

Mahasiswa ini menyampaikan saran atau harapan agar dosen hendaknya menjelaskan hal-hal yang penting atau setidaknya memberikan kesimpulan dari tiap-tiap sub bab materi, karena bagaimanapun juga mahasiswa adalah seorang pembelajar dengan segala kekurangannya dimana pembelajar auditori akan cepat paham setelah mendengarkan. Saran berikutnya adalah agar lebih diperbanyak metode presentasi kelompok, dimana yang menjelaskan di depan kelas adalah teman sendiri dengan bahasa yang lebih sederhana sehingga lebih mudah dipahami. Selanjutnya, adanya sesi pertanyaan akan dapat memicu mahasiswa untuk lebih antusias mendengarkan, menyusun pertanyaan, dan bahkan menjawab pertanyaan, apalagi jika dosen pengampu memberikan penguatan berupa tambahan hal-hal penting dan meluruskan jawaban yang dianggap kurang tepat.

Mahasiswa ini menghendaki tugas maupun soal ulangan dibagikan kembali kemudian dibahas bersama, dengan harapan dosen dapat menjelaskan hal-hal yang salah dan yang benar.

c. Mahasiswa dengan gaya belajar kinestetik

Berdasarkan hasil wawancara dengan mahasiswa yang bergaya belajar kinestetik, mahasiswa ini menyatakan bahwa pembelajaran di jurusan biologi belum sepenuhnya mendukung bagi pembelajar kinestetik, dengan alasan praktikum hanya mendapat alokasi waktu satu SKS saja, padahal menurut De

Porter & Hernacki (2004) ciri-ciri pembelajar kinestetik adalah senang belajar di laboratorium dan akan cepat paham jika sudah melakukan.

Mahasiswa ini menyampaikan saran atau harapan, untuk menunjang praktikum sebaiknya buku diktat petunjuk praktikum dibuat lebih umum. Selama ini diktat petunjuk praktikum sudah sangat terarah sehingga tidak memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk mencoba-coba atau bereksperimen untuk membuktikan sendiri teori yang sudah ada. Sebagai contoh, pada praktikum morfologi tumbuhan, mahasiswa sudah terlebih dulu diberi tugas untuk membawa tumbuh-tumbuhan yang sudah tercantum dan sudah dikelompokkan ke dalam golongannya masing-masing. Sebaiknya, menurut pembelajar kinestetik, dia senang jika diberi kebebasan membawa aneka macam tumbuhan sesuai keinginannya. Hal ini sesuai dengan teori cara belajar yang mudah, cepat, dan efektif sesuai dengan masing-masing gaya belajar yang menyatakan bahwa instruksi yang sesuai untuk gaya belajar kinestetik adalah belajar secara “Trial and error”, eksplorasi dan mencoba menentukan hal-hal baru (Anonim 2011). Harapan lainnya adalah hendaknya dosen menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi, misalnya jigsaw, dan lain-lain karena pembelajar kinestetik tidak tahan duduk lama-lama atau cepat bosan. Selanjutnya untuk jumlah SKS mata kuliah praktikum diusulkan untuk ditambah.

Berdasarkan hasil wawancara tersebut di atas, masing-masing mahasiswa sesuai gaya belajarnya memberikan tanggapan dan saran atau harapan berdasarkan latar belakang gaya belajarnya masing-masing, sehingga pihak jurusan diharapkan mampu mengambil kebijakan yang tidak hanya “memperhatikan” salah satu gaya belajar saja, akan tetapi sedapat mungkin mampu memfasilitasi ketiga macam gaya belajar yang ada sehingga dapat memenuhi semua harapan mahasiswanya.

Selain itu, seperti yang dijelaskan dari hasil penelitian di muka yang menunjukkan bahwa tingkat keseriusan melaksanakan gaya belajar berpengaruh terhadap pencapaian hasil belajar maka mahasiswa hendaknya lebih menekankan tingkat keseriusannya. Mahasiswa juga diharapkan mampu menyadari pada dasarnya semua orang memiliki ketiga modalitas yang ada, sehingga seseorang akan lebih survive jika mampu beradaptasi dengan segala macam situasi dan

kondisi. Jika seseorang mampu melakukan hal yang tepat dan efektif dalam banyak situasi maka seseorang tersebut dapat mencapai banyak hal yang diinginkannya. Ditambah lagi, bahwa mahasiswa lebih dituntut untuk belajar mandiri sehingga akan lebih baik jika mahasiswa mampu menyesuaikan diri dengan tipe mengajar dosen yang berbeda dan mampu mengambil langkah yang tepat untuk mengatasi situasi-situasi tertentu.

36

BAB V

Dokumen terkait