PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA
MATERI MENULIS KARANGAN MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN EXAMPLE NON-EXAMPLE
PADA SISWA KELAS III SEMESTER I MI
MA’ARIF
TIRTO
KECAMATAN GRABAG KABUPATEN MAGELANG
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh :
SOPIYA NUROHMAH NIM 115 13 046
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
MOTTO
Sesuatu yang belum dikerjakan, seringkali tampak mustahil.
Kita baru yakin saat kita telah berhasil melakukannya.
(Evelyn Underhill)
PERSEMBAHAN
Sebuah karya kecil ini penulis persembahkan kepada:
1. Ibu Sukaenah dan Bapak Suparjan tercinta yang senantiasa mendo’akan, membimbing, merawat, mendidik dan memberikan kasih sayang dari kecil
sampai sekarang, semoga Allah SWT memberikan kesehatan, umur
panjang dan rezeki yang barokah dan bermanfaat untuk beliau.
2. Kakak-kakakku Liana Wafiroh, Nur Isnaini, adikku Risa Novita Sari dan
keluarga besar Mbah Ngarpan dan Mbah Jamari yang selalu memberikan
nasehat, pelajaran hidup yang berharga bagiku serta mendo’akan dan
memberi dukungan terbaik.
3. Bapak K.H Zumri RWS (Alm.) dan Ibu Nyai Hj. Latifah selaku Pengasuh
Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah yang kami tunggu-tunggu
barokah ilmunya.
4. Sahabat-sahabatku tercinta Ama, Olip, Masruroh, uyun, Istriyani, kamar
c47, c23, c24 yang berjuang bersama dari awal sampai lulus kuliah.
6. Teman-teman PGMI angkatan 2013 yang selalu memberikan motivasi
7. Teman-teman PPL dan KKN yang telah memberikan semangat,
KATA PENGANTAR
ميحرلا نحمرلا الله مسب
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah dan taufiqnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
skripsi ini. Sholawat serta salam kami haturkan kepada junjungan kita Nabi
Agung Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya ke jalan kebenaran dan
keadilan.
Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas dan melengkapi
syarat guna untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan. Adapun judul skripsi ini
adalah “PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA MATERI
MENULIS KARANGAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLE
NON-EXAMPLE PADA SISWA KELAS III SEMESTER I MI MA’ARIF TIRTO
KECAMATAN GRABAG KABUPATEN MAGELANG TAHUN PELAJARAN
2017/2018”
Penulisan skripsi ini tidak lepas dari berbagai pihak yang telah
memberikan dukungan moril maupun meteril. Dengan penuh kerendahan hati,
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga
2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
3. Ibu Peni Susapti,M.Si. M.Pd. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) IAIN Salatiga
4. Bapak Imam Mas Arum, M.Pd. selaku dosen pembimbing skripsi
5. Seluruh anggota tim penguji skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk
menilai kelayakan dan menguji skripsi dalam rangka menyelesaikan studi
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah di Institut Agama Islam Negeri (IAIN
Salatiga).
6. Seluruh Dosen Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan PGMI IAIN
Salatiga yang telah berkenan memberikan ilmu pengetahuan ketarbiyahan
kepada penulis dan pelayanan hingga studi ini dapat selesai.
7. Saudara-saudara dan sahabat-sahabat semua yang telah membantu
memberikan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.
8. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu yang telah
membantu dalam penulisan skripsi ini.
Semoga amal mereka diterima sebagai amal ibadah oleh Allah SWT serta
mendapatkan balasan yang berlipat ganda, amin. Penulis sadar bahwa dalam
penulisan ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnan. Oleh karena
itu, dengan kerendahan hati penulis mohon saran dan kritik yang sifatnya
ABSTRAK
Nurohmah, Sopiya. 2017. Peningkatan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Materi Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Example Non-Example Pada Siswa Kelas III Semester I MI Ma’arif Tirto Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran 2017/2018. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Imam Mas Arum, M.Pd.
Kata Kunci: Hasil Belajar dan Example Non-Example
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah model pembelajaran example non-example dapat mengingkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia materi menulis karangan pada siswa kelas III semester I MI Ma’arif Tirto Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang Tahun 2017. Subjek penelitian ini guru mata
pelajaran Bahasa Indonesia dan siswa kelas III MI Ma’arif Tirto Grabag yang terdiri dari 31 siswa.
Metode yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Langkah-langkah dalam PTK ini adalah perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi yang dilakukan dalam dua siklus. Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah tes tertulis, lembar observasi dan dokumentasi. Sedangkan analisis data dilakukan dengan membandingkan pencapaian nilai tiap siklus dengan ditandai adanya peningkatan Kriteria Ketuntasan Klasikal.
Hasil penelitian pada siklus I dan II diperoleh data sebagai berikut: Standar KKM mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah 65, sebelum menggunakan model pembelajaran example non-example hanya 32% atau 10 siswa yang tuntas, sedangkan 67% atau 21 siswa yang belum tuntas. Setelah menggunakan model pembelajaran example non-example dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada siklus I diperoleh data 61% atau 19 siswa yang tuntas dan 39% atau 12 siswa belum tuntas, jika dilihat peningkatannya sebesar 29%. Setelah dilakukan refleksi siklus II, terjadi peningkatan hasil belajar sebesar 90%. Hal ini menunjukkan
bahwa penggunaan model pembelajaran example non-example dapat
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN BERLOGO... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii
HALAMAN PENGESAHAN... iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN DAN KESEDIAAN PUBLIKASI... v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN... vi
KATA PENGANTAR... viii
ABSTRAK... xi
DAFTAR ISI... xii
DAFTAR TABEL... xiv
DAFTAR GAMBAR... xv
DAFTAR LAMPIRAN... xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Rumusan Masalah... 6
C. Tujuan Penelitian... 6
D. Hipotesis dan Indikator Keberhasilan... 6
E. Manfaat Penelitian... 7
F. Definisi Operasional... 8
G. Metodologi Penelitian... 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A.Hasil Belajar... 19
B.Bahasa Indonesia... 21
C.Menulis Karangan ... 25
D.Model Pembelajaran Example Non-Example... 29
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Subjek Penelitian... 33
B. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I... 39
C. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II... 44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 51
B. Pembahasan... 53
BAB V PENUTUP A.Kesimpulan... 66
B.Saran... 66
Daftar Pustaka
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Daftar Guru MI Ma’arif Tirto Grabag ... 34
Tabel 3.2 Daftar Siswa MI Ma’arif Tirto Grabag... 35
Tabel 3.3 Nama-nama Siswa Kelas III MI Ma’arif Tirto Grabag ... 35
Tabel 3.4 Sarana Prasarana MI Ma’arif Tirto Grabag ... 37
Tabel 4.1 Nilai Pra Siklus Hasil Belajar Siswa ... 51
Tabel 4.2 Nilai Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 54
Tabel 4.3 Hasil Belajar Siswa Siklus II... 57
Tabel 4.4 Rekapitulasi Ketuntasan Pra Siklus ... 60
Tabel 4.5 Rekapitulasi Siklus I ... 61
Tabel 4.6 Rekapitulasi Siklus II ... 62
DAFTAR GAMBAR
1.1 Model Tahapan-tahapan Pelaksanaan PTK... 12
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II
Lampiran 3 Soal Evaluasi dan Hasil Evaluasi Siswa Siklus I
Lampiran 4 Soal Evaluasi dan Hasil Evaluasi Siswa Siklus II
Lampiran 5 Nilai Hasil Belajar Siswa Siklus I dan II
Lampiran 6 Dokumentasi Siklus I
Lampiran 7 Dokumentasi Siklus II
Lampiran 8 Lembar Pengamatan Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I
Lampiran 9 Lembar Pengamatan Siswa Siklus I
Lampiran 10 Lembar Pengamatan Guru dalam pelaksanaan Pembelajaran Siklus II
Lampiran 11 Lembar Pengamatan Siswa Siklus II
Lampiran 12 Surat Ijin Penelitian
Lampiran 13 Surat Keterangan Penelitian
Lampiran 14 Surat Penunjukan Pembimbing
Lampiran 15 Lembar Konsultasi
Lampiran 16 Lembar SKK
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di era globalisasi ini pendidikan berperan penting dalam kehidupan,
pendidikan tidak diperlukan hanya untuk kalangan anak–anak, akan tetapi juga dibutuhkan untuk kalangan orang dewasa. Dalam proses pendidikan juga
dibutuhkan seorang pendidik yang dapat menuntun atau mengarahkan dalam
kegiatan belajar. Namun pendidikan di Indonesia masih memiliki kendala
diantaranya adalah kualitas guru yang dinilai masih kurang karena baik buruk
kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh standar kualitas guru.
Dalam sebuah proses pendidikan guru merupakan salah satu
komponen yang sangat penting, selain komponen lainnya seperti tujuan,
kurikulum, metode, sarana dan prasarana, lingkungan, dan evaluasi. Dianggap
sebagai komponen paling penting karena yang mampu memahami,
mendalami, melaksanakan, dan akhirnya mencapai tujuan pendidikan adalah
guru. Guru juga yang berperan penting dalam kaitannya dengan kurikulum,
karena gurulah yang secara langsung berhubungan dengan murid (Nurdin,
2008 : 17).
Berbicara tentang proses pendidikan sudah tentu tak dapat
dipisahkan dengan semua upaya yang harus dilakukan untuk
mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas, sedangkan manusia
yang berkualitas itu, dilihat dari segi pendidikan, telah terkandung secara
Dalam undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
tentang sistem pendidikan nasional pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, dan bangsa (Silaba, 2003:
3).
Jadi pendidikan adalah suatu hal yang sangat penting untuk setiap
orang, karena pendidikan mampu menjadi pilar untuk penerus generasi
bangsa. Dengan pendidikan pula seseorang dapat dipandang terhormat,
mampu bersikap sesuai norma-norma yang berlaku, serta menjadikan peserta
didik mampu mengembangkan keterampilan dan kreativitas peserta didik
agar berguna di masyarakatnya.
Manusia adalah makhluk sosial karena manusia tidak dapat hidup
sendiri tanpa bantuan orang lain, setiap individu harus melakukan interaksi
dan komunikasi dengan individu lainnya untuk menyampaikan maksud dan
tujuannya. Kegiatan berinteraksi ini membutuhkan alat, sarana, atau media.
Alat yang digunakan oleh manusia untuk saling berkomunikasi adalah
bahasa. Setiap orang menyadari bahwa interaksi dan semua kegiatan dalam
masayarakat tidak dapat berjalan lancar tanpa bahasa. Mengingat pentingnya
bahasa sebagai alat komunikasi, maka dalam pembelajaran bahasa tidak
pada keterampilan komunikatif yang mengajarkan peserta didik untuk
berbahasa secara baik dan benar baik lisan maupun tertulis dalam rangka
melaksanakan hubungan sosial dengan lingkungan sekitarnya (Fitriani,
2013:1).
Bahasa merupakan pengetahuan dasar bagi manusia, maka dari itu
pengajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar sangatlah penting, baik untuk
alat komunikasi, alat untuk mengepresikan perasaan, ataupun untuk
memahami pelajaran–pelajaran yang ada di pendidikan formal dan nonformal, berhasil atau tidaknya peserta didik dalam memahami pelajaran-
pelajaran yang ada di sekolah itu juga tergantung dari pengetahuan bahasa
atau penguasaan bahasanya. Untuk pembelajaran keterampilan berbahasa
tingkat sekolah dasar yang saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan yaitu
menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Keempat keterampilan
berbahasa tersebut pada dasarnya adalah satu kesatuan.
Pengembangan keterampilan menulis merupakan salah satu
komponen penting dalam keterampilan berbahasa. Menulis selalu ditulis di
akhir setelah menyimak, berbicara dan membaca, meskipun menulis selalu
ditulis paling akhir bukan berarti menulis tidak penting, menulis juga sama
penting dengan komponen keterampilan berbahasa yang lainnya.
Menulis bukanlah kemampuan yang dapat dikuasai begitu saja
dengan sendirinya, melainkan dengan proses pembelajaran. Dengan proses
pembelajaran yang panjang siswa dapat menumbuh kembangkan tradisi
Sejauh ini pembelajaran keterampilan berbahasa di SD/MI belum
semaksimal yang diharapkan, ini bisa dilihat dari proses belajar mengajar
yang masih berpusat pada guru, banyak pula guru yang mengalami kesulitan
diantaranya adalah menentukan kegiatan pembelajaran yang menarik.
Akibatnya siswa tidak bisa mengikuti kegiatan pembelajaran sesuai indikator
yang ingin dicapai, dilihat dari nilai evaluasi masih banyak siswa yang belum
memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) madrasah yaitu sebesar 65.
Di kelas III MI Ma’arif Tirto Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang pelajaran Bahasa Indonesia adalah salah satu pelajaran yang
lumayan digemari oleh para siswa, tetapi di dalam pelaksanaan pembelajaran
di kelas masih sering ditemukan kendala dalam menangkap pelajaran, hal itu
dikarenakan pembelajaran Bahasa Indonesia disampaikan dengan cara yang
kurang menarik.
Guru terlalu sering menggunakan metode ceramah, serta tidak
adanya media pembelajaran yang dipakai dalam pembelajaran. Sehingga
siswa yang sebelumnya berantusias dalam pembelajaran Bahasa Indonesia
menjadi kurang semangat. Sedangkan dari siswanya sendiri, permasalahan
yang dihadapi ketika mengikuti pembelajaran Bahasa Indonesia adalah saat
siswa diminta untuk menulis karangan, sebagian besar siswa mengalami
kesulitan dalam menuangkan ide atau gagasan. Karena tidak adanya
kreativitas guru untuk menggunakan media dan metode yang tepat untuk
menyampaikan materi menulis karangan. Akibatnya siswa menjadi bosan dan
Media dan fasilitas yang digunakan guru juga kurang menarik
perhatian siswa, sumber belajar hanya berasal buku paket, dan pembelajaran
hanya dikemas dalam sebuah ceramah. Dan hal itu juga berpengaruh dengan
hasil belajar siswa yang kurang baik.
Berdasarkan observasi penulis yang dilakukan pada 20 Juli 2017 di
MI Ma’arif Tirto, Grabag, Magelang pada siswa kelas III, hasil belajar
Bahasa Indonesia materi menulis karangan masih kurang. Dari Kriteria
Ketuntasan Minimum (KKM) yaitu 65, ketuntasan klasikal yang diperoleh
hanya sekitar 32%.
Untuk meningkatkan hasil belajar siswa, guru harus kreatif dalam
memilih metode dan media pembelajaran yang bervariasi. Penggunaan media
dan metode yang tepat akan sangat berpengaruh terhadap ketercapaian
pemahaman siswa.
Berdasarkan latar belakang yang telah telah dipaparkan, peneliti
akan melaksanakan tindakan kelas di MI Ma’arif Tirto Grabag Magelang
dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Materi Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Example Non-Example Pada Siswa
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti dapat merumuskan
permasalahan penelitian, yakni: apakah penggunaan model pembelajaran
example non-example dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia
materi menulis karangan pada siswa kelas III semester I MI Ma’arif Tirto, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang tahun pelajaran 2017/2018?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian tindakan kelas (PTK) ini adalah untuk mengetahui
model pembelajaran example non-example dapat meningkatkan hasil belajar
Bahasa Indonesia materi menulis karangan pada siswa kelas III semester I MI
Ma’arif Tirto, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang tahun pelajaran 2017/2018.
D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan 1. Hipotesis Tindakan
Menurut Soehartono (2004: 36) hipotesis tindakan adalah suatu
perkiraan tentang tindakan yang diduga dapat mengatasi permasalahan
yang mengemukakan hipotesis adalah suatu pernyataan yang masih harus
diuji kebenarannya secara empirik. Hipotesis merupakan jawaban
sementara atas pertanyaan penelitian, yang kebenarannya akan diuji
berdasarkan data yang dikumpulkan.
Berdasarkan paparan di atas maka rumusan hipotesis dalam
penelitian ini adalah penggunaan model pembelajaran example
menulis karangan pada siswa kelas III semester I MI Ma’arif Tirto, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang tahun pelajaran 2017/2018.
2. Indikator Keberhasilan
Penerapan model pembelajaran example non-example dikatakan
efektif apabila indikator yang diharapkan dapat tercapai. Indikator yang
dapat dirumuskan peneliti adalah :
a. Secara Individu
Siswa dapat mencapai nilai 65 sesuai dengan KKM yang telah
ditentukan dari sekolah pada materi menulis karangan.
b. Nilai Klasikal
Siklus akan berhenti apabila 85% dari total siswa dalam satu kelas
mendapat nilai 65.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian yang dilaksanakan diharapkan dapat memberikan
manfaat kepada banyak pihak serta dapat memberikan kontribusi dalam
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Manfaat yang ingin dicapai
yaitu :
1. Manfaat teoritis
Dengan adanya model pembelajaran yang kreatif dan inovatif
lebih diharapkan penelitian ini dapat menjadi landasan dalam
melaksanakan pembelajaran keterampilan menulis karangan mata
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru
Manfaat yang diperoleh guru dari penelitian ini adalah dapat
menambah wawasan guru mengenai variasi model pembelajaran
yang kreatif dan inovatif dalam pembelajaran keterampilan menulis
karangan mata pelajaran Bahasa Indonesia.
b. Bagi siswa
Manfaat yang diperoleh siswa dari penelitian ini adalah dengan
menggunakan model pembelajaran example non-example siswa
dapat menuangkan ide, gagasan, serta meningkatkan kemampuan
berbahasa dan menulis karangan siswa.
c. Bagi sekolah atau lembaga
Dapat menjadikan masukan dalam meningkatkan kualitas
madrasah dan kualitas pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran yang kreatif dan inovatif.
F. Definisi Operasional
Agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap judul skripsi di atas, maka
peneliti akan memaparkan penegasan istilah sebagai berikut :
1. Hasil Belajar Siswa
Secara sederhana, yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah
kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena
belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha
Dalam kegiatan pembelajaran atau kegiatan intruksional, biasanya guru
menetapkan tujuan–tujuan pembelajaran atau tujuan intruksional (Susanto, 2013: 5).
2. Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi nasioanal yang digunakan di
seluruh wilayah Negara kesatuan Republik Indonesia (UU No.24/2009,
bab I ketentuan umum pasal I ayat 2) (Wintala, 2015: 5).
3. Menulis Karangan
Menulis Karangan adalah mengungkapkan atau menyampaikan
gagasan dengan menggunakan bahasa tulis. Dilihat dari keluasan dan
keterinciannya, gagasan itu dapat diungkapkan dengan berbagai unsur
bahasa. Dalam hal ini gagasan dapat diungkapkan dalam bentuk kalimat
dan paragaf, serta dapat pula diungkapkan dalam bentuk karangan yang
utuh (Dalman, 2012: 86).
4. Model Pembelajaran Example Non-Example
Model pembelajaran ini merupakan sebuah langkah untuk
mensiasati agar siswa dapat mendefinisikan sebuah konsep. Adapun
strategi yang bisa digunakan untuk mempersiapkan siswa secara cepat
dengan menggunakan 2 hal yang terdiri dari example (contoh akan
sesuatu materi yang sedang dibahas) dan non-example (contoh dari
sesuatu materi yang tidak sedang dibahas), dan meminta siswa untuk
mengklasifikasikan keduanya sesuai dengan konsep yang ada (Kurniasih,
G. Metodologi Penelitian 1. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang peneliti ambil adalah Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas berasal dari bahasa
Inggris, yaitu Classroom Action Research, yang berarti action research
(penelitian dengan tindakan) yang dilakukan di kelas (Suyadi, 2013:17).
Pengertian lain PTK adalah penelitian di dalam kelas dengan tujuan
memperbaiki proses pembelajaran di kelas agar siswa juga mampu
meningkatkan prestasi belajarnya.
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas III MI Ma’arif Tirto, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang. Alasan mengambil subjek
kelas III dikarenakan memang materi menulis karangan bermula di kelas
III. Dan mengambil di MI Ma’arif Tirto Grabag karena peneliti sudah melakukan wawancara kepada guru kelas III mengenai kendala-kendala
dalam pembelajaran Bahasa Indonesia tentang menulis karangan.
3. Lokasi penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MI Ma’arif Tirto, tepatnya di Desa Tirto, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang. Petunjuknya dari pasar
Grabag lurus kemudian belok kanan lurus sampai menemukan pertigaan
arah Sunan Geseng kemudian lurus sampai menemukan MI yang berada
4. Langkah–langkah Penelitian
Ada beberapa langkah dalam pelaksanaan PTK seperti yang di
kemukakan oleh Arikunto, yaitu :
a. Perencanaan. Langkah pertama dalam melaksanakan PTK adalah
perencanaan. Pada tahap ini meliputi kegiatan :
1) Mengidentifikasi masalah
2) Analisis penyebab masalah dan merumuskannya
3) Ide untuk memecahkan masalah
b. Pelaksanaan. Langkah ke–2 dalam melaksanakan PTK adalah pelaksanaan yang merupakan penerapan dari apa yang direncanakan
untuk bertindak dalam kelas.
c. Pengamatan. Langkah ke–3 dalam melaksanakan PTK adalah pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, pengamatan ini dilakukan
pada waktu tindakan itu sedang berlangsung, sehingga pengamatan
dan tindakan ini berlangsung pada waktu yang sama dan tidak dapat
dipisahkan.
d. Refleksi. Langkah ke–4 dalam melaksanakan PTK adalah refleksi, langkah ini dimaksudkan untuk mengevaluasi kegiatan-kegiatan
yang sudah dilakukan, dengan tujuan agar refleksi ini dapat menjadi
pertimbangan untuk merencanakan kegiatan pada siklus berikutnya.
Model Tahapan – Tahapan pelaksanaan PTK (Suyadi, 2013:50)
Penelitian dilaksanakan dalam 2 siklus penelitian, adapun rinciannya
adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan
Langkah pertama adalah melakukan perencanaan secara
matang dan teliti. Kegiatan yang dilakukan adalah:
1) Menyiapkan materi Bahasa Indonesia tentang menulis karangan
2) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pokok
bahasan menulis karangan dengan menggunakan model
pembelajaran example non-example Perencanaan
Pelaksanaan
SIKLUS I
Pengamatan
Perencanaan
Pelaksanaan
SIKLUS II
Pengamatan Refleksi
3) Menyiapkan sumber belajar yang akan digunakan dan media
pembelajaran berupa gambar
4) Mengembangkan pedoman atau instrument yang digunakan
dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
5) Menyusun alat evaluasi pembelajaran sesuai dengan ndicator
keberhasilan
b. Pelaksanaan
Pelaksanaannya adalah menerapkan model pembelajaran
example non-example dengan melaksanakan pembelajaran sesuai
dengan desain pembelajaran. Dalam pelaksanaannya terdapat tiga
kegiatan, yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir.
c. Pengamatan
Pengamatannya yaitu mengamati semua peristiwa selama
pelaksanaan tindakan berlangsung. Pengamatan terfokus pada
kegiatan siswa yang melihat dengan seksama, mendengar dengan
penuh konsentrasi dan mengamati gambar yang sudah tertempel di
papan tulis dengan teliti dan juga kritis. Untuk memaksimalkan
pengamatan guru memberikan umpan balik terhadap apa yang
telah diajarkan atau diterangkan dengan beberapa pertanyaan
sehingga guru mengetahui siapa yang memperhatikan dan siapa
yang tidak memperhatikan. Dengan adanya umpan balik pula
untuk mengetahui kekurangan dalam proses pembelajaran, dari
d. Refleksi
Refleksi (reflecting) dilakukan dengan menganalisis hasil
tindakan sejauh mana tingkat perubahan perilaku siswa sebelum
dan sesudah dilaksanakannya pembelajaran menggunakan model
pembelajaran example non-example. Dengan refleksi akan
diperoleh masukan yang dapat digunakan untuk memperbaiki
tindakan pada siklus II dan seterusnya.
5. Instrumen Penelitian
a. Pedoman atau lembar pengamatan
Pedoman atau lembar pengamatan digunakan untuk
mengamati kegiatan secara langsung yang sedang dilakukan siswa
dan guru peneliti dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia
dengan materi menulis karangan di kelas. Hasil observasi ini
berupa catatan lapangan yang mendreskripsikan proses kegiatan
pembelajaran yang meliputi antusias peserta didik dan kemampuan
siswa setelah melakukan kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran example non- example.
b. Soal evaluasi
Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan, maka dilakukan
evaluasi. Evaluasi yang digunakan adalah soal tes tertulis, untuk
mendapatkan data yang berupa nilai yang menggambarkan
pembelajaran. Tes tertulis ini berisi gambar kemudian peserta didik
menulis karangan sesuai dengan gambar tersebut.
c. Dokumentasi
Diperlukan untuk menyimpan bukti kegiatan siswa dan
guru dalam proses pembelajaran. Dokumentasi ini berisi hasil
belajar yang diperoleh dari penelitian berupa foto–foto atau gambar.
6. Teknik pengumpulan data
Pengumpulan data yang dilakukan peneliti dibantu oleh guru kelas.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
a. Observasi
Observasi digunakan peneliti untuk mengamati karakter dan data– data yang berhubungan dengan keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran.
b. Tes formatif
Tes digunakan peneliti untuk memperoleh data-data yang
berhubungan dengan hasil belajar yang diperoleh siswa dengan
cara memberi tes tertulis untuk mengukur kemampuan dan
c. Dokumentasi
Dokumentasi diperlukan untuk merekam semua kegiatan siswa dan
guru dalam proses pembelajaran berupa foto, nilai, soal dan materi.
7. Analisis Data
Sesuai dengan rancangan penelitian yang digunakan maka analisis
data dilakukan dengan menggunakan analisis dan refleksi dalam setiap
siklusnya brdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan. Penelitian
ini dianalisis untuk mengetahui hasil akhir dari setiap siklus penelitian.
a. Penilaian rata–rata
Peneliti menjumlahkan nilai yang diperoleh oleh siswa, kemudian
membagi dengan jumlah siswa tersebut sehingga diperoleh nilai
rata–rata. Penilaian rata–rata dapat menggunakan rumus sebagai berikut :
X =
Dengan :
∑X = jumlah nilai keseluruhan siswa
∑N = jumlah siswa
X = nilai rata – rata
b. Penelitian untuk ketuntasan belajar
Dalam menghitung ketuntasan belajar, peneliti menggunakan
rumus sebagai berikut :
H. Sistematika Penulisan
Sistematika di sini dimaksudkan sebagai gambaran umum yang
akan dibahas dalam laporan penelitian ini yang terdiri dari 5 bab dengan
rincian sebagai berikut :
1. Bagian Awal
Bagian awal skripsi mencakup tentang sampul, halaman judul,
halaman judul, persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan,
pernyataan keaslian tulisan dan kesedian publikasi, motto dan
persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar
gambar, daftar lampiran.
2. Bagian Inti
a. Bab I : Pendahuluan
Bab Pendahuluan memuat (1) latar belakang masalah,
(2) rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, (4) hipotesis, (5)
manfaat penelitian, (6) definisi operasional dan (7) metodologi
penelitian. Bab ini bertujuan mengantarkan pembaca untuk
mengetahui tentang apa, mengapa, dan bagaimana penelitian
dilakukan.
b.Bab II : Kajian Teori
pelajaran bahasa indonsia, (3) menulis karangan, (4) model
pembelajaran example non-example.
c. Bab III : Pelaksanaan Penelitian
Bagian ini berisi tentang pelaksanaan penelitian meliputi (1)
subjek penelitian, (2) deskripsi pelaksaan penelitian siklus I, (3)
deskripsi pelaksaan penelitian siklus II.
d.Bab IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab ini menyajikan hasil penelitian sesuai dengan urutan
penelitian dan pembahasan setiap selesai penelitian pada setiap
siklusnya.
e. Bab V : Penutup
Bagian ini meliputi kesimpulan dan saran.
3. Bagian Akhir
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hasil Belajar
1. Pengertian hasil belajar
Hasil belajar yaitu perubahan–perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik
sebagai hasil dari kegiatan belajar (Susanto, 2013:5).
2. Macam–macam hasil belajar
Hasil belajar sebagaimana telah dijelaskan di atas meliputi
pemahaman konsep (aspek kognitif), keterampilan proses (aspek
psikomotorik), dan sikap siswa (aspek afektif). Untuk lebih jelasnya
dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Pemahaman konsep
Pemahaman menurut Bloom (1979:89) diartikan sebagai
kemampuan untuk menyerap arti dari materi atau bahan yang
dipelajari. Pemahaman menurut Bloom ini adalah seberapa besar
siswa mampu menerima, menyerap, dan memahami pelajaran yang
diberikan oleh guru kepada siswa, atau sejauh mana siswa dapat
memahami serta mengerti apa yang ia baca, yang dilihat, dialami,
atau yang dirasakan berupa hasil penelitian atau observasi langsung
b. Keterampilan proses
Usman dan Setiawati (1993: 77) mengemukakan bahwa
keterampilan proses merupakan keterampilan yang mengarah kepada
pembangunan kemampuan mental, fisik, dan sosial yang mendasar
sebagai penggerak kemampuan yang lebih tinggi dalam diri individu
siswa. Keterampilan berarti kemampuan menggunakan pikiran,
nalar, dan perbuatan secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu
hasil tertentu, termasuk kreativitasnya.
Dalam melatih keterampilan proses, secara bersamaan
dikembangkan pula sikap–sikap yang dikehendaki, seperti kreativitas, kerja sama, bertanggung jawab, dan berdisiplin sesuai
dengan penekanan bidang studi yang bersangkutan.
c. Sikap
Menurut Lange dalam Azwar (1998:3), sikap tidak hanya
merupakan aspek mental semata, melainkan mencakup pula aspek
respons fisik. Jadi sikap ini harus ada kekompakan antara mental dan
fisik secara serempak. Jika mental saja yang dimunculkan, maka
belum, tampak secara jelas sikap seseorang yang ditunjukkannya.
Selanjutnya, Azwar mengungkapkan tentang struktur sikap terdiri
terdiri atas tiga komponen yang saling menunjang, yaitu : komponen
representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap;
komponen afektif, yaitu perasaan yang menyangkut emosional; dan
komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku
tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki seseorang (Susanto, 2013:
6).
B. Bahasa Indonesia
1. Pengertian Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan, kebangsaan, dan
Negara. Ditetapkan sebagai bahasa persatuan, karena bahasa Indonesia
dapat dijadikan alat perekat kesatuan seluruh warga Indonesia yang
cenderung menggunakan berbagai bahasa ibu (bahasa daerah).
Sehingga dengan bahasa Indonesia, spirit nasionalisme dari seluruh
warga Indonesia senantiasa terjaga (Wintala, 2015:5).
Selain itu juga bahasa Indonesia juga disebut bahasa resmi
Negara Indonesia. Sebagai bahasa resmi, kedudukan bahasa Indonesia
tentu saja berbeda dengan bahasa lain yang ada di Indonesia. Walau
Indonesia mempunyai banyak bahasa daerah, namun hanya memiliki
satu bahasa resmi yakni bahasa Indonesia (Kurniasari, 2014: 7).
2. Manfaat Pembelajaran Bahasa Indonesia
Bagi masyarakat yang tinggal di daerah perkampungan terpencil
dan jauh dari sentuhan pendidikan formal cenderung menggunakan
bahasa ibu (bahasa daerah). Bahkan sebagian besar dari masyarakat itu
mereka tidak pernah mengenyam pendidikan formal bahasa Indonesia
di sekolah. Mereka juga tidak pernah bergaul dengan orang–orang dari kota besar yang lebih suka menggunakan bahasa Indonesia ketimbang
bahasa ibu.
Bahasa Indonesia hampir tidak pernah digunakan sebagai bahasa
komunikasi di lingkup masyarakat internal. Padahal, bahasa Indonesia
seharusnya dipelajari oleh setiap warga Indonesia baik melalui
pendidikan formal maupun informal. Hal ini dikarenakan bahasa
Indonesia memiliki banyak manfaat, antara lain:
a. Sebagai Media Berkomunikasi
Seorang dari pengguna bahasa ibu (daerah) yang satu dapat
berbahasa Indonesia dengan baik akan dapat berkomunikasi
dengan pengguna bahasa ibu lainnya, misal: orang Jawa dengan
orang bali, orang Sumatra dengan orang ambon. Dari sini dapat
disimpulkan bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa komunikasi
antar warga Indonesia yang tinggal diberbagai pulau dengan
menggunakan bahasa ibu yang berbeda–beda. b. Sebagai Media Mempelajari Ilmu Pengetahuan
Dengan menguasai bahasa Indonesia secara lisan atau
tertulis, seorang akan mempelajari ilmu pengetahuan secara baik
yang disampaikan oleh para guru (dosen) maupun buku–buku yang menggunakan bahasa Indonesia. Dari sini dapat dikatakan, bahwa
mendapatkan ilmu pengetahuan. Di samping itu orang tersebut
akan mudah mendapatkan informasi (berita) di media massa atau
media sosial yang ditulis dengan menggunakan bahasa indonesia.
c. Sebagai Media Penyampaian Ide Kreatif
Seorang yang menguasai bahasa Indonesia secara tertulis
akan berpeluang menjadi sastrawan atau penulis yang
menyampaikan ide kreatifnya melalui karya tulis baik fiksi maupun
non fiksi. Tidak hanya itu, seorang yang menguasai bahasa
Indonesia secara tertulis akan dapat menulis surat resmi, surat
lamaran pekerjaan, biografi, abstrak karya ilmiah, proposal, dengan
baik dan benar.
d. Sebagai Modal Utama dalam Penyuntingan Naskah
Seorang editor yang bekerja di sebuah kantor penerbitan
atau media massa harus mengusai bahasa Indonesia secara tekstual.
Tanpa menguasai bahasa Indonesia dengan baik, seorang editor
bukannya menyempurnakan naskah, melainkan merusak naskah
tersebut melalui kerja editing-nya
e. Sebagai Bahasa Nasional, Persatuan, dan Negara
Bagi Negara, bahasa Indonesia bermanfaat untuk
meningkatkan spirit nasioanlisme dan persatuan bangsa. Dengan
demikian, bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa
Bahasa yang mecitrakan kepribadian dan kebudayaan Negara
Indonesia di mata dunia internasional.
3. Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia
Pembelajaran bahasa Indonesia di lingkup dunia akademik
khususnya dan masyarakat umunya memiliki beberapa tujuan, antara
lain:
a. Mendidik anak didik dan masyarakat agar dapat berkomunikasi
dengan menggunakan bahasa Indonesia secara efektif, efisien,
baik, dan benar sesuai etika dan kesopanan.
b. Supaya anak didik dan masyarakat semakin dapat menghargai serta
merasa bangga terhadap bahasa Indonesia sebagai alat pemersatu
bangsa.
c. Supaya anak didik dan masyarakat bisa memahami bahasa
Indonesia dan mampu menggunakannya secara tepat.
d. Supaya anak didik masyarakat bisa menggunakan bahasa Indonesia
guna semakin meingkatkan kemampuannya.
e. Supaya anak didik dan masyarakat mampu membaca yang
merupakan syarat mutlak di dalam memperluas wawasan serta
memperhalus budi pekerti.
f. Supaya anak didik dan masyarakat bisa mampu menghayati karya
sastra Indonesia yang fungsinya dapat memberikan inspirasi,
g. Supaya anak didik dan masyarakat bisa menyampaikan gagasannya
ke dalam karya tulis baik fiksi maupun nonfiksi (Wintala,
2015:17).
C. Menulis karangan
1. Pengertian Menulis Karangan
Pada dasarnya, istilah mengarang sama dengan istilah menulis
hanya saja ada beberapa pendapat yang membedakan antara istilah
mengarang dengan menulis. Istilah mengarang digunakan pada
penulisan karya fiksi atau non-ilmiah, sedangkan istilah menulis lebih
digunakan pada penulisan karya ilmiah atau bonfiksi.
Menurut Widyamartaya, dkk (1984:3), mengarang adalah suatu
proses kegiatan berpikir manusia yang hendak menggunakan
kandungan jiwanya kepada orang lain atau diri sendiri dalam
tulisannya.
Mengarang pada hakikatnya adalah mengungkapkan atau
menyampaikan gagasan dengan menggunakan tulis. Dilihat dari
keluasan dan kerinciannya, gagasan itu dapat diungkapkan dengan
berbagai unsur bahasa. Dalam hal ini gagasan dapat diungkapkan dalam
bentuk kalimat dan paragraf, serta dapat pula diungkapkan dalam
bentuk karangan yang utuh (Suparno dan Yunus, 2008:31).
Berdasarkan pemaparan tentang mengarang, seperti yang telah
dipaparkan di atas, dapat dikatakan bahwa mengarang adalah proses
disampaikan melalui unsur-unsur bahasa (kata, kelompok kata, kalimat,
paragraf, dan wacana yang utuh) dalam bentuk tulisan (Dalman,
2012:86).
Jadi dapat disimpulkan bahwa karangan merupakan hasil rangkaian
pikiran dan ungkapan perasaan yang disusun ke dalam bentuk tulisan
yang teratur.
Bentuk karangan dapat dibedakan dalam beberapa jenis antara lain
adalah:
a. Karangan Deskripsi
Karangan deskripsi adalah karangan yang melukiskan atau
menggambarkan suatu objek atau peristiwa tertentu dengan kata – kata secara jelas dan terperinci sehingga si pembaca seolah-olah
turut merasakan atau mengalami langsung apa yang dideskripsikan
si penulisnya. Karangan deskripsi mempunyai ciri–ciri khas, yaitu sebagai berikut:
1) Deskripsi lebih memperlihatkan detail atau perincian tentang
objek
2) Deskripsi bersifat memberi pengaruh sensitivitas dan
membentuk imajinasi pembaca
3) Deskripsi disampaikan dengan gaya yang memikat dan dengan
4) Deskripsi memaparkan tentang suatu yang dapat didengar,
dilihat, dan dirasakan, misalnya : benda, alam, warna, dan
manusia.
b. Karangan Narasi
Karangan narasi adalah cerita yang berusaha menciptakan,
mengisahkan, dan merangkaikan, tindak tanduk manusia dalam
sebuah peristiwa atau pengalaman manusia dari waktu ke waktu,
juga di dalamnya terdapat tokoh yang menghadapi suatu konflik
yang disusun secara sistematis.
Menurut Karaf (2007:136) ciri–ciri karangan narasi, yaitu: 1) Menonjolkan unsur perbuatan atau tindakan
2) Dirangkai dalam urutan waktu
3) Berusaha menjawab pertanyaan, apa yang terjadi?
4) Ada konflik. Narasi dibangun oleh sebuah alur cerita.
c. Karangan Eksposisi
Karangan eksposisi adalah karangan yang menjelaskan atau
memaparkan pendapat, gagasan, keyakinan, yang memerlukan fakta
yang diperkuat dengan angka, statistik, peta dan grafik, tetapi tidak
bersifat mempengaruhi pembaca.Karangan ini bertujuan semata– mata untuk menyampaikan informasi tertentu dan menambah
wawasan pembaca.
Ada beberapa ciri karangan eksposisi menurut Mariskan
1) Paparan itu karangan yang berisi pendapat, gagasan, keyakinan
2) Paparan memerlukan fakta yang diperlukan dengan angka,
statistic, peta, grafik
3) Paparan memerlukan analisis dan sintesis
4) Paparan menggali sumber ide dari pengalaman, pengamatan,
dan penelitian, serta sikap dan keyakinan
5) Paparan menjauhi sumber daya khayal
6) Bahasa yang dipergunakan adalah bahasa yang informatif
dengan kata-kata yang denotative
7) Penutup paparan berisi penegasan.
d. Karangan Argumentasi
Karangan argumentasi adalah karangan yang bertujuan
meyakinkan atau membuktikan kepada pembaca agar menerima
sesuatu kebenaran sehingga pembaca meyakini kebenaran itu.
Menurut Finoza (2008:243), ciri–ciri karangan argumentasi adalah: 1) Mengemukakan alasan atau bantahan sedemikian rupa dengan
tujuan memengaruhi keyakinan pembaca agar menyetujuinya
2) Mengusahakan pemecahan suatu masalah, dan
3) Mendiskusikan suatu persoalan tanpa perlu mencapai satu
penyelasaian.
e. Karangan Persuasi
Karangan persuasi adalah karangan yang bertujuan untuk
tentang isi karangan tersebut dan mengikuti keinginan si penulisnya.
Dalam hal ini, penulis karangan persuasi harus mampu meyakinkan
dan memengaruhi pembaca sehingga setelah membaca tulisan
tersebut melakukan seperti yang diinginkan oleh penulisnya.
Menurut Suparno (2008), ciri-ciri karangan persuasi adalah
sebagai berikut:
1) Harus menimbulkan kepercayaan pendengar / pembacanya
2) Bertolak atas pendirian bahwa pikiran manusia dapat diubah
3) Harus menciptakan penyesuain melalui kepercayaan antara
pembicara/penulis dan yang diajak berbicara/pembaca
4) Harus menghindari konflik agar kepercayaan tidak hilang dan
tujuan tercapai
5) Harus ada fakta dan data secukupnya.
D. Model Pembelajaran Example Non-Example
Example non-example merupakan model pembelajaran yang
menggunakan gambar sebagai media untuk menyampaikan materi
pelajaran. Model pembelajaran ini bertujuan mendorong siswa untuk
belajar berfikir kritis dengan memecahkan permasalahan–permasalahan yang termuat dalam contoh–contoh gambar yang disajikan. Penggunaan media gambar dirancang agar siswa dapat menganalisis gambar tersebut
untuk kemudian dideskripsikan secara singkat perihal isi dari sebuah
gambar.Dengan demikian, model pembelajaran ini menekankan pada
pembelajaran ini dapat ditampilkan melalui OHP proyektor, atau paling
sederhana yaitu poster. Gambar ini haruslah jelas terliat meski dari jarak
jauh, sehingga siswa yang berada dibangku belakang dapat juga melihatya
dengan jelas (Huda,2013:234).
Adapun model pembelajaran yang bisa digunakan bertujun pula untuk
mempersiapkan siswa secara cepat dengan menggunakan 2 hal yang terdiri
atas example (contoh akan suatu materi yang sedang dibahas) dan non-
example (contoh dari suatu materi yang tidak sedang dibahas), dan
meminta siswa mengklasifikasikan keduanya sesuai dengan konsep yang
ada.
Dengan memperlihatkan contoh gambar yang ada diharapkan dapat
memusatkan perhatian siswa terhadap gambar–gambar dan materi yang sedang dipelajari. Model pembelajaran ini cocok dikembangkan dalam
kelas yang lebih tinggi, karena diasumsikan siswa sudah memiliki tingkat
analisis yang baik.akan tetapi, model ini tidak ada salahnya juga diberikan
pada kelas–kelas awal untuk menekankan aspek psikologis dan tingkat perkembangan siswa seperti: kemampuan berbahasa tulis dan lisan,
kemampuan analisis ringan, dan kemampuan berinteraksi dengan siswa
lainnya (Kurniasih, 2016:32).
Langkah–langkah penerapan model pembelajaran example non- example adalah sebegai berikut (Hamdani,2011:94):
1. Guru mempersiapkan gambar–gambar sesuai dengan tujuan
2. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP.
3. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa untuk
memerhatikan atau menganalisis gambar.
4. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisis
gambar dicatat pada kertas.
5. Setiap kelompok diberi kesempatan membaca hasil diskusinya.
6. Mulai dari komentar atau hasil diskusi siswa, guru menjelaskan materi
sesuai tujuan yang ingin dicapai.
7. Kesimpulan.
Kelebihan model pembelajaran example non-example (Kurniasih dan
Berlin Sani, 2016:33):
1. Siswa memiliki pemahaman dari sebuah definisi dan selanjutnya
digunakan untuk memperluas pemahaman konsepnya dengan lebih
mendalam dan lebih lengkap.
2. Model ini mengantarkan siswa agar terlihat dalam sebuah penemuan
dan mendorong mereka untuk membangun konsep secara progresif
melalui pengalaman dari gambar–gambar yang ada.
3. Ketika model ini diberikan, maka siswa akan mendapat dua konsep
sekaligus, karena sesuai dengan materi yang dibahas dan gambar
lainnya tidak.
4. Model ini akan membuat siswa lebih kritis dalam menganalisis
5. Siswa mendapatkan pengetahuan yang aplikatif dari materi berupa
contoh gambar.
6. Dan yang lebih penting dari semua itu, siswa diberi kesempatan untuk
mengemukakan pendapatnya secara pribadi.
Kekurangan model pembelajaran example non-example adalah sebagai
berikut :
1. Kekurangan model pembelajaran ini adalah keterbatasan gambar
untuk semua materi pembelajaran karena tidak semua materi dapat
disajikan dalam bentuk gambar.
2. Model ini tentu saja akan menghabiskan waktu yang akan lama,
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Subjek Penelitian
1. Gambaran Umum Sekolah
a. Profil sekolah
Nama Sekolah : MI Ma’arif Tirto
NIPSN : 60711185
NSM : 111233080281
NPWP : 00-542-493-2-524
No. SK Pendirian : K.20/1.a/276/73
Alamat : Jln. Sunan Geseng Km 3 Tirto RT 06 RW
01, Desa Tirto, Kecamatan Grabag,
Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa
Tengah
Kode Pos : 56196
Status Sekolah : Swasta
Waktu Bealajar : Pagi
Tahun Berdiri : 20 November 1973
b. Visi dan Misi
Visi
Terwujudnya peserta didik yang berakhlakul karimah, terampil, cerdas,
Misi
1) Melakukan pembelajaran secara efektif
2) Meningkatkan dan memberdayakan pengamalan agama
3) Memberdayakan potensi peserta didik agar berprestasi maksimal
secara intelektual, emosional, dan spiritual.
c. Keadaan Guru dan Karyawan MI M a’arif Tirto Grabag Tabel : 3.1
Daftar Guru MI Ma’arif Tirto Grabag
No. Nama Tempat tanggal lahir
1. Siti Romelah, S.Pd.I Magelang, 28-08-1968
2. Muh Amin, S.Pd.I Magelang, 10-05-1970
3. Tafrihan Budi Santosa, S.Pd.I Semarang,11-06-1976
4. Ashari, S.Pd.I Magelang,23-09-1973
5. Anisatul Khustantina, S.Pd.I Magelang,12-07-1986
6. Qurotul’ain, S.d.I Magelang,27-1-1989 7. Ma’alia Ulfa, S.Sos.I Magelang,15-01-1983
8. Nirma Riyanti, S.Th.I Semarang,07-05-1989
9. Nurti’ah, Amd Magelang,13-01-1991
d. Keadaan Siswa
Jumlah siswa di MI Ma’arif Tirto Grabag tahun pelajaran 2017/2018 adalah sebagai berikut :
Tabel 3.2
Daftar Siswa MI Ma’arif Tirto Grabag
No. Kelas Jumlah Siswa Jumlah
L P
1. I 24 18 42
2. II 15 18 33
3. III 10 20 31
4. IV 9 23 32
5. V 14 11 25
6. VI 16 18 34
Pada penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah siswa kelas III
MI Ma’arif Tirto, Grabag.dengan jumlah siswa sebanyak 31 siswa yang terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan. Berikut nama-nama
kelas III :
Tabel 3.3
Nama –nama siswa kelas III MI Ma’arif Tirto, Grabag
No. Nama Siswa Keterangan
2. FK P
3. FS P
4. AN L
5. KVS P
6. MB P
7. ANA P
8. ANA P
9. AS P
10. AA P
11. AF P
12. CNLM P
13. ENS P
14. IN P
15. MIA L
16. MFA L
17. MK L
18. MPY L
19. MR L
20. NJ P
21. NS P
22. NIA P
24. RA L
25. SRA L
26. SFD P
27. SNA P
28. UU P
29. ZN P
30. AU L
31. MAI L
e. Sarana Prasarana Pendukung
Dalam pembelajaran di sekolah membutuhkan sarana prasarana yang
mendukung dalam pembelajaran. Adapun sarana prasarana yang
mendukung dalam pembelajaran di MI Ma’arif Tirto, Grabag, Magelang adalah sebagai berikut:
Tabel 3.4
Sarana Prasarana MI Ma’arif Tirto Grabag
No. Jenis Sarana Prasarana Jumlah Sapras Menurut Kondisi
Baik Rusak
1. Laptop 2
2. Komputer 1
3. Printer 1 1
4. Televisi
6. Mesin fax
7. Mesin scanner
8. LCD Proyektor 1
9. Layar (Screen)
10. Meja Guru dan
Pegawai
4 6
11. Kursi Guru dan
Pegawai
10
12. Lemari Arsip 2 2
13. Kotak Obat (P3K)
14. Brankas
15. Pengeras Suara 2
16. Washtafel (Tempat
cuci tangan)
17. Kendaraan operasional
(Motor)
18. Kendaraan operasional
(Mobil)
19. Mobil Ambulance
20. AC (Pendingin
f. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada akhir bulan Juli dan awal bulan
Agustus dengan masing–masing siklus satu kali pertama. Siklus petama dilaksanakan pada hari juma’at, tanggal 21 Juli 2017. Siklus II dilaksanakan pada hari jum’at, tanggal 11 Agustus 2017. Penelitian ini dilaksanakan di ruang kelas III MI Ma’arif Tirto, Grabag, Magelang.
B. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I
Siklus I dilaksanakan pada hari jum’at, tanggal 21 Juli 2017, selama kurang
lebih 2 jam pelajaran (2 x 35 menit). Dengan langkah sebagai berikut:
Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas / Semester : III/I
1. Standar Kompetensi
Mengungkapkan pikiran, perasaan dan informasi dalam karangan
sederhana dan puisi
2. Kompetensi Dasar dan Indikator
Menulis karangan sederhana berdasarkan gambar menggunakan pilihan
kata dan kalimat yang tepat dengan memperhatikan penggunaan ejaan,
huruf kapital, dan tanda titik
Dengan Indikator Pembelajaran :
a. Mampu mengidentifikasi gagasan pokok dan penjelasan pada
gambar
c. Mengembangkan kerangka menjadi karangan yang runtut dan padu
3. Tujuan Pembelajaran
Siswa mampu menulis karangan sederhana berdasarkan gambar
menggunakan pilihan kata dan kalimat yang tepat dengan memperhatikan
penggunaan ejaan, huruf kapital, dan tanda titik.
4. Materi Pembelajaran
Contoh karangan beradasarkan gambar
Pada pukul 06.15 Andi berangkat sekolah, karena rumahnya dengan
sekolah lumayan dekat maka andi berjalan kaki, berjalan dengan pelan – pelan sambil mengamati sekelilingnya, dia nampak bersih dan rapi, dia
berangkat lebih awal karena hari ini dia piket kelas. Sebelum teman-
temannya berangkat, kelasnya sudah harus bersih dan rapi, agar
belajarpun nyaman. Teman piket Andi adalah Rina, karena piketnya
berdua jadi nampak ringan dan cepat selesainya. Ketika semua sudah
masing-masing. Setelah masuk dan berdoa Andi dan Rina hari ini
mendapat bintang 5 karena kelas sudah sangat bersih dan rapi.
5. Metode Pembelajaran
a. Ceramah
b. Diskusi
c. Tanya Jawab
d. Penugasan
Pelaksanaan siklus I ini dilaksanakan dalam 4 tahapan, yaitu :
perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observasing), dan
refleksi (reflecting). Secara garis besar pelaksanaan siklus I ini dapat
dideskripsikan sebagai berikut :
a. Tahap perencanaan ( Planning )
1) Guru menentukan sub pokok bahasan yang akan diajarkan yaitu
menjelaskan materi tentang mengarang
2) Mempersipkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebagai
pedoman dalam kegiatan belajar mengajar
3) Mempersiapkan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran example non-example
4) Mempersiapkan soal evaluasi sebagai sarana untuk mengetahui
kemampuan siswa.
5) Mempersiapkan lembar observasi/pengamatan untuk guru guna
mengetahui perubahan dan pengembangan dalam melaksanakan
6) Mempersiapkan pengamatan terhadap siswa dengan memperhatikan
tingkah laku siswa secara teliti pada saat kegiatan belajar mengajar
b. Tahap Pelaksanaan (Acting)
Pada tahap pelaksanaan ini, guru selaku peneliti dibantu oleh guru
kolaborator melaksanakan kegiatan pembelajaran dikelas sesuai dengan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah didesain, yaitu :
1) Kegiatan Awal
a) Guru mengucap salam dan berdoa bersama
b) Guru memeriksa kehadiran, kerapian berapakain dan kesiapan
siswa
c) Guru menyapa dan memotivasi siswa
2) Kegiatan Inti
Eksplorasi
a) Guru meminta siswa untuk memperhatikan materi yang akan
disampaikan guru tentang penggunaan ejaan, huruf kapital dan
tanda titik
b) Guru meminta siswa untuk mengamati gambar beserta karangan
yang ada di papan tulis
c) Guru dan siswa betanya jawab tentang gambar yang diamatinya
Elaborasi
a) Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok (setiap kelompok terdiri
b) Masing masing kelompok diberi kertas kosong untuk menulis
karangan berdasarkan gambar yang sudah ditempel di papan tulis
bersama dengan kelompoknya
Konfirmasi
a) Guru meminta perwakilan dari kelompoknya untuk membacakan
karangannya didepan
b) Guru memberikan reward untuk kelompok terbaik
c) Guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya
3) Kegiatan Akhir
a) Guru memberikan soal evaluasi kepada siswa
b) Guru menyimpulkan materi yang sudah disampaikan
c) Guru memberikan komentar terhadap aktivitas siswa saat
pembelajaran
d) Guru meminta siswa untuk mempelajari materi yang sudah
dipelajari tadi
e) Guru menutup dengan doa
f) Salam penutup
c. Tahapan Refleksi (reflecting)
Setelah dilaksanakan perencanaan, tindakan dan pengamatan maka
tahap selanjutnya yang dilaksanakan peneliti adalah refleksi dengan
menggunakan model pembelajaran example non-example. Dengan model
pembelajaran tersebut apakah dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
besar tingkat perubahan kemampuan siswa sebelum dan sesudah
dilakukan tindakan. Dan mengkaji keberhasilan belajar siswa sebagai
persiapan tindakan selanjutnya.
Adapun refleksi yang didapatkan dalam pelaksanaan siklus I ini
adalah penggunaan model pembelajaran example non-example pada
siklus ini penggunaan model kurang maksimal, hal ini disebabkan oleh
beberapa masalah antara lain:
1. Masih ada beberapa siswa yang bermain sendiri
2. Masih ada siswa yang bolak–balik ke kamar mandi, jadi ketinggalan penjelasan guru.
3. Guru belum optimal dalam mempraktikkan model pembelajaran
example non example
Dengan adanya masalah–masalah tersebut, maka peneliti akan melakukan tindakan pada siklus II untuk memperbaiki hasil belajar pada
siklus I.
C. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II
Siklus II ini dilaksanakan pada hari jumat tanggal 11 Agustus 2017 di dalam
ruang kelas III MI Ma’arif Tirto Grabag. Selama kurang lebih 2 jam pelajaran
(2 x 35 menit ) pada jam ke 1-2. Persiapanya adalah sebagai berikut:
Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Penelitian (RPP)
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
1. Standar Kompetensi
Mengungkapkan pikiran, perasaan dan informasi dalam karangan
sederhana dan puisi
2. Kompetensi Dasar dan Indikator
Menulis karangan sederhana berdasarkan gambar menggunakan pilihan
kata dan kalimat yang tepat dengan memperhatikan penggunaan ejaan,
huruf kapital, dan tanda titik
Dengan Indikator Pembelajaran:
a. Mampu mengidentifikasi gagasan pokok dan penjelasan pada gambar
b. Menulis kerangka karangan berdasarkan gambar
c. Mengembangkan kerangka menjadi karangan yang runtut dan padu
3. Tujuan Pembelajaran
Siswa mampu menulis karangan sederhana berdasarkan gambar
menggunakan pilihan kata dan kalimat yang tepat dengan memperhatikan
penggunaan ejaan, huruf kapital, dan tanda titik.
4. Materi Pembelajaran
Pernahkah kamu memperhatikan suasana siang pada hari Jumat?
Setiap hari Jumat para siswa pulang lebih cepat dari pada hari biasanya.
Para pegawai kantor, pedagang dan para pekerja lainnya yang beragama
islam semuanya menghentikan kegiatan mereka ketika mendengar suara
azan Jumat. Mengapa mereka menghentikan pekerjaannya? Mereka yang
beragama islam pergi ke masjid untuk melakukan salat Jumat. Bahkan
ada yang sering salat Jumat di masjid dekat tempat tinggalnya.
Begitu juga dengan Ilham setiap hari Jumat dia selalu diajak
bapaknya ke masjid untuk melaksanakan salat Jumat, agar Ilham juga
terbiasa melaksanakan salat Jumat. Ketika dia sudah terbiasa maka tanpa
diajak bapaknya pun dia tetap berangkat ke masjid, bahkan sampai dia
5. Metode Pembelajaran
a. Ceramah
b. Diskusi
c. Tanya Jawab
d. Penugasan
Pelaksanaan siklus II ini dilaksanakan dalam 4 tahapan, yaitu :
perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observasing),
dan refleksi (reflecting). Secara garis besar pelaksanaan siklus II ini dapat
dideskripsikan sebagai berikut :
a. Tahap perencanaan ( Planning)
1) Guru menentukan sub pokok bahasan yang akan diajarkan
yaitu menjelaskan materi tentang mengarang, penggunan ejaan,
huruf kapital dan tanda titik
2) Mempersipkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
sebagai pedoman dalam kegiatan belajar mengajar
3) Mempersiapkan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran example non-example
4) Mempersiapkan soal evaluasi sebagai sarana untuk
mengetahui kemampuan siswa.
5) Mempersiapkan lembar observasi/pengamatan untuk guru
guna mengetahui perubahan dan pengembangan dalam
6) Mempersiapkan pengamatan terhadap siswa dengan
memperhatikan tingkah laku siswa secara teliti pada saat kegiatan
belajar mengajar
b. Tahap Pelaksanaan (Acting)
Pada tahap pelaksanaan ini, guru selaku peneliti dibantu oleh
guru kolaborator melaksanakan kegiatan pembelajaran dikelas sesuai
dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah
didesain, yaitu:
1.Kegiatan Awal
a. Guru mengucap salam dan berdoa bersama
b. Guru memeriksa kehadiran, kerapian berapakain dan
kesiapan siswa
c. Guru menyapa dan memotivasi siswa
d. Guru melakukan apersepsi dengan menanyakan
pembelajaran minggu depan
2.Kegiatan Inti
Eksplorasi
a. Guru meminta siswa untuk memperhatikan materi yang akan
disampaikan guru tentang penggunaan ejaan, huruf kapital dan
tanda titik
b. Guru meminta siswa untuk mengamati gambar beserta
c. Guru dan siswa bertanya jawab tentang gambar yang
diamatinya
Elaborasi
a. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok (setiap kelompok
terdiri dari 3 sampai 4 siswa)
b. Masing-masing kelompok diberi kertas kosong untuk menulis
karangan berdasarkan gambar yang sudah ditempel di papan
tulis bersama dengan kelompoknya
Konfirmasi
a. Guru meminta perwakilan dari kelompoknya untuk
membacakan karangannya di depan
b. Guru memberikan reward untuk kelompok terbaik
c. Guru meminta siswa mengerjakan soal
d. Guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya tentang
materi yang belum jelas
3. Kegiatan Akhir
a. Guru mnyimpulkan materi yang sudah disampaikan
b. Guru memberikan komentar terhadap aktivitas siswa saat
pembelajaran
c. Guru meminta siswa untuk mempelajari materi yang sudah
dipelajari tadi
e. Salam penutup
c. Tahap Observasi (observasing)
Pada tahap ini dilaksanakan observasi/pengamatan terhadap
pelaksanaan pembelajaran yang berlangsung antara lain:
1) Peneliti bersama dengan guru kolabrator mengamati keaktifan
peserta didik pada saat kegiatan pembelajaran
2) Guru kolaborator mengamati aktifitas peneliti dalam mengelola
pembelajaran selama kegiatan pembelajaran yang berlangsung
3) Peneliti mencatat setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi
saat pembelajaran.
d. Tahapan Refleksi (reflecting)
Pada siklus II ini jumlah siswa yang memperhatikan pejelasan
guru semakin banyak dibanding siklus sebelumnya. Hal ini
dikarenakan persiapan penyajian pembelajaran yang lebih matang,
guru juga lebih optimal dalam mempraktekan model pembelajaran
sehingga siswa semakin tertarik dalam pembelajaran. Karena
ketertarikan tersebut, peserta didik dapat menerima materi pelajaran
secara utuh sehingga hasil belajar yang dicapai jauh lebih baik dari
siklus sebelumnya.Dan pada siklus II ini KKM indikator sekolah