• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

1.1. Latar Belakang

Peralatan medis adalah suatu sarana yang digunakan untuk mewujudkan mutu pelayanan kesehatan yang baik kepada pasien baik di rumah sakit maupun instansi kesehatan lainnya. Peralatan medis digunakan untuk memberikan suatu tindakan kepada pasien berupa alat dan pengobatan yang digunakan untuk diagnosa, terapi, rehabilitasi dan penelitian medis baik secara langsung maupun tidak langsung.

Alat bantu ortopedi adalah salah satu jenis peralatan medis yang dirancang untuk menangani masalah muskuloskeletal atau kelainan pada struktur saraf, otot, serta tulang dan sendi pada manusia. Alat ini biasanya digunakan untuk menyelaraskan, memperbaiki posisi, menopang, serta melindungi bagian-bagian tertentu pada tubuh pasien yang sedang berada dalam masa pemulihan dari cedera atau trauma. Penggunaan alat bantu ortopedi berfungsi untuk membatasi pergerakan pada bagian tubuh pasien agar tidak terjadi cedera yang lebih lanjut.

Rumah Sakit Setia Budi adalah salah satu rumah sakit yang terletak di kota Medan, Sumatera Utara yang memberikan jasa pelayanan kesehatan kepada para masyarakat sekitar yang berfokus pada kesehatan ortopedi. Rumah sakit ini juga menyediakan berbagai fasilitas penunjang bagi para pasien yang memiliki cedera atau trauma salah satunya seperti alat penyangga leher (cervical collar).

I-2

Cervical collar merupakan alat bantu ortopedi yang biasa digunakan untuk menyangga atau menopang leher dan kepala pasien yang memiliki cedera pada tulang leher. Alat ini berfungsi untuk mengurangi pergerakan leher yang berlebihan selama proses pemulihan, mencegah pergerakan tulang leher yang patah, mencegah bertambahnya cedera tulang leher, dan mengurangi rasa sakit pada leher.

Penggunaan alat cervical collar bertujuan untuk membantu proses pemulihan bagian leher pasien ketika sedang berada dalam masa pemulihan dari cedera atau trauma. Selain itu, penggunaan alat ini juga diharapkan tidak menimbulkan ketidaknyamanan yang dapat mengganggu aktivitas pengguna.

Permasalahan yang terjadi ialah para pasien mengalami beberapa keluhan ketika menggunakan alat cervical collar ini. Keluhan yang timbul ketika menggunakan alat cervical collar dapat dilihat pada Tabel 1.1. ini.

Tabel 1.1. Data Keluhan Pasien Pengguna Cervical Collar

No. Keluhan

1 Bahan cervical collar kurang kuat menahan pangkal leher dan dagu 2 Leher terasa pegal

3 Merasa kepanasan di bagian leher

4 Ukuran alat tidak benar-benar sesuai dengan ukuran leher pengguna

Sumber: Wawancara

Berdasarkan keluhan yang telah diuraikan, adanya permasalahan pada penggunaan alat cervical collar yaitu bahan kurang kuat, leher terasa pegal, dan terasa panas di bagian leher. Alat cervical collar yang digunakan oleh para pasien rumah sakit Setia Budi terbuat dari bahan busa. Bahan busa yang digunakan bersifat lunak dan kurang kuat sehingga kurang mampu menopang pangkal leher dan dagu serta kurang mampu membatasi pergerakan leher pasien. Selain itu, alat yang

I-3

disediakan tidak memiliki lubang udara atau ventilasi sehingga menyebabkan pasien merasa kepanasan di bagian leher. Hal ini dapat berpengaruh terhadap kondisi emosional para pengguna dalam pemakaian alat ini. Oleh karena itu, diperlukan adanya perbaikan rancangan alat yang sesuai dengan perasaan dan emosional konsumen menggunakan integrasi antara metode Kansei Engineering dengan Quality Function Deployment. Di samping itu, adanya keluhan berupa adanya ketidaksesuaian ukuran alat dengan ukuran leher pengguna juga diperlukan penyelesaian dengan menggunakan pengukuran antropometri.

Penelitian terdahulu yang berjudul “A comfort assessment of existing cervical orthoses” (Langley et al., 2018) membahas mengenai penggunaan berbagai jenis alat cervical collar untuk mengetahui keluhan-keluhan yang muncul dari masing-masing jenis alat tersebut. Keluhan utama yang ditemukan ialah adanya rasa sakit yang muncul pada beberapa titik pada leher serta dagu pengguna cervical collar. Berdasarkan data persepsi pengguna yang dikumpulkan, tidak ada satu pun alat cervical collar yang terlihat menarik di mata para pengguna. Cervical collar jenis soft kurang kuat dan tidak dapat menopang leher pengguna sedangkan cervical collar jenis rigid membuat pergerakan leher terlalu terbatas sehingga tidak nyaman digunakan.

Penelitian yang berjudul “Preliminary Study of the Implementation of Kansei Engineering Method for the Early Sustainable Midribs Development Processed Wallet Design by Using Banana” (Sekarjati et al., 2019), menjelaskan bahwa Kansei Engineering merupakan metode yang umum digunakan dalam kegiatan perancangan produk untuk memahami lebih jauh mengenai emosi

I-4

konsumen dan hubungannya dengan karakteristik desain tertentu dengan menerjemahkan perasaan yang diinginkan oleh para konsumen terhadap spesifikasi rancangan produk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kansei Engineering dapat menunjukkan keinginan konsumen dalam bentuk kata Kansei yang selanjutnya digunakan sebagai kebutuhan konsumen dalam tahapan perancangan produk.

Penelitian lainnya yang berjudul “Product development strategy with quality function deployment approach: A case study in automotive battery”

(Darmawan et al., 2017), didapatkan bahwa QFD dapat digunakan untuk mengetahui tingkat kepentingan dari karakteristik teknis suatu produk dengan fokus pada kebutuhan dan harapan para konsumen. Selanjutnya, karakteristik teknis yang memiliki tingkat kepentingan tertinggi lah yang menjadi prioritas utama pengembangan produk.

Penelitian yang berjudul “Integration of Kansei Engineering and Quality Function Deployment (QFD) for Product Development : A Literature Review”

(Ginting et al., 2020), menjelaskan bahwa integrasi antara metode Kansei Engineering dan Quality Function Deployment terdapat pada tahap awal QFD yaitu tahap kebutuhan konsumen dimana hasil dari tahap ini didapatkan dari hasil Kansei Engineering. Integrasi antara kedua metode tersebut sangat luas digunakan dalam pengembangan dan perancangan produk yang berdasarkan dari emosi konsumen.

Penelitian yang berjudul “Ergonomics intervention on an alternative design of a spinal board” (Zadry et al., 2016), metode QFD digunakan untuk mengetahui kebutuhan konsumen dari produk tandu spinal yang akan dirancang. Data antropometri dari orang Indonesia digunakan untuk menentukan dimensi produk

I-5

tandu spinal sehingga produk tersebut cocok dan nyaman untuk digunakan bagi penggunanya.

Penelitian yang berjudul “Head and neck anthropometry, vertebral geometry and neck strength in height-matched men and women” (Vasavada et al., 2008), dilakukan penelitian terhadap pengukuran antropometri pada bagian kepala dan leher, hasil penelitian menunjukkan bagaimana cara melakukan pengukuran antropometri pada bagian leher terutama untuk pengukuran panjang leher.

Dokumen terkait