• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

A. Hasil Belajar

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II Lampiran 3 Soal Evaluasi dan Hasil Evaluasi Siswa Siklus I Lampiran 4 Soal Evaluasi dan Hasil Evaluasi Siswa Siklus II

Lampiran 5 Nilai Hasil Belajar Siswa Siklus I dan II Lampiran 6 Dokumentasi Siklus I

Lampiran 7 Dokumentasi Siklus II

Lampiran 8 Lembar Pengamatan Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I

Lampiran 9 Lembar Pengamatan Siswa Siklus I

Lampiran 10 Lembar Pengamatan Guru dalam pelaksanaan Pembelajaran Siklus II

Lampiran 11 Lembar Pengamatan Siswa Siklus II

Lampiran 12 Surat Ijin Penelitian

Lampiran 13 Surat Keterangan Penelitian Lampiran 14 Surat Penunjukan Pembimbing Lampiran 15 Lembar Konsultasi

Lampiran 16 Lembar SKK

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di era globalisasi ini pendidikan berperan penting dalam kehidupan, pendidikan tidak diperlukan hanya untuk kalangan anak–anak, akan tetapi juga dibutuhkan untuk kalangan orang dewasa. Dalam proses pendidikan juga dibutuhkan seorang pendidik yang dapat menuntun atau mengarahkan dalam kegiatan belajar. Namun pendidikan di Indonesia masih memiliki kendala diantaranya adalah kualitas guru yang dinilai masih kurang karena baik buruk kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh standar kualitas guru.

Dalam sebuah proses pendidikan guru merupakan salah satu komponen yang sangat penting, selain komponen lainnya seperti tujuan, kurikulum, metode, sarana dan prasarana, lingkungan, dan evaluasi. Dianggap sebagai komponen paling penting karena yang mampu memahami, mendalami, melaksanakan, dan akhirnya mencapai tujuan pendidikan adalah guru. Guru juga yang berperan penting dalam kaitannya dengan kurikulum, karena gurulah yang secara langsung berhubungan dengan murid (Nurdin, 2008 : 17).

Berbicara tentang proses pendidikan sudah tentu tak dapat

dipisahkan dengan semua upaya yang harus dilakukan untuk

mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas, sedangkan manusia yang berkualitas itu, dilihat dari segi pendidikan, telah terkandung secara jelas dalam tujuan pendidikan nasional (Hamalik, 2001:1).

Dalam undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, dan bangsa (Silaba, 2003: 3).

Jadi pendidikan adalah suatu hal yang sangat penting untuk setiap orang, karena pendidikan mampu menjadi pilar untuk penerus generasi bangsa. Dengan pendidikan pula seseorang dapat dipandang terhormat, mampu bersikap sesuai norma-norma yang berlaku, serta menjadikan peserta didik mampu mengembangkan keterampilan dan kreativitas peserta didik agar berguna di masyarakatnya.

Manusia adalah makhluk sosial karena manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain, setiap individu harus melakukan interaksi dan komunikasi dengan individu lainnya untuk menyampaikan maksud dan tujuannya. Kegiatan berinteraksi ini membutuhkan alat, sarana, atau media. Alat yang digunakan oleh manusia untuk saling berkomunikasi adalah bahasa. Setiap orang menyadari bahwa interaksi dan semua kegiatan dalam masayarakat tidak dapat berjalan lancar tanpa bahasa. Mengingat pentingnya bahasa sebagai alat komunikasi, maka dalam pembelajaran bahasa tidak ditujukan hanya untuk mengajarkan tentang pengetahuan bahasa, tetapi lebih

pada keterampilan komunikatif yang mengajarkan peserta didik untuk berbahasa secara baik dan benar baik lisan maupun tertulis dalam rangka melaksanakan hubungan sosial dengan lingkungan sekitarnya (Fitriani, 2013:1).

Bahasa merupakan pengetahuan dasar bagi manusia, maka dari itu pengajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar sangatlah penting, baik untuk alat komunikasi, alat untuk mengepresikan perasaan, ataupun untuk memahami pelajaran–pelajaran yang ada di pendidikan formal dan nonformal, berhasil atau tidaknya peserta didik dalam memahami pelajaran- pelajaran yang ada di sekolah itu juga tergantung dari pengetahuan bahasa atau penguasaan bahasanya. Untuk pembelajaran keterampilan berbahasa tingkat sekolah dasar yang saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Keempat keterampilan berbahasa tersebut pada dasarnya adalah satu kesatuan.

Pengembangan keterampilan menulis merupakan salah satu komponen penting dalam keterampilan berbahasa. Menulis selalu ditulis di akhir setelah menyimak, berbicara dan membaca, meskipun menulis selalu ditulis paling akhir bukan berarti menulis tidak penting, menulis juga sama penting dengan komponen keterampilan berbahasa yang lainnya.

Menulis bukanlah kemampuan yang dapat dikuasai begitu saja dengan sendirinya, melainkan dengan proses pembelajaran. Dengan proses pembelajaran yang panjang siswa dapat menumbuh kembangkan tradisi menulis dengan baik.

Sejauh ini pembelajaran keterampilan berbahasa di SD/MI belum semaksimal yang diharapkan, ini bisa dilihat dari proses belajar mengajar yang masih berpusat pada guru, banyak pula guru yang mengalami kesulitan diantaranya adalah menentukan kegiatan pembelajaran yang menarik. Akibatnya siswa tidak bisa mengikuti kegiatan pembelajaran sesuai indikator yang ingin dicapai, dilihat dari nilai evaluasi masih banyak siswa yang belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) madrasah yaitu sebesar 65.

Di kelas III MI Ma’arif Tirto Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang pelajaran Bahasa Indonesia adalah salah satu pelajaran yang lumayan digemari oleh para siswa, tetapi di dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas masih sering ditemukan kendala dalam menangkap pelajaran, hal itu dikarenakan pembelajaran Bahasa Indonesia disampaikan dengan cara yang kurang menarik.

Guru terlalu sering menggunakan metode ceramah, serta tidak adanya media pembelajaran yang dipakai dalam pembelajaran. Sehingga siswa yang sebelumnya berantusias dalam pembelajaran Bahasa Indonesia menjadi kurang semangat. Sedangkan dari siswanya sendiri, permasalahan yang dihadapi ketika mengikuti pembelajaran Bahasa Indonesia adalah saat siswa diminta untuk menulis karangan, sebagian besar siswa mengalami kesulitan dalam menuangkan ide atau gagasan. Karena tidak adanya kreativitas guru untuk menggunakan media dan metode yang tepat untuk menyampaikan materi menulis karangan. Akibatnya siswa menjadi bosan dan kebingungan ketika guru meminta siswa untuk menulis karangan.

Media dan fasilitas yang digunakan guru juga kurang menarik perhatian siswa, sumber belajar hanya berasal buku paket, dan pembelajaran hanya dikemas dalam sebuah ceramah. Dan hal itu juga berpengaruh dengan hasil belajar siswa yang kurang baik.

Berdasarkan observasi penulis yang dilakukan pada 20 Juli 2017 di

MI Ma’arif Tirto, Grabag, Magelang pada siswa kelas III, hasil belajar

Bahasa Indonesia materi menulis karangan masih kurang. Dari Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yaitu 65, ketuntasan klasikal yang diperoleh hanya sekitar 32%.

Untuk meningkatkan hasil belajar siswa, guru harus kreatif dalam memilih metode dan media pembelajaran yang bervariasi. Penggunaan media dan metode yang tepat akan sangat berpengaruh terhadap ketercapaian pemahaman siswa.

Berdasarkan latar belakang yang telah telah dipaparkan, peneliti

akan melaksanakan tindakan kelas di MI Ma’arif Tirto Grabag Magelang

dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Materi Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Example Non-Example Pada Siswa Kelas III Semester I MI Ma’arif Tirto, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran 2017/2018”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti dapat merumuskan permasalahan penelitian, yakni: apakah penggunaan model pembelajaran example non-example dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia materi menulis karangan pada siswa kelas III semester I MI Ma’arif Tirto, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang tahun pelajaran 2017/2018?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian tindakan kelas (PTK) ini adalah untuk mengetahui model pembelajaran example non-example dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia materi menulis karangan pada siswa kelas III semester I MI

Ma’arif Tirto, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang tahun pelajaran 2017/2018.

D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan 1. Hipotesis Tindakan

Menurut Soehartono (2004: 36) hipotesis tindakan adalah suatu perkiraan tentang tindakan yang diduga dapat mengatasi permasalahan yang mengemukakan hipotesis adalah suatu pernyataan yang masih harus diuji kebenarannya secara empirik. Hipotesis merupakan jawaban sementara atas pertanyaan penelitian, yang kebenarannya akan diuji berdasarkan data yang dikumpulkan.

Berdasarkan paparan di atas maka rumusan hipotesis dalam penelitian ini adalah penggunaan model pembelajaran example non-example dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia materi

menulis karangan pada siswa kelas III semester I MI Ma’arif Tirto, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang tahun pelajaran 2017/2018. 2. Indikator Keberhasilan

Penerapan model pembelajaran example non-example dikatakan efektif apabila indikator yang diharapkan dapat tercapai. Indikator yang dapat dirumuskan peneliti adalah :

a. Secara Individu

Siswa dapat mencapai nilai 65 sesuai dengan KKM yang telah ditentukan dari sekolah pada materi menulis karangan.

b. Nilai Klasikal

Siklus akan berhenti apabila 85% dari total siswa dalam satu kelas mendapat nilai 65.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian yang dilaksanakan diharapkan dapat memberikan manfaat kepada banyak pihak serta dapat memberikan kontribusi dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Manfaat yang ingin dicapai yaitu :

1. Manfaat teoritis

Dengan adanya model pembelajaran yang kreatif dan inovatif lebih diharapkan penelitian ini dapat menjadi landasan dalam melaksanakan pembelajaran keterampilan menulis karangan mata pelajaran Bahasa Indonesia.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru

Manfaat yang diperoleh guru dari penelitian ini adalah dapat menambah wawasan guru mengenai variasi model pembelajaran yang kreatif dan inovatif dalam pembelajaran keterampilan menulis karangan mata pelajaran Bahasa Indonesia.

b. Bagi siswa

Manfaat yang diperoleh siswa dari penelitian ini adalah dengan menggunakan model pembelajaran example non-example siswa dapat menuangkan ide, gagasan, serta meningkatkan kemampuan berbahasa dan menulis karangan siswa.

c. Bagi sekolah atau lembaga

Dapat menjadikan masukan dalam meningkatkan kualitas madrasah dan kualitas pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran yang kreatif dan inovatif.

F. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap judul skripsi di atas, maka peneliti akan memaparkan penegasan istilah sebagai berikut :

1. Hasil Belajar Siswa

Secara sederhana, yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap.

Dalam kegiatan pembelajaran atau kegiatan intruksional, biasanya guru menetapkan tujuan–tujuan pembelajaran atau tujuan intruksional (Susanto, 2013: 5).

2. Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi nasioanal yang digunakan di seluruh wilayah Negara kesatuan Republik Indonesia (UU No.24/2009, bab I ketentuan umum pasal I ayat 2) (Wintala, 2015: 5).

3. Menulis Karangan

Menulis Karangan adalah mengungkapkan atau menyampaikan gagasan dengan menggunakan bahasa tulis. Dilihat dari keluasan dan keterinciannya, gagasan itu dapat diungkapkan dengan berbagai unsur bahasa. Dalam hal ini gagasan dapat diungkapkan dalam bentuk kalimat dan paragaf, serta dapat pula diungkapkan dalam bentuk karangan yang utuh (Dalman, 2012: 86).

4. Model Pembelajaran Example Non-Example

Model pembelajaran ini merupakan sebuah langkah untuk mensiasati agar siswa dapat mendefinisikan sebuah konsep. Adapun strategi yang bisa digunakan untuk mempersiapkan siswa secara cepat dengan menggunakan 2 hal yang terdiri dari example (contoh akan sesuatu materi yang sedang dibahas) dan non-example (contoh dari sesuatu materi yang tidak sedang dibahas), dan meminta siswa untuk mengklasifikasikan keduanya sesuai dengan konsep yang ada (Kurniasih, 2015 : 32).

G. Metodologi Penelitian 1. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang peneliti ambil adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas berasal dari bahasa Inggris, yaitu Classroom Action Research, yang berarti action research (penelitian dengan tindakan) yang dilakukan di kelas (Suyadi, 2013:17). Pengertian lain PTK adalah penelitian di dalam kelas dengan tujuan memperbaiki proses pembelajaran di kelas agar siswa juga mampu meningkatkan prestasi belajarnya.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas III MI Ma’arif Tirto, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang. Alasan mengambil subjek kelas III dikarenakan memang materi menulis karangan bermula di kelas III. Dan mengambil di MI Ma’arif Tirto Grabag karena peneliti sudah

melakukan wawancara kepada guru kelas III mengenai kendala-kendala dalam pembelajaran Bahasa Indonesia tentang menulis karangan.

3. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di MI Ma’arif Tirto, tepatnya di Desa Tirto, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang. Petunjuknya dari pasar Grabag lurus kemudian belok kanan lurus sampai menemukan pertigaan arah Sunan Geseng kemudian lurus sampai menemukan MI yang berada di kiri jalan.

4. Langkah–langkah Penelitian

Ada beberapa langkah dalam pelaksanaan PTK seperti yang di kemukakan oleh Arikunto, yaitu :

a. Perencanaan. Langkah pertama dalam melaksanakan PTK adalah perencanaan. Pada tahap ini meliputi kegiatan :

1) Mengidentifikasi masalah

2) Analisis penyebab masalah dan merumuskannya 3) Ide untuk memecahkan masalah

b. Pelaksanaan. Langkah ke–2 dalam melaksanakan PTK adalah pelaksanaan yang merupakan penerapan dari apa yang direncanakan untuk bertindak dalam kelas.

c. Pengamatan. Langkah ke–3 dalam melaksanakan PTK adalah pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, pengamatan ini dilakukan pada waktu tindakan itu sedang berlangsung, sehingga pengamatan dan tindakan ini berlangsung pada waktu yang sama dan tidak dapat dipisahkan.

d. Refleksi. Langkah ke–4 dalam melaksanakan PTK adalah refleksi, langkah ini dimaksudkan untuk mengevaluasi kegiatan-kegiatan yang sudah dilakukan, dengan tujuan agar refleksi ini dapat menjadi pertimbangan untuk merencanakan kegiatan pada siklus berikutnya. Berikut adalah gambaran dari keempat langkah tersebut:

Model Tahapan – Tahapan pelaksanaan PTK (Suyadi, 2013:50)

Penelitian dilaksanakan dalam 2 siklus penelitian, adapun rinciannya adalah sebagai berikut:

a. Perencanaan

Langkah pertama adalah melakukan perencanaan secara matang dan teliti. Kegiatan yang dilakukan adalah:

1) Menyiapkan materi Bahasa Indonesia tentang menulis karangan 2) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pokok

bahasan menulis karangan dengan menggunakan model pembelajaran example non-example

Perencanaan Pelaksanaan

SIKLUS I

Pengamatan Perencanaan Pelaksanaan

SIKLUS II

Pengamatan Refleksi ? Refleksi

3) Menyiapkan sumber belajar yang akan digunakan dan media pembelajaran berupa gambar

4) Mengembangkan pedoman atau instrument yang digunakan dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

5) Menyusun alat evaluasi pembelajaran sesuai dengan ndicator keberhasilan

b. Pelaksanaan

Pelaksanaannya adalah menerapkan model pembelajaran example non-example dengan melaksanakan pembelajaran sesuai dengan desain pembelajaran. Dalam pelaksanaannya terdapat tiga kegiatan, yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir. c. Pengamatan

Pengamatannya yaitu mengamati semua peristiwa selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Pengamatan terfokus pada kegiatan siswa yang melihat dengan seksama, mendengar dengan penuh konsentrasi dan mengamati gambar yang sudah tertempel di papan tulis dengan teliti dan juga kritis. Untuk memaksimalkan pengamatan guru memberikan umpan balik terhadap apa yang telah diajarkan atau diterangkan dengan beberapa pertanyaan sehingga guru mengetahui siapa yang memperhatikan dan siapa yang tidak memperhatikan. Dengan adanya umpan balik pula untuk mengetahui kekurangan dalam proses pembelajaran, dari kekurangan itu guru akan dapat memperbaiki di siklus berikutnya.

d. Refleksi

Refleksi (reflecting) dilakukan dengan menganalisis hasil tindakan sejauh mana tingkat perubahan perilaku siswa sebelum dan sesudah dilaksanakannya pembelajaran menggunakan model pembelajaran example non-example. Dengan refleksi akan diperoleh masukan yang dapat digunakan untuk memperbaiki tindakan pada siklus II dan seterusnya.

5. Instrumen Penelitian

a. Pedoman atau lembar pengamatan

Pedoman atau lembar pengamatan digunakan untuk mengamati kegiatan secara langsung yang sedang dilakukan siswa dan guru peneliti dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia dengan materi menulis karangan di kelas. Hasil observasi ini berupa catatan lapangan yang mendreskripsikan proses kegiatan pembelajaran yang meliputi antusias peserta didik dan kemampuan siswa setelah melakukan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran example non- example.

b. Soal evaluasi

Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan, maka dilakukan evaluasi. Evaluasi yang digunakan adalah soal tes tertulis, untuk mendapatkan data yang berupa nilai yang menggambarkan pencapaian target kompetisi setelah mengikuti proses

pembelajaran. Tes tertulis ini berisi gambar kemudian peserta didik menulis karangan sesuai dengan gambar tersebut.

c. Dokumentasi

Diperlukan untuk menyimpan bukti kegiatan siswa dan guru dalam proses pembelajaran. Dokumentasi ini berisi hasil belajar yang diperoleh dari penelitian berupa foto–foto atau gambar.

6. Teknik pengumpulan data

Pengumpulan data yang dilakukan peneliti dibantu oleh guru kelas. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Observasi

Observasi digunakan peneliti untuk mengamati karakter dan data–

data yang berhubungan dengan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.

b. Tes formatif

Tes digunakan peneliti untuk memperoleh data-data yang berhubungan dengan hasil belajar yang diperoleh siswa dengan cara memberi tes tertulis untuk mengukur kemampuan dan kepahaman siswa dalam pembelajaran.

c. Dokumentasi

Dokumentasi diperlukan untuk merekam semua kegiatan siswa dan guru dalam proses pembelajaran berupa foto, nilai, soal dan materi. 7. Analisis Data

Sesuai dengan rancangan penelitian yang digunakan maka analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis dan refleksi dalam setiap siklusnya brdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan. Penelitian ini dianalisis untuk mengetahui hasil akhir dari setiap siklus penelitian.

a. Penilaian rata–rata

Peneliti menjumlahkan nilai yang diperoleh oleh siswa, kemudian membagi dengan jumlah siswa tersebut sehingga diperoleh nilai rata–rata. Penilaian rata–rata dapat menggunakan rumus sebagai berikut :

X =

Dengan :

∑X = jumlah nilai keseluruhan siswa

∑N = jumlah siswa

X = nilai rata – rata

b. Penelitian untuk ketuntasan belajar

Dalam menghitung ketuntasan belajar, peneliti menggunakan rumus sebagai berikut :

H. Sistematika Penulisan

Sistematika di sini dimaksudkan sebagai gambaran umum yang akan dibahas dalam laporan penelitian ini yang terdiri dari 5 bab dengan rincian sebagai berikut :

1. Bagian Awal

Bagian awal skripsi mencakup tentang sampul, halaman judul, halaman judul, persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan keaslian tulisan dan kesedian publikasi, motto dan persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, daftar lampiran.

2. Bagian Inti

a. Bab I : Pendahuluan

Bab Pendahuluan memuat (1) latar belakang masalah, (2) rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, (4) hipotesis, (5) manfaat penelitian, (6) definisi operasional dan (7) metodologi penelitian. Bab ini bertujuan mengantarkan pembaca untuk mengetahui tentang apa, mengapa, dan bagaimana penelitian dilakukan.

b.Bab II : Kajian Teori

Bab Kajian Teori mencakup hal–hal yang berkaitan dengan masalah yang menjadi fokus penelitian yaitu (1) hasil belajar, (2)

pelajaran bahasa indonsia, (3) menulis karangan, (4) model pembelajaran example non-example.

c. Bab III : Pelaksanaan Penelitian

Bagian ini berisi tentang pelaksanaan penelitian meliputi (1) subjek penelitian, (2) deskripsi pelaksaan penelitian siklus I, (3) deskripsi pelaksaan penelitian siklus II.

d.Bab IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab ini menyajikan hasil penelitian sesuai dengan urutan penelitian dan pembahasan setiap selesai penelitian pada setiap siklusnya.

e. Bab V : Penutup

Bagian ini meliputi kesimpulan dan saran. 3. Bagian Akhir

Bagian akhir mencakup daftar pustaka, lampiran–lampiran, dan daftar riwayat hidup penulis.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Hasil Belajar

1. Pengertian hasil belajar

Hasil belajar yaitu perubahan–perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik sebagai hasil dari kegiatan belajar (Susanto, 2013:5).

2. Macam–macam hasil belajar

Hasil belajar sebagaimana telah dijelaskan di atas meliputi pemahaman konsep (aspek kognitif), keterampilan proses (aspek psikomotorik), dan sikap siswa (aspek afektif). Untuk lebih jelasnya dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Pemahaman konsep

Pemahaman menurut Bloom (1979:89) diartikan sebagai kemampuan untuk menyerap arti dari materi atau bahan yang dipelajari. Pemahaman menurut Bloom ini adalah seberapa besar siswa mampu menerima, menyerap, dan memahami pelajaran yang diberikan oleh guru kepada siswa, atau sejauh mana siswa dapat memahami serta mengerti apa yang ia baca, yang dilihat, dialami, atau yang dirasakan berupa hasil penelitian atau observasi langsung yang ia lakukan.

b. Keterampilan proses

Usman dan Setiawati (1993: 77) mengemukakan bahwa keterampilan proses merupakan keterampilan yang mengarah kepada pembangunan kemampuan mental, fisik, dan sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan yang lebih tinggi dalam diri individu siswa. Keterampilan berarti kemampuan menggunakan pikiran, nalar, dan perbuatan secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu hasil tertentu, termasuk kreativitasnya.

Dalam melatih keterampilan proses, secara bersamaan dikembangkan pula sikap–sikap yang dikehendaki, seperti kreativitas, kerja sama, bertanggung jawab, dan berdisiplin sesuai dengan penekanan bidang studi yang bersangkutan.

c. Sikap

Menurut Lange dalam Azwar (1998:3), sikap tidak hanya merupakan aspek mental semata, melainkan mencakup pula aspek respons fisik. Jadi sikap ini harus ada kekompakan antara mental dan fisik secara serempak. Jika mental saja yang dimunculkan, maka belum, tampak secara jelas sikap seseorang yang ditunjukkannya. Selanjutnya, Azwar mengungkapkan tentang struktur sikap terdiri terdiri atas tiga komponen yang saling menunjang, yaitu : komponen kognitif, afektif, dan konatif. Komponen kognitif merupakan

representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap; komponen afektif, yaitu perasaan yang menyangkut emosional; dan komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki seseorang (Susanto, 2013: 6).

Dokumen terkait