28 V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Kota Pasuruan mengalami konflik yang disebabkan faktor politik, yaitu
kebijakan-kebijakan yang dilakukan di bawah pemerintahan mantan Presiden K.H. Abdurrahman
Wahid yang tidak sepaham dengan masyarakat sehingga mendapat tentangan dari masyarakat
yang menyebabkan situasi menjadi kurang kondusif, faktor sosial yang memiliki
kemajemukan horizontal dan ekonomi. Konflik yang terjadi di kota Pasuruan dilakukan oleh
oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab, dengan menghancurkan beberapa fasilitas
masyarakat kota Pasuruan salah satunya menjadikan gedung kebaktian GPIB Pniel Pasuruan
sebagai sasaran amukan pemberontakan. Gedung kebaktian GPIB Pniel Pasuruan yang
berhasil dihancurkan dan dijadikan sasaran amukan, dikarenakan kurang terjalinnya interaksi
dan komunikasi yang baik antara GPIB Pniel Pasuruan dengan masyarakat sekitar, yang
menyebabkan masyarakat tidak berani memberikan pembelaan dan pertolongan ketika terjadi
konflik. GPIB Pniel melakukan beberapa cara dalam menyelesaikan konflik, salah satunya
dengan mengarahkan program sesuai kebutuhan yakni membangun integrasi sosial bersama
dengan masyarakat sekitar. Integrasi sosial dilakukan dengan cara membaurkan diri menjadi
satu kesatuan yang dilakukan bersama dengan masyarakat sekitar agar dapat diakui dalam
masyarakat. Saat ini, integrasi sosial yang dibangun jemaat GPIB Pniel pasca konflik telah
berhasil, yang dilakukan dengan cara mengubah strategi kehadiran, bukan dengan kehadiran
doktrinal, namun dengan kehadiran secara terbuka dan membaurkan diri bersama masyarakat
sekitar gedung kebaktian, sehingga menciptakan keharmonisan dalam lingkungan
masyarakat.
B. Saran
1. Kepada GPIB Pniel Pasuruan
Sikap dan kegiatan-kegiatan terprogram yang telah dilakukan GPIB Pniel Pasuruan
bersama masyarakat untuk mewujudkan kesatuan harus tetap dipertahankan dan
dikembangkan lebih luas lagi, sehingga menciptakan kesatuan dan masyarakat merasa
diberkati dengan keberadaan GPIB Pniel Pasuruan. Sebagai gereja pendatang, GPIB Pniel
boleh mengakui perbedaan yang dimiliki jemaat dengan masyarakat sekitar, tetapi tidak boleh
menganggapnya sebagai sesuatu yang penting, karena akan menimbulkan konflik dan
29
pemimpin gereja sebaiknya memiliki peran dalam mengingatkan jemaat bahkan